PENDAHULUAN
pangan manusia berimbas pada makin meningkatnya terjadinya alih fungsi lahan
dari lahan pertanian menjadi lahan pemukiman. Hal ini menyebabkan usaha
lahan gambut (Widyati, 2011) yang sementara ini tidak dimanfaatkan dengan
Indonesia dapat temukan baik pada lahan basah maupun lahan kering. Lahan
marginal pada lahan basah berupa lahan gambut, lahan sulfat masam dan rawa
pasang surut yang memiliki luas 24 juta ha, sementara pada lahan kering berupa
tanah Ultisol seluas 47,5 juta ha dan Oxisol 18 juta ha (Suprapto, 2002).
lahan gambut sangat luas yaitu 50% dari luas lahan gambut tropika dunia.
diperkirakan mencapai 20,6 juta ha. Hal ini berarti bahwa luas lahan gambut
adalah sekitar 10% luas daratan Indonesia (Ratmini, 2012). Lokasi lahan gambut
1
pertanian pada lahan gambut menghadapi banyak kendala yang berkaitan dengan
sifat tanah gambut. Mawardi et al. (2001) menyatakan bahwa secara umum sifat
kimia tanah gambut didominasi oleh asam-asam organik yang merupakan suatu
hasil akumulasi sisa-sisa tanaman. Asam organik yang dihasilkan selama proses
terhadap produktifitasnya. Sementara itu secara fisik tanah gambut bersifat lebih
sempurna sehingga jumlah air yang tersedia bagi tanaman menjadi sangat terbatas.
perencanaan yang cermat dan teliti, penerapan teknologi yang sesuai, dan
pengelolaan yang tepat karena ekosistemnya yang marginal dan fragile. Lahan
gambut sangat rentan terhadap kerusakan lahan, yaitu kerusakan fisik (subsiden
dan irriversible drying) serta kerusakan kimia (defisiensi hara dan unsur beracun).
yang banyak mengandung kation polivalen seperti Fe, Al, Cu dan Zn (Ratmini,
2012).
2
BAB II
ISI
Tanah gambut disebut juga tanah Histosol (tanah organic) asal bahasa
Yunani histories artinya jaringan. Histosol sama halnya dengan tanah rawa, tanah
tersusun atas sisa tanaman yang sedikit banyak terdekomposisi dan menyimpan
3
air.Jenis tanah Histosol merupakan tanah yang sangat kaya bahan organik keadaan
kedalaman lebih dari 40 cm dari permukaan tanah. Umumnya tanah ini tergenang
air dalam waktu lama sedangkan didaerah yang ada drainase atau dikeringkan
kematangan yaitu fibrik, hemik dan saprik. Fibrik merupakan bahan organik yang
aslinya berupa sisa-sisa tumbuhan masih nampak jelas. Hemik mempunyai tingkat
lanjut.Dalam tingkat klasifikasi yang lebih rendah (Great Group) dijumpai tanah-
tanah Trophemist dan Troposaprist. Penyebaran tanah ini berada pada daerah rawa
belakangan dekat sungai, daerah yang dataran yang telah diusahakan sebagai areal
Secara umum definisi tanah gambut adalah: “Tanah yang jenuh air dan
tersusun dari bahan tanah organik, yaitu sisasisa tanaman dan jaringan tanaman
yang melapuk dengan ketebalan lebih dari 50 cm. Dalam sistem klasifikasi baru
).”Pada waktu lampau, kata yang umum digunakan untuk menerangkan tanah
gambut adalah tanah rawang atau tanah merawang. Di wilayah yang memiliki
empat musim, tanah gambut telah dikelompokan dengan lebih rinci. Padanan yang
mengacu kepada tanah gambut tersebut adalah bog, fen, peatland atau moor.
4
Kebanyakan tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral (kuarsa,
feldspar, mika, hornblende, kalsit, dan gipsum), meskipun ada yang berasal dari
Formation : tanah terbentuk dari interaksi banyak faktor, dan yang terpenting
s = f (cl, o, r, p, t, ….
Jika 1 faktor saja yang mempengaruhi sedang yang lain konstan, misal
iklim yang mempengaruhi pembentukan tanah maka fungsi tersebut dapat ditulis :
iklim, sedang faktor yang lain konstan. Istilah yang sama untuk Biosequences,
pelapukan batuan padat (in situ) atau merupakan deposit dari material/partikel
yang terbawa oleh air, angin, glasier (es), atau gravitasi. Apabila material yang
landform berdasar pada cara transport maupun bentuk akhir. Contoh : Alluvial
berasal dari aliran air; morain berasal dari gerakan es dan membeku; dunes berasal
dari gerakan angin thd pasir; colluvium berasal dari gravitasi.Batuan akan
5
material yang lebih halus. Secara fisik misalnya pengaruh suhu, tekanan, akar
tanaman. Secara kimia yang sangat berperan adalah keberadaan air, misal
Laju pelapukan tergantung pada : (1) temperatur; (2) laju air perkolasi; (3)
status oksidasi dari zona pelapukan; (4) luas permukaan bahan induk yang
dengan komposisi tertentu, dan mempunyai ciri fisik berupa ukuran, warna, titik
leleh, dan kekerasan. Mineral dapat digolongkan sebagai mineral primer maupun
mineral sekunder.Tipe batuan ada 3 yaitu : (1) batuan beku (igneous rock), (2)
rock)Batuan beku berasal dari pemadatan magma yang membeku. Dibagi menjadi
batuan asam (acidic rock) : relatif tinggi kandungan kuarsa; mineral silikat warna
terang Ca atau K/Na dan batuan basa (basic rock) : rendah kandungan kuarsa;
tinggi.
tumbuhan yang terjadi secara anaerob dengan laju akumulasi bahan organik lebih
membentuk lahan gambut pada lingkungan jenuh atau tergenang air, atau pada
6
tergenang, seperti bakau (mangrove), rumput-rumput rawa dan hutan air tawar.Di
daerah pantai dan dataran rendah, akumulasi bahan organik akan membentuk
kubah (dome). Gambut ombrogen terbentuk dari vegetasi hutan yang berlangsung
selama ribuan tahun dengan ketebalan hingga puluhan meter. Gambut tersebut
terbentuk dari vegetasi rawa yang sepenuhnya tergantung pada input unsur hara
dari air hujan dan bukan dari tanah mineral di bawah atau dari rembesan air tanah,
luas di pantai tilir Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya, yang ditutupi oleh
perluasan tanah, yang akhirnya membentuk daerah mangrove dan lagoon yang
mampu mengurangi kadar garam serta meningkatkan daerah dengan air segar
oleh tumbuhan, berkembang menjadi hutan gambut tropika yang dipengaruhi oleh
7
Proses akumulasi BO > dekomposisi BO
Penyebab utama adalah suhu dingin dan kondisi air jenuh sehingga proses oksidas
berjalan lambat
DaerahTropika:
lapisan bahan gambut dalam lahan yang berdrainase jelek di bawah kondisi
anaerob.
8
Sifat tanah gambut berbeda dengan tanah mineral lainnya dan untuk
khusus.Sifat tanah gambut antara lain :Kandungan bahan organic yang tinggi
karena tanah berasal dari sisa tanaman mati dalam keadaan penggenanangan
permanent. Berat isi pada (bulk dencity) sangat rendah sehingga dalam keadaan
kering kosentrasinya sangat lepas kadar hara makro tidak seimbang dengan kadar
hara mikro yang sangat rendah. Daya menahan air sangat besar dan jika
penurunan(soil subsidence).
dalam air dan tingkat pembususkan. Di dalam air yang relative dalam, sisa-sisa
ganggang dan tumbuhan air lainnya menimbulkan bahan koloid yang sangat
padi liar, lili air dan tumbuhan-tumbuhan ini yang sebagian membusuk, berlendir
1. Tingkat dekomposisi :
1) Gambut kasar (Fibrist):gambut dengan BO kasar > 2/3 (sedikit atau belum
terkomposisi atau bahan asal masih terlihat asalnya)warna merah lembayung (2,5
9
3) Gambut halus (Saprist):BO kasar<1/3,>
1) Drainase
4) Umur reklainasi
• makin matang gambut maka porositas makin rendah dan distribusi ukuran
• porositas tanah dan distribusi ukuran pori pada gambut dari rerumputan
10
• afinitas tinggi dalam meretensi air karena air bersifat dipolar dan molekul
asam-asam organik sangat banyak, maka air dalam jumlah banyak akan berikatan
melepas air
• penyebab kering tak balik adalah akibat terbentuk selimut penahan air
1. Kemasaman (pH)
• pH 3-4,5
perubahan pH tinggi
11
• pH ideal untuk gambut 5-5,5
• KB gambut pedalaman<>
4. Asam-asam organik
meracun
6. Komplek organo-Liat
12
• ikatan elektrostatik terjadi melalui proses pertukaran kation
penghubung
elektron pada ion logam dengan demikian ion logam sebagai jembatan
• Jenuh air
• Daya hantar hidraulik horisontal besar tapi daya hantar vertikal kecil
Pertanian
kendala baik fisik, kimia maupun biologis. Secara teoritis permasalahan pertanian
gambut tinggi, tingkat kesuburan dan kerapatan lindak gambut yang rendah.
13
Kemasaman gambut yang tinggi dan ketersediaan hara serta kejenuhan basa (KB)
Oleh karena itu, lahan gambut merupakan lahan yang sangat fragile dan tingkat
produktivitasnya sangat rendah. Kendala sifat fisik gambut yang paling utama
adalah sifat kering tidak balik (irriversible drying), sehingga gambut tidak dapat
berfungsi lagi sebagai koloid organik. Produktivitas lahan gambut yang rendah
karena rendahnya kandungan unsur hara makro maupun mikro yang tersedia
Tingkat marginalitas dan fragilitas lahan gambut sangat ditentukan oleh sifat-sifat
mengurangi faktor penghambat dari lahan gambut baik faktor fisik maupun kimia
tanah sehingga lahan tersebut mampu menyediakan kondisi yang optimal bagi
yaitu faktor kesuburan alami gambut dan tingkat manajemen usaha tani yang akan
usaha tani termasuk tingkat rendah (low inputs) sampai sedang (medium inputs),
14
akan berbeda dengan produktivitas lahan dengan tingkat manajemen tinggi yang
tanah dengan penggunaan input yang terjangkau oleh petani seperti pengolahan
tanah, tata air mikro, pemupukan, pengapuran dan pemberantasan hama dan
1. Pengelolaan air
bukanlah suatu yang mudah untuk dilakukan mengingat sifat dari gambut yang
bisa mengalami penyusutan dan kering tidak balik akibat drainase, sehingga
sebelum mereklamasi lahan gambut perlu diketahui sifat spesifik gambut, peranan
Drainase yang baik untuk pertanian gambut adalah drainase yang tetap
mempertahankan batas air kritis gambut akan tetapi tetap tidak mengakibatkan
kerugian pada tanaman yang akan berakibat pada hasil. Intensitas drainase
bervariasi tergantung kondisi alami tanah dan curah hujan. Curah hujan yang
tinggi yaitu antara 4000 sampai 5000 mm per tahun membutuhkan sistem
Setelah drainase dan pembukaan lahan gambut, umumnya terjadi subsidence yang
relatif cepat yang akan berakibat menurunya permukaan tanah. Subsidence dan
15
dekomposisi bahan organik dapat menimbulkan masalah apabila bahan mineral di
bawah lapis gambut terdiri dari lempeng pirit atau pasir kuarsa. Kerapatan lindak
yang rendah berakibat kemampuan menahan (bearing capacity) tanah gambut juga
rendah, sehingga pengolahan tanah sulit dilakukan secara mekanis atau dengan
ternak. Kemampuan menahan yang rendah juga juga merupakan masalah bagi
pembuatan kanal primer, kanal sekunder dan kanal tersier. Hasil penelitian
sementara di PT. RSUP menunjukkan bahwa kelapa hybrida PB 121 pada umur 4
tahun (4-5 tahun setelah tanam adalah 1,5 ton kopra/ha). Angka ini sementara 5
kali lebih besar dari hasil yang dicapai di negara asalnya Afrika dimana PB 121
pada umur 4 tahun menghasilkan 0,26 ton kopral/ha (Thampan, 1981 dalam
b. Pengaturan Irigasi
Ketika batas kritis air dapat dikontrol pada level optimum untuk pertumbuhan
tanaman, pengelolan air bukan merupakan suatu masalah kecuali pada tahap awal
pertumbuhan tanaman. Jika batas kritis air tidak dapat terkontrol dan lebih rendah
dari kebutuhan air semestinya, irigasi perlu dilakukan terutama bagi tanaman
tertentu. Hal ini penting untuk memasok kebutuhan air tanaman dan menghindari
sifat kering tidak balik. Sayuran berdaun banyak, menunjukkan layu pada keadaan
udara panas. Kondisi ini mungkin merupakan pengaruh dari dangkalnya profil
16
tanah yang dapat dicapai oleh akar tanaman dan kehilangan air akibat transpirasi
yang lebih cepat daripada tanah mineral (Ambak dan Melling, 2000).
