Anda di halaman 1dari 8

BAB II

II.5. Identifikasi Senyawa Kimia


Identifikasi senyawa kimia bahan alam bertujuan untuk
mempermudah dalam pengerjaan isolasi. Identifikasi dilakukan
terhadap bahan alam yang baru diambil dari alam dengan
menggunakan pereaksi kimia yang sesuai.
a. Alkaloid
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang tersebar
luas hampir pada semua jenis tumbuhan. Semua alkaloid
mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya
bersifat basa dan membentuk cincin heterosiklik (Harborne,
1984). Alkaloid dapat ditemukan pada biji, daun, ranting dan kulit
kayu dari tumbuh-tumbuhan. Kadar alkaloid dari tumbuhan dapat
mencapai 10-15%. Alkaloid kebanyakan bersifat racun, tetapi ada
pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Alkaloid
merupakan senyawa tanpa warna, sering kali bersifat optik aktif,
kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa
cairan (misalnya nikotin) pada suhu kamar (Sabirin, et al., 1994).
Uji alkaloid dilakukan dengan cara melarutan ekstrak uji
sebanyak 2 mL diuapkan di atas cawan porselin hingga di dapat
residu. Residu kemudian dilarutkan dengan 5 mL HCl 2 N.
Larutan yang didapat kemudian dibagi ke dalam 3 tabung reaksi.
Tabung pertama ditambahkan dengan HCl 2 N yang berfungsi
sebagai blanko. Tabung kedua ditambahkan pereaksi
Dragendorff sebanyak 3 tetes dan tabung ketiga ditambahkan
pereaksi Mayer sebanyak 3 tetes. Terbentuknya endapan jingga
pada tabung kedua dan endapan putih hingga kekuningan pada
tabung ketiga menunjukkan adanya alkaloid (Jones and
Kinghorn, 2006)
b. Saponin
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah
terdeteksi dalam lebih dari 90 genus pada tumbuhan. Glikosida
adalah suatu kompleks antara gula pereduksi (glikon) dan bukan
gula (aglikon). Banyak saponin yang mempunyai satuan gula
sampai 5 dan komponen yang umum ialah asam glukuronat.
Adanya saponin dalam tumbuhan ditunjukkan dengan
pembentukan busa yang sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau
memekatkan ekstrak (Harborne, 1987).
Menurut Simes et al. (Sangi et al., 2008) uji saponin
dilakukan dengan cara memasukkan ekstrak sampel daun
sebanyak 1 gram ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan
akuades hingga seluruh sampel terendam, dididihkan selama 2-3
menit, dan selanjutnya didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat.
Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil.
c. Flavonoid
Flavonoid merupakan golongan fenol terbesar yang
senyawa yang terdiri dari C6-C3-C6 dan sering ditemukan
diberbagai macam tumbuhan dalam bentuk glikosida atau
gugusan gula bersenyawa pada satu atau lebih grup hidroksil
fenolik ( Bhat et al., 2009).
Pemeriksaan golongan flavonoid dapat dilakukan dengan
uji warna yaitu fitokimia untuk menentukan keberadaan senyawa
golongan flavonoid dan uji adanya senyawa polifenol. Uji
keberadaan senyawa flavonoid dari dalam sampel digunakan uji
Wilstatter, uji Bate-Smith, dan uji dengan NaOH 10%. Sedangkan
uji adanya senyawa polifenol dilakukan dengan larutan
penambahan FeCl3 adapun uji tersebut secara lengkap sebagai
berikut (Achmad, 1986., Harbone, 1987).
1. Uji Wilstatter
Isolat ditambahakan 2-4 tetes HCl pekat dan 2-3 potong kecil
logam Mg. Perubahan warna terjadi diamati dari kuning tua
menjadi orange (Achmad, 1986). .
2. Uji Bate-Smith
Isolat ditambahkan HCl pekat lalu dipanaskan dengan waktu
15 menit di atas penangas air. Reaksi positif jika
memberikan warna merah (Achmad, 1986).
3. Uji dengan NaOH 10%
Isolat ditambahkan pereaksi NaOH 10% dan reaksi positif
apabila terjadi perubahan warna yang spesifik (Harbone,
1987).
4. Uji Golongan Polifenol
Isolat ditambahkan larutan FeCl3 10% dalam akuades.
Reaksi positif jika memberikan warna hijau, merah, ungu,
biru, atau hitam yang kuat (Harbone, 1987).
d. Tanin
Tanin merupakan senyawa umum yang terdapat dalam
tumbuhanberpembuluh, memiliki gugus fenol, memilki rasa sepat
dan mampu menyamakkulit karena kemampuannya
menyambung silang protein. Jika bereaksi denganprotein
membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air. Tanin
secara kimia dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu
taninterkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi
atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan
cara kondensasi katekin tunggal yang membentuk senyawa
dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Tanin terhidrolisis
mengandung ikatan ester yang dapat terhidrolisis jika dididihkan
dalam asam klorida encer (Harborne, 1987).
Uji tanin dilakukan dengan cara melarutkan ekstrak sampel
kedalam metanol sampai sampel terendam semuanya. Kemudian
ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%. Hasil positif ditunjukkan
dengan terbentuknya warna hitam kebiruan atau hijau (Sangi et
al., 2008).

