Anda di halaman 1dari 33

PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Perencanaan dan Pengembangan Pembelajaran
Disusun oleh :

1. Faturrahmah (A 231 15 003) 10. Irwan Nur Risky (A 231 15 005)


2. Moh. Rofi’u (A 231 15 042) 11. Mutmainna (A 231 15 103)
3. Siti Soleha (A 231 15 045) 12. Mici Novrice B (A 231 15 106)
4. Eko Wahyu Rachmansyah (A 231 15 054) 13. Ketut Mustiartini (A 231 16 005)
5. Ahmad Ahsari (A 231 15 112) 14. I Nyoman Jodi .S (A 231 16 036)
6. Fahra Anraeni (A 231 15 121) 15. Sri Hardiyanti (A 231 16 060)
7. Wayan Bayu Rasdana (A 231 16 052) 16. Angelina Novita (A 231 16 108)
8. Lilin Nurjanah (A 231 16 076) 17. Yulince Amanya (A 231 16 181)
9. Nadiah Natalia alfiah (A 231 14 026)

Dosen Pengampu :

1. Dr. Sukayasa, M.Pd


2. Drs. I Nyoman Murdiana, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengembangan Alat Evaluasi”.
Makalah ini merupakan tugas yang dibuat sebagai bagian dalam memenuhi
tugas mata kuliah Perencanaan dan Pengembangan Pembelajaran. Penulis
menuliskannya dengan mengambil dari beberapa sumber baik dari buku maupun dari
internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada tersebut.
Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian makalah ini. Hingga tersusun makalah yang sampai dihadapan
pembaca pada saat ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah yang penulis tulis ini masih banyak
kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan saran
atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik.

Palu, November 2017

Penulis

Pengembangan Alat Evaluasi| i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………… i


DAFTAR ISI ………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………… 2
1.3 Tujuan penulisan ………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Alat Evaluasi ………………………………… 3


2.2 Jenis-jenis Alat Evaluasi ………………………………… 3
2.2.1 Tes ………………………………………… 3
2.2.1.1 Tes Objektif ………………………………………… 4
2.2.1.2 Tes Subjektif ………………………………………… 8
2.2.2 Non Tes ………………………………………… 13
2.2.2.1 Wawancara ………………………………………… 13
2.2.2.2 Observasi ………………………………………… 17
2.2.2.3 Angket ………………………………………… 22
2.3 Pengembangan Tes Alat Evaluasi ………………………………… 25

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 28


3.2 Saran ………………………………………………………………… 29

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 30

Pengembangan Alat Evaluasi| ii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan. Dengan
perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan
sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku
menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan
di Indonesia. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.
Usaha peningkatan pendidikan bisa ditempuh dengan peningkatan kualitas
pembelajaran dan sistem evaluasi yang baik. Keduanya saling berkaitan sistem
pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik,
selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan
strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik .
Sehubungan dengan itu, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang
tidak hanya mengajar dengan baik, namun mampu melakukan evaluasi dengan baik.
Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaran perlu lebih
dioptimalkan. Evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar, namun
perlu penilaian terhadap input, output dan kualitas proses pembelajaran itu sendiri.
Pengukuran dalam bidang pendidikan erat kaitannya dengan tes. Hal ini
dikarenakan salah satu cara yang sering dipakai untuk mengukur hasil yang telah
dicapai siswa adalah dengan tes. Penilaian merupakan bagian penting dan tak
terpisahkan dalam sistem pendidikan saat ini. Peningkatan kualitas pendidikan dapat
dilihat dari nilai-nilai yang diperoleh siswa. Tentu saja untuk itu diperlukan sistem
Pengembangan Alat Evaluasi| 1
penilaian yang baik dan tidak bias. Sistem penilaian yang baik akan mampu
memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya akan
mampu membantu guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa sendiri,
sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk selalu
meningkatkan kemampuannya
Penilaian hasil belajar tidak hanya dilakukan dengan cara tes, tetapi dapat juga
dilakukan dengan teknik non-tes. Pada evaluasi penilaian hasil belajar, teknik ini
biasanya digunakan untuk mengukur pada ranah afektif dan psikomotorik, sedangkan
teknik tes digunakan untuk mengukur pada ranah kognitif. Karena pada umumnya
hasil belajar yang bersifat keterampilan sukar diukur dengan tes, maka digunakan
teknik pengukuran lain yang dapat memberikan hasil yang lebih akurat.
Oleh karena itu, penulis akan membahas dalam makalah ini mengenai
Pengembagan Alat-Alat Evaluasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan alat evaluasi ?
2. Apa saja jenis alat-alat evaluasi ?
3. Bagaimana petunjuk pengembangan alat evaluasi ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui maksud dari alat
evaluasi serta mengenal jenis-jenis alat-alat evaluasi dan mengetahui petunjuk
pengembangannya.

