Anda di halaman 1dari 7

NAMA : AMALINA IZAZI GHASSANI

NIM : 155050101111167
KELAS :A
MATA KULIAH :TEKNOLOGI REPRODUKSI

Teknologi Transfer Embrio

Transfer embrio merupakan suatu proses menghilangkan telur yang sudah dibuahi
dari betina donor dan menempatkannya pada betina penerima (resipien). Dimana teknik
ini, betina unggul tidak perlu bunting tetapi hanya berfungsi untuk menghasilakan embrio
yang untuk bisa ditransfer (dititipkan) pada induk titipan (resipien). Siklus berahi pada sapi
umumnya terjadi selama 21 hari dimana setiap satu siklus birahi akan terjadi sekali ovulasi
yang mampu menghasilkan satu atau dua telur yang dapat dibuahi. Transfer embrio adalah
serangkaian teknik pengambilan embrio dari alat reproduksi seekor induk donor dan
menempatkan kembali pada alat reproduksi induk lain sebagai resipien, di mana status
reproduksi induk resipien pada waktu transfer sama dengan induk donor. Salah satu
keunggulan dari transfer embrio adalah dapat melipatgandakan bangsa ternak unggul, lebih
cepat dibandingkan dengan inseminasi buatan (Hermandi, dkk, 2011).

Tahapan Transfer Embrio

1. Seleksi Ternak Donor dan Resipien


Kriteria betina donor yaitu, memiliki mutu genetik yang baik, tidak mempunyai
penyakit dan siklus reproduksinya baik, sedangkan kriteria betina resipien adalah
memiliki siklus reproduksi norma yang mana ternak sudah pernah melahirkan,
tidak mempunyai penyakit dan mutu genetik tidak seberat ternak pendonor.
Menurut Balai Embrio Ternak Cipelang (2016), Sapi donor yaitu sapi betina yang
memenuhi kriteria/syarat – syarat tertentu diantaranya :
• Memiliki keunggulan secara genetik (genetic superiority)

• Mempunyai catatan data individu / silsilah keturunan.

• Mempunyai catatan reproduksi (siklus berahi)


• Ternak bebas penyakit.

• Memiliki sejarah reproduksi yang baik yaitu beranak teratur dan tidak pernah

mengalami kesulitan melahirkan.

• Umur tidak terlalu tua


Ternak yang dapat dijadikan resipien harus memenuhi persyaratan:
• Ternak resipien adalah dara atau induk dalam kondisi tidak bunting, memiliki

organ reproduksi baik dan memiliki catatan reproduksi / siklus berahi normal;

• Performa tubuh baik dan sehat dengan Body Condition Score (BCS) 2,75-3,25 pada

skala 5 untuk sapi perah, dan BCS 5-6 dengan skala 9 untuk sapi potong dan

kerbau;

• Sehat, tidak menunjukkan gejala klinis penyakit hewan menular strategis;

• Terseleksi setelah palpasi rektal, pada salah satu ovarium memiliki corpus luteum

(CL) fungsional.

• Tidak pernah mengalami gagal bunting lebih dari 2 kali.

2. Sinkronisasi Estrus

Sinkronisasi estrus adalah suatu pengendalian estrus yang dilakukan pada


sekelompok ternak betina sehat dengan memanipulasi mekanisme hormonal, sehingga
keserentakan estrus dan ovulasi dapat terjadi pada hari yang sama atau dalam kurun 2
atau 3 hari setelah perlakuan dilepas, sehingga Inseminasi Buatan dapat dilakukan
serentak. Sikronisasi ini mengarah pada hambatan ovulasi dan penundaan aktivitas
regresi Corpus Luteum (CL). Ada dua tujuan dalam melakukan sinkronisasi estrus
yakni 1) untuk mendapatkan seluruh ternak yang diberikan perlakuan mencapai estrus
dalam waktu yang diketahui dengan pasti sehingga masing-masing ternak tersebut
dapat di IB dalam waktu bersamaan. 2) untuk menghasilkan angka kebuntingan yang
sebanding atau lebih baik disbanding dengan kelompok yang tidak mendapat perlakuan
yang dikawinkan dengan IB atau oleh pejantan.
Pada prinsipnya siklus estrus bisa dilakukan karena dalam siklus estrus ada dua fase
yaitu fase folikuler dan fase luteal yang sangat brbeda secara hormonal. Fase luteal
memerlukan waktu yang lebih panjang dari pada fase folikuler.
Sikronisasi estrus dapat dilakukan dengan memanipulasi siklus birahi yaitu :
• Menghilangkan fungsi korpus luteum.

• Menekan perkembangan folikel selama fase luteal.

Sinkronisasi estrus dengan memperpanjang fase luteal :


• Corpus luteum beregresi secara alami.

• Memblok FSH & LH setelah CL beregresi.

• Preparat : Progesteron (P4) yang diberikan selama 14-21 hari (tergantung spesies)

• Penghentian P4 : Folikel berkembang, estrus, dan ovulasi

• Estrus : 2-8 hari setelah penghentian pemberian P4

• Metode Pemberian: orally, pessaries, ear implant and intravaginal devices

Sinkronisasi estrus dengan memperpendek fase luteal :


• Menginduksi regresi CL lebih awal (Luteolisis)

• Preparat: PGF2 α atau analognya (Cloprostenol) daya luteolitik pada semua spesies
(fase perkemabangan CL); Estrogen daya luteolitik pada ruminansia, tidak pada kuda
& babi.
3. Superovulasi

Superovulasi merupakan suatu treatment yang diberikan pada ternak betina


yang menggunakan hormone dimana nantinya akan menghasilakn banyak telur
yang berovulasi dari biasanya. Dengan teknik superovulasi, pada suatu proses
ovulasi rata – rata bisa dihasilakan 8 – 10 sel telur yang siap dibuahi oleh sperma.
Penyuntikan hormon untuk merangsang pematangan sel telur muda dilakukan
antara hari ke 9 dan ke 13 dari siklus birahi. Teknik penyuntikan hormon bias
dilakukan dengan dua cara : (1) dosis tunggal (30 mg FSH) dan (2) dosis majemuk
(total 28 mg FSH). Superovulasi memerlukan pemberian FSH (follicle stimulating
hormone) dalam periode yang cukup untuk memacu pertumbuhan dan pematangan
akhir oosit. Sediaan FSH,PMSG (pregnant mare serum gonadrotroin) dan Hmg
(human menopausal gonadotrophin) merupakan agen gonadotrophin yang biasa
digunakan untuk superovulasi. Hasil dari superovulasi, meliputi jumlah dan kualitas
embrio. Menurut Setiawan proses superovulasi dapat dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut :

a. Seleksi Sapi Donor


Sapi donor yang digunakan untuk program superovulasi diseleksi terlebih
dahulu yaitu dengan cara memeriksa keadaan alat reproduksi (servik uterus dan
ovarium). Cara penyeleksian dilakukan dengan palpasi rektalpada organ reproduksi
calon ternak donor, memastikan bahwa ternak tidak dalam keadaan bunting dan
mengecek keadaan ovarium kanan dan kiri dengan mengetahui kondisi folikel dan
corpus luteum (CL).

b. Pemasangan Preparat Progesteron


Sapi Limosin yang digunakan dalampenelitian ini diimplant preparat
progesteron. Pemasangan preparat progesteron dilakukan mulai hari ke-0 (pada
saat estrus) dengan cara preparat progesteron dimasukkan kedalam aplikator,
dengan bagian yang berbentuk T pada bagian ujung aplikator. Aplikator diberi
gel/pelicin sebelum dimasukkan kedalam vagina. Rektal dipalpasi untuk meng-fixir
serviks. Organ genital luar (vulva)dibersihkan dengan tisu agar terhindar dari
kontaminan bakteri. Aplikator yang telah dipasang preparat progesteron
dimasukkan kedalam vagina, kemudian preparat progesteron dilepaskan dari
aplikator dengan menekan bagian piston. Implant preparat progesteron didalam
vagina selama 10 hari.

c. Penggunaan Hormon FSH


Penyuntikan hormon FSH dilakukan pagi dansore selama empat hari berturut-
turut, dengan dosis pagi 4 ml, 3 ml, 2 ml, 1 ml dan dosis sore 4 ml, 3 ml, 2 ml, 1
ml. Jarak antara penyuntikan pagi dan sore adalah 8 – 12 jam.
d. Penyuntikan PGF2α dan PencabutanPreparat Progesteron
Pada penyuntikan FSH hari ke-3, penyuntikan pagi hari diikuti dengan
penyuntikan hormon PGF2α dosis 2 ml, dan pada sore hari penyuntikan FSH
diikuti dengan pencabutan preparat progesteron.

4. Inseminasi Buatan (IB)

Inseminasi Buatan merupakan suatu teknologi reproduksi yang mampu


untuk meningkatkan perbaikan mutu genetik pada ternak., sehingga dalam jangka
waktu pendek dapat menghasilakan anak dengan kualitas baik. Inseminasi Buatan
ini sangat kontras dengan keberhasilan transfer embrio di dalam perbaikan mutu
genetik. Inseminasi Buatan dapat berfungsi untuk mencegah ternak jantan
mengalami kecelakaan,. IB dapat difasilitasi dengan menggunakan sinkronisasi
estrus dan dapat dilakukan pengaturan jenis kelamin dengan pemanfaatan
pemisahan spermatozoa X dan Y. Dalam program peningkatan produksi dan
kualitas pada hewan ternak dapat dilakukan dengan rekayasa bioteknologi
reproduksi, proses reproduksi dapat dimaksimalkan antara lain dengan teknologi IB
dan Transfer embrio. Donor yang telah dirangsang dengan superovulasi,
dikawinkan umumnya dengan carainseminasi buatan (IB) dengan memakai semen
pejantan unggul. Dosis semenditingkatkanagar jumlah sel telur yang dibuahi lebih
banyak. Umumnya IB dilakukan dua kali dengantenggang waktu 12 jam.
IB yang baik dilaksanakan 6 sampai 24 jam setelah timbulnya berahi. Berahi
pada sapi ditandai oleh alat kelamin luar (vagina) berwarna merah, bengkak dan
keluarnya lendir jernih serta tingkah laku sapi yang menaiki sapi lain atau diam
apabila dinaiki sapi lain. Pada program TE, IB dilakukan dengan dosis ganda
dimana satu straw semen beku biasanya mengandung 30 juta spermatozoa unggul.
Hal ini sesuai dengan Balai Embrio Ternak Cipelang (2016) bahwa Inseminasi
Buatan (IB) dilaksanakan pada saat sapi donor menunjukkan tanda-tanda estrus
(berahi) atau mengikuti prosedur program superstimulasi/superovulasi yang
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Balai Embrio Ternak Cipelang. 2016. Standar Operasional Prosedur (SOP)Seksi Produksi dan
Aplikasi (PA).DirektoratJenderal Peternakan danKesehatan HewanKementerian Pertanian.
Bandung.

Hermadi H. A., Indah N. T., A. Samik, T. Sarjito, Suzanita. 2011. Respon hMG Terhadap
Perkembangan Ovarium Kambing Peranakan Etawah (PE). Jurnal Ilmiah Kedokteran
Hewan. Vol. 4(1) : 43-48.

Setiawan, A., dkk. 2017. Penggunaan Preparat Progesteron dan Hormon GnRH dalam Penentuan
Estrus pada Program Superovulasi Sapi Limosin. Jurnal Pertanian. 8(1) : 7-16.

Anda mungkin juga menyukai