BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Daun Tumbuhan Loning ( Pisonia umbellifera ( J.R. Forst & G. Forst.) Seem)
merupakan salah satu tumbuhan dari suku Nyctaginaceae yang tumbuh di
sekitar dataran tinggi Kabupaten Karo khususnya di Desa Lau Baleng. Tumbuhan
ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat luka pada hewan ternak, dengan
cara mencampurkan daun tumbuhan loning ke makanan hewan ternak.
Kelas : Angiospermae
Bangsa : Caryophyllales
Familia : Nyctaginaceae
Genus : Pisonia
2.2.1 Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa kimia bersifat basa yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen,umumnya tidak berwarna,dan berwarna jika mempunyai
struktur kompleks dan bercincin aromatik.Alkaloid merupakan golongan zat
tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloid memiliki kemampuan sebagai
antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu komponen
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri,sehingga lapisan dinding sel terbentuk
secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut ( Robinson, 1995).
Kalium-Alkaloid oranye
endapan
Gambar 2.2 Reaksi Alkaloid dengan Pereaksi Dragendorf ( Setyowati et al, 2014)
Pada uji wagner ditandai dengan terbentuknya endapan coklat muda sampai
kuning. Pada pembuatan pereaksi wagner, iodine bereaksi dengan ion I - dari
kalium iodide menghasilkan ion I3- yang berwarna coklat. Pada uji wagner ion
logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada
alkaloid membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Reaksi yang
terjadi pada uji wagner ditunjukkan pada gambar 2.3
I2 + I- I3-
Coklat
Kalium-Alkaloid Coklat
endapan
Gambar 2.3 Reaksi Alkaloid dengan pereaksi Wagner ( Setyowati et al, 2014)
Pada pembuatan pereaksi Mayer, larutan merkurium (II) klorida ditambah kalium
iodida akan bereaksi membentuk endapan merah merkurium (II) iodida. Jika
kalium iodida yang ditambahkan berlebih maka akan terbentuk kalium
tetraiodomerkurat (II). Alkaloid mengandung atom nitrogen yang mempunyai
pasangan elektron bebas sehingga dapat digunakan untuk membentuk ikatan
kovalen koordinat dengan ion logam. Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer,
diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari
kalium tetraiodomerkurat (II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang
mengendap (Setyowati et al, 2014). Reaksi yang terjadi pada uji Mayer
ditunjukkan pada gambar 2.4.
Kalium-Alkaloid oranye
endapan
Gambar 2.4 Reaksi Alkaloid dengan pereaksi Mayer ( Setyowati et al, 2014)
2.2.2 Flavonoid
10
Gambar 2.5 Reaksi Flavonoid dengan Mg dan HCI ( Setyowati et al, 2014)
2.2.3 Terpenoid
Terpenoid adalah senyawa alam yang terbentuk dengan proses biosintesis,
terdistribusi luas dalam dunia tumbuhan dan hewan. Terpenoid ditemui tidak saja
pada tumbuhan tingkat tinggi namun juga pada terumbu karang dan mikroba.
Struktur terpenoiddibangun oleh molekul isoprene, CH2=C(CH3)-CH=CH2,
kerangka terpenoid terbentuk dari dua atau lebih banyak satuan unit isoprene
(C5). Senyawa terpenoid berkisar dari senyawa yang volatile, yakni komponen
minyak atsiri, yang merupakan mono dan sesquiterpen (C10 dan C15), senyawa
yang kurang volatil, yakni diterpen (C20), sampai senyawa yang nonvolatile
seperti triterpenoid dan sterol (C30) serta pigmen karotenoid. Baik pada tumbuhan
ataupun hewan yang menjadi senyawa dasar untuk biosintesis terpenoid adalah
isopentenil pirophosfat.
11
Gambar 2.6 Reaksi Terpenoid dengan pereaksi CeSO4 dalam H2SO4 10%
( Setyowati et al, 2014)
2.2.4 Saponin
Saponin adalah glikosida yang setelah dihidrolisis akan menghasilkan gula
(glikon) dan sapogenin (aglikon). Sapogenin merupakan derivate non gula dari
system polisiklik. Selain itu saponin juga merupakan kelompok glikosida
triterpenoid dan sterol yang telah terdeteksi lebih dari 90 famili tumbuhan dan
banyak ditemukan dalam tumbuhan tingkat tinggi. Senyawa aktif permukaan dari
saponin bersifat sabun dan dideteksi berdasarkan kemampuan membentuk busa
pada pengocokan dan memiliki rasa pahit yang mempunyai efek menurunkan
tegangan permukaan sehingga merusak membran sel dan menginaktifkan enzim
sel serta merusak protein sel. Kemampuan menurunkan tegangan permukaan ini
disebabkan molekul saponin terdiri dari hidrofor dan hidrofil. Bagian hidrofob
adala aglikonnya, bagian hidrofil adalah glikonnya. Rasanya pahit atau getir.
12
Gambar 2.7 Reaksi Hidrolisis Saponin dalam Air ( Setyowati et al, 2014)
13
2.2.5 Tannin
Tannin merupakan senyawa polifenolik dengan bobot molekul yang tinggi dan
mempunyai kemampuan mengikat protein. Tannin terdiri dari katekin,
leukoantosiannin dan asam hidroksi yang masing-masing dapat menimbulkan
warna bila bereaksi dengan ion logam. Senyawa-senyawa yang dapat bereaksi
dalam proses penyamakan kulit kemungkinan besar terdiri dari katekin dengan
berat molekul yang sedang, sedangkan katekin dengan berat molekul yang rendah
ditemukan pada buah-buahan dan sayuran.
14
2.3 Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati dan simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan.
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan
tumbuhan atau hewan dengan menggunakan penyari tertentu (Depkes RI, 2000).
Berdasarkan prinsipnya, proses ekstraksi dapat berlangsung bila terdapat
kesamaan dalam sifat kepolaran antara senyawa yang diekstraksi dengan senyawa
pelarut. Suatu zat memiliki kemampuan terlarut yang berbeda dalam pelarut yang
berbeda. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara zat terlarut dengan pelarut.
Senyawa polar akan larut dalam pelarut polar, begitu juga sebaliknya. Sifat
penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah selekstivitas,
kemampuan untuk mengekstrak, toksisitas, kemudahan untuk diuapkan dan harga
(Harborne, 1987).
Suatu metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu :
1. Cara Dingin
1.1 Maserasi
Maserasi berasal dari kata macerace yang artinya melunakkan. Maserat adalah
hasil penarikan simplisia dengan cara maserasi, sedangkan maserasi adalah cara
penarikan simplisia dengan merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar,
sedangkan remaserasi merupakan pengulangan penambahan pelarut setelah
dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya (Depkes, 2000).
Keuntungan dari metode maserasi adalah prosedur dan peralatannya sederhana,
sedangkan kerugiannya adalah pelarut yang digunakan lebih banyak (Agoes,
2007).
1.2 Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru
sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur
kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pelembaman bahan, tahap perendaman
15
2. Cara Panas
2.1 Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi kontinu menggunakan alat soklet, dimana pelarut akan
terdestilasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi dan
merendam sampel yang mengisi bagian tengah alat soklet, setelah pelarut
mencapai tinggi tertentu maka akan turun ke labu destilasi, demikian berulang-
ulang (Depkes, 2000).
2.2 Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama
waktu tertentu dan pelarut akan terdestilasi menuju pendingin dan akan
terdestilasi menuju pendingin dan akan kembali ke labu (Depkes, 2000).
2.3 Infudasi
Infudasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana
infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC) selama
waktu tertentu (15-20 menit) (Depkes RI, 2000).
2.4 Dekoktasi
Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama (30 menit) dan temperatur
sampai titik didih air (Depkes RI, 2000).
2.4 Antioksidan
Antioksidan adalah zat penghambat reaksi oksidasi akibat radikal bebas yang
dapat menyebabkan kerusakan asam lemak tak jenuh, membran dinding sel,
pembuluh darah, basa DNA, dan jaringan lipid sehingga menimbulkan penyakit
(Subeki,1998). Suatu tanaman memiliki aktivitas antioksidan apabila mengandung
senyawaan yang mampu menangkal radikal bebas seperti fenol dan flavonoid.
Menurut Hudson (1990) definisi antioksidan secara umum adalah suatu
senyawa yang dapat memperlambat atau mencegah terjadinya proses oksidasi.
Antioksidan dapat menghambat laju oksidasi bila bereaksi dengan radikal bebas.
16
Secara alami beberapa jenis tumbuhan merupakan sumber antioksidan, hal ini
dapat ditemukan pada beberapa jenis sayuran, buah-buahan segar, beberapa jenis
tumbuhan dan rempah-rempah (Dalimarta dan Soedibyo,1998).
Selain itu antioksidan juga dapat menetralisir radikal bebas sehingga atom dengan
elektron yang tidak berpasangan mendapat pasangan elektron sehingga tidak
reaktif lagi (Kosasih et al,2004). Tubuh manusia sebenarnya memproduksi
beberapa jenis enzim antioksidan yaitu superperoksida dimutase (SOD), katalase,
dan glutation peroksidase. Enzim –enzim antioksidan ini sangat ampuh
menetralisir berbagai tipe penyakit yang muncul karena adanya serangan radikal
bebas (Kosasih et al,2004).