Pengembangan Alat Evaluasi| 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Alat Evaluasi


Evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan informasi
tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan,
menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya (Widoyoko, 2014).
. Dalam pengertian umum, alat adalah suatu yang dapat digunakan untuk
mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara
lebih efektif dan efisien. Kata alat, biasa disebut juga dengan istilah istrumen, dengan
demikian maka alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi. Jadi, Alat
Evaluasi berarti keseluruhan alat yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan
evaluasi, dalam hal ini adalah berkaitan dengan pendidikan alat evaluasi digolongkan
menjadi dua macam yaitu, tes dan non tes.

2.2 Jenis-jenis Alat Evaluasi


2.2.1 Tes
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat
untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Menurut Djemari
(dalam Widoyoko, 2014) tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya
kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang
terhadap stimulus atau pertanyaan. Tes dapat juga diartikan sebagai sejumlah
pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat
kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai
tes. Respons peserta tes terhadap sejumlah pertanyaan maupun pernyataan
menggambarkan kemampuan dalam bidang tertentu. Tes digunakan untuk
mengukur hasil belajar, khususnya aspek pengetahuan. Berdasarkan sistem

Pengembangan Alat Evaluasi| 3


penskorannya tes dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes
subjektif.

2.2.1.1 Tes Objektif


Pengertian tes objektif dalam hal ini adalah bentuk tes yang
mengandung kemungkinan jawaban atau respoons yang harus dipilih oleh
pesrta tes. Jadi kemungkinan jawaban atau respons telah disediakan oleh
penyusun butir soal. Peserta hanya memilih alternative jawaban yang telah
disediakan. Dengan demikian pemeriksaan atau penskoran jawaban/respons
peserta tes sepenuhnya dapat dilakuakan secara objektif oleh pemeriksa. Karena
sifatnya yang objektif ini maka tidak perlu harus dilakukan oleh manusia.
Pekerjaan tersebut dapat dilakuakan oleh mesin, misalnya mesin scanner.
Dengan demikian skor hasil tes dapat dilakukan secara objektif (Widoyoko,
2014).
Secara umum ada tiga tipe tes objektif, yaitu : benar salah (true false),
menjodohkan (matching), dan pilihan ganda (multiple choice).

1. Tipe Benar – Salah (True – False test)


Tes tipe benar salah (true false test) adalah tes yang butir soalnya
terdiri dari pernyataan yang disertai dengan alternative jawabanya itu
jawaban atau pernyataan yang benar dan yang salah. Peserta tes diminta
untuk menandai masing-masing jawaban atau pernyataan itu dengan
melingkari ataupun member tanda silang pada huruf “B” jika jawaban atau
pernyataan itu dianggap benar menurt pendapatnya dan melingkari ataupun
member tanda silang pada huruf “S” jika jawaban atau pernyataan itu
menurut pendapatnya dianggap salah.

Pengembangan Alat Evaluasi| 4


Contoh :
B – S Kabupaten Sleman terletak di Provinsi Jawa Tengah

Berikut petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk B – S , yaitu :


a. Dalam menyusun item bentuk benar-salah ini hendaknya humlah item
cukup banyak, sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya,
jika jumlah item kurang dari 50, kiranya kurang dapat
dipertanggungjawabkan
b. Jumlah item yang benar dan salah hendaknya sama
c. Berilah petunjuk cara mengerjakan soal yang jelas dan memakai
kalimat yang sederhana
d. Hindarkan pernyataan yang terlalu umum, kompleks, dan negative
e. Hindarkan penggunaan kata yang dapat member petunjuk tentang
jawaban yang dikehendaki. Misalnya, biasanya, umumnya, selalu.

2. Tipe Menjodohkan (matching test)


Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjuk tes
menjodohkan (matching test), seperti memasangkan atau mencocokkan.
Butir soal tipe menjodohkan ditulis dalam dua kolom atau kelompok.
Kelompok pertama di sebelah kiri adalah pertanyaan/pernyataan atau stem
atau biasa juga disebut dengan premis. Kelompok kedua di sebelah kanan
adalah kelompok jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari dan
menjodohkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan
pertanyaan/pernyataan.
Bila tes harus dikerjakan dilembar jawaban yang terpisah, maka di
depan pertanyaan/pernyataan dan jawaban harus diberi kode urutan, baik
menggunakan nomor ataupun menggunakan huruf.

Pengembangan Alat Evaluasi| 5


Berikut petunjuk penyusunan soal tipe menjodohkan, yaitu :
a. Buatlah petunjuk tes dengan jelas, singkat, dan mudah dipahami.
b. Sesuaikan dengan kompetensi dasar dan indicator
c. Kumpulkan soal diletakan disebelah kiri, sedangkan jawaban
disebelah kanan
d. Jumlah alternatif jawaban hendaknya lebih banyak daripada jumlah
soal
e. Susunlah item-item dan alternatif jawaban dengan sistematika
tertentu
f. Seluruh kelompok soal dan jawaban hanya terdapat dalam satu
halaman
g. Gunakan kalimat yang singkat dan langsung terarah pada pokok
persoalan
3. Tipe Pilihan Ganda (multiple choice test)
Tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap butir soalnya memilik
jumlah alternative jawaban lebih dari dua. Pada umumnya jumlah
alternative jawaban berkisar antara 3 (tiga) atau 5 (lima). Tentu saja jumlah
alternative tersebut tidak boleh terlalu banyak. Bila alternative lebih dari
lima, maka akan sangat membingungkan peserta tes dan juga akan sangat
menyulitkan penyusunan butir soal. Tipe tes ini dalam bahasa inggris
dikenal dengan nama multiple choice item (butir soal pilihan majemuk atau
ganda). Tipe tes ini adalah yang paling popular dan banyak digunakan
dalam kelompok tes objektif karena banyak sekali materi yang dapat
dicakup.
Setiap tes pilihan ganda terdiri dari dua bagian, yaitu: (1) pernyataan
atau disebut juga stem, dan (2) alternative pilihan jawaban atau disebut
juga option. Stem mungkin dalam bentuk pernyataan atau dapat juga dalam

Pengembangan Alat Evaluasi| 6


bentuk pertanyaan. Bila dalam bentuk pertanyaan, merupakan pertanyaan
yang lengkap atau pernyataan yang tidak lengkap.
Berikut petunjuk dalam menyusun soal bentuk pilihan ganda, yaitu :
a. Harus mengacu pada kompetensi dasar dan indicator soal
b. Berilah pentunjuk mengerjakan dengan jelas
c. Jangan memasukkan materi soal yang tidak relevan dengan apa
yang sudah dipelajari peserta didik
d. Penyataan pada soal seharusnya merumuskan persoalan yang jelas
dan berarti
e. Pertanyaan dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat
yang tidak terputus
f. Alternative jawaban harus berfungsi, homogen dan logis
g. Panjang pilhan pada suatu soal hendaknya lebih pendek daripada
itemnya
h. Usahakan agar penyataan dan pilihan tidak mudah diasosiasikan
i. Alternatif jawaban yang benar hendaknya jang sistematik
j. Harus diyakini benar bahwa hanya ada satu jawaban yang benar

Keunggulan tes objektif, antara lain :


a. Seluruh ruang lingkup yang diajarkan dapat dinyatakan pada item-item
tes objektif
b. Kemungkinan jawaban spekulaif dalam ujian dapat dihindarkan
c. Jawaban bersifat mutlak, karena itu penilaian dapat dilakukan secara
objektif
d. Pengoreksian dapat dilakukan oleh siapa saja, sekalipun tidak
mengetahui dan menguasai materinya
e. Pemberian skor dapat dilakukan dengan mudah dan cepat
f. Korektor tidak akan terpengaruh oleh baik-buruknya tulisan

Pengembangan Alat Evaluasi| 7


g. Tidak mungkin terjadi dua orang peserta didik yang jawabanya sama,
tetapi mendapat skor yang berbeda

Kelemahan tes objektif, antara lain :


a. Mengkontruksi soalnya sangat sulit
b. Membutuhkan waktu yang lama
c. Ada kemungkinan peserta didik mencontoh jawaban orang lain dan
berpikir pasif
d. Umumnya hanya mampu mengukur proses-proses mental yang
dangkal

2.2.1.2 Tes Subjektif


Tes subjektif, pada umumnya berbentuk uraian (esai) . Menurut
Asmawi Zaenul dan Noehi Nasution (dalam Widoyoko, 2014) Tes bentuk
uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban
atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan
pikiran peserta tes . Ciri khas tes uraian adalah jawaban terhadap soal tersebut
tidak disediakan oleh penyusun soal, tetapi harus disusun oleh peserta tes. Butir
soal tipe uraian (essay test) hanya terdiri dari perntanyaan atau tugas dan
jawaban sepenuhnya harus dipikirkan oleh peserta tes. Ciri-ciri pertanyaannya
didahului dengan kata-kata seperti: uraikan, jelaskan, bandingkan, mengapa,
bagaimana, simpulkan dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2008).
Jumlah butir soal dalam tes uraian biasanya tidak banyak, hanya
sekitar 5-10 butir soal dalam waktu kira-kira 90 s.d 120 menit. Soal-soal bentuk
uraian ini menuntut kemampuan peserta tes untuk dapat mengorganisir,
menginterpretasi, menghubungkan pengertian-perngertian yang dimiliki. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa tes uraian menuntut peserta tes untuk dapat

Pengembangan Alat Evaluasi| 8


mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya
kreativitas yang tinggi.
Berdasarkan tingