Anda di halaman 1dari 25

FISIOTERAPI KARDIOVASKULAR DAN PULMONAL

“ ASMA”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

1. Andi novia lestari PO7142411510


2. Intan permatasari PO7142411510
3. Fitrayana PO7142411510
4. Hafsah Tahir PO7142411510
5. Hardianti PO7142411510
6. Hardianty Andi Munawarah Abduh PO7142411510

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR


JURUSAN FISIOTERAPI
TAHUN AJARAN 2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah asma berasal dari kata yunani yang artinya terengah – engah dan berarti
serangan napas pendek. Meskipun dahulu istilah ini digunakan untuk menyatakan
gambaran klinis napas pendek tanpa memandang sebabnya, sekarang istilah ini hanya
ditunjukan untuk keadaan - keadaan yang menunjukkan respon abnormal saluran napas
terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan napas yang meluas.
Perubahan patofisiologi yang menyebabkan obstruksi jalan napas terjadi pada bronkus
ukuran sedang dan bronkiolus yang berdiameter 1 mm. Penyempitan jalan napas
disebabkan oleh bronkospasme, edema mukosa dan hipersekresi mucus yang kental.
Asma Brochiale adalah suatu gangguan pernafasan yang dicetuskan oleh
hipersensitivitas bronchs terhadap berbagai rangsangan baik dari dalam ataupun luar tubuh.
Mengakibatkan hiperaktivitas brochus dan penyempitan saluran napasyang ditandai degan
gejala-gejala yang khas yaitu batuk dan sesak napas yang disertai wheezing.
Penyakit Asma dapat diderita oleh semua lapisan masyarakat baik pada usia anak
maupun dewasa. Timbulnya serangan asma juga bervariasi, factor pencetusnya dapat
bersifat tunggal aupun jamak. Dalam tatalaksana penyakit asma perlu dilakukan secara
terpadu, kuratif, rehabilitativeserta secara medica mentosa maupun non medika mentosa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi Fisiologi Saluran Pernafasan?
2. Bagaimana Patologi dari Asma?
3. Bagaimana Manajemen Fisioterapi pada Asma?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Anatomi Fisiologi Saluran Pernafasan.
2. Untuk Mengetahui Patologi dari Asma.
3. Untuk Mengetahui Manajemen Fisioterapi pada Asma.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi Saluran Pernafasan
Fungsi utama pernafasan adalah pertukaran gas, dimana O2 akan diambil
dari alveolus dan dibawa oleh hemoglobin menuju ke jaringan yang akan diperlukan
dalam proses metabolisme, CO2 sebagai hasil dari sisa metabolisme akan dibuang
saat ekspirasi.

Secara anatomi, pernafasan dimulai dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkeolus, paru-paru.
1.1. Hidung
Merupakan saluran nafas pertama yang dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia
dan juga selaput lendir. Saluran ini dilapisi dengan epithelium silinder dan sel epitel

3
berambut, yang mana udara akan disaring, dihangatkan dan dilembabkan.Ketiga proses
tersebut merupakan fungsi utama rongga hidung sebagai bagian dari respirasi.
1.2. Faring
Sebuah pipa musculo membranosa, panjangnya 12-14 cm membentang dari basis
cranial sampai setinggi verterbra servikalis. Lebar faring dibagian superior ± 3,5 cm.
Faring terdiri dari : Nasofaring (bagian yang berbatasan dengan rongga hidung),
Orofaring (bagian yang berbatasan dengan rongga mulut), Hipofaring
(bagian yang berbatasan dengan laring, yakni pemisahan antara udara dan makanan).
1.3. Larynx (tekak)
Larynx merupakan saluran udara yang bersifat sphingter dan juga organ pembentuk
suara, yang membentang antara lidah sampai trakea. Letak larynx
didepan bagian terendah faring yang memisahkan dari kolumna vertebra, berjalan dari
farynx sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea di bawahnya.
Fungsi larynx sebagai jalan udara dan celah suara diantara pita suara sebagai pelindung
dari jalan udara. Diantara pita suara terdapat glotis yaitu pemisah antara saluran
pernafasan dan pencernaan.
1.4. Trakea
Trakea merupakan pipa udara yang terbentuk dari tulang rawan dan selaput fibro
muscular, panjang trakea ± 10-11 cm, tebal 4-5 mm, diameter 2,5 cm dan luas
permukaan 5 cm2. Bagian belakang trakea terdapat 16 -20 cincin tulang rawan
yang membentuk huruf ” U”. Adanya cincin tersebut menyebabkan trakea selalu
terbuka, sehingga dapat bernafas dengan leluasa. Trakea bercabang menjadi 2 yaitu
bronkus kiri dan bronkus kanan.
1.5.Bronkus
Bronkus merupakan percabangan dari trakea yang membentuk bronkus
kanan dan bronkus kiri, antara bronkus kanan dan bronkus kiri tidak sama, karena
bronkus kanan lebih pendek dan lebar dari pada bronkus kiri, kemudian bronkus kanan
bercabang menjadi tiga bronkus sedangkan bronkus kiri bercabang menjadi dua
bronkus.
1.6.Bronkeolus

