Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Perencanaan pulang keperawatan merupakan komponen yang terkait dengan
rentang keperawatan dari pasien masuk rumah sakit hingga kepulangannya.
Perencanaan pulang dilaksanakan selama dalam perawatan dan evaluasi pada saat
pasien dipersiapkan untuk pulang, dengan mengkajikemungkinan rujukan atau
perawatan lanjut di rumah sesuai kebutuhan (Keperawatan, 2011). Perencanaan
pulang ini akan memberikan proses deeplearning pada pasien hingga terjadinya
perubahan perilaku pasien dan keluarganya dalam memaknai kondisi kesehatannya
(Pemila, 2011).
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam
proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai
pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning
menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung
jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya (RCP,
2001).
Planning adalah suatu pendekatan interdisipliner meliputi pengkajian
kebutuhan klien tentang perawatan kesehatan diluar Rumah Sakit, disertai dengan
kerjasama dengan klien dan keluarga klien dalam mengembangkan rencana- rencana
perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit ( Brunner & Sudarth, 2002 ).
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai
discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan
menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan
potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan
tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam
mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan
mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa discharge planning
atau perencanaan pemulangan adalah suatu proses pembelajaran yang melibatkan
klien dan keluarga untuk meningkatkan pemahaman dan mengembangkan
kemampuan klien dan keluarga tentang perawatan di rumah, masalah kesehatan yang
dihadapi, untuk mempercepat penyembuhan menghindari kemungkinan komplikasi
dengan pembatasan aktifitas menciptakan memberikan lingkungan yang aman bagi
klien di rumah.

B. Tujuan
a. Meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang masalah kesehatan,
kemungkinan komplikasi dan pembatasan yang diberlakukan pada pasien dirumah.
b. Memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas
antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif
c. Mempersiapkan pasien dan keluarga baik secara fisik maupun psikologis untuk
ditransfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat disetujui, menyediakan
informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan kesehatan untuk
mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses pemulangan
d. Memfasilitasi proses perpindahan/rujukan yang nyaman dengan memastikan semua
fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima
pasien dengan pelayanan kesehatan lain
e. Meningkatkan kemandirian kepada pasien dan keluarga dengan memandirikan
aktivitas perawatan diri
f. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta sikap
dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan masyarakat
g. Membantu pasien dan keluarga untuk dapat memahami permasalahan dan upaya
pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat mengurangi

C. Prinsip Discharge Planning


Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan
yang lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan.
Beberapa prinsip yang dikemukakan oleh The Royal Marsden Hospital (2004) :
a. Discharge planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana sumber-sumber
untuk mempertemukan kebutuhan pasien dengan pelayanan kesehatan ditempatkan
pada satu tempat.
b. Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan kualitas
tinggi pada semua pasien.
c. Kebutuhan pemberi asuhan/care giver juga harus dikaji
d. Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan adekuat
e. Keberlanjutan perawatan antar lingkungan harus merupakan hal yang utama
f. Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan antara tim
kesehatan dengan pasien/care giver, dan kemampuan terakhir disediakan dalam
bentuk tertulis tentang perawatan berkelanjutan.
g. Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan ketika
menyusun discharge planning.

D. Proses Pelaksanaan Discharge Planning


Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, Psikologis,
sosial, budaya, dan ekonomi. Perry Potter (2006) membagi proses discharge planning
atas tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut,
perhatian utama medis berfokus pada usaha discharge planning. Sedangkan pada fase
transisional, kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi urgensinya semakin
berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan kebutuhan
perawatan masa depan. Pada fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk
berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan
yang dibutuhkan setelah pemulangan.
Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge planning sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian discharge planning terdiri dari “apa dan kapan” maksud dari apa adalah
apa yang harus dikaji dalam discharge planning dan kapan yang berarti pengkajian
tersebut dilaksanakan (Bull & Robert, 2001).
Pengkajian tentang apa meliputi lima area yaitu area kognitif, psikologis, status
ekonomi atau finansial, akses dan dukungan lingkungan baik formal maupun
informal. Sedangkan untuk mengetahui kapan pengkajian discharge planning
dilakukan adalah sejak pasien masuk ke Rumah Sakit atau pada saat screening atau
kontrol kesehatan. Pada tahap ini diharapkan discharge planner mengetahui semua
kebutuhan pasien (Bull & Robert, 2001).
2. Diagnosa
Penentuan diagnosa keperawatan secara khusus bersifat individual berdasarkan
kondisi atau kebutuhan pasien. Adapun diagnosa keperawatan yang dapat
ditegakkan antara lain:
a) Kecemasan
Hal ini dapat menginterupsi proses keluarga
b) Tekanan terhadap care giver
Hal yang menyebabkannya adalah ketakutan
c) Kurang pengetahuan terhadap pembatasan perawatan dirumah
Pasien mengalami defisit perawatan diri dalam hal makan, toileting, berpakaian,
mandi/kebersihan.
d) Stress sindrom akibat perpindahan
Hal ini berhubungan dengan upaya meningkatkan pertahanan/pemeliharaan di
rumah.
3. Perencanaan
Menurut Luverne dan Barbara (1988) discharge planning pasien membutuhkan
identifikasi kebutuhan klien, kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana
pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien, yang disingkat dengan
METHOD yaitu :
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
b. Environment (lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien
juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kelanjutan
perawatannya.
c. Treatment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien
pulang, yang dilakukan oleh klien dan anggota keluarga.
d. Health Teaching (pengajaran kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan
kesehatan termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan
perawatan kesehatan tambahan.
e. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia sebaiknya
mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
4. Implementasi
Implementasi dalam dalam discharge planning adalah pelaksanaan rencana
pengajaran referral. Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan
pada catatan perawat dan ringkasan pulang (discharge summary). Instruksi tertulis
diberikan kepada klien, demontrasi ulang harus menjadi memuaskan. Klien dan
pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat
yang digunakan dirumah.
5. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja proses
discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat
untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai.
Keberhasilan program rencana discharge planning tergantung pada enam variabel :
a. Derajat penyakit
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlakukan
e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan sumber-sumber untuk mencapai pemulihan

E. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Dari pengalaman dan penelitian
terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Selanjutnya Notoatmodjo menambahkan bahwa apabila penerimaan perilaku
baru melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila
perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung
lama.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall).
Sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan
rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan
prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah didalam pemecahan masalah kesehatan
dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-
komponen, tetapi masih dalam satu struktur suatu organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokan dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formula baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan,
menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar (Suryani, 2006) yaitu:

1. Faktor manusia: Faktor ini bisa menyangkut pendidik maupun peserta didik. Hal
yang berperan disini adalah :
a. Kematangan
Kematangan di sini termasuk kematangan fisik, psikis, dan sosial.
b. Pengetahuan yang diperoleh sebelumnya
Sejauh mana pengetahuan yang diperoleh baik oleh pendidik maupun peserta
didik sangat berpengaruh pada proses belajar mengajar. Tentu akan lebih berhasil
bila pendidik maupun peserta didik telah banyak memperoleh pengetahuan yang
sedang dipelajari.
c. Motivasi
Bila pendidik dan peserta didik sama-sama memiliki motivasi yang tinggi terhadap
materi yang sedang dipelajari tentu hasilnya lebih baik daripada sebaliknya.
2. Faktor beban tugas dan materi pendidikan kesehatan, sebagai berikut:
a. Bentuk beban tugas
Beban tugas untuk mengubah perilaku yang memerlukan ketrampilan otot
mengendarai sepeda tentu akan berbeda dengan hanya perilaku berupa yang
menggunakan kata-kata seperti bernyanyi, membaca puisi atau membaca.
b. Banyaknya materi beban tugas
Bila beban tugas banyak dan kompleks tentu akan lebih berat daripada yang materi
pembelajaran itu sedikit dan sederhana.
c. Jelas
Materi yang jelas maka proses belajar mengajar akan lebih baik.
d. Lingkungan
Lingkungan masyarakat menentang beban tugas pendidikan, tentu akan sulit untuk
berhasil baik.
3. Cara pelaksanaan, sebagai berikut:
a. Fasilitas dan sumber
Bila fasilitas untuk belajar memadai sumber materinya cukup tentu akan lebih
berhasil.
b. Rutinitasnya
Proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara rutin akan jauh lebih berhasil
daripada yang bersifat insidental.
c. Minat dan motivasi
Cara pembelajaran yang dilaksanakan demikian rupa sehingga membangkitkan
minat dan motivasi peserta didik tentu akan lebih berhasil.
d. Persiapan mental
Kesiapan mental untuk mengikuti pendidikan kesehatan sangat diperlukan. Bila
peserta didik atau pendidiknya lagi ada masalah yang mengganggu ketentraman
jawanya, tentu proses belajar kurang sukses.
e. Feed back atau umpan balik
Feed back atau umpan balik cukup penting untuk dilaksanakan. Pertama mengenai
feed back ini masalahnya bila ujian dibagikan kepada peserta didik, maka peserta
didik akan mengetahui kesalahannya dan akan memperbaiki di kemudian hari.

F. Keuntungan Discharge Planning


Keuntungan bagi pasien adalah:
a. Dapat memenuhi kebutuhan pasien
b. Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai bagian yang
aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
c. Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya
d. Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh support sebelum
timbulnya masalah.
e. Dapat memilih prosedur perawatannya
f. Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat
dihubunginya.
Keuntungan bagi perawat :
a. Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan
b. Menerima informasi kunci setiap waktu
c. Memahami perannya dalam system
d. Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru
e. Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara yang
berbeda.
f. Bekerja dalam suatu system dengan efektif.

G. Justifikasi Metode Discharge Planning


Di Indonesia semua pelayanan keperawatan di Rumah Sakit, telah merancang
berbagai bentuk format Discharge Planning, namun discharge planning kebanyakan
dipakai hanya dalam bentuk pendokumentasian resume pasien pulang, berupa
informasi yang harus di sampaikan pada pasien yang akan pulang seperti intervensi
medis dan non medis yang sudah diberikan, jadwal kontrol, gizi yang harus dipenuhi
setelah dirumah. Cara ini merupakan pemberian informasi yang sasarannya ke pasien
dan keluarga hanya untuk sekedar tahu dan mengingatkan, namun tidak ada yang bisa
menjamin apakah pasien dan keluarga mengetahui faktor resiko apa yang dapat
membuat penyakitnya kambuh, penanganan apa yang dilakukan bisa terjadi
kegawatdaruratan terhadap kondisi penyakitnya, untuk itu pelaksanaan discharge
planning di rumah sakit apalagi dengan penyakit kronis seperti stroke, diabetes
mellitus, penyakit jantung dan lain-lain yang memiliki resiko tinggi untuk kambuh
dan berulangnya kondisi kegawatan sangat penting dimana akan memberikan proses
deep-learning pada pasien hingga terjadinya perubahan perilaku pasien dan
keluarganya dalam memaknai kondisi kesehatannya.

H. Contoh Discharge Planning


Contoh Discharge Planning yang diberikan pada pasien TB Paru :
Yang prinsip pelaksanaannya tetap melalui proses pengkajian, sehingga perawat dapat
memulai discharge planning tergantung hasil pengkajian.
DISCHARGE PLANNING PADA KLIEN TB PARU

Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V


Pengetahuan Tindakan Pencegahan berulang Pertemuan keluarga Rencana Tindak Lanjut
Obje
Objekt
ktif Evaluasi Objektif Evaluasi
if
Evaluasi Objektif Evaluasi Objektif Evaluasi

 Pengerti Bagaimana  Napas Apa yang  Nutrisi Makanan apa Pengawasan Siapa 1. Menentukan Puskesmas atau
an anda dalam anda lakukan yang bisa Obat yang sarana rumah sakit ?
TB mengetahui  Batuk bila anda meningkatkan akan pelayanan
bahwa efektif merasakan daya tahan menjadi
kesehatan
penyakit yang  Relaksasi dahak kental tubuh  Support PMO
anda rasakan  Posisi dan sulit  Obat system pasien? yang mudah
 Penyeba berulang ? keluar, dan Apa yang anda dijangkau
b TB Apa yang sesak nafas ? lakukan bila 2. Menentukan
anda lakukan lupa minum Apa yang jadwal minum
bila  Lingkunga obat ? akan obat
mengalami n PMO
batuk lama Bagaimana lakukan
 Tanda lebih dari 3 upaya anda bila
& mg atau untuk pasien
Gejal disertai batuk menciptakan malas
a darah lingkungan minum
TB Berapa lama yang sehat obat Apa
anda akan untuk penderita yang
minum obat TB Paru ? keluarga
 Penatala jika lakukan
k mengalami agar
sana sakit seperti mendapat
an ini ? kan
Apa yang dukungan
akan terjadi untuk
bila anda pengobat
 Kompli tidak an
kasi menuntaskan sampai
minum obat tuntas ?

Bagaimana
 Cara anda bisa
Penu terkena
laran penyakit ini ?

Apa yang
anda lakukan
agar penyakit
 Pencega ini tidak
menular
han kepada yang
lain ?

Apa yang
 Diagnos anda lakukan
is untuk
TB memastikan
- bahwa anda
Dara terkena
h penyakit paru
- ?
Ront
gen
-
Sput
um
-
Mant
oux
Test
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa
siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses
formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan
sekelompok orang kekelompok lainnya.
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai discharge
planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang
berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menentukan tujuan
dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan
dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi
pasien secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan.
3.2 Saran
Merupakan usaha keras perawat demi kepentingan pasien untuk mencegah dan
meningkatkan kondisi kesehatan pasien dan sebagai anggota tim kesehatan, perawat
berkolaborasi dengan tim lain untuk merencanakan, melakukan tindakan, berkoordinasi dan
memfasilitasi total care dan juga membantu pasien memperoleh tujuan utamanya dalam
meningkatkan derajat kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pelayanan Keperawatan. (2011). Pedoman Penyelenggaraan


Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta
Pemila U. (2006). Konsep Discharge Planning. Diakses pada tanggal 10 Agustus
2011 melalui: http://www.fik.ui.ac.id/.
Potter P.A & Perry A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik Volume 1. Alih bahasa: Yasmin Asih et al. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai