Anda di halaman 1dari 3

*ABDUL MALIK BIN UMAR RA vs KAESANG PANGAREP*

@rozyArkom (Analis Politik)


*
*‘Umar bin Abdul Aziz RA* (682-720M), Khalifah (kepala Negara Islam) ke-12 yang paling
legendaris di era Umayyah, mempunyai *15 orang* anak.

Kesemuanya adalah anak-anak yang memiliki tingkat ketakwaan dan keshalihan diatas rata-rata.
Semua Hafidz Quran dan Hadits. Namun Abdul Malik adalah putra paling menonjol diantara
saudara-saudaranya. Di usianya yang baru 15 tahun ia telah diangkat menjadi *Qadhi* (Hakim
dan Penasihat).

Dalam keadaan tertentu, Khalifah Umar Bin Abdul Aziz menyifatkan anaknya itu lebih faqih
daripadanya dan jika Abdul Malik itu bukan anaknya, tentulah dia layak menjabat Khalifah
berikutnya. _(Ibnu Hajar Al-Asqalani, Tahdzîb at-Tahdzîb, hal.475)_

*Abdul Malik bin Umar RA* (704-723) walau tidak berumur panjang, meninggal di usia *19
tahun,* dikenal luas dalam sejarah islam sebagai anak muda prestatif bukan lantaran statusnya
(putra Khalifah) melainkan karena kapabilitasnya.

Sepupunya Ashim bin Abu Bakar bin Abdul Aziz bercerita,


_“Suatu waktu, aku bertandang ke Damaskus lantas mampir di rumah anak pamanku Abdul
Malik. saat itu, dia masih bujangan, lalu kami menunaikan shalat isya’ kemudian masing-masing
kami beranjak ke tempat tidur. Lalu Abdul Malik mendekati lampu dan mematikannya sementara
masing-masing kami mulai tidur. Kemudian aku bangun pada tengah malam, ternyata Abdul
Malik sedang berdiri shalat dengan khusyu’nya seraya membaca firman Allah,_
_*“Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-
tahun. Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka. Niscaya
tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.”*_ (TQS. As-Syu’ara: 205-207)

_Tidak ada yang membuatku begitu terkesan kepadanya kecuali saat dia mengulang-ulang ayat
tersebut dan menangis tersedu-sedu. Setiap kali dia selesai dari ayat itu, dia mengulanginya
kembali, sehingga aku berkata dalam hati, “Anak ini bisa mati oleh tangisannya.”_

_Ketika aku melihatnya seperti itu, aku mendesis, *“Lâ ilâha illallâh wal hamdu lillâh"* Seakan
ucapan orang yang bangun dari tidur, padahal tujuanku untuk menghentikan tangisannya. Baru
setelah mendengar suaraku, dia terdiam”._ (Ibnu Qoyyim al-Jauzy, Shifah ash-Shafwah, hal.127)

Maimun bin Mahran, _Wazir_ (Menteri) sekaligus penasihat Khalifah, menyebut anak muda
keturunan Umar ini lebih menyukai _*“Murabathah”*_ (berjaga-jaga di perbatasan dari serangan
musuh) dengan tinggal di salah satu tenda prajurit ketimbang tetap tinggal di Ibukota. Ia tetap
berangkat ke sana sementara di belakangnya kota Damaskus yang bertaman indah, rimbun dan
memiliki 7 sungai ia tinggalkan begitu saja.
Syaikh Ibnu Hajar Al-Asqalani mengisahkan peristiwa sesaat setelah pembaitan (pelantikan)
Khalifah Umar Bin Abdul Aziz. Selepas kesibukan mengurus jenazah Khalifah sebelumnya
(Sulaiman bin Abdul Malik), Khalifah Umar segera beranjak menuju rumahnya. Beliau ingin
sekali istirahat barang sejenak.

Akan tetapi, belum lagi lurus punggungnya di tempat tidur, tiba-tiba datanglah putra beliau Abdul
Malik –ketika itu baru berumur 17 tahun- sambil berkata, _“Apa yang ingin Anda lakukan wahai
Amirul Mukminin? Apakah Anda akan tidur sebelum mengembalikan hak orang-orang yang
dizalimi?”_

Khalifah Umar yang sempat tertegun karena sang anak memanggilnya Amirul Mukminin padahal
mereka sedang di rumah, lantas menjawab, _“Wahai anakku, aku telah begadang semalaman
untuk mengurus pemakaman pamanmu Sulaiman, nanti jika telah datang waktu zuhur aku akan
shalat bersama orang-orang dan akan aku kembalikan hak orang-orang yang dizalimi, Insya
Allah.”_

Abdul Malik menimpali sang ayah, _*“Siapa yang menjamin bahwa Anda masih hidup hingga
datang waktu zuhur wahai Amirul Mukminin?”*_

Kata-kata ini telah menggugah semangat Umar, hilanglah rasa lelah dan kantuknya, kembalilah
semua kekuatan dan tekadnya. Beliau kemudian berkata, _“Segala puji bagi Allah yang telah
mengeluarkan dari tulang sulbiku seorang anak yang dapat membantu melaksanakan agamaku.”_

+++
Anda yang bertanya-tanya, _*apaan sih Khilafah (dan Khalifah)?*_ Nah cerita diatas salah satu
ilustrasinya. Keimanan dan Ketakwaan begitu tampak pada diri Khalifah (dan putranya). Beda
jauh dengan Presiden _"negeri antah berantah"_ (dan putranya Kaesang) yang gemar menaikan
harga-harga, suka 'pelesir keluarga' ke luar negeri, bahkan tega menghina saudaranya sesama
muslim dengan sebutan Ndeso!

Cerita berikut sepertinya relevan untuk ditiru sang Presiden,


_"Khalifah ‘Umar, pernah menulis surat kepada anaknya, Abdul Malik. Diantara isinya adalah:_
_‘Amma ba’du, sesungguhnya engkaulah orang yang paling pantas untuk menangkap dan
memahamai ucapanku. Dan sesungguhnya pula, segala puji bagi Allah, Dia telah berbuat baik
kepada kita dari urusan sekecil-kecilnya hingga sebesar-besarnya. Maka ingatlah karunia Allah
kepadamu dan kepada kedua orang tuamu. Janganlah sekali-kali kamu berlaku sombong dan
bangga diri, karena hal itu adalah termasuk perbuatan syaitan, sedangkan syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagi orang-orang yang beriman. Dan ketahuilah, bahwa aku mengirimkan surat ini,
bukan karena ada laporan tentang dirimu sebab aku tidak mengetahui tentangmu kecuali hal yang
baik-baik. Namun demikian, telah sampai kabar kepadaku perihal tindakanmu yang berbangga
diri. Seandainya kebanggaan ini menyeretmu kepada sesuatu yang aku benci, tentu kamu
mendapatkan telah melihat dariku sesuatu yang kamu benci"._ (Dr. Abdurrahman Ra’at At-
Tibyan, Mereka adalah Para Tabi’in, 2009)
Moga sang Presiden dan "Pangeran" Kaesang baca tulisan ini. Walaupun sekarang (6-8 Juli)
sedang kunjungan kerja (bersama keluarga) ke Turki dan Jerman. _Toh disana, tidak seperti disini
yang ingin membredel medsos, masih bisa buka WA atau Facebook kan?_

Tapi belum tentu boleh sih. Berhubung disana kan akan "menghadap" sang 'Bigboss' Donald
Trump. _*Ah, ga akan diusik Polisi kan ya (sebagaimana Kaesang), jikalau menyebut orang yang
merendahkan diri ke Amerika adalah Ndeso!?*_ � [fr]

Anda mungkin juga menyukai