4
Cabang-cabang yang lebih kecil dan keluar dari bronkus,bronkeolus
tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan tetapi otot polos sehingga dapat berubah
ukurannya.

1.7. Paru-paru
Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan puncak (apex) diatas dan
muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula didalam dasar leher. Paru-paru dibungkus oleh
pleura, paru-paru di bagi menjadi 2: paru kanan dan paru kiri, paru kanan lebih besar
dari paru kiri, karena paru kanan terdapat 3 lobus dan 10 segment,sedangkan paru kiri
terdapat 2 lobus dan 8 segment yaitu :
1. Paru kanan
a. Lobus Superior
 Segment Apikal
 Segment Posterior
 Segment Anterior
b. Lobus Medius
 Segment Lateralis
 Segment Medialis
c. Lobus Inferior
 Segment Superior
 Segment Mediobasal
 Segment Anterobasal
 Segment Laterobasal
 Segment Posterobasal
2. Paru kiri
a. Lobus Superior
 Segment Apicoposterior
 Segment Anterior
 Segment Lingula Superior
 Segment Lingula Inferior
b. Lobus Inferior
 Segment Superior

5
 Segment Anteromediobasal
 Segment Laterobasal
 Segment Posteriorbasal

2. Fisiologi Pernafasan
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan
normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga
paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara
paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer (Guyton, 2007).
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan
atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon
dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang,

6
tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen dan karbon
dioksida tersebut (West, 2004).
Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit
(bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama (trachea).
Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) yang
merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida
dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli di
dalam paru-paru manusia bersifat elastis. Ruang udara tersebut dipelihara dalam
keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat menetralkan
kecenderungan alveoli untuk mengempis (McArdle, 2006).
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi menjadi
empat mekanisme dasar, yaitu:
a. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan
atmosfer
b. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah
c. Transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke
dan dari sel
d. Pengaturan ventilasi (Guyton, 2007).

B. PATOLOGI ASMA
1. Defenisi

Asma adalah keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena


hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan, penyempitan
saluran napas. Dalam pendapat lain Asma dapat diartikan :

 Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan
oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas).
(Polaski : 1996).
 Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).

7
 Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer
Suzanne : 2001).

Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit
gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan
adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

2. Etiologi Asma

Ada beberapa pemicu terjadinya asma yang termasuk dalam faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma :

a. Faktor Predisposisi
Berupa genetic dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya,
meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita
dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena

8
penyakit asma jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

b. Faktor Presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan contohnya : debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b. Ingestan, yang masuk melalui mulut contohnya : makanan dan obat-
obatan.
c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
contohnya : perhiasan, logam dan jam tangan.
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor
pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan
dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini
berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
3) Stress (gangguan emosi)

Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,


selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress atau gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.

4) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Gejala ini mambaik pada waktu libur atau cuti.

9
5) Olahraga / aktivitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan


aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktivitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktivitas tersebut.
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan
oleh :

 Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan


nafas.
 Pembengkakan membran bronkus.
 Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.
3. Manifestasi Klinis
a. Stadium dini
 Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
 Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul.
 Wheing belum ada
 Belum ada kelainan bentuk thorax
 Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
 BGA belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan :
1. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2. Whezing
3. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4. Penurunan tekanan parsial O2
b. Stadium lanjut/ kronik
 Batuk. Ronchi
 Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
 Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
 Suara napas melemah bahkan tak terdengat (silent Chest)

10
 Thorax seperti barel chest
 Tampak tarikan otot sternocleidomastoideus
 Sianosis.
4. Klasifikasi Asma

Derajat Gejala Gejala malam Faal


paru
Intermiten Gejala kurang dari 1x/minggu Kurang dari 2 kali APE >
asimtomatik dalam sebulan 80%
Mild persistan - Gejala lebih dari 1x/minggu Lebih dari 2 kali dalam APE >
tapi kurang dari 1x/hari sebulan 80%
- Serangan dapat mengganggu
aktivitas dan tidur
Moderate persistan - Setiap hari, Lebih 1 kali dalam APE 60-
- Serangan 2 kali/minggu, bisa seminggu 80%
berhari-hari
- Menggunakan obat setiap hari
- Aktovotas dan tidur terganggu

Severe persistan - Gejala kontinyu Sering APE <


- Aktivitas terbatas 60%
- Sering serangan

5. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe
alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah
besar dan antibody ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat
11
pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronchus kecil.
Bila seseorang menghirup allergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat,
allergen bereaksi dengan antibody yang telah melekat pada sel mast dan menyebabkan
sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamine, zat anafilaksis
yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua factor-faktor ini akan menghasilkan udema
local pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada Asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka
sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan
obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat
melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.
Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru
menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan
udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

12
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas Pasien
Nama : Tn.R
Umur : 38 tahun
Pekerjaan : PNS kantoran
Alamat : Jl. Paccerakkang Nur Aqsa lorong 2
Agama : Islam
Hobby : Olahraga
B. Anamnesis Khusus
1. Keluhan utama : Pasien mengeluh sesak napas dan batuk yang
disertai dengan dahak yang berwarna putih kemudian kental.
2. Lama keluhan : Sekitar 3 bulan yang lalu
3. Penyebab keluhan : Apabila terkena debu, polusi atau pada saat malam
hari atau cuaca dingin.
4. RPP : Pasien mengeluh sesak napas. Sesak napas muncul
ketika pasien sedang beraktivitas berat dan saat pasien keluar dan
menghirup debu yang berlebih. Pada saat sesak dirasakan pasien
mengalami batuk dan nyeri dada serta terdapat mengi pada saat ekspirasi
atau menghembuskan napas.
5. Faktor yang memperberat keluhan : Pada saat beraktifitas yang berlebihan
6. Faktor yang memperingan keluhan : Pada saat istirahat (rileksasi)
7. Riwayat penyakit keluarga : Ada keluarga yang menderita peyakit
yang sama.
8. Riwayat obat-obatan : Pasien mengkonsumsi obat asma
semprot/ inhaler

13
9. Lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja : Lingkungan tempat tinggal
bersih dan lingkungan tempat kerja banyak polusi dan debu.
10. Apakah pasien perokok aktif : Ya
11. Apakah disertai batuk dan berlendir : Ya
C. Pemeriksaan vital sign
- Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Denyut nadi : 90 kali/menit
- Pernapasan : 27 kali/menit

D. Inspeksi
 Statis
1. Wajah pasien terlihat cemas dan gelisah
2. Pasien bernapas dengan mulut
3. Bentuk dada pasien terlihat normal
 Dinamis
Pada saat berjalan masuk ruangan tampak megalami kesulitan mengatur
napas

E. Pemeriksaan Spesifik
1. Palpasi
1) Palpasi assesori muscle (sternocleidomastoideus, upper trapezius dan pectoralis
major).

