Anda di halaman 1dari 8

AKUNTANSI MANAJEMEN

SAP 12
STRATEGIC COST MANAGEMENT

Oleh :

I Gusti Agung Ayu Ngurah Garnetia P. (1607531077)

Ni Nyoman Putri Widiari (1607531080)

Sri Ayu Wulandari (1607531082)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

2018
1. Menciptakan dan Memperhankan Competitive Advantages

Sebuah perusahaan mencoba mencapai keunggulan bersaing untuk setiap bisnis di mana dia
ada di dalamnya. Suatu keunggulan bersaing dapat didefinisikan sebagai faktor apa saja yang
dapat memungkinkan organisasi untuk mendeferensiasikan produk atau jasanya dari produk atau
jasa pesaing guna meningkatkan Market Share.Ada beberapa cara yang dapat ditempuh
perusahaan untuk dapat mencapai keunggulan bersaing. Kepemimpinan biaya,satu strategi
kompetitif,berarti bahwa perusahaan berupaya untuk memjadi pemimpin –biaya-rendah dalam
sebuah industri. Sebagai contoh, Wal-Mart merupakan pemimpin biaya industri khusus,suatu
keunggulan bersaing yang disebabkan karena sistem distribusinya berdasarkan satelit yang
unik,dan kenyataan bahwa dia pada umumnya menjaga biaya lokasi toko tetap pada titik
minimum dengan menempatkan toko pada tanah berbiaya rendah di luar kota-kota bagian selatan
yang berukuran kecil sampai sedang.

Diferensiasi adalah strategi bersaing kedua. Dalam sebuah strategi diferensiasi,sebuah


perusahaan berupaya untuk menjadi unik dalam industrinya sepanjang dimensi yang secara luas
dihargai pembeli. Dengan demikian,Volvo menekankan keselamatan mobilnya,Apple
menekankan kemampugunaan dari komputer-komputernya,dan Mercedes Benz menekankan
kehandalan dan mutu. Seperti Mercedez Benz perusahaan-perusahaan biasanya dapat memungut
harga premium jika mereka berhasil memancangkan tuntutan mereka untuk menjadi secara
hakiki berbeda dari para pesaing mereka dalam beberapa hal yang didambakan.

Keunggulan bersaing adalah menciptakan nilai pelanggan yang lebih baik dengan biaya yang
sama atau lebih rendah dibandingkan pesaing atau menciptakan nilai yang setara dengan biaya
yang lebih rendah dibandingkan pesaing.

Ada dua strategi umum yang mampu memberikan keunggulan bersaing yang berkesinambungan
yaitu :

1) Strategi biaya rendah, tujuan dari strategi biaya rendah adalah untuk memberikan nilai
yang sama atau lebih baik kepada pelanggan dengan biaya yang lebih rendah
dibandingkan pesaing.
2) Strategi diferensiasi disisi lain berusaha keras untuk meningkatkan nilai pelanggan
dengan meningkatkan yang diterima pelanggan .keunggulan bersaing diciptakan dengan
2
memberikan sesuatu kepada pelanggan yang tidak diberikan oleh para pesaing.
Karenanya, karakteristik produk harus diciptakan yang membuat produk tersebutg
berbeda dari pesainggnya.

Peran sistem manajemen biaya dalam membantu mencapai tujuan yaitu meningkatkan nilai
pelanggan dengan meminimalisasi pengorbanan pelanggan., menciptakan nilai pelanggan yang
lebih baik dengan biaya yang sama atau lebih rendah daripada pesaing.

2. Value Chain Analysis

Value Chain Analysis adalah proses di mana sebuah perusahaan mengidentifikasi kegiatan
utama dan bantuan yang menambah nilai produk, kemudian menganalisisnya untuk mengurangi
biaya atau meningkatkan diferensiasi. Value Chain Analysis merupakan strategi yang digunakan
untuk mengalisis kegiatan internal perusahaan. Dengan kata lain, dengan melihat ke dalam
kegiatan internal, analisis itu mengungkap di mana keunggulan kompetitif suatu perusahaan atau
kekurangannya. Perusahaan yang bersaing melalui keunggulan diferensiasi akan mencoba untuk
melakukan kegiatan yang lebih baik dari yang akan dilakukan pesaing. Jika bersaing melalui
keunggulan biaya, ia akan mencoba untuk melakukan kegiatan internal dengan biaya lebih
rendah dari pesaing. Ketika sebuah perusahaan mampu memproduksi barang dengan biaya yang
lebih rendah dari harga pasar atau untuk memberikan produk-produk unggulan, ia memperoleh
keuntungan.alue Chain Analysis yang banyak digunakan oleh perusahaan – perusahaan, yaitu
Porter’s Value Chain Model yang diperkenalkan oleh Michael Porter pada tahun 1985. Berikut
adalah gambaran model dari Porter’s Value Chain :

3
Porter’s Value Chain berfokus pada sistem, dan bagaimana input diubah menjadi output yang
dibeli oleh konsumen. Menggunakan sudut pandang ini, Porter menggambarkan rantai kegiatan
umum untuk semua bisnis, dan ia membagi mereka ke dalam kegiatan primer dan dukungan.

Berikut langkah jika Value Chain Analysis yang dilakukan oleh perusahaan dengan
mengandalkan diferensiasi produk/jasa. Hal ini dikarenakan fitur yang lebih banyak dan
pelanggan lebih puas dengan produk/jasa yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan mereka
sehingga tingkat peminat lebih tinggi.

a) Mengidentifikasi kegiatan penciptaan nilai pelanggan. Setelah mengidentifikasi semua


kegiatan, manajer harus fokus pada kegiatan-kegiatan yang paling berkontribusi untuk
menciptakan nilai pelanggan.
b) Mengevaluasi strategi diferensiasi untuk meningkatkan nilai pelanggan. Manajer dapat
menggunakan strategi berikut untuk meningkatkan diferensiasi produk dan nilai
pelanggan meliputi :
1) Menambahkan fitur produk yang lebih;
2) Fokus pada layanan pelanggan dan responsif;
3) Meningkatkan kustomisasi;
4) Menawarkan produk komplementer.

4
c) Mengidentifikasi diferensiasi terbaik yang berkelanjutan. Biasanya, keunggulan
diferensiasi dan nilai pelanggan akan menjadi hasil dari banyak kegiatan yang saling
terkait dan strategi yang digunakan. Kombinasi terbaik dari mereka harus digunakan
untuk mengejar keuntungan diferensiasi yang berkelanjutan.

3. Just in Time Manufacturing and Purchasing serta Pengaruhnya Terhadap


Sistem Manajemen Biaya

Just in time (JIT) adalah suatu filosofi yang memusatkan pada pengurangan aktivitas
pemborosan dengan cara memproduksi produk sesuai dengan permintaan konsumen dan hanya
membeli bahan sesuai dengan kebutuhan produksi. Sistem JIT akan menimbulkan dampak yang
signifikan pada operasi perusahaan manufaktur yang memiliki tiga kelas persediaan bahan baku,
barang dalam proses dan barang jadiTujuan strategis JIT adalah meningkatkan laba dan
memperbaiki posisi persaingan perusahaan. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara:

1) mengurangi persediaan,
2) meningkatkan mutu,
3) mengendalikan aktivitas supaya biaya rendah (sehingga memungkinkan harga jual rendah
dan laba meningkat),
4) memperbaiki kinerja pengiriman.

Dalam penentuan biaya, system JIT bermanfaat untuk:

a) JIT Meningkatkan Keterlacakan Biaya

Peraga berikut ini menunjukkan perbandingan keterlacakan elemen-elemen biaya


produksi dalam lingkugan tradisional dibandingkan dengan lingkungan JIT. JIT
menciptakan katgori aktivitas berlevel sel dan biaya aktivitas berlevel sel. Aktivitas
berlevel sel adalah aktivitas-aktivitas yang mendukung proses sel. Biaya aktivitas
berlevel sel adalah biaya yang dapat dilacak pada sel pemanufakturan tertentu sehingga
dapat dibebankan secara langsung pada berbagai produk secara individual.

5
b) JIT Meningkatkan Keakuratan Penentuan Biaya Produk

Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan peningkatan biaya
langsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya produk. JIT dapat mengubah
sebagian besar biaya tidak langsung menjadi biaya langsung sehingga proses alokasi
dapat dikurangi dan pelacakan dapay ditingkatkan dan pembebanan biaya produk
menjadi jauh lebih akurat.

c) JIT Mengurangi Alokasi Biaya Pusat Jasa

Dalam system pemanufakturan tradisional, jasa disentralisasi pada pusat-pusat jasa


tertentu untuk memberikan dukungan pada berbagai departemen produksi. Oleh karena
itu melalui departementalisasi, biaya overhead berbagai departemen jasa dialokasikan
pada berbagai departemen produksi. Dalam system JIT, banyak jasa disentralisasikan
pada masing-masing sel pemanufakturan. Desentralisasi jasa dapat dilakukan karena para
pekerja di masing-masing sel pemanufakturan dilatih berkeahlian ganda.

d) JIT Mengurangi Jumlah dan Pentingnya Biaya Tenaga Kerja Langsung

Perusahaan yang menerapkan JIT dan sekaligus otomatisasi, dapat mengurangi biaya
tenaga kerja langsung secara signifikan sehingga biaya inti menjadi kurang penting
dibandingkan dengan system tradisional. Biaya tenaga kerja langsung bcenderung relatuf
stabil dari waktu ke waktu. Jadi, ada dua akibat system JIT terhadap biaya tenaga kerja
langsung yaitu: (1) presntase biaya tenaga kerja langsung terhadap total biaya produksi
relative berkurang, (2) biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variable menjadi
tetap.

e) JIT Mengurangi Pentingnya Penilaian Sediaan

Salah satu tujuan system tradisional adalah penentuan biaya dalam rangka penilaian
sediaan yang disajikan dalam neraca. Jika terdapat sediaan, maka sediaan harus dinilai
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi berterima umum, (PABU) atau standar akuntansi
keuangan (SAK). Sistem JIT berusaha magar sediaan menjadi nol atau tidak signifikan
sehingga penilaian sediaan menjadi btidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.
PABU atau SAK kurang relevan dalam system JIT.

6
f) Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan

Sistem JIT mengharuskan manajemen perusahaan yang berproduksi berdasar pesanan


konsumen untuk memisahkan pesanan menjadi: (1) pesanan-pesanan yang berulang-
ulang, dan (2) pesanan-pesanan khusus. Pembentukan sel-sel pemanufakturan juga
mempunyai pengaruh pada: (a) ukuran lot-lot produksi menjadi sangat kecil (karena
sediaan nol atau keil), (b) waktu tunggu produk menjadi lebh pendek (karena filosofi
tarikan permintaan), dan (c) mudah melacak produk yang dihasilkan melalui sel.

g) Pengaruh JIT pada Metode Biaya Proses

Keluaran (output) adalah unit ekuivalen pada periode tersebut yang dihitung dengan
memasukkan produk selesai dan produk dalam proses. Jika terdapat produk dalam proses
biasanya digunakan salah satu dari dua metode yaitu: (a) rata-rata tertimbang, (b) masuk
pertama, keluar pertama (FIFO), atau (c) masuk terakhir, keluar pertama (LIFO).

h) JIT dan Otomasi

Tingkat pertama otomasi digambarkan oleh mesin-mesin terkendali computer secara


numerical (computer-numerically controlled, LED) yaitu mesin-mesin berdiri sendiri
yang terkendali oleh sebuah computer. Sel lebih maju selangkah disbanding CNC.
Contoh dalam sel adalah system pemanufakturan fleksibel (fleksible manufacturing
system, FMS). Sel FMS adalah sebuah system untuk memproduksi suatu keluargsa
produk dari awal sampai akhir dengan menggunakan robot-robot dan ekuipmen
terotomasi lainnya yang dikendalian oleh computer mainframe.

7
Daftar Pustaka

Hansen, Don R dan Mowen. Accounting Managerial, 8th Ed, Salemba Empat: Jakarta.edisi 7
buku 2, 2007.

Garrison, dkk. 2006. Managerial Accounting. Jakarta: Salemba Empat

Supriyono. 1999. Manajemen Biaya. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai