Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia sebagai makhluk social yang hidup berkelompok dimana satu dengan yang lainnya
saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan social. Kebutukhan social yang dimaksud antara
lain : rasa menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain,kebutuhan
penghargaan orang lain dan kebutuhan pernyataan diri.
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan gangguan
persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi
menarik diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya
sehingga semakin jauhdarisosialisasi dengan lingkungan disekitarnya
.Terapi Aktivitas Kelompol (TAK): sosialisasi TAK adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Salah satu
gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah gangguan persepsi sensori.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsuberupa suara, penglihatan,
pengecapan,perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
Dampak dari halusinasi yang diderita klien diantaranya dapat menyebabkan klien tidak
mempunyai teman dan asyik dengan fikirannya sendiri. Salah satu penanganannya
yaitu dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi
halusinasi dan mengontrol halusinasi yang dialaminya.Atas dasar tersebut, maka kami
menganggap dengan Therapy Aktivitas Kelompok (TAK) klien dengan gangguan persepsi
sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien
yang mengikuti therapy ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi
sehingga pada saat TAK klien dapat bekerja sama dan tidak mengganggu anggota
kelompok yang lain.
B. TUJUAN
1.Tujuan Umum
Penulisan makalah ini berjudul tentang Terapi Aktivitas Kelompok yang
bertujuan untuk memenuhi tugas Asuhan Keperawatan Jiwa.
2.Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Pengertian TAK
b. Untuk mengetahui Fungsi TAK
c. Untuk mengetahui Tujuan TAK
d. Untuk mengetahui Kerangka Teoritis Kelompok
e. Untuk mengetahui Komponen dan Perkembangan Kelompok
f. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi Kelompok
g. Untuk mengetahui Pengorganisasian Kelompok
h. Untuk mengetahui Jenis-jenis TAK

1
BAB II
PEMBAHASAN
ada dsatu keluaDengan demikian pada dasarnya individu memerlukan hubungan timbal balik, hal
ini bisa melalui kelo
Bmpok
A. Pengertian
Terapi Kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada sekelompok klien bersama-
sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain dipimpin oleh seorang terapis atau petugas
kesehatan jiwa yang terlatih. (Direktorat Kesehatan Jiwa)
Terapi aktivitas kelompok yaitu stimulasi sensori adalah upaya untuk menstimulasi
semua pancaindra (sensori) agar memberi respon yang adekuat (Keliat. 2009)
.Terapi aktivitas kelompok : stimulasi sensori merupakan aktivitas yang digunakan untuk
memberikan stimulasi pada sensori klien, kemuadian diobservasi reaksi sensori klien berupa
ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan.Terapi aktivitas
kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang mengalami kemunduran fungsi
sensoris.Tekhnik yang digunakan meliputi fasilitas penggunaan pancaindera dan kemampuan
mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal (Purwaningsih, 2009).

B. Fungsi
Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagai pengalaman dan saling membantu satu
sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan laboratorium
tempat mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan
perilaku yang adaptif. Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya
oleh anggota kelompok yang lain.

C. Tujuan
Tujuan Umum:
a.Meningkatkan kemampuan uji realitas
b.Membentuk sosialisasi
c.Meningkatkan fungsi psikologis : meningkatkan kesadaran tentang hubun gan antara
reaksi emosional dengan perilaku defensive
d.Membangkitkan motivasi bagi kemampuan fungsi kognitif dan afektif
Tujuan Khusus:
a.Meningkatkan identitas diri
b.Menyalurkan emosi
c.Keterampilan hubungan social

Tujuan Rehabilitatif:

2
a.Meningkatkan kemampuan hidup mandiri
b.Soialisasi di tengah masyarakat
c.Empati
d.Meningkatkan pengetahuan problema hidup dan penyelesaian.

D. Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok


1.Model fokal konflik
Menurut Whiteaker dan Liebermen's, terapi kelompok berfokus pada kelompok daripada
individu. Prinsipnya:
Terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari.Pengalaman kelompok
secara berkesinambungan muncul kemudian konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah,
tugas terapis membantu anggota kelompok memahami konflik dan mencapai penyelesaian
konflik
Menurut model ini pimpinan kelompok (leader) harus memfasilitasi dan memberikan
kesempatan kepada anggota untuk mengepresikan perassan dan meniskusikan perasan dan
mendiskusikannya untuk penyelesaian masalah.
2.Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan komunikasi terapeutik.
Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi tak efektif dalam kelompok akan menyebabkan
ketidakpuasan anggota kelompok, umpan balik tidak sekuat dari kohesi atau keterpaduan
kelompok menurun.
Dengan menggunakan model ini leader memfasilitasi komunikasi efektif, masalah individu atau
kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan.
Leader mengajarkan pada kelompok bahwa:
a. Perlu berkomunikasi
b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnyakomunikasi verbal, nonverbal,
terbuka dan tertutup
c. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain
d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan yang lain untuk
melakukan komunikasi efektif
Model ini bertujuan membantu meningkatkan ketrampilan interpersonal dan sosial anggota
kelompok.
Selain itu teori komunikasi membantu anggota merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi
lebih efektif.
Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip komunikasi dan
bagaimana menggunakan didalam kelompok serta menganalisa proses komunikasi tersebut.
3.Model interpersonal

3
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan, tindakan) digambarkan nielalui
hubungan interpersonal. Contoh : Interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab
akibat dari tingkah laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok.Anggota kelompok ini belajar dari
interaksi antar anggota dan terapis.Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku
sosial yang efektif dipelajari.
Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan merubah
tingkah laku/perilaku. Contoh : Tujuan salah satu aktifitas kelompok untuk meningkatkan
hubungan interpersonal. Pada saat konflik interpersonal muncul, leader
menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan perasaan
mereka dan mempelajari konflik apa yang rnembuat anggota merasa cemas dan menentukan
perilaku apa yang digunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat terjadi
konflik.
4.Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang
baru terjadi atau peristiwa yang pernah lalu.Anggota memainkan peran sesuai dengan yang
pernah dialami. Contoh : Klien memerankan ayahnya yang dominan atau keras.

E. Komponen dan Perkembangan


Menurut Stuart & Laraia (2001, dalam Keliat dan Akemat, 2005), komponen kelompok terdiri
dari delapan aspek, yaitu sebagai berikut:
1.Struktur Kelompok
Struktur kelompok menjelaskan batasan komunikasi, proses pengambilan keputusan dan
hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu
pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya
pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil
secara bersama.
2.Besar Kelompok
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara
5-12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil menurut Stuart dan Laraia (2001, dalam Keliat dan
Akemat, 2005) adalah 7-10 orang, sedangkan menurut Rawlins, Williams, dan Beck (1993,
dalam Keliat dan Akemat, 2005) adalah 5-10 orang. Jika anggota kelompok terlalu besar
akibatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan
pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi.
Sedangkan menurut Johnson (dalam Yosep, 2009) terapi kelompok sebaiknya tidak lebih dari 8
anggota karena interaksi dan reaksi interpersonal yang terbaik terjadi pada kelompok dengan
jumlah sebanyak itu. Apabila keanggotaanya lebih dari 10, maka akan terlalu banyak tekanan