Hasil : Adanya spasme otot upper trapezius, sternocleidomastoideus, dan


pectoralis mayor.
2) Palpasi tactil fremitus
Hasil : vokal fremitus mengalami penurunan
2. Perkusi
 Tujuan : untuk memeriksa adanya udara atau cairan dalam rongga paru-paru.
 Caranya : tempatkan jari-jari pada space intercosta bagian anterior, lalu ketuk
pada distal phalangs. Dengan ujung jari lainnya.

14
Hasil : hiper resonan
3. Auskultasi
 Tujuan : untuk mendengarkan bunyi napas pasien apakah normal atau abnorma3.
 Caranya : letakkan stetoskop pada titik-titik (sejajar dengan Th2, Th6 danTh12).
Kemudian instruksikan pasien untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi

Hasil : bunyi nafas wheezing saat ekspirasi

4. Mobilitas thorax
Tujuan : untuk mengetahui pengembangan thoraks
1) Ekspansi upper lobus (axilla) :
Saat inspirasi 84,5 cm dan ekspirasi 82 cm
2) Ekspansi middle lobus (xypoideus)
Saat inspirasi 74 cm dan ekspitasi 73cm

Hasil : pengembangan thorax asimetris. Dada sebelah kanan lebih besar


dibandingkan sebelah kiri karena adanya cairan pada rongga pleura sisi kiri.

5. Pemeriksaan nyeri dengan menggunakan VAS (Visual Analoge Scale)

Hasil ukur VAS : 5

6. Pemeriksaan sesak napas dengan borg scale


Skala ini berupa garis vertical yang diberi nilai 0 sampai 10 dan tiap nilai
mempunyai deskripsi verbal untuk membantu penderita menderajatkan intensitas
sesak dari derajat ringan sampai berat. Nilai tiap deskripsi verbal tersebut dibuat skor
sehingga tingkat aktivitas dan derajat sesak dapat dibandingkan antar individu. Slake
ini memiliki reproduksibilitas yang baik pada individu sehat dan dapat diterapkan

15
untuk menentukan dispne pada penderita penyakit kardiopulmoner untuk parameter
statistic.

PERINGKAT INTENSITAS
0 Tidak sesak sama sekali
0,5 Sesak sangat ringan sekali
1 Sesak sangat ringan
2 Sesak ringan
3 Sesak sedang
4 Sesak kadang berat
5 Sesak berat
6
7 Sesak sangat berat
8
9 Sesak sangat, sangat berat
10 Sesak sangat berat sekali, hamper maksimal

Hasil : 3 (sesak napas sedang)

F. Diagnosa dan Problematika Fisioterapi


1. Diagnosa Fisoterapi
“Gangguan otot respirasi dan pengeluaran sputum akibat asma bronchial”.
2. Problematika Fisioterapi
a. Impairment
 Sesak napas
 Spasme otot upper trapezius,sternocleidomastoideus,dan pectoralis mayor
 Nyeri dada
 Batuk yang tidak efisien sehingga terjadi penumpukan sputum
b. Activity limitation
 Pasien belum mampu beraktivitas berat seperti berjalan jauh dan naik turun
tangga.

16
c. Participation Restriction
 Pasien terganggu aktivitas sosialnya seperti kerja bakti yang dilakukan
dilingkungan tempat tinggal pasien.

G. Perencanaan Fisioterapi
a. Tujuan jangka pendek
 Mengurangi sesak
 Mengurangi spasme otot upper trapezius,sternocleidomastoideus,dan pectoralis
mayor.
 Mengurangi nyeri
 Mengajarkan batuk yang efektif
b. Tujuan jangka panjang
 Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional.

H. Intervensi Fisioterapi
1. Postural drainage

Postural draignage merupakan suatu metode pembersihan saluran nafas dengan


cara memposisikan penderita sedemikian rupa dan dengan pengaruh gravitasi.
Dalam pelaksanaannya postural drainage ini selalu disertai dengan tempotement
atau tepukan yang bertujuan untuk melepaskan mucus dari dinding saluran nafas
dan untuk merangsang terjadinya refleks batuk. Sehingga dengan terjadinya refleks
batuk ini maka muscus juga akan ikut keluar.
Prosedur:
a. Lepaskan pakaian
b. Siapkan mangkok sputum atau tissue
c. Siapkan bantal untuk posisi pasien comfort
d. Jelaskan prosedur terapi dan pasien
e. Ajarkan pasien teknik deep breathing dan efektif sebelum mulai PD
f. Lakukan perkussi diatas segmen yang di draignage setelah posisi pasien telah
benar

17
g. Anjurkan pasien deep inspirasi, lalu batuk kuat / tajam 2 X dan agar lebih
comfortable pasien posisi semi upright beberapa saat kemudian batuk.
h. Jika pasien tidak mampu batuk spontan selama posisioning dan perkusi,
maka instruksikan pasien untuk lakukan deep inspirasi beberapa kali lalu
berikan vibrasi selama ekspirasi untuk membantu timbulnya batuk
i. Jika batuk tidak produktif setelah 5-10 menit posisioning maka lanjutkan ke
posisi selanjutnya. → sekresi mungkin tidak dibatukkan selama PD terapi
mungkin akan dibatukkan 30-60 menit setelah PD.
j. Durasi satu kali PD tidak boleh dari 40-45 menit. Jika prosedur ini
melelahkan pasien maka :
1) Bebarapa pasien mungkin membutuhkan 2-4 kali sehari
2) Jadwalkan beberapaa kali terapi jika paru-paru sangat produktif atau jika
semua segmen dari kedua paru-paru harus PD.

Adapun posisi postural drainage sebagai berikut :

18
2. Diafragma breathing exercise

Tujuan : untuk memperbaiki efisiensi ventilasi,memperbaiki kerja pernapasan, dan


meningkatkan pengembangan diapraghma.

Prosedur :
a. Posisi pasien rileks dan evaluasi pola nafas pasien → lalu perhatikan metode
diafragma breathing yang benar.
b. Tempatkan satu atau kedua tangan diatas rectus abdominis dibawah anterior costal
margin.
c. Anjurkan pasien deep inspirasi dan perlahan melalui hidung diikuti abdomen
digembungkan. Pasien menjaga shoulder rileks dan upper chest diam.

19
d. Kemudian anjurkan pasien mengeluarkan nafas dengan perlahan dan ekspirasi
terkontrol.
e. Pasien mempraktekkan 3-4 kali
f. Pasien menempatkan kedua tangannya diatas costal margin dan merasakan
gerakannya. Tangan pasien naik selama inspirasi dan turun saat expirasi. Tangan ini
juga merasakan kontraksi abdomen saat batuk atau mengontrol ekspirasi.
g. Setelah pasien mengerti dan mampu menggukan diaphragma breathing. Ini maka
anjurkan inspirasi dengan melalui hidung dan ekspirasi melalui mulut.
h. Praktekkan diaphragma breathing exercise ini dalam berbagai posisi (sitting,
standing) dan selama aktivitas (berjalan dan naik/turun tangga.

3. Pursed-lip breathing
Tujuan : untuk menurunkan tingkat sesak napas.
Prosedure :
a. Posisi comfortable dan serileks mungkin
b. Jelaskan pada pasien bahwa expirasi harus rileks (pasif) dan kontraksi abdomen harus
dihindari
c. Tempatkan tangan di atas abdomen untuk mendeteksi kontraksi otot abdomen
d. Instruksikan pasien untuk inspirasi dalam dan pelahan
e. Kemudian pasien ekspirasi dengan bibir purse-lip.

20
4. Mobilisasi sangkar thorax
Latihan ini meliputi gerakan-gerakan pada trunk dan anggota gerak atas, dapat
dilakukan bersamaan dengan breathing exercise. Sehingga otot-otot pernafasan dan otot
bantunya yang mengalami ketegangan akan menjadi rileks.
a. To Mobilize One Side Of the Chest
1) Sitting → pasien membengkokkan chest kesamping sehingga terjadi penguluran
dan expansi samping berlawanan selama inspirasi
2) Kemudian pasien meletakkan genggaman tangan di samping chest lalu
bengkokkan chest kelateral kearah genggaman tangan sambil expirasi
3) Tingkatkan latihan ini dengan menempatkan tangan lebih tinggi.
b. To Mobilize the Upper Chest and Strerch the Pectoralis Muscle
1) Pasien sitting di kursi dengan tangn dibelakang kepala, kedua tangan posisi
abduksi horizontal selama deep inspirasi.
2) Indtruksikan pasien membungkuk ke depan bersama elbow lalu ekspirasi.
21
5. MET Upper Trapezius dan Sternocleidomastoideus
Tujuan : untuk menurunkan spasme otot upper trapezius dan
sternocleidomastoideus.