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan dapat dikelompokkan menjadi
3 kelompok yaitu :
1. Antioksidan primer ( antioksidan endogen atau antioksidan enzimatis).
Contohnya enzim Superoside Dismutase, katalase dan Glutation
peroksidase. Enzim-enzim ini mampu menekan atau mengambat
pembentukan radikal bebas dengan cara memutus reaksi berantai dan
mengubahnya menjadi produk lebih stabil.
2. Antioksidan sekunder ( antioksidan eksogen atau antioksidan
nonenzimatis). Contoh antioksidan sekunder ialah Vitamin E, Vitamin C,
β-karoten, isoflavon, asam urat, bilirubin, dan albumin. Senyawa-senyawa
ini dikenal sebagai penangkap radikal bebas, kemudian mencegah
amplifikasi radikal.
3. Antioksidan tersier, misalnya enzim DNA-repair, metionin sulfoksida
reduktase, yang berperan dalam perbaikan biomolekul yang disebabkan
oleh radikal bebas.
17
18
19
20
21
2.5 Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal yang tidak terlihat oleh mata, tetapi
dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Ukuran bakteri berkisar antara panjang
0,5 sampai 10µ dan lebar 0,5 sampai 2,5µ (µ = 1 mikron = 0,001mm) tergantung
dari jenisnya. Bakteri terdapat secara luas dilingkungan alam yang berhubungan
dangan hewan,udara,air dan tanah. Bakteri berkembang biak secara aseksual yaitu
dengan proses pembelahan diri menjadi dua (Buckle, 2007).
Mikroorganisme memang peranan penting dalam menganalisis sistem
enzim dan dalam mengalisis komposisi suatu makanan. Bakteri merupakan
organisme yang sangat kecil (berukuran mikroskopis). Bakteri rata-rata berukuran
lebar 0,5 – 1 mikron dan panjang hingga 10 mikron (1 mikron - mm). Untuk
melihat bakteri dengan jelas, tubuhnya perlu diisi dengan zat warna, pewarna ini
disebut pengecatan bakteri. Cat yang umum dipakai adalah cat Gram. Diantara
bermacam-macam bakteri yang dicat,ada yang dapat menahan zat warna ungu
dalam tubuhnya meskipun telah didekolorisasi dengan alkohol dan aseton.
Dengan demikian tubuh bakteri itu tetap berwarna ungu meskipun disertai dengan
pengecatan oleh zat warna kontras, warna ungu itu tetap dipertahankan. Bakteri
yang memberikan reaksi semacam ini dinamakn bakteri Gram positif. Sebaliknya,
bakteri yang tidak dapat menahan zat warna setelah didekolorisasi dengan alkohol
akan kembali menjadi tidak berwarna dan bila diberikan pengecatan dengan zat
22
warna kontras, akan berwarna sesuai dengan zat warna kontras. Bakteri yang
memperlihatkan reaksi semacam ini dinamakan bakteri Gram negatif (Irianto,
2006).
Kelompok mikroorganisme yang paling penting dan beraneka ragam, yang
berhubungan dengan makanan dan manusia adalah bakteri. Adanya bakteri dalam
bahan pangan dapat mengakibatkan pembusukan yang tidak diinginkan atau
menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan. Bakteri adalah
mikroorganisme bersel tunggal yang tidak terlihat oleh mata
(Buckle, 2007). Berdasarkan perbedaan respons terhadap prosedur pewarnaan
gram dan strktur dinding bakteri, bakteri diklasifikasikan menjadi bakteri gram
negatif dan bakteri gram positif.
Bakteri gram positif lebih sensitif terhadap penisilin, tetapi lebih tahan terhadap
perlakuan fisik dibandingkan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif sering
berubah sifat pewarnaannya sehingga menunjukkan reaksi gram variabel. Sebagai
contoh, kultur gram positif yang sudah tua dapat kehilangan kemampuannya
untuk menyerap pewarna violet kristal sehingga dapat berwarna merah seperti
bakteri gram negatif. Perubahan tersebut dapat juga disebabkan oleh perubahan
kondisi lingkungan atau modifikasi teknik pewarnaan (Fardiaz, 1992).
23
24
Gambar 2.13. Reaksi antara protein Lisin dengan polifenol (Viljanen, 2005).
25
larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit
informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini.
Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif.
Konsentrasi dari analit di dalam larutan bias ditentukan dengan mengukur
absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum
Lambert-Beer. Hukum Lambert-beer adalah hubungan linearitas antara absorban
dengan konsentrasi larutan analit. Hukum Lambert-beer dapat ditulis dengan :
A= ɛ.b.C
A = absorban (serapan)
ɛ = koefisien ekstingsi molar ( M-1cm-1)
b = tebal kuvet (cm)
C = konsentrasi (M)
ɛ=A/ b.C
26