Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KIMIA KOLOID

“ABSORPSI FISIKA”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

1. SONI AFRIANSYAH (RSA1C115003)


2. ROBI (RSA1C115015)
3. SRI WAHYUNINGSIH (RSA1C115020)
4. NOVANI KURNIATY (RSA1C115021)
5. ROSTALINDA RUMAPEA (RSA1C115022)
6. WAHYU HIDAYANI (RSA1C115027)
7. NITA SARI (RSA1C115031)

DOSEN PENGAMPU :
NAZZARUDIN, S.Si.M.Si Ph.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILM PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas selesainya
makalah yang berjudul “Absorpsi Fisika”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Nazzarudin, S.Si.M.Si Ph.D selaku dosen Kimia Koloid yang telah membimbing
penulis agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu guna memenuhi tugas mata
kuliah Kimia Koloid. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya, dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki dalam menemukan
referensi yang berkaitan Kerangka Teoritis dan perumusan hipotesis. Dengan segala
kerendahan hati, penulis menantikan kritik dan saran yang membangun atas penulisan
makalah ini agar dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri umumnya
kepada seluruh pembaca makalah ini.

Jambi, 10 Mei 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………..…....2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….3

BAB I. PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………...…………....4
1.2 Tujuan…………………………………………………………….…5
1.3 Manfaat……………………………………………………..……….5

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Definisi absrobsi ………………………………….………………..6
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Adsorbsi……………………….7
2.3 Mekanisme Adsorbsi ……...…………………………………..…...8
2.4 Sifat fisika adsorbsi ………………………………………………..9
2.5 Proses aktivasi adsorbsi fisika……………………………….…….10

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan………………….…………………………………….16
3.2 Saran………………………………………………………………16

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Adsorps imerupakan peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Zat
yang diserap disebut fase terserap (adsorbat), sedangkan zat yang menyerap disebut
adsorben. Kecuali zat padat, adsorben dapat pula zat cair. Karena itu adsorpsi dapat
terjadi antara :zat padat dan zat cair, zat padat dan gas, zat cair dan zat cairan atau gas dan
zatcair.
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut yang ada dalam
larutan oleh permukaan benda atau zat penyerap. Adsorpsi adalah masuknya bahan yang
mengumpul dalam suatu zat padat. Keduanya sering muncul bersamaan dengan suatu
proses maka ada yang menyebutny asorpsi. Baik adsorpsi maupun absorpsi sebagai sorpsi
terjadi pada tanah liat maupun padatan lainnya, namun unit operasinya dikenal sebagai
adsorpsi.(Giyatmi,2008:101).
Menurut Sukardjo bahwa molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair
mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya yang mengimbangi.
Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi.
Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk kedalam
adsorben sedang pada adsorpsi, zat yang diserap hanya pada permukaan (Sukardjo,
2002:190).
Adsorpsi yang disebabkan oleh gaya Van Der Wall yang ada pada permukaan
adsorben, panas adsorpsinya rendah dan lapisan yang terjadi pada permukaan adsorben
biasanya lebih kecil dari satu molekul. Adsorpsi secara fisik terjadi karena adanya
perbedaan energy atau gaya tarik menarik elektrik (gaya Van der Waals) sehingga
molekul-molekul adsorbat secara fisik terikat pada molekul adsorben. Jenisa dsorpsi ini
umumnya adalah lapisan ganda (multi layer) dalam hal ini tiap lapisan molekul
terbentuk di atas lapisan-lapisan yang proporsional dengan konsentrasi kontaminan.
Adsorpsi fisik ini bersifat dapat balik(reversible Yang berarti atom-atom atau ion-ion
yang terikat dapat dilepaskan kembali dengan bantuan pelarut tertentu yang sesuai
dengan sifat ion yang diikat (Rumidatul, 2006).

4
1.2 RumusanMasalah
1. Apa pengertian Adsorbsi?
2. Apa Faktor-faktor yang mempengaruhi Adsorbsi?
3. Bagaimana Mekanisme adsrobsi?
4. Apa sifat Fisika Adsorbsi?
5. Bagaimana Proses Aktivasi adsorbsi fisika?

1.3 TujuanPenulisan
1. Dapat mengetahui pengertian adsorbsi
2. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi adsorbsi
3. Dapat Mengetahui mekanisme adsorbsi
4. Dapat mengetahui sifat fisika adsorbsi
5. Dapat mengetahu proses aktivasi adsorbsi fisika

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DefinisiAdsorbsi
Adsorpsi adalah salah satu dari sifat koloid yang merupakan proses penyerapan suatu
partikel zat baik berupa ion, atom, atau molekul pada permukaan zat lain. Adsorpsi terjad
ikarena adanya gaya tarik yang tida kseimbang pada partikel zat yang berada pada permukaan
absorben.
Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu substansi pada permukaan zat padat.
Pada fenomena adsorpsi, terjadi gaya tarik-menarikantarasubstansi terserap dan penyerapnya.
Dalam sistem adsorpsi, fasa teradsorpsidalam solid disebut adsorbat sedangkan solid tersebut
adalah adsorben.
Pada proses adsorpsi, molekul adsorbat bergerak melalui bulk fasa gas
menujupermukaan padatan dan berdifusi pada permukaan pori padatan adsorben.Proses
adsorpsi hanya terjadi pada permukaan, tidak masuk dalam fasabulk/ruah. Proses adsorpsi
terutama terjadi pada mikropori (pori-pori kecil),sedangkan tempat transfer adsorbat dari
permukaan luar ke permukaan mikropori ialah makropori.Yang dapat di lihat pada gambar

Dalam system koloid, partikel-partikel fase terdispersi tersebar merata dalam medium
pendispersinya sebagai molekul-molekul yang sangat halus. Setiap partikel-pertikel koloid
mempunyei permukaan yang berbatasan dengan mediumnya. Permukaan partikel ini
mempunyai kemampuan adsorpsi sangat besar.
Apabila partikel koloid mengadsorpsi ion-ion yang ada di dalam medium pendispersi,
makapartikel-partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Adsorpsi mengakibatkan partikel-

6
partikel koloid menjadi bermuatan sejenis. Oleh Karena itu, partikel-partikel koloid saling
berjauhan sehingga tidak terjadi penggumpalan. Hal inilah yang membuat koloid stabil.
Atas dasar fenomena kejadiannya, adsorpsi juga dibedakan menjadi tiga macam. Yang
pertama disebut chemisorption, terjadi karena ikatan kimia (chemical bonding) antara
molekul zat terlarut (solute) dengan molekul adsorban. Adsorpsi ini bersifat sangat
eksotermis dan tidak dapat berbalik (irreversible). Yang kedua, adsorpsi fisika (physical
adsorption, terjadi karena gaya tarik molekul oleh gaya van der Waals dan yang ketiga
disebut ion exchange (pertukaran ion), terjadikarenagayaelektrostatis.
Sifat adsorpsi koloid dimanfaatkan untuk proses-proses berikut :
1. Proses pewarnaan pada industry tekstil dengan larutan basa.
2. Proses pemisahan mineral logam dari bijihnya pada industry logam.
3. Penjernihan air tebupada proses pembuatangulapasir, menggunakan tanah diatom
atau arang tulang.
4. Proses penyembuhan sakit perut karena bakteri patogen, menggunakan norit atau
serbuk karbon.
5. Penjernihan air dengan karbon aktif pada proses pengolahan air minum yang dapat
mengadsorpsi warna, rasa dan warna.
6. Adsorpsi racun-racun berwujud gas dengan arang halus pada penggunaan masker
gas.

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Adsorbsi


Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorbsi (Prawira, 2008) adalah sebagai
berikut:
1. Agitation (Pengadukan)
Tingkat adsorbs dikontrol baik oleh difusi film maupun difusi pori, tergantung pada
tingkat pengadukan pada sistem.
2. Karakteristik Adsorban (KarbonAktif)
Ukuran partikel dan luas permukaan merupakan karakteristik penting karbon aktif sesuai
dengan fungsinya sebagai adsorban. Ukuran partikel karbon mempengaruhi tingkat adsorbsi;
tingkat adsorbs naik dengan adanya penurunan ukuran partikel. Oleh karena itu adsorbs
menggunakan karbon PAC (Powdered Acivated Carbon) lebih cepat dibandingkan dengan
menggunakan karbon GAC (Granular Acivated Carbon).Kapasitas total adsorbs karbon
tergantung pada luas permukaannya. Ukuran partikel karbon tidak mempengaruhi luas

