Tonsilitis
Tonsilitis
PENDAHULUAN
Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang
terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus
didalamnya, bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada
kanan dan kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid),
tonsil palatina, dan tonsil faringal yang membentuk lingkaran yang disebut cincin
Waldeyer. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan
berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini.1,2
Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan
oleh infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh
melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti
organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan
memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang
akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau
virus tersebut maka akan timbul tonsillitis. 1,2
Tonsilitis paling sering terjadi pada anak-anak, meskipun jarang
terjadi pada anak-anak usia kurang dari dua tahun. Tonsilitis akibat infeksi
Streptococcus secara khusus terjadi pada anak-anak usia 6-15 tahun. Kasus
terbanyak ditemukan pada anak-anak usia sekolah, yang berkontak dengan anak
lain yang menderita tonsilitis akibat bakteri maupun virus. Berdasarkan data
epidemiologi penyakit THT pada 7 provinsi di Indonesia pada tahun 2004-2006,
prevalensi kejadian tonsilitis kronik adalah yang tertinggi setelah nasofaringitis
akut (4,6%) yaitu sebanyak 3,8%.1,2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval
dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang
meluas ke dalam jaringan tonsil.Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa
tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar.Tonsil
ini terletak di lateral orofaring dengan dibatasi oleh:
Lateral → muskulus konstriktor faring superior
Anterior → muskulus palatoglosus
Posterior → muskulus palatofaringeus
Superior → palatum mole
Inferior → tonsil lingual
2.3. Klasifikasi
Pada dasarnya terjadi suatu reaksi peradangan pada tonsil palatina bisa
disebabkan melalui transmisi lewat udara (air borne droplets), tangan dan juga
ciuman serta kondisi tersebt dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak-
anak. Oleh sebab itu peradangan pada tonsilitis dapat diklasifikasikan menjadi dua
jenis, yaitu sebagai berikut5,6:
1. Tonsilitis Akut : tonsilitis viral dan tonsilitis bakteri
2. Tonsilitis membranosa : tonsilitis difteri, tonsilitis septik dan angina plaut
vincent (stomatitis ulsero membranosa), penyakit kelainan darah, proses
spesifik dan tuberkulosis, infeksi jamur (moniliasis, aktinimikosis,
blastomikosis), infeksi virus morbili, pertusis dan skarlatina.
3. Tonsilitis kronisadalah peradangan tonsil yangmenetap sebagai akibat infeksi
akut atau subklinis yangberulang. Ukuran tonsil membesar akibat
hiperplasiaparenkim atau degenerasi fibrinoid dengan obstruksikripta tonsil,
namun dapat juga ditemukan tonsil yangrelatif kecil akibat pembentukan
sikatrik yang kronis. Durasi maupun beratnya keluhannyeri tenggorok sulit
dijelaskan. Biasanya nyeritenggorok dan nyeri menelan dirasakan lebih dari
4minggu dan kadang dapat menetap. Tonsilitiskronis adalah suatu kondisi
yang merujuk kepada adanyapembesaran tonsil sebagai akibat infeksi tonsil
yangberulang.
2.4. Etiologi
1. Tonsilitis Viral
Tonsilitis viral disebabkan oleh virus Epstein Barr, selain itu
diketahui juga bahwa Hemofillus influenz dapat menyebabkan tonsilitis
viral akut yang sifatnya supuratif. Pada dasarnya gejala tonsilitis viral
lebih menyerupai gejala common cold kecuali yang disebabkan oleh virus
coxschakie, dimana pada pemeriksaan rongga mulutnya adakn ditemukan
luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan oleh
pasien.5,6
2. Tonsilitis Bakterial
Tonsilitis bakterial adalah peradangan akut pada tonsil yang
disebabkan oleh aktivitas bakteri, seperti: grup A Streptokokus Beta
hemolitikus, pneumokokus, streptokokus viridian dan piogenes. Gejala
dan tanda yang sering ditemukan pada pasien tonsilitis baktelian adalah
nyeri tenggorokan dan nyeri saat menelan, demam dengan suhu tubuh
yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi, anoreksia dan otalgia. Rasa
nyeri yang terjadi pada telinga ini disebabkan oleh karena nyeri alih
melalui saraf glosofaringeus. Pada pemeriksaan akan tampak tonsil yang
membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk folikel serta
ditemukan pembengkakan pada kelenjar mandibular dan juga nyeri
tekan.5,6
3. Tonsilitis Difteri
Penyebab dari tonsilitis difteri adalah suatu jenis kuman yang
spesifik, yaitu Corynebacterium diphteriae yang termasuk dalam
kelompok kuman gram positif dan berada biasanya di aluran nafas atas,
seperti hidung, faring dan laring. Tonsilitis difteri biasa terjadi pada anak-
anak yang berusia kurang dari 10 tahun namun pada orang dewasa masih
mungkin terjadi. Seseorang yang terinfeksi dari kuman difteri akan
mengalami tiga golongan gejala, berupa: 1) gejala umum, seperti demam
subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat dan
nyeri saat menelan. 2) gejala lokal, seperti tonsil membengkak yang
tertutup bercak putih kotor membentuk membran semu, dimana membran
tersebut dapat meluas ke pallatum molle, uvula, nasofaring, laring,
trakhea, bronkus dan dapat menyumbat saluran nafas serta mudah
berdarah. 3) gejala akibat oksitosin seperti pada jantung dapat
menyebabkan miokarditis, dapat menyebabkan kelumpuhan otot palatum
dan pernafasan bila mengenai saraf kranial.5,6
4. Tonsilitis Septik
Penyebab dari tonsilitis septik ialah streptokokus hemolitikus yang
terdapat dalam susu sapi sehingga kejadian tonsilitis septik dapat menjadi
suatu kejadian epidemik.5,6
5. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulsero Membranosa)
Penyebab penyakit ini merupakan suatu bakteri jenis spirochaeta
atau triponema yang terdapat pada penderita dengan tingkat hygine mulut
yang kurang dan defisiensi vitamin C. Gejala yang akan timbul pada
pasien dengan penyakit ini berupademam dengan kenaikan suhu sampai
390C, nyeri kepala, badan lemah dan kadang disertai dengan gangguan
pencernaan, rasa nyeri pada bagian mulut, hipersalivasi, serta gigi dan gusi
mudah berdarah.5,6
6. Penyakit Kelainan Darah
Tidak jarang tanda pertama dari leukimia akut, perdarahan di
mukosa mulut, gusi dan dibawah kulit sehingga pada pemeriksaan akan
tampak bercak kebiruan. Pada kasus ini, tonsil akan ditemukan dalam
kondisi yang mengalami pembengkakan ditutupi oleh suatu membran
semu tetapi tidak hiperemis dan rasa nyeri yang hebat pada tenggorokan
pasien. 5,6
7. Tonsilitis Kronik
Terjadinya peradangan pada tonsil yang sifatnya kronik disebabkan
oleh beberapa faktor yang mendukung seperti: rangsangan yang menahun
dari rokok, beberapa jenis makanan yang dikonsumsi, tingkat hygine
mulut yang buruk, pengaruh perubahan cuaca, kelelahan fisik dan juga
pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Pada dasarnya kuman yang
mendasari yang terjadinya peradangan kronik pada tonsil sama dengan
peradangan akut, namun pada beberapa kondisi kuman dapat berubah
menjadi kuman golongan gram negatif. Adapun gejala yang dapat terjadi
pada pasien yang mengalami peradangan kronik pada tonsil berupa adanya
penghalang atau mengganjal, tenggorokan terasa kering, pernafasan
berbau. Saat pemeriksaan ditemukan tonsil membesar dengan permukaan
tidak rata, kriptus membesar dan terisi oleh detritus.6,7
2.5.3 Etiologi
Pada dasarnya peradangan pada tonsil yang bersifat kronis selain
dipermudah oleh faktor perdisposisi juga disebabkan oleh beberapa jenis kuman
seperti, kuman grup A Sterptococus beta hmolitikus, Pneumococus, Streptococus
viridans dan streptococus piogenes. Kuman yang mendasari terjadinya tonsilitis
kronik sama dengan tonsilitis akut, namun pada beberapa kondisi kuman dapat
berubah menjadi kuman golongan gram negatif.5,9,10 Faktor-faktor predisposisi
yang diketahui mempermudah timbulnya tonsilitis kronik adalah rangsangan yang
menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, tingkat hygine mulut yang buruk,
pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak
adekuat.5,9
2.5.4 Patofisologi
Tonsilitis kronik dapat bermula dari tonsilitis akut. Pada tonsilitis kronik
akibat proses peradangan yang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid
terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid tersebut diganti
dengan jaringan parut dan mengalami pengerutan sehingga kripta menjadi
melebar. Secara klinik kripta ini tampak diisi oleh detritus, yang merupakan suatu
kumpulan dari leukosit polimorfonuklear, epitel yang telah mati dan juga bakteri
yang telah mati. Proses tersebut terus berlanjut dan meluas sehingga menembus
kapsul tonsil, sihingga pada akhirnya menimbulkan suatu perlektan dengan
jaringan disekitar fosa tonsilitis. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran
kelenjar limfa submandibula.5,6,9
Gambar 2.7. Pembesaran tonsil. Disebabkan oleh (A) Tonsilitis berulang (B) Pada
pasien Obstructive Sleep Apnea (C) Unilateral hipertrofi tonsil
1. Tanda
Napas berat dan lidah yang licin
Hiperemis pada pilar, uvula dan palatum mole
Kemerahan dan bengkak pada tonsil disertai dengan gambaran bintik
bintik kuning yang merupakan gambaran material purulen pada kripta
yang terbuka (acute folicular tonsilitis). Kedua tonsil dapat membesar
hingga dapat bertemu pada midline orofaring.
Pembesaran dari kelenjar getah bening.
2. Gejala
Gejala yang sering ditemui berupa kesulitan dalam menelan, gangguan fonasi,
respirasi dan pendengaran. Selain itu gejala yang dapat muncul antara lain :
Sakit tenggorokan
Sakit menelan
Perubahan suara (serak)
Sakit pada telinga
Snoring (akibat obstruksi jalan napas atas)
Napas berbau
Gangguan pendengaran
Pasien tampak sangat sakit
2.9. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang menderita
tonsilitis adalah sebagai berikut :(9,10,11,12)
1. Sleep Apnea
Tonsilitis kronis dengan hipertrofi tonsil dapat menyebabkan berbagai
gangguan tidur, seperti mendengkur sampai dengan terjadinya apnea
obstruktif sewaktu tidur (obstructive sleep apnea). Obstructive sleep apnea
atau OSA merupakan kondisi medis yang serius, ditandai dengan episode
obstruksi saluran napas atas selama tidur sehingga menyebabkan
berkurangnya asupan oksigen secara periodik.11,12
2. Abses peritonsil
Infeksi dapat meluas menuju kapsul tonsil dan mengenai jaringan
sekitarnya.Abses biasanya terdapat pada daerah antara kapsul tonsil dan otot-
otot yang mengelilingi faringeal. Hal ini paling sering terjadi pada penderita
dengan serangan berulang.Gejala penderita adalah malaise yang bermakna,
odinofagi yang berat, dan trismus.Diagnosa dikonfirmasi dengan melakukan
aspirasi abses.
3. Abses parafaring
Gejala utama adalah trismus, indurasi atau pembengkakan di sekitar angulus
mandibula, demam tinggi, dan pembengkakan dinding lateral faring sehingga
menonjol ke arah medial.Abses dapat dievakuasi melalui insisi servikal.
4. Abses intratonsilar
Merupakan akumulasi pus yang berada dalam substansi tonsil.Biasanya diikuti
dengan penutupan kripta pada Tonsilitis Folikular akut.Dijumpai nyeri lokal
dan disfagia yang bermakna.Tonsil terlihat membesar dan
merah.Penatalaksanaan yaitu dengan pemberian antibiotika dan drainase abses
jika diperlukan, selanjutnya dilakukan tonsilektomi.
5. Tonsilitis kronis dengan serangan akut
Biasanya terjadi karena tatalaksana tonsilitis akut yang tidak adekuat. Infeksi
kronis dapat terjadi pada folikel limfoid tonsil dalam bentuk mikroabses.
6. Otitis Media Akut
Serangan berulang otitis media akut berkaitan erat dengan serangan berulang
dari tonsilitis akibat infeksi yang menjalar melalui tuba eustachius.
7. Tonsilolith (kalkulus tonsil)
Tonsilolith dapat ditemukan pada Tonsilitis Kronis bila kripta diblokade oleh
sisa-sisa dari debris.Garam inorganik kalsium dan magnesium kemudian
tersimpan yang memicu terbentuknya batu.Batu tersebut dapat membesar
secara bertahap dan kemudian dapat terjadi ulserasi dari tonsil.Tonsilolith
lebih sering terjadi pada dewasa dan menambah rasa tidak nyaman lokal atau
foreign body sensation.Hal ini didiagnosa dengan mudah dengan melakukan
palpasi atau ditemukannya permukaan yang tidak rata pada perabaan.
8. Kista tonsilar
Disebabkan oleh blokade kripta tonsil dan terlihat sebagai pembesaran
kekuningan di atas tonsil.Sangat sering terjadi tanpa disertai gejala.Dapat
dengan mudah didrainasi.
9. Fokal infeksi dari demam rematik dan glomerulonefritis.
Anti-streptokokal antibodi meningkat pada 43% penderita Glomerulonefritis
dan 33% diantaranya mendapatkan kuman Streptokokus beta hemolitikus
pada swab tonsil yang merupakan kuman terbanyak pada tonsil dan faring.
Hasil ini megindikasikan kemungkinan infeksi tonsil menjadi patogenesa
terjadinya penyakit Glomerulonefritis.
Fisik : Berat badan akan meningkat 150 – 200 gram/minggu, tinggi badan
meningkat 2,5 cm / bulan, lingkar kepala meningkat 1,5 cm/bulan. Besarnya
kenaikan seperti ini akan berlangsung sampai bayi umur 6 bulan.
Motorik : Bayi akan mulai berusaha untuk mengangkat kepala dengan dibantu
oleh orang tua, tubuh ditengkurapkan, kepala menoleh ke kiri ataupun ke kanan,
reflek menghisap, menelan, menggenggem mulai positif.
b. Umur 2 – 3 bulan :
c. Umur 4 – 5 bulan :
Fisik : Berat badan menjadi dua kali berat badan lahir, ngeces karena
tidak adanya koordinasi menelan saliva
Sosialisasi : Senang jika berinteraksi dengan orang lain walaupun belum prnah
dilihat atau dikenalnya, sudah bisa mengeluarkan suara petanda tidak senang bila
mainan atau benda miliknya diambil oleh orang lain.
d. Usia 6 – 7 bulan :
e. Umur 8 – 9 bulan :
f. Umur 10 – 12 bulan :
Fisik : Berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi bagian atas dan
bawah mulai tumbuh.
Motorik : Sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan lama, belajar
berjalan dengan bantuan, sudah bisa berdiri dan duduk sendiri, mulai belajar
makan dengan menggunakan sendok, akan tetapi lebih senang menggunakan
tangan, sudah bisa bermain ci...luk...ba.., mulai senang mencorat-coret kertas.
a. Umur 15 bulan :
Motorik kasar : Sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain.
b. Umur 18 bulan :
Motorik kasar : Mulai berlari tetapi masih sering jatuh, menarik- narik mainan,
mulai senang naik tangga tetapi masih dengan bantuan
Motorik halus : Sudah bisa makan dengan menggunakan sendok, bisa membuka
halaman buku, belajar menyusun balok-balok.
c. Umur 24 bulan :
Motorik kasar : Berlari sudah baik, dapat naik tangga sendiri dengan kedua kaki
tiap tahap.
d. Umur 36 bulan :
Motorik kasar : Sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju
dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda roda tiga.
a. Usia 4 tahun
Motorik halus : Sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar, sudah bisa
menggambar kotak, menggambar garis vertikal maupun horizontal belajar
membuka dan memasang kancing baju.
b. Usia 5 tahun
Motorik kasar : Berjalan mundur sambil berjinjit, sudah bisa menangkap dan
melempar bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan kaki secara
bergantian.
Intervensi :