4
yang dirasakan oleh anggota sehingga anggota merasa lebih terekspos, lebih cemas, dan
seringkali bertingkah laku irasional.
3.Lamanya Sesi
Waktu optimal untuk satu sesi adalah ^0-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah dan 60-120
menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Stuart & Laraia, dalam Keliat dan Akemat, 2005).
Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap kerja, dan finishing
berupa terminasi. Banyaknya sesi tergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali atau dua kali
perminggu; atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.
4.Komunikasi
Tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi dan menganalisa pola
komunikasi dalam kelompok. Pemimpin menggunakan umpan balik untuk memberi kesadaran
pada anggota kelompok terhadap dinamika yang terjadi.
5.Peran Kelompok
Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada tiga peran dan fungsi
kelompok yang ditampilkan anggota kelompok dalam kerja kelompok (Bernes & Sheats, 1948,
dalam Keliat dan Akemat, 2005), yaitu maintenance roles, task roles, dan individual role.
Maintence role, yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok. Task roles,
yaitu fokus pada penyelesaian tugas. Individual roles adalah self-centered dan distraksi pada
kelompok.
6.Kekuatan Kelompok
Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam mempengaruhi berjalannya
kegiatan kelompok. Untuk menetapkan kekuatan anggota kelompok yang bervariasi diperlukan
kajian siapa yang paling banyak mendengar dan siapa yang membuat keputusan dalam
kelompok.
7.Norma Kelompok
Norma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok. Pengharapan terhadap perilaku
kelompok pada masa yang akan datang berdasarkan pengalaman masa lalu dan saat ini.
Pemahaman tentang norma kelompok berguna untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
komunikasi dan interaksi dalam kelompok. Kesesuaian perilaku anggota kelompok dengan
normal kelompok, penting dalam menerima anggota kelompok. Anggota kelompok yang tidak
mengikuti norma dianggap pemberontak dan ditolak anggota kelompok lain.
8.Kekohesifan
Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam mencapai tujuan. Hal ini
mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap betah dalam kelompok. Apa yang membuat
anggota kelompok tertarik dan puas terhadap kelompok, perlu diidentifikasi agar kehidupan
kelompok dapat dipertahankan.
Perkembangan Kelompok

5
Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan kembang. Pemimpin
akan mengembangkan kelompok melalui empat fase (Kelliat, 2005) yaitu:
1. . Fase PraKelompok
Hal penting yang haras diperhatikan ketika memulai kelompok adalah tujuan dari
kelompok.Ketercapaian tujuan sangat dipengaruhi oleh perilaku pemimpin dan pelaksana
kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.Untuk itu perlu disusun panduan pelaksanaan
kegiatan kelompok.
2. Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru. Dan peran yang baru. Fase ini
terbagi dalam tiga fase (Kelliat, 2005) yaitu:
a. Tahap Orientasi
Pada tahap ini pemimpin kelompok lebih aktif dalam memberi pengarahan. Pemimpin kelompok
mengorientasikan anggota pada tugas utama dan melakukan kontrak yang terdiri dari tujuan,
kerahasian, waktu pertemuan, struktur, kejujuran dan aturan komunikasi, misalnya hanya satu orang
yang berbicara pada satu waktu, norma perilaku, rasa memiliki, atau kohesif antara anggota
kelompok diupayakan terbentuk pada fase orientasi.
b. Tahap Konflik
Peran dependen dan independent terjadi pada tahap ini, sebagian ingin pemimpin yang memutuskan
dan sebagian ingin pemimpin lebih mengarahkan, atau sebaliknya anggota ingin berperan sebagai
pemimpin.Adapula anggota yang netral dan dapat membantu menyelesaikan konflik peran yang
terjadi.Perasaan bermusuhan yang ditampilkan, baik antara kelompok maupun anggota dengan
pemimpin dapat terjadi pada tahap ini.Pemimpin perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik
positif maupun negative dan membantu kelompok mengenali penyebab konflik.Serta mencegah
perilaku yang tidak produktif, seperti menuduh anggota tertentu sebagai penyebab konflik.
c. Tahap Kohesif
Setalah tahap konflik, anggota kelompok merasakan ikatan yang kuat satu sama lain. Perasaan
positif akan semakin sering diungkapkan. Pada tahap ini, anggota kelompok merasa bebas
membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu sama lain. Pemimpin tetap berupaya
memberdayakan kemampuan anggota kelompok dalam melakukan penyelesaian masalah. Pada
tahap akhir fase ini, tiap anggota kelompok belajar bahwa perbedaan tidak perlu ditakutkan, mereka
belajar persamaan dan perbedaan, anggota kelompok akan membantu pencapaian tujuan yang
menjadi suatui realitas.
3. Fase Kerja Kelompok
Pada fase mi, kelompok sudah menjadi tim, walaupun merekabekerja keras, tetapi menyenangkan
bagi anggota dan pemimpinkelompok. Kelompok menjadi stabil dan realistis. Tugas utama
pemimpin adalah membantu kelompok mencapai tujuan dan tetap menjaga kelompok ke arah
pencapaian tujuan, serta mengurangi dampak dari faktor apa saja yang dapat mengurangi
produktivitas kelompok. Selain itupemimpin juga bertindak sebagai konsultan. Beberapa problem

6
yangmungkin muncul adalah subgroup, conflict, self-desclosure,danresistance. Beberapa anggota
kelompok menjadi sangat akrab, berlomba mendapatkan perhatian pemimpin, tidak ada lagi
kerahasian karena keterbukaan sangat tinggi dan keengganan berubah perlu didefinisikan pemimpin
kelompok agar segera melakukan strukturisasi. Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari
produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian. Pada fase ini
kelompok segera masuk ke fase berikutnya yaitu perpisahan.
4. Fase Terminasi
Terminasi dapat sementara atau akhir. Terminasi dapat pula terjadi karena anggota kelompok atau
pemimpin kelompok keluar dari kelompok.Evaluasi umumnya di fokuskan pada jumlah
pencapaian baik kelompok maupun individu.Pada tiap sesi dapat pula dikembangkan instrument
evaluasi kemampuan individual dari anggota kelompok. Terminasi dapat dilakukan pada akhir tiap
sesi atau beberapa sesi yang merupakan paket dengan memperhatikan pencapaian
tertentu.Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalamankelompok akan
digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari.

F. Faktor yang Mempengaruhi TAK


1.Perawat
Perawat berperan sebagai tim terapis dalam TAK selama proses TAK berlangsung, perawat perlu
untuk memberikan support pada klien agar mau aktif dalam kegiatan. Dan memberikan pujian
untuk setiap keberhasilan yang dilakukan klien.
2.Keluarga
Dukungan dari keluarga bagi anggota keluarganya yang sedang dirawat sangat diperlukan agar
pasien merasa dirinya dihargai dan dibutuhkan. Dan dukungan dari keluarga ini juga dapat
membantu klien untuk mau mengikuti TAK
3.Lingkungan
Dibutuhkan suasana yang kondusifdan nyaman, serta tidak dekat dengan keramaian, agar saat TAK
diberikan klien dapat fokus terhadap kegiatan yang dilakukan.
4.Anggota Kelompok
Hubungan antara anggota kelompok yang satu dengan anggota yang lain perlu dijalin secara akrab.
Perawat perlu memfasilitasi agar keakraban antar anggota kelompok dapat terjalin dengan baik.
5.Obat
Setiap pasien gangguan jiwa membutuhkan pengobatan yang teratur agar pasien berada dalam
keadaan tenang dan dapat diarahkan dalam jadwal kegiatan harian.

G. Pengorganisasian Kelompok
Menurut Bulletin Klasik, 2008 :
1. LEADER

7
Fungsinya:
a) Menyusun rencana aktivitas kelompok (proposal)
b) Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
c) Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan, mengajukan pendapat dan
umpan balik.
d) Sebagai "rolemode"
e) Memotivasi setiap anggota kelompok untuk mengemukaan pendapat dan memberikan
umpan balik.
2. CO-LEADER
Fungsinya : membantu leader dalam mengorganisasikananggota kelompok.
3. OBSERVER
Fungsinya:
a) Mengobservasi semua respon klien.
b) Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku klien.
c) Memberikan umpan balik terhadap kelompok
4. FASILITATOR
Fungsinya:
a) Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan memotivasi kelompok
b) Memfokuskan kegiatan
c) Membantu mengkoordinasi anggota kelompok

H. Jenis-jenis TAK
Terapi aktifitas kelompok berdasarkan masalah keperawatan jiwa yang paling banyak ditemukan
ditemukan dikelompok sebagai berikut:
1. TAK Sosialisasi (untuk klien dengan menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu
berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehat secara fisik).
2. TAK Stimulasi Sensori (untuk klien yang mengalami gangguan sansori).
3. TAK Orientasi Realita (untuk klien halusinasi yang telah mengontrol halusinasinya, klien
waham yang telah dapat berorientasi kepada realita dan sehat secara fisik).
4. TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi (Untuk Klien Dengan Halusinasi)
5. TAK Peningkatan Harga DM (Untuk Klien Dengan HDR)
6. TAK Penyaluran Energy (untuk klien perilau kekerasan yang telah dapat mengekspresikan
marahnya secara konstruktif, klien menarik diri yang dapat berhubungan dengan orang lain secara
bertahap dan sehat secara fisik)

Kegiatan kelompok dibedakan berdasarkan kegiatan kelompok sebagai tindakan keperawatan pada
kelompok dan terapi kelompok. Menurut kelliat, 2005 membagi kelompok menjadi tiga yaitu:
1. Terapi Kelompok

8
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan waktu tertentu
dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. Focus terapi kelompok adalah membuat sadar
diri, peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.
2. Kelompok Terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis, tumbuh kembang,
atau penyesuaian social, misahiya kelompok ibu hamil yang akan menjadi ibu, individu yang
kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak kelompok terapeutik dikembangkan menjadi self-help-
group. Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut : mencegah
masalah kesehatan, mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok, meningkatkan
kualitas kelompok. antara anggota kelompok saling membantu dalam menyelesaiakan masalah.
3. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai
stimulus dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompoLHasil
diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian masalah.Tujuan
umum terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah klien mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya. Sedangkan tujuan
khususnya adalah klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat,
klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami. Aktivitas terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi dibagi dalam empat bagian yaitu :

a. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari


Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan perubahan perubahan persepsi
sensori dan klien menarik diri yang telah mengikuti terapi aktivitas kelompok sosialisasLAktivitas
dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu aktivitas menonton televisi, aktivitas
membaca majalah/Koran/artikel dan aktivitas melihat gambar.
b. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan
yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan perilaku kekerasan yang telah
kooperatif. Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas
mengenal kekerasan yang biasa dilakukan, aktivitas mencegah kekerasan melalui kegiatan fisik,
aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi social asertif, aktivitas mencegah
perilaku kekerasan melalui kepatuhan minum obat, aktivitas mencegah perilaku kekerasan
melalui kegiatan ibadah.
c. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata yang menyebabkan
harga diri rendah
Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien gangguan konsep diri : harga diri rendah.
Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas
mengidentifikasikan aspek yang membuat harga diri rendah dan aspek positif kemempuan yang

9
dimiliki selama hidup (di rumah dan di rumah sakit), aktivitas melatih kemampuan yang dapat
digunakan di rumah sakit dan di rumah
d. Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan
Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien yang mengalami perubahan persepsi
sensori : halusinasi. Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu :
aktivitas mengenal halusinasi, aktivitas mengusir/menghardik halusinasi, aktivitas mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan, aktivitas mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap,
aktivitas mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

cara alamiah BABidu selalu berada dalam kelompok, sebagai conoh individu berada dalam satu
keluarga. Dengan demikian pada dasarnya ind

10
ividu memerlukan hubungan timbal balik, hal ini bisa melalui kelompokra alamiah individu
selalu berada dalam kelompok, sebagai con BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi Kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada sekelompok klien bersama-sama
dengan jalan berdiskusi satu sama lain dipimpin oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa
yang terlatih. (Direktorat Kesehatan Jiwa)
Terapi aktivitas kelompok : Stimulasi sensori adalah upaya untuk menstimulasi semua
pancaindera (sensoori) agar memberi respon yang adekuat (Keliat, 2009)

B. Saran
Kami selaku penyusun merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

idu bera

11
DAFTAR PUSTAKA

Purwaningsih , Wahyu & Karlina Ina. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa Jogjakarta Nuha
Medikabalik, hal ini bisa melalui kelompok

12

Anda mungkin juga menyukai