Tanaman mempunyai tahapan pertumbuhan yang sensitif terhadap stress air yang
saat yang tepat sehingga mengurangi terjadinya stress air dan penggunaan air yang
ketersediaan air tanah diatas water table, jumlah air hujan, distribusi dan jumlah
evapotranspirasi (Lucas,1982).
c. Penggenangan
tanaman sejenis hidrofilik atau tanaman toleran air yang memberikan nilai
kangkung (Ipomoea aquatica) dan seledri air. Di Florida ketika tanaman tertentu
digunakan untuk budidaya tanaman air tersebut (Ambak dan Melling, 2000).
2. Pengelolaan Tanah
tanaman bila ditinjau dari jumlah pori-pori yang berkaitan dengan pertukaran
oksigen untuk pertumbuhan akar tanaman. Kapasitas memegang air yang tinggi
daripada tanah mineral menyebabkan tanaman bisa berkembang lebih cepat. Akan
tetapi dengan keberadaan sifat inheren yang lain seperti kemasaman yang tinggi,
17
kejenuhan basa yang rendah dan miskin unsur hara baik mikro maupun makro
2000). Untuk itulah perlunya usaha untuk mengelola tanah tersebut dengan
semestinya.
a. Pembakaran
Pemberian pupuk dan amandemen dalam komposisi dan takaran yang tepat dapat
mengatasi masalah keharaan dan kemasaman tanah gambut. Unsur hara yang
sejumlah unsur hara mikro terutama Cu, Zn dan Mo. Pemberian Cu diduga lebih
efektif melalui daun (foliar spray) karena sifat sematannya yang sangat kuat pada
gambut, kurang mobil dalam tanaman dan kelarutan yang menurun ketika terjadi
unsur hara dan mempercepat pembentukan lapis olah yang lebih baik sifat
18
Di Sumatera Barat ditemukan bahan amelioran baru Harzburgite yang defositnya
cukup besar dan kandungan Mg yang tinggi (27,21 – 32,07% MgO) yang
merupakan bahan potensial untuk ameliorasi lahan gambut (Mawardi et al, 2001).
yang lainnya mengandung beberapa unsur hara makro dan mikro tertentu dalam
jumlah yang banyak. Kejenuhan basanya tinggi, tetapi kapasitas tukar kation
memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah gambut. Pada jagung manis, pemberian
kotoran ayam sampai 14 ton/ha pada tanah gambut pedalaman bereng bengkel
dapat meningkatkan jumlah tongkol (Limin, 1992 dalam Darung et al., 2001).
19
III. KESIMPULAN
berikut:
2. Lahan gambut tersusun atas timbunan bahan organik baik yang telah
dihadapkan pada kendala drainase yang jelek, kemasaman gambut tinggi, tingkat
kesuburan dan kerapatan lindak gambut yang rendah serta ketersediaan hara dan
air tanah, pengolahan tanah, pemilihan tanaman bududaya sesuai kondisi lahan,
20