I. Edukasi
Edukasi adalah hal-hal yang harus dilakukan oleh pasien yaitu pengaturan
posisi yang bertujuan untuk memperoleh rileksasi dari seluruh tubuh terutama pada
thoraks juga mengontrol pernafasan diafragma pasien agar dapt mencapai gerakan
respirasi penuh, yaitu :
3. Pasien dianjurkan untuk melakukan aktifitas ringan dan tidak memaksa
4. Pasien diminta untuk menghindari debu, asap rokok dan polusi udara dengan
menggunakan masker
5. Pasien diminta untuk banyak minum air putih
J. Evaluasi
1. Evaluasi pengukuran esak napas dengan skalamATS dan skala borg
2. Evaluasi pengukuran nyeri dengan VAS
3. Evaluasi pengukuran ROM Shoulder
4. Evaluasi poster tubuh
5. Evaluasi kemampuan fungsional

22
BAB IV
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Penyakit Asma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang
saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding
rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya
seseorang mengalami sesak nafas.
Adapun tanda dan gejala penyakit asma diantaranya : Pernafasan berbunyi
(wheezing/mengi/bengek) terutama saat mengeluarkan nafas (exhalation). Tidak semua
penderita asma memiliki pernafasan yang berbunyi, dan tidak semua orang yang nafasnya
terdegar wheezing adalah penderita asma. Adanya sesak nafas sebagai akibat penyempitan
saluran bronki (bronchiale). Batuk berkepanjangan di waktu malam hari atau cuaca dingin.
Adanya keluhan penderita yang merasakan dada sempit. Serangan asma yang hebat
menyebabkan penderita tidak dapat berbicara karena kesulitannya dalam mengatur
pernafasan
B. Saran
1. Fisioterapi
 Memahami dan mengerti tentang fisiologi pernapasan
 Memberikan latihan secara bertahap dan continyu.
 Mengikuti perkembangan fisioterapi.
2. Penderita
 Mau bekerjasama dengan terapis.
 Menghindari faktor pencetus yang memperberat asma brochiale.
 Menghindari polusi khususnya asap rokok ataupun cuaca yang tidak
mendukung.
3. Keluarga
 Beri dukungan mental ke penderita.
 Menjaga kebersihan lingkungan setempat.
 Mengawasi semua aktivitas penderita.

23
DAFTAR PUSTAKA

Syaifudin.1992. Anatomi Fisiologi untuk siswa perawat.edisi revisi.Jakarta : EGC.


Putz, R dan R Pabst.1995. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
Harahap, Yunus.2003. Pertemuan Ilmiah Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi.
Jakarta : Rs Persahabatan Jakarta Timur.
Rab. Tabrani H.1996. Ilmu Penyakit Paru-paru. Jakarta : Hipocrates.
Soenarno, P.2000.”Peranan Fisioterapi dan Indonesia Sehat 2010“. Dalam Temu Ilmiah
Tahunan Fisioterapi (TITAFI) XV.Semarang.
Rusli, H. Muhammad, Mutiah, Siti . Hasbiah. Fisioterapi Respirasi.Politeknik
Kesehatan Makassar.
http://www.google.com/penataksanaan-fisioterapi-pada -kasus-asma-brochiale.htm
http://jelajahfisio.blogspot.com/2010/07/gangguan-respirasi-dan-breathing.html
http://chyntiayuliza.blogspot.com/2012/04/pemeriksaan-fisik-sistem-respirasi.html

24
25

Anda mungkin juga menyukai