BAB III
III. 2. 5. Identifikasi senyawa kimia
III.2.5.1 Identifikasi kandungan alkaloid

Ekstrak kental etanol daun kersen (Muntingia


calabura L) di larutkan dalam 5 ml etanol, kemudian
ditambahkan 2 ml HCL 2 N dan dipanaskan selama 2-
3 menit setelah itu dinginkan. Tambahkan Nacl
sebanyak 3 tetes kemudian di saring. Tambahkan
HCL 2 N kedalam filtrat sebanyak 3 tetes. Setelah itu
dibagi menjadi 3 bagian dan dimasukkan dalam
tabung reaksi masing-massing sebanyak 1 mL. Pada
tabung reaksi pertama di tambahkan pereaksi
Dragendorf (endapan merah jingga), tabung kedua
ditambahkan pereaksi Mayer (endapan putih/putih
kekuningan) dan tabung ketiga di beri Wagner
(endapan coklat).

III.2.5.2 Identifikasi saponin


Diambil ekstrak kental etanol daun kersen
(Muntingia calabura L) kemudian di masukkan
kedalam tabung reaksi, tambahkan dengan aquadest
panas lalu dikocok kuat-kuat selama 1 menit
kemudian didiamkan. Apabila busa yang terbentuk
dengan tinggi 1-10 cm stabil selama 10 menit, maka
ditambahkan HCL melaui dinding tabung. Apibila
tetap berbusa berarti positif mengandung saponin.
III.2.5.3. Indentifikasi flavonoid
Diambil ekstrak etanol daun kersen (Muntingia
calabura L) lalu ditambahkan air (pelarut polar) dan
ditambahkan heksan (pelarut non polar). Dikocok
akan terpisah dimana ekstrak etanol dalam air akan
berada dibawah dan lapiran heksan berada diatas.
Lapisan heksan dipisahkan, sementara lapisan air
ditambahkan etanol kemudian dipisahkan menjadi 2
bagian. Bagian pertama ditambahkan 0,5 ml HCl
pekat, kemudian dipanaskan di atas penangas
selama 15 menit. Hasil positif bila terjadi warna
merah terang atau violet. Bagian kedua ditambahkan
0,5 ml HCl, kemudian ditambahkan3-4 potong
magnesium dan lihat perubahan warna yang terjadi
selama 10 menit. Encerkan dengan aquadest
dengan volume yang sama kemudian tambahkan 1
ml asetil alkohol. Amati perubahan warna. Adanya
flavonoid di tandai dengan perubahan warna menjadi
merah/orange.
III.2.5.4. Identifikasi tanin
Diambil ekstrak etanol daun kersen (Muntingia
calabura L)ditambahkan air panas sebanyak 5 ml,
lalu dikocok sampai homogen. Ditambahkan NaCl 3-
5 tetes. Kemudian di saring, lalu filtratnya di
tambahkan FeCl3 secukupnya. Amati perubahan
warna, jika berwarna hijau biru (hijau-hitam) berarti
positif adanya tannin katekol sedangkan jika
berwarna biru hitam berarti positif adanya tannin
pirogalol.
BAB IV

IV. 1.5 Hasil Identifikasi Senyawa

Hasil
No Uji Literatur Keterangan
Praktikum
1. Endapan putih kekunigan
(-) (-)
(Mayer)
1 Alkaloid (-) (-) 2. Endapan coklat (Wagner)
3. Endapan merah kecoklatan
(-) (+)
(Dragendorf)
2 Flavonoid (-) (+) Larutan berwarna merah keunguan
Larutan berwarna hijau-biru/hitam
3 Tanin (-) (+)
maupun biru-hitam
4 Saponin (+) (+) Busa stabil pada lapisan atas larutan

Keterangan :

( - ) : Tidak terbentuk

( + ) : Terbentuk

IV.2.5 Pembahasan Identifikasi Senyawa

Identifikasi senyawa kimia atau yang biasa disebut skrinning


fitokimia bertujuan untuk mengetahui jenis metabolit sekunder apa yang
terkandung dalam ekstrak (Marlina E,2007). Jenis metabolit sekunder
yang ditentukan dalam penelitian ini adalah alkaloid, flavonoid, tanin dan
saponin.

Uji identifikasi senyawa metabolit sekunder yang pertama yaitu


uji alkaloid. Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa golongan
alkaloid dengan menggunakan pereaksi warna Dragendrof, Mayer dan
Wagner. Dari ketiga pengujian yang telah dilakukan menghasilkan
larutan dengan warna bening kekuningan (dragendrof), tidak terdapat
endapan putih (Mayer) dan tidak terbentuk endapan coklat (Wagner) pada
dasar tabung. Hal ini menunjukan hasil negatif untuk golongan alkaloid.

Uji metabolit sekunder yang ke dua yaitu uji flavonoid dilakukan


dengan menggunakan HCl pekat dan Mg. Hasil uji flavonoid
menggunakan uji warna menghasilkan larutan warna hitam kehijauan,
bukan merah keunguan, yang menandakan hasil negatif.

Uji metabolit sekunder yang selanjutnya yaitu uji saponin. Hasil


uji saponin menghasilkan larutan dengan terbentuknya busa yang stabil
setinggi ± 1cm, yang menandakan hasil positif. Hal ini menandakan bahwa
ekstrak etanol daun kersen mengandung senyawa saponin.

Uji metabolit yang terakhir yaitu uji tanin dengan menghasilkan


larutan berwarna orange ke kuningan, yang menandakan hasil negatif.
Hal ini menandakan bahwa pada pengujian ini ekstrak etanol daun kersen
tidak mengandung senyawa tannin.

Pada pengujian ini menunjukkan hasil yang positif pada


pengujian saponin dan negatif pada pengujian alkaloid, flavonoid dan
tanin pada ekstrak etanol daun kersen. Berbeda dengan hasil pengujian
penelitian sebelumnya yang menunjukkan hasill uji identifikasi senyawa
metabolit sekunder ekstrak etanol daun kersen yang memiliki kandungan
senyawa flavonoid, tannin dan saponin karena menghasilkan pengujian
yang positif. Tetapi tidak menunjukkan hasil positif pada senyawa alkaloid.

Perbedaan hasil pengujian yang dihasilkan dari pengujian


sebelumnya yaitu dapat disebabkan oleh tempat tumbuh daun kersen,
suhu atau iklim yang berbeda dari daerah pengujian daun kersen
sebelumnya, yang akan mempengaruhi produktifitas suatu tanaman
termasuk kandungan dari metabolit sekunder (Maxiselly dkk 2015)
BAB V

PENUTUP

V.1. 5 Kesimpulan Identifikasi Senyawa

Berdasarkan hasil pengujian identifikasi senyawa dari


ekstrak etanol daun sirsak (Muntingia calabura L.) yang diambil
sampelnya di wilayah Makassar, menunjukkan hasil yaitu adanya
senyawa metabolid sekunder berupa saponin.

V. 2. 5 Saran Identifikasi Senyawa

Perlu dilakukan penelitian lanjutan kandungan senyawa


metabolit sekunder pada daun kersen (Muntingia calabura L) dengan
menggunakan beberapa pelarut sehingga dapat diketahui lebih detail
kadar kandungan dan peranannya untuk obat tradisional

Anda mungkin juga menyukai