Anda di halaman 1dari 2

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Episode Depresif
Gambaran Umum. Retardasi psikomotor menyeluruh merupakan gejala yang paling lazim
timbul, walaupun agitasi juga terlihat, terutama pada pasien lanjut usia. Meremas-remas tangan
dan menarik-narik rambut merupakan gejala tersering agitasi. Umumnya, pasien depresi
memiliki postur tubuh yang bongkok, tidak ada gerakan spontan, serta tatapan mata
menghindar dengan memandang ke bawah. Pada pemeriksaan klinis, pasien depresi yang
menunjukkan gejala nyata retardasi psikmotor dapat serupa dengan pasien skizofrenia
katatonik. Fakta ini dimasukkan dalam DSM-IV-TR sebagai gejala yang menyerupai “ciri
katatonik” pada berbagai gangguan mood.
Mood, Afek, dan Perasaan. Depresi merupakan kunci gejala, walaupun 50% pasien
menyangkal perasaan depresif serta secara umum tidak tampak depresi. Anggota keluarga atau
rekan kerja sering membawa atau mengirim pasien ini untuk ditangani karena penarikan diri
secara sosial dan aktivitas umum yang berkurang.
Pembicaraan. Banyak pasien depresi yang mengalami penurunan laju dan volume bicara;
mereka memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang hanya membutuhkan satu kata dan
tampak terlambat menjawab pertanyaan. Pemeriksa dapat menunggu hingga 2 atau 3 menit
sebelum pertanyaannya dijawab.
Gangguan Persepsi. Pasien depresi dengan waham atau halusinasi dikatakan memiliki
episode depresif berat dengan gambaran psikotik. Bahkan bila tidak ditemukan waham atau
halusinasi, beberapa klinisi menggunakan istilah depresi psikotik terhadap pasien yang secara
umum mengalami depresi-tidak bersuara, tidak mandi, membuang kotoran sembarangan.
Pasien tersebut lebih baik dijelaskan memiliki ciri katatonik. Waham dan halusinasi yang
sesuai dengan mood depresi dikatakan kongruen mood. Waham yang kongruen mood pada
pasien depresi mencakup rasa bersalah, berdosa, tidak berharga, miskin, gagal, dikejar, serta
mengalami penyakit somatic terminal (seperti kanker dan otak yang “membusuk”). Waham
dan halusinasi pada pasien dengan gangguan mood tidak kongruen tidak sesuai dengan mood
depresi. Waham yang tidak kongruen mood pada orang depresi meliputi tema kebesaran berupa
kekuatan, pengetahuan, dan rasa berharga yang berlebihan-misalnya, keyakinan bahwa
seseorang disiksa karena ia merupakan seorang Juruselamat. Walaupun relatif jarang,
halusinasi dapat terjadi saat episode depresi berat dengan ciri psikotik.
Isi Pikir. Pasien depresi umumnya memiliki pandangan negatif mengenai dunia dan diri
mereka. Isi pikir mereka biasanya mencakup pikiran berulang yang tidak bersifat waham
mengenai kehilangan, rasa bersalah, bunuh diri, dan kematian. Sekitar 10 persen pasien depresi
memiliki gejala nyata gangguan pikiran, biasanya berupa bloking pikiran dan sangat miskin isi
pikir.
Episode Manik
Gambaran Umum. Pasien manik tereksitasi, banyak bicara, kadang menghibur, dan
seringnya hiperaktif. Pada suatu waktu, mereka secara umum psikotik dan terdisorganisasi
serta membutuhkan pengikatan dan suntikan intramuskular obat sedatif.
Mood, Afek, dan Perasaan. Pasien manik biasanya euforik, tapi mereka mungkin juga
iritabel, khususnya ketika muncul mania. Pasien ini juga memiliki toleransi rendah terhadap
frustasi, yang dapat mengarahkan ke rasa marah dan bermusuhan. Pasien manik dapat labil
secara emosi, berganti dari tertawa ke iritabilitas ke depresi dalam hitungan menit atau jam.
Pembicaraan. Pasien manik tidak dapat disela ketika mereka sedang berbicara, dan mereka
sering menjadi/dianggap pengganggu bagi orang-orang di sekeliling mereka. Pembicaraan
mereka sering terganggu. Ketika mania menjadi lebih intens, pembicaraan menjadi semakin
keras, semakin cepat, dan sulit diartikan, kemudian diisi dengan lelucon, sajak, bermain dengan
kata-kata, serta tidak relevan ketika keadaan mania semakin meningkat. Masih pada tingkat
aktivitas yang lebih besar, asosiasi menjadi longgar, kemampuan untuk berkonsentrasi
memudar, serta flight of ideas, word salad, dan neologisme timbul. Pada cetusan manik akut,
pembicaraan dapat benar-benar inkoheren dan tidak dapat dibedakan dengan orang dengan
skizofrenia.
Gangguan Persepsi. Waham timbul pada 75% pasien manik. Waham manik yang kongruen
mood sering berkenaan dengan kemakmuran, kemampuan yang luar biasa, atau kekuatan.
Waham bizar dan tidak kongruen mood dan halusinasi juga terjadi pada mania.
Pikiran. Isi pikir pasien mania mencakup tema kepercayaan diri dan membesarkan diri.
Pasien manik sering mudah teralih perhatiannya, dan fungsi kognitif pada keadaan manik
ditandai dengan arus gagasan yang tidak tertahan dan dipercepat.
Sensorium dan Kognisi. Walaupun defisit kognitif pasien skizofrenia telah banyak
didiskusikan, hanya sedikit tulisan tentang defisit yang serupa pada pasien gangguan bipolar I,
yang dapat memiliki defisit kognitif ringan. Defisit kognitif yang telah dilaporkan dapat
diartikan mencerminkan disfungsi korteks difus; penelitian berikutnya mungkin melokalisasi
daerah abnormal. Secara kasar, orientasi dan memori masih intak, walaupun sejumlah pasien
manik dapat sedemikian euforik hingga mereka menjawab dengan tidak benar. Emil Kraepelin
menyebut gejala ini sebagai “delirious mania”.
Kendali Impuls. Sekitar 75% pasien manik bersifat menyerang atau mengancam. Pasien
manik berupaya bunuh diri dan membunuh, tetapi insiden perilaku ini tidak diketahui. Pasien
yang mengancam orang penitng (seperti Presiden Amerika Serikat) lebih sering adalah pasien
dengan gangguan bipolar I daripada pasien dengan skizofrenia.
Penilaian dan Tilikan. Gangguan dalam penilaian merupakan tanda khas pasien manik.
Mereka dapat melanggar hukum dalam hal kartu kredit, aktivitas seksual, serta keuangan dan
kadang-kadang melibatkan keluarga mereka di dalam kehancuran keuangan mereka. Pasien
manik juga memiliki sedikit tilikan terhadap gangguan mereka.
Taraf Dapat Dipercaya. Pasien manik dikenal tidak dapat dipercaya informasinya. Oleh
karena berbohong dan menipu lazim pada mania, klinisi yang tidak berpengalaman mungkin
mengobati pasien manik dengan sikap meremehkan yang tidak sesuai.

Anda mungkin juga menyukai