7
permukaanya. Oleh sebab itu GAC atau PAC dengan berat yang sama memiliki kapasitas
adsorbsi yang sama.
3. Kelarutan Adsorbat
Senyawa terlarut memiliki gaya tarik-menarik yang kuat terhadap pelarutnya sehingga
lebih sulit diadsorbsi dibandingkan senyawa tidak larut.
4. Ukuran Molekul Adsorbat
Tingkat adsorbsipada aliphatic, aldehyde, atau alcohol biasanya naik diikuti dengan
kenaikan ukuran molekul. Hal ini dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa gaya tarikan
antara karbon dan molekul akan semakin besar ketika ukuran molekul semakin mendekati
ukuran pori karbon. Tingkat adsorbs tertinggi terjadi jika pori karbon cukup besar untuk
dilewati oleh molekul.
5. pH (DerajatKeasaman)
Asam organic lebih mudah teradsorbsi pada pH rendah, sedangkan adsorbs basa organic
efektif pada pH tinggi.
6. Temperatur
Tingkat adsorbs naik diikuti dengan kenaikan temperature dan turun diikuti dengan
penurunan temperatur.
Berdasarkan jenis adsorbatnya, tingkat adsorpsi digolongkan menjadi tiga, yaitu lemah
(weak), terjadi pada zat anorganik kecuali golongan halogen (salah satunya adalah klor).
Adsorpsi menengah (medium), terjadi pada zat organic alifatik dan adsorpsi kuat (strong)
terjadi pada senyawa aromatik (zatorganik yang berbau (aroma) denganstruktur benzene
(C6H6).

2.3 Mekanisme Adsorbsi


Proses adsorbsi dapat digambarkan sebagai proses dimana molekul meninggalkan
larutan dan menempel pada permukaan zat adsorben akibat kimiadanfisika (Reynolds,1982).
Proses adsorpsi tergantung pada sifat zat padat yang mengadsorpsi, sifat
atom/molekul yang diserap, konsentrasi, temperatur dan lain-lain. Pada prosesadsorpsi
terbagi menjadi 4 tahap yaitu :
1. Transfer molekul-molekul zat terlarutyang teradsorpsi menuju lapisan filmyang
mengelilingi adsorben.
2. Difusi zat terlarut yang teradsorpsi melalui lapisan film (film diffusion process).
3. Difusi zat terlarut yang teradsopsi melalui kapiler/pori dalam adsorben (porediffusion
process).

8
4. Adsorpsi zat terlarut yang teradsorpsi pada dinding pori atau permukaan
Adsorben(proses adsorpsi sebenarnya), (Reynolds, 1982).
Operasi dari proses adsorpsi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Proses adsorpsi dilakukan dalam suatu bak dengan sistem pengadukan, dimanapenyerap
yang biasanya berbentuk serbuk dibubuhkan, dicampur dan diadukdengan air dalam suatu
bangunan sehingga terjadi penolakan antara partikelpenyerap dengan fluida.
2. Proses adsorpsi yang dijalankan dalam suatu bejana dengansistemfiltrasi,dimana bejana
yang berisi media penjerap di alirkan air dengan modelpengaliran gravitasi. Jenis media
penyerap sering digunakan dalam bentukbongkahan atau butiran/granular dan proses adsorpsi
biasanyaterjadi selamaair berada di dalam media penyerap (Reynold, 1982).

2.4 Adsorpsi Fisika


Adsorpsi fisika merupakan adsorpsi yang terjadi karena adanya gaya Vander Waals.
Pada adsorpsi fisika, gaya tarik-menarik antara molekul fluidadeenganmolekul pada
permukaan padatan (intermolekular) lebih kecil dari pada gayatarik-menarik antar molekul
fluida tersebut sehingga gaya tarik-menarik antaraadsorbat dengan permukaan adsorben
relatif lemah. Pada adsorpsi fisika, adsorbattidak terikat kuat dengan permukaan adsorben
sehingga adsorbat dapat bergerakdari suatu bagian permukaan ke permukaan lainnya dan
pada permukaan yangditinggalkan oleh adsorbat tersebut dapat digantikan oleh adsorbat
lainnya.Keseimbangan antara permukaan padatan dengan molekul fluida biasanya
cepattercapai dan bersifat reversible. Adsorpsi fisika memiliki kegunaan dalam halpenentuan
luas permukaan dan ukuran pori (Murti, 2008).
Gaya Van Der Waals terjadi akibat interaksi antara molekul-molekul non polar (Gaya
London), antara molekul-molekul polar (Gaya dipole-dipol) atau antara molekul non polar
dengan molekul polar (Gaya dipole-dipol terinduksi). Ikatan Van Der Waals terdapat antar
molekul zat cair atau padat dan sangat lemah. Gaya Van Der Waals dahulu dipakai untuk
menunjukkan semua jenis gaya tarik-menarik antar molekul. Namun kini merujuk pada pada
gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul yang terlemah menjadi dipole seketika. Pada
saat tertentu, moleku-molekul dapat berada dalam fase dipole seketika ketika salah satu
muatan negative berada di sisi tertentu. Dalam keadaan dipol ini, molekul dapat menarik atau
menolak electron lain dan menyebabkan atom lain menjadi dipole. Gaya tarik menarik yang
muncul sesaat ini merupakan gaya Van Der Waals.
Karena gaya ini sangat lemah maka zat yang mempunyai ikatan van der waals akan
mempunyai titik didih yang sangat rendah. Meskipun demikian gaya van der waals bersifat

9
permanen dan lebih kuat dari gaya london. Contoh gaya van der waals terdapat pada senyawa
hidrokarbon. Misalnya pada senyawa CH4. Perbedaan keelektronegatifan C (2,5) dengan H
(2,1) sangat kecil, yaitu sebesar 0,4.
Senyawa-senyawa yang mempunyai ikatan van der waals akan mempunyai titik didih sangat
rendah, tetapi dengan bertambahnya Mr Ikatan akan makin kuat sehingga titik didih lebih
tinggi. Contohnya, titik didih C4H10>C3H8>C2H6>CH4. Contoh lainnya terdapat pada Br2 dan
I2. Br2 berwujud cair tetapi mudah menguap dan I2 berwujud gas tetapi mudah menyublim.
Hal ini disebabkan karena ikatan antara molekul Br2 dan I2 adalah ikatan van der waals.
Gaya antar molekul ini disebut gaya Van Der Waals. Dengan adanya gaya-gaya ini
memberikan koreksi pada persamaan ideal untuk gaya sejati.
Dimana :
P = Tekanan Gas
V = Volume gas
T = Temperatur (K)
a dan b = tetapan
R = Tetapan Gas Umum
Dalam keadaan cair dan keadaan padat, gaya-gaya ini lebih besar. Seperti telah
dijelaskan, zat-zat di atas membentuk Kristal molekuler. Satuan-satuan dalam Kristal
molekuler seperti chlor, benzene, dsb. Untuk atom atau molekul-molekul kecil, struktur
kristalnya biasanya tersusun rapat (close packed) karena gaya Van Der Waals tidak
mempunyai arah dalam ruang. Struktur ini terdapat pada gas-gas mulia, Halogen, H2, N2, 02,
CO2, HCl, HBr, CH4, C2H6, NH3, PH3, dan H2S.

2.5 Proses Aktivasi Adsorbsi Fisika


Aktivasi ini merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawaorganik dengan
bantuan panas, uap dan CO2. Umumnya arang dipanaskan didalam tanur pada temperatur
800-900°C. Oksidasi dengan udara padatemperatur rendah merupakan reaksi eksoterm
sehingga sulit untukmengontrolnya. Sedangkan pemanasan dengan uap atau CO2
padatemperaturtinggi merupakan reaksi endoterm, sehingga lebih mudah dikontrol dan
palingumum digunakan.
Beberapa bahan baku lebih mudah untuk diaktivasi jika diklorinasiterlebih dahulu.
Selanjutnya dikarbonisasi untuk menghilangkan hidrokarbonyang terklorinasi dan akhimya
diaktivasi dengan uap. Juga memungkinkan untukmemperlakukan arang kayu dengan uap
belerang pada temperatur 500°C dankemudian desulfurisasi dengan H2 untuk mendapatkan

10
arang dengan aktivitastinggi. Dalam beberapa bahan barang yang diaktivasi dengan
percampuran bahan kimia, diberikan aktivasi kedua dengan uap untuk memberikan sifat
fisikatertentu.
Dengan bertambah lamanya destilasi serta bertambah tingginya temperaturdestilasi,
mengakibatkan jumlah arang yang dihasilkan semakin kecil, sedangkandestilasi dan daya
serap makin besar. Meskipun dengan semakin bertambahnyatemperatur destilasi, daya serap
arang aktif semakin baik, masih diperlukanpembatasan temperatur yaitu tidak melebihi
10000C, karena banyak terbentuk abusehingga menutupi pori-pori yang berfungsi untuk
mengadsorbsi. Sebagaiakibatnya daya serap arang aktif akan menurun. Selanjutnya campuran
arang danaktivator dipanaskan pada temperatur dan waktu tertentu. Hasil yang diperoleh,diuji
daya serapnya terhadap larutan Iodium.
Pada aktivasi fisika, terjadi pengurangan massa karbon dalam jumlah yangbesar
karena adanya pembentukan struktur karbon. Namun, pada aktivasifisikaseringkali terjadi
kelebihan oksidasi eksternal sewaktu gas pengoksidasi berdifusi pada karbon sehingga terjadi
pengurangan ukuran adsorben. Selain itu, reaksi sulituntuk dikontrol.
Pada aktivasi secara fisika, karbon dipanaskan pada suhu sekitar 800-1000oC dan
dialirkan gas pengoksida seperti uap air air, oksigen/CO2. Gas pengoksida akan bereaksi
dengan karbon dan melepaskan karbon monoksida dan hidrogen untuk gas pengoksida
berupa uap air. Senyawa-senyawa produk samping pun akan terlepas pada proses ini
sehingga akan memperluas pori dan meningkatkan daya adsorpsi. Klasifikasi karbondengan
uap air dan CO2 terjadi melalui reaksi bersifat endotermis berikut ini (Marsh, 2006).

C + H2O → CO + H2 ( 117 kj/mol)


C + CO2 → 2 CO ( 159 kj / mol )
Sedangkan aktivasi fisika dengan oksigen melalui reaksi bersifat eksotermis berikut ini :
C + O2 → CO2 ( -406 kj / mol )
Pada aktivasi fisika terjadi pengurangan massa karbon dalam jumlah yang besar
karena adanya pembentukan struktur karbon. Namun pada aktivasi fisika seringkali terjadi
kelebihan oksida eksternal sewaktu gas pengoksida berdifusi pada karbon sehingga terjadi
pengurangan ukuran adsorben. Selain itu, reaksi sulit dikontrol (Shofa, 2012).
Aktivasi adalah perubahan secara fisik diamna luas permukaan dari karbon meningkat
dengan tajam dikarenakan terjadinya penghilangan senyawa tar dansenyawa sisa-sisa
pengarangan. Daya serap karbon aktif akan semakin kuatbersamaan dengan meningkatnya
konsentrasi dari aktivator yang ditambahkan.Hal ini memberikan pengaruh yang kuat untuk

11
mengikat senyawa-senyawa tarkeluar melewati mikro pori-pori dari karbon aktif sehingga
permukaan darikarbon aktif tersebut akan semakin luas yang mengakibatkan semakin besar
puladaya serap karbon aktif tersebut (Taufik, 2001). Tujuan dilakukannya prosesaktivasi
adalah untuk meningkatkan keaktifan dengan adsorpsi karbon dengancara menghilangkan
senyawa karbon pada permukaan karbon yang tidak dapatdihilangkan pada proses
karbonisasi.
Proses aktivasi merupakan hal yang penting diperhatikan disamping bahan baku yang
digunakan. Yang dimaksud dengan aktivasi adalah suatu perlakuanterhadap arang yang
bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan caramemecahkan ikatan hidrokarbon atau
mengoksidasi molekul – molekulpermukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik
fisika maupunkimia,yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap
dayaadsorpsi. Metode aktivasi yang umum digunakan dalam pembuatan arang aktif atau
karbon aktif yaitu:

Karbon aktif secara komersial diketahui pertama kali karena penggunaannya


sebagai topeng uap pada perang dunia I. Namun, pada abad ke-15 sudah diketahui bahwa
karbon hasil dekompresiasi kayu dapat menyingkirkan bahan berwarna dari pada abad ke-
17. Penerapan secara komersil arang kayu digunakan dalam sebuah pabrik gula di Inggris
(Austin, 1996).
Karbon aktif merupakan adsorben terbaik dalam sistem adsorpsi. Ini dikarenakan
arang aktif memiliki luas permukaan yang besar dan daya adsorpsi yang tinggi sehingga
pemanfaatannya dapat optimal. Karbon aktif yang baik harus memiliki luas permukaan
yang besar sehingga daya adsorpsinya juga besar (Prabowo, 2009).
Luas permukaan karbon aktif umumnya berkisar antara 300–3000 m2/g dan ini
terkait dengan struktur pori pada karbon aktif tersebut. Karbon aktif adalah material
berpori dengan kandungan karbon 87%-97% dan sisanya berupa hidrogen, oksigen, sulfur,
dan material lain. Karbon aktif merupakan karbon yang telah diaktivasi sehingga terjadi
pengembangan struktur pori yang bergantung pada metode aktivasi yang digunakan.
Struktur pori menyebabkan ukuran molekul teradsorpsi terbatas, sedangkan bila ukuran

12
partikel tidak masalah, kuantitas bahan yang diserap dibatasi oleh luas permukaan karbon
aktif (Austin, 1996).
Perbedaan antara arang dan arang aktif adalah pada bagian permukaannya. Bagian
permukaan arang masih ditutupi oleh deposit hidrokarbon yang menghalangi keaktifannya,
sementara bagian permukaan arang aktif relatif bebas dari deposit dan permukaannya lebih
luas serta pori–pori yang terbuka sehingga dapat melakukan penyerapan.
Kemampuan adsorpsi arang aktif tidak hanya bergantung pada luas permukaannya
saja tetapi juga struktur dalam pori-pori arang aktif, karakteristik permukan dan
keberadaan grup fungsional pada permukaan pori (Wibowo,S., 2011).
 Jenis – jenis Karbon Aktif
Ukuran diameter pori untuk karbon fase cair umumnya mendekati atau lebih besar dari
30Å sedangkan untuk karbon fase gas umumnya diameter pori berukuran 10 sampai 25Å.
Efektifitas karbon aktif biasanya ditentukan dengan test kimia yang sesuai dimana test
tersebut dapat menyerap di bawah kondisi standar. Untuk fase gas biasanya digunakan
CCl4 sedangkan untuk fase cair digunakan adsorpsi iodin (Supeno,M., 2009).
Berdasarkan penggunaannya, karbon aktif terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Karbon Aktif untuk Fasa Cair
Karbon aktif untuk fasa cair biasanya berbentuk serbuk. Karbon aktif fasa cair biasanya
berbentuk serbuk. Karbon aktif fasa cair biasanya dibuat dari bahan yang memiliki berat jenis
rendah seperti kayu, batu bara, lignit, dan bahan yang mengandung lignin seperti limbah hasil
pertanian. Karbon aktif jenis banyak digunakan untuk pemurnian larutan dan penghilangan
rasa dan bau pada zat cair misalnya untuk penghilangan polutan berbahaya seperti gas
amonia dan logam berbahaya pada proses pengolahan air.

2. Karbon Aktif untuk Fasa Uap


Karbon aktif untuk fasa uap biasanya berbentuk butiran/granula. Karbon aktif jenis ini
biasanya dibuat dari bahan yang memiliki berat jenis lebih besar seperti tempurung kelapa,
batubara, cangkang kemiri, residu minyak bumi, karbon aktif jenis ini digunakan dalam

13
adsorpsi gas dan uap misalnya adsorpsi emisi gas hasil pembakaran bahan bakar pada
kendaraan seperti CO dan NOx.
Pernyataan mengenai bahan baku yang digunakan dalam pembuatan karbon aktif untuk
masing-masing jenis yang disebutkan bukan merupakan suatu keharusan, karena ada karbon
aktif untuk fasa cair yang dibuat dari bahan yang mempunyai densitas besar seperti tulang,
kemudian dibuat dalam bentuk granula dan digunakan sebagai pemucat larutan gula. Begitu
pula dengan karbon aktif yang digunakan untuk fasa uap dapat diperoleh dari bahan yang
memiliki densitas kecil, seperti serbuk gergaji.

 Kegunaan Arang Aktif


A. Untuk Gas
1. Pemurnian gas
Desulfurisasi, menghilangkan gas racun, bau busuk, asap, menyerap racun
2. Pengolahan LNG
Desulfurisasi dan penyaringan berbagaibahan mentah dan reaksi gas
3. Katalisator
Reaksi katalisator atau pengangkut vinil klorida dan vinil acetat
4. Lain- lain
Menghilangkan bau dalam kamar pendingin dan mobil
B. Untuk Zat Cair
1. Industri obat dan makanaN
Menyaring dan menghilangkan warna, bau, dan rasa yang tidak enak pada
makanan.
2. Minuman ringan dan minuman keras
Menghilangkan warna dan bau pada arak/minuman keras dan minuman
ringan
3. Kimia Perminyakan
Penyulingan bahan mentah, zat perantara

14
4. Pembersih air
Menyaring dan menghilangkan bau, warna dan zat pencemar dalam air sebagai
pelindung atau penukar resin dalam penyulingan air
5. Pembersih air buangan
Mengatur dan membersihkan air buangan dan pencemaran 6. Pelarut yang
digunakan kembali Penarikan kembali berbagai pelarut, sisa metanol, etil
asetat, dan lain-lain (Kurniati,E., 2008).
 Proses Pembuatan Arang Aktif
1. Dehidrasi
Dehidrasi merupakan proses penghilangan air yang terdapat dalam bahan baku
karbon aktif dengan tujuan untuk menyempurnakan proses karbonisasi dan dilakukan
dengan cara menjemur bahan baku dibawah sinar matahari/ memanaskannya dalam oven.
2. Karbonisasi
Proses karbonisasi terdiri dari empat tahap yaitu :
1. Pada suhu 100–120oC terjadi penguapan air dan sampai suhu 270oC mulai
terjadi peruraian selulosa. Destilat mengandung asam organik dan sedikit metanol .
Asam cuka terbentuk pada suhu 200–270 oC.
2. Pada suhu 270–310oC reaksi eksotermik berlangsung dimana terjadi
peruraian selulosa secara intensif menjadi larutan piroligant, gas kayu dan sedikit
tar. Asam merupakan asam organik dengan titik didih rendah seperti asam cuka
dan metanol sedang gas kayu terdiri dari CO dan CO2.
3. Pada suhu 310–500oC terjadi peruraian lignin, dihasilkan lebih banyak tar
sedangkan larutan pirolignat menurun, gas CO2 menurun sedangkan gas CO dan
CH4 dan H2 meningkat.
Karbonisasi dihentikan bila tidak mengeluarkan asap lagi. Penambahan suhu memang
diperlukan untuk mempercepat reaksi pembentukan pori, Namun pembatasan suhu pun harus
dilakukan. Suhu yang terlalu tinggi, seperti diatas 1000oC akan mengakibatkan banyaknya
abu yang terbentuk sehingga dapat menutupi pori-pori dan membuat luas permukaan
berkurang serta daya adsorpsi menurun.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Adsorpsi adalah salah satu dari sifat koloid yang merupakan proses penyerapan suatu
partikel zat baik berupa ion, atom, atau molekul pada permukaan zat lain. Adsorpsi
terjad ikarena adanya gaya tarik yang tida kseimbang pada partikel zat yang berada
pada permukaan absorben.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Adsorbsi adalah sebagai berikut:
 Agitation (Pengadukan)
 Karakteristik Adsorban (KarbonAktif)
 Kelarutan Adsorbat
 Ukuran Molekul Adsorbat.
 pH (DerajatKeasaman),
 Temperatur
3. Mekanisme Adsorbsi tergantung pada sifat zat padat yang mengadsorpsi, sifat
atom/molekul yang diserap, konsentrasi, temperatur dan lain-lain. Pada
prosesadsorpsi terbagi menjadi 4 tahap yaitu :Transfer molekul-molekul zat
terlarutyang teradsorpsi menuju lapisan filmyang mengelilingi adsorben.Difusi zat
terlarut yang teradsorpsi melalui lapisan film (film diffusion process).Difusi zat
terlarut yang teradsopsi melalui kapiler/pori dalam adsorben (porediffusion process).
Adsorpsi zat terlarut yang teradsorpsi pada dinding pori atau permukaan
Adsorben(proses adsorpsi sebenarnya).

3.2 Saran
Demikian makalah ini di susun, tentunya banyak kekurangan baik dalam segi isi atau
penyampaiannya. Oleh karena itu, saya mengharap kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah kami. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis
juga berharap adsorbsi fisika yang telah disajikan dalam bab pembahasan dapat
dijadikan referensi ataupun tambahan wawasan bagi pembaca sehingga dapat
membedakannya dan dapat menerapkannya secara tepat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Atskins,P.W.1997. Kimia fisik jilid 2.Erlangga.Jakarta

Brady,James .1999. Kimia Untuk Universitas. Erlangga.Jakarta

Reynolds. 1982. Unit Operation and Processes in Environmental Engineering, Texas A&M
University, Brook/Cole Engineering Division, California

Saito, Taro. 1996. Buku Teks Online Kimia Anorganik. Iwanami Shoten. Tokyo

Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta

17
LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai