Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Infeksi malaria masih merupakan problema klinik bagi negara tropik/ sub-
tropik dan negara berkembang maupun negara yang sudah maju. Di Indonesia penyakit
malaria masih menjadi masalah bagi daerah di luar Jawa dan Bali, karena di daerah itu
terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah endemis dan non endemis
malaria. Dengan adanya perkembangan transportasi, mobilisasi penduduk dunia
khususnya dengan berkembangnya dunia wisata, infeksi malaria juga merupakan
masalah bagi negara-negara maju karena munculnya penyakit malaria di negara
tersebut. Masalah mortalitas dan morbiditas malaria mempunyai kaitan erat dengan
kewaspadaan terhadap diagnosis dini dan penanganannya, serta timbulnya resistensi
pengobatan 1,2
Jumlah kasus malaria di Indonesia kira-kira 30 juta/tahun, angka kematian
100.000/ tahun. Di Sulawesi Utara, malaria termasuk 10 penyakit terbanyak dengan
komplikasi malaria serebral > 3 % dan di Bagian Anak RSUP Manado 13 %. 3 Sekitar
100-300 juta penduduk dunia diserang penyakit ini, 6 juta diantaranya menderita
infeksi aktif dengan angka kematian > 1 juta pertahun.4 Angka kematian malaria
serebral adalah sekitar 20 % meskipun sudah diberikan pengobatan.5,6
Gejala malaria serebral pada anak paling dini biasanya adalah demam (37,5-41 0
C), selanjutnya tidak bisa makan atau minum. Sering mengalami rasa mual dan batuk.
Gejala yang mendahului koma dapat berlangsung singkat, umumnya 1-2 hari.
Kehilangan kesadaran setelah demam harus diperkirakan mengalami malaria serebral
terutama jika koma menetap lebih dari setengah jam setelah kejang. Refleks kornea
menghilang pada koma yang dalam. Manifestasi disfungsi serebral termasuk tingkat
penurunan kesadaran, delirium, gejala neurologi abnormal dan kejang fokal maupun
generalisata.7,8
Penanganan malaria serebral adalah diberi infus dan kina dihidroklorida
diberikan dalam bentuk infus dengan dosis 10 mg/ kgBB/ kali sebanyak 3 kali sehari
selama penderita belum sadar dan kalau sudah sadar dilanjutkan oral sampai total 7
hari. Boleh ditambah fansidar atau suldox dengan dosis yang sama untuk waktu 2 hari
pemberian (melalui sonde).1
Berikut ini akan disajikan sebuah laporan kasus pada anak dengan malaria serebral.

1
LAPORAN KASUS

Seorang anak perempuan, umur 11 tahun 5 bulan, BB = 30 kg, suku Minahasa,


kebangsaan Indonesia, alamat Tombuluan, masuk rumah sakit tanggal 07 Januari
2005, jam 01.00 Wita, dengan keluhan utama : Kesadaran menurun dan panas

ANAMNESIS UTAMA
Riwayat Penyakit Sekarang
- Kesadaran menurun dialami penderita sejak kira-kira 5 jam sebelum MRS,
penderita terlihat bingung.
- Panas dialami penderita sejak kira-kira 4 hari sebelum masuk rumah sakit, panas
naik turun, mula-mula hanya sumer-sumer kemudian meningkat tinggi pada
perabaan 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Panas disertai rasa dingin, dan setelah
panas penderita berkeringat banyak dan nyeri kepala. Kejang tidak ada, keluar
darah dari hidung tidak ada.
- Muntah dialami penderita sejak 2 hari SMRS. Frekuensinya kira-kira 5 kali sehari
dengan volume ¼ gelas aqua tiap kali muntah berisi sisa makanan dan cairan.
- Batuk pilek dialami penderita sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk
kadang-kadang, berlendir, warna putih dan tidak berbau. Pilek dengan sekret jernih
dan tidak berbau.
- Nafsu makan berkurang sejak sakit
- Penderita sudah berobat ke dokter umum tapi tidak ada perbaikan
- BAB/ BAK biasa

Anamnesis Antenatal
Pemeriksaan ANC teratur di puskesmas, saat hamil ibu sehat, suntikan TT 2 kali.

Riwayat Keluarga
Adik penderita sebelumnya juga mengalami sakit yang sama

Penyakit Yang Pernah Diderita


Morbili (-), Varicella (-), Pertusis (-), Diare (+), Cacing (-), batuk Pilek (+)

2
Kepandaian / Kemajuan bayi :
- Pertama kali membalik : 4 bulan

- Pertama kali tengkurap : 5 bulan

- Pertama kali duduk : 7 bulan

- Pertama kali merangkak : 8 bulan

- Pertama kali berdiri : 9 bulan

- Pertama kali berjalan : 12 bulan

- Pertama kali tertawa : 3 bulan

- Pertama Kali Berceloteh : 6 bulan

- Pertama kali memanggil mama : 11 bulan

- Pertama kali memanggil papa : 11 bulan

Anamnesis Makanan
- ASI : lahir sampai 15 bulan
- PASI : lahir sampai 2 tahun
- Bubur susu : 4 bulan sampai 7 bulan
- Bubur saring : 7 bulan sampai 8 bulan
- Bubur halus : 8 bulan sampai 12 bulan
- Nasi + lauk : 12 bulan sampai sekarang

Imunisasi
- BCG I
- Polio I, II, III
- DPT I, II, III
- Campak I
- Hepatitis -

Keadaan Sosial, Ekonomi dan Lingkungan :


Tinggal bersama keluarga dirumah papan, atap seng. Terdiri dari 3 kamar dihuni oleh 7
orang ( dewasa 3, anak-anak 4 ), WC/KM diluar rumah, sumber air minum dari sumur,
penerangan PLN, sampah dibakar.

3
PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal 07 Januari 2005, jam 01.00 Wita


Berat badan : 30 Kg
Panjang badan : 132 cm
Keadaan umum : tampak sakit berat
Kesadaran : delirium, GCS: E3 V4 M3
Gizi : Cukup
Tanda vital : T:110/80 mmHg, N:120 x/menit reguler isi cukup, RR:24 x/menit,
SR:38,0 0C
Kulit : Sawo matang, effloresensi, pigmentasi, jaringan parut dan edema
tidak ada, lapisan lemak cukup, turgor kembali cepat.
Kepala : Bentuk mesosefal, ubun-ubun besar menutup, rambut hitam sukar
dicabut.
Mata : Tekanan bola mata normal pada perabaan, konjungtiva anemis +/
+, sklera ikterus -/- lensa jernih, refleks kornea +/+ normal,
gerakan normal, pupil bulat isokor, kiri sama dengan kanan,
refleks cahaya +/+ normal, fundus dan visus tidak dievaluasi, mata
cowong -/-, air mata +/+.
Telinga : Sekret tidak ada
Hidung : Septum tidak deviasi, epistaksis atau sekret tidak ada.
Mulut : Bibir tidak sianotis, lidah kotor (-), karies pada gigi (-), perdarahan
gusi (-), bau pernapasan normal.
Tenggorokan : Tonsil T1/T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-)
Leher : Trakea di tengah, pembesaran kelenjar getah bening kiri dan
kanan (-).
Dada : Bentuk simetris normal.
Paru : Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kiri = kanan
Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor kiri = kanan
Auskultasi : Suara pernafasan bronkovesikuler, ronki -/-,
wheezing -/-

4
Jantung : Denyut jantung 120 x/menit, iktus tak tampak, batas-batas jantung
normal, bunyi jantung I dan II murni, bising (-)
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, hepar: 2-2 cm bawah
arkus kosta, Lien: S III, turgor kembali cepat
Genitalia : Perempuan, tidak ada kelainan
Anggota gerak : Bagian akral hangat, edema (-).
Tulang-belulang : Deformitas (-)
Otot : Atrofi (-)
Refleks-refleks : RF (+) N , RP (-)
LABORATORIUM
Malaria : Tropika Ring ++

Hematokrit : 19 %

Haemoglobin : 6,4 gr/dL

Leukosit : 8.000 /mm3

Trombosit : 122.000/mm3
GDS : 91 mg %

DIAGNOSIS KERJA
Malaria serebral + anemia

PENATALAKSANAAN
- IVFD Kina HCl 300 mg dalam D10 % 150 ml , selang seling dengan NaCl 0,45 in
D5 %, tiap 4 jam
- Injeksi Amoksisilin 3 x 500 mg IV (ST)
- Parasetamol 3 x ¾ tablet (NGT)
- Antasida Syrup 3 x cth (NGT)
ANJURAN PEMERIKSAAN
- DDR serial
- Darah lengkap
- Urin lengkap
- Feses lengkap
- Cross match : transfusi PRC 300 ml

5
FOLLOW UP
07 Januari 2005 ( hari I )
S : Panas (+), mulai sadar, pucat (+)
O : KU : Tampak sakit; Kes. : GCS: E4 V5 M4
Tanda vital : T: 110/70 mmHg, N : 132 x/menit R : 28 x/menit, SR : 38,6OC
Kepala : Konjungtiva anemis +/+, Sklera Ikterus. -/-, Pernapasan cuping
hidung (-)
Toraks : Retraksi (-), jantung : Bising (-), Paru : Sp. Bronkovesikuler,
ronki -/-, wheezing -/-.
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar: 3-3 cm bac, lien
S III-IV
Ekstremitas : Akral hangat.
A : Malaria serebral + anemia
P : - IVFD Kina HCl 300 mg dalam D10 % 150 ml, selang seling dengan NaCl
0,45 in D5 %, 25 cc/ jam
- Injeksi Amoksisilin 3 x 500 mg IV (hari 1)
- Parasetamol 3 x ¾ tablet (NGT)
- Antasida Syrup 3 x cth (NGT)
- Observasi
Anjuran:
- DDR serial
- Cross-match untuk persiapan operasi

08 Januari 2005 ( hari II )


S : Panas menurun, nafsu makan menurun, pucat (+)
O : KU : Tampak sakit; Kes. : GCS: E4 V5 M5
Tanda vital : T: 90/60 mmHg, N : 120 x/menit R : 28 x/menit, SR : 36,3OC
Kepala : Konj anemis +/+, Sklera Ikterus. -/-, Penapasan cuping hidung (-)
Toraks : Retraksi (-), jantung : Bising (-), Paru : Sp. Bronkovesikuler,
ronki -/-, wheezing -/-.
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar: 3-3 cm bac, lien
S III-IV
Ekstremitas : Akral hangat.

6
Hasil DDR: Falsifarum Ring +, gamet +
A : Malaria serebral + anemia
P : - IVFD NaCl 0,45 in D5 %, 24 cc/ jam
- Kina Sulfat 3 x 300 mg
- Primakuin 22,5 mg (dosis tunggal)
- Injeksi Amoksisilin 3 x 500 mg IV (hari 2)
- Parasetamol 3 x ¾ tablet
- Antasida Syrup 3 x cth
- Sanvita B Syr 2 x 1 cth
- Observasi
- Transfusi PRC 300 ml
Anjuran:
- DDR

09 Januari 2005 ( hari III )


S : Panas menurun, pucat (+)
O : KU : Tampak sakit; Kes. : GCS: E4 V5 M6
Tanda vital : T: 90/60 mmHg, N : 120 x/menit R : 28 x/menit SR : 36,5OC
Kepala : Konjungtiva anemis +/+, Sklera Ikterus -/-
Toraks : Retraksi (-), jantung : Bising (-), Paru : Sp. Bronkovesikuler,
ronki -/-, wheezing -/-.
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar: 3-3 cm bac, lien
S III-IV
Ekstremitas : Akral hangat.

Hasil lab:
DDR : Ring plasmodium falsifarum, gamet +
HB : 6,8 mg %
Leuko : 4.900/mm3
Trombo : 122.000/ mm3

A : Malaria serebral + anemia

7
P : - IVFD NaCl 0,45 in D5 %, 24 cc/ jam
- Kina Sulfat 3 x 300 mg
- Injeksi Amoksisilin 3 x 500 mg IV (hari 3)
- Parasetamol 3 x ¾ tablet
- Antasida Syrup 3 x cth
- Sanvita B Syr 2 x 1 cth
- Observasi

10 Januari 2005 ( hari IV )


S : Makan minum (+), panas (-)
O : KU : Tampak sakit; Kes. : GCS: E4 V5 M6
Tanda vital : T: 90/60 mmHg, N : 80 x/menit R : 24 x/menit SR : 36,4OC
Kepala : Konjungtiva anemis +/+, Sklera Ikterus -/-.
Toraks : Retraksi (-), jantung : Bising (-), Paru : Sp. Bronkovesikuler,
ronki -/-, wheezing -/-.
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar: 2-3 cm bac, lien
S III
Ekstremitas : Akral hangat.

Hasil lab:
DDR : Ring plasmodium falsifarum, gamet +
HB : 8 mg %
Leuko : 5.500/mm3
Trombo : 247.000/ mm3

A : Malaria serebral
P : - IVFD NaCl 0,45 in D5 %, 24 cc/ jam
- Kina Sulfat 3 x 300 mg (hari ke-3)
- Injeksi Amoksisilin 3 x 500 mg IV (hari 4)
- Antasida Syrup 3 x cth
- Sanvita B Syr 2 x 1 cth
- Observasi

8
11 Januari 2005 ( hari V )
S : Makan minum (+), panas (-)
O : KU : Tampak sakit; Kes. : GCS: E4 V5 M6
Tanda vital : T: 100/70mmHg, N : 96 x/menit R : 24 x/menit SR : 36,2OC
Kepala : Konjungtiva anemis +/+, Sklera Ikterus -/-
Toraks : Retraksi (-), jantung : Bising (-), Paru : Sp. Bronkovesikuler,
ronki -/-, wheezing -/-.
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar: 2-2 cm bac, lien
S II-III
Ekstremitas : Akral hangat.

Hasil lab:
DDR : Ring plasmodium falsifarum, gamet +
HB : 8,3 mg %
Leuko : 6.000/mm3
Trombo : 303.000/ mm3

A : Malaria serebral
P : - Kina Sulfat 3 x 300 mg (hari ke-4)
- Injeksi Amoksisilin 3 x 500 mg IV (hari 5)
- Antasida Syrup 3 x cth
- Sanvita B Syr 2 x 1 cth
- Observasi
Rencana:
- DDR

12 Januari 2005 ( hari VI )


S : Makan minum (+), panas (-)
O : KU : Tampak sakit; Kes. : GCS: E4 V5 M6
Tanda vital : T: 100/70 mmHg, N : 88 x/menit R : 24 x/menit SR : 36,2OC
Kepala : Konjungtiva anemis +/+, Sklera Ikterus -/-
Toraks : Retraksi (-), jantung : Bising (-), Paru : Sp. Bronkovesikuler,
ronki -/-, wheezing -/-.

9
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar: 2-2 cm bac, lien
S II
Ekstremitas : Akral hangat.

Hasil lab:
DDR : Ring plasmodium falsifarum, gamet +

A : Malaria serebral
P : - Kina Sulfat 3 x 300 mg (hari ke-5)
- Injeksi Amoksisilin 3 x 500 mg IV (hari 6)
- Antasida Syrup 3 x cth
- Sanvita B Syr 2 x 1 cth
- Observasi

Rencana:
- Darah lengkap
- DDR

13 Januari 2005 ( hari VII )


S : Makan minum (+), panas (-)
O : KU : Tampak sakit; Kes. : GCS: E4 V5 M6
Tanda vital : T: 100/60 mmHg, N : 80 x/menit R : 24 x/menit SR : 36,1OC
Kepala : Konjungtiva anemis +/+, Skl. Ikt. -/-
Toraks : Retraksi (-), jantung : Bising (-), Paru : Sp. Bronkovesikuler,
ronki -/-, wheezing -/-.
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar: 1-2 cm bac, lien
S II
Ekstremitas : Akral hangat.

Hasil lab:
DDR : Plasmodium falsifarum, gamet +
HB : 8,8 mg %
Leuko : 6.000/mm3
Trombo : 298.000/ mm3

10
A : Malaria serebral
P : - Kina Sulfat 3 x 300 mg (hari ke-6)
- Injeksi Amoksisilin 3 x 500 mg IV (hari 7)
- Antasida Syrup 3 x cth
- Sanvita B Syr 2 x 1 cth

Rencana pulang, kontrol di dokter ahli

11
DISKUSI

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh protozoa intraseluler


dari genus plasmodium. Empat spesies dari plasmodium menyebabkan malaria pada
manusia antara lain: Plasmodium falsiparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale
dan Plasmodium malariae.2
Malaria serebral merupakan salah satu komplikasi dari malaria berat yang
disebabkan oleh plasmodium Plasmodium falsiparum yang dapat disertai dengan
gejala neurologis dan menyebabkan kematian khususnya pada anak-anak dan orang
dewasa yang non-imun.9,10,11
Patogenesis dari malaria serebral berdasarkan pada kelainan histologis. Eritrosit
yang mengandung parasit (EP) muda (bentuk cincin) bersirkulasi dalam darah perifer
tetapi EP matang menghilang dalam sirkulasi dan terlokalisasi pada pembuluh darah
organ disebut sekuester. Eritrosit matang tercantel pada sel endotel vaskular melalui
knob yang terdapat pada permukaan eritrosit sehingga EP matang melekat pada endotel
venula/ kapiler yang disebut sitoadherens. Kira-kira sepuluh atau lebih eritrosit yang
tidak terinfeksi menyelubungi 1 EP matang membentuk roset. Adanya sitoadherens,
roset, sekuester dalam organ otak dan menurunnya deformabilitas EP menyebabkan
obstruksi mikrosirkulasi akibatnya hipoksia jaringan.3
Kriteria malaria serebral menurut WHO yaitu koma yang tidak dapat
dibangunkan, dengan derajat penurunan kesadaran GCS < 11 atau koma yang menetap
> 30 menit setelah kejang yang tidak disebabkan oleh penyakit lain.3
Pada kasus ini diagnosis malaria serebral ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Pada anamnesis didapatkan penderita mengalami panas sejak 4 hari, mula-mula
hanya sumer-sumer kemudian meningkat tinggi. Penderita menggigil dan berkeringat
juga nyeri kepala. 5 jam sebelum masuk rumah sakit, penderita mengalami penurunan
kesadaran seperti orang yang bingung. Pada pemeriksaan fisik didapatkan penderita
tampak sakit berat dengan kesadaran delirium dengan suhu badan 380 C dan
konjungtiva tampak anemis. Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan
hepatosplenomegali. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb hanya 6,4 dengan
DDR ditemukan plasmodium falsiparum bentuk ring ++. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa kriteria diagnosis dari malaria serebral adalah:

12
1. Gejala malaria serebral pada anak paling dini biasanya adalah demam (37,5-410c)
2. Anak sering mengalami kehilangan kesadaran setelah demam (GCS < 11)
3. Ditemukan parasitemia disertai anemia dengan kadar HB < 7,1 gr %
4. Adanya pembesaran hepar dan limpa
Penanganan malaria serebral diberikan kina HCl intravena secara drips dengan
dosis 10 mg/kgbb/kali selama 2-4 jam, diulangi tiap 8 jam (3 x sehari) sampai
penderita sadar atau maksimal 3 hari, kemudian dilanjutkan dengan kina sulfat oral
sampai total 7 hari. Pemberian kina sangat aktif terhadap skizon darah dan merupakan
obat untuk penyembuhan klinis yang efektif. Pada penderita ini, setelah diagnosis
ditegakkan diberikan kina HCl 300 mg yang dilarutkan dalam 150 ml dekstrosa 10%
dan diselang-selingi dengan NaCl in D5% tiap 4 jam. Parasetamol 3 x ¾ tablet untuk
membantu menurunkan panas dan antasida 3 x 1 cth untuk mengurangi gejala akibat
muntah-muntah. Setelah dilakukan pemeriksaan DDR serial ditemukan plasmodium
falcifarum ring +, gamet +, maka diberikan primakuin dengan dosis 0,5 - 1 mg/kgbb
yang efektif terhadap gametosit pada semua spesies. Untuk plasmodium falciparum
diberikan 1 hari. Pada penderita ini diberikan primakuin 22,5 mg (dosis tunggal).1,2
Komplikasi pada malaria serebral berupa anemia, udema paru, gagal ginjal,
hipoglikemi dan asidosis. Pada kasus ini terdapat komplikasi berupa anemia dengan
kadar Hb 6,4 gr%. Anemia dapat terjadi akibat adanya penghancuran eritrosit yang
mengandung parasit. Anemia turut berperan dalam gejala serebral yaitu adanya
penurunan kesadaran dan juga pada hepatomegali. Penanganan anemia dengan
pemberian transfusi berdasarkan kadar Hb, densitas parasitemia dan kelainan klinis.
Selain itu harus memperhatikan kadar hematokrit yang menurut WHO kadar
hematokrit <15% merupakan indikasi pemberian transfusi darah (10 ml/kgbb PRC atau
20 ml/kgbb Whole Blood). Pada penderita ini kadar hematokrit 19% dan telah
diberikan transfusi PRC 300 ml.2,7
Malaria serebral meningkatkan angka kematian sekitar 20 % pada orang
dewasa dan 15 % pada anak-anak. Defisit residual tidak biasanya pada orang dewasa
(<3 %). Kira-kira 10 % pada anak-anak (terutama yang dengan hipoglikemi berulang,
anemia berat, kejang berulang dan koma yang dalam), penderita serebral malaria yang
bertahan hidup mungkin mempunyai defisit neurologis yang persisten.11
Prognosis pada kasus ini sebelum penanganan adalah tidak baik dimana
penderita datang dengan kesadaran menurun disertai anemia, tetapi dengan

13
penanganan yang cepat dan tepat dapat diatasi sehingga penderita dapat diselamatkan
dan dipulangkan dengan keadaan baik, sehingga prognosis setelah pengobatan adalah
baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Rampengan TH, Laurentz IR. Malaria. Dalam: Penyakit infeksi tropik pada
anak. Jakarta: EGC, 1997: 185-204
2. Tambayong EH. Malaria serebral. Dalam: Harijanto PN, editor. Malaria
epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis dan penanganan. Jakarta: EGC,
1999; 87-90
3. Kotambunan RC, Harijanto P. Malaria serebral. Dalam: Makalah yang
dibawakan pada PERDOSSI 11 Juli 2003. Manado, 2003.
4. Mubin AH, Pain S. Malaria tropika dengan beberapa komplikasi. Dalam: Jurnal
cermin dunia kedokteran, no 74. Jakarta, 1992; 48-51
5. Cerebral malaria. Available from:
www.health.iafrica.cerebral_malaria.com. Last updated, oktober 2002
6. Cerebral malaria. Available from:
www.mcw-healthcaremalaria_updatecerebralmalaria.com. Last updated 2004.
7. Soedarmo SP, Gama H, Hadinegoro SR. Malaria. Dalam Buku ajar ilmu
kesehatan anak. Infeksi dan infeksi tropis. Edisi I. Jakarta: FKUI, 2002: 452-3
8. Datau EA. Diagnosis klink malaria. Dalam: Tambayong EH, editor.
Penanganan malaria secara terpadu. Manado: FK UNSRAT, 1993; 55-63
9. Stricland GT. Cerebral malaria. In: Tropical medicine, 6th edition. London: WB
Saunders Company, 1984.p. 535-6
10. Makimian R. Malaria serebral. Dalam: Majalah kedokteran Indonesia,
penyegar ilmu kedokteran, vol 34. Jakarta, 1984; 185-7
11. Swash M, Oxbury J. Malaria. In: Clinical neyrology, vol 1. Churchill-
livingstone.p. 905-6

15
Laporan Kasus

CARSINOMA RECTOSIGMOID

OLEH :
Ulmiwidaya Sudibyo
9801019

Pembimbing
Dr. H. P. Limpeleh SpB
Dr. Roland Karema

BAGIAN/UPF ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO

16
2006

17

Anda mungkin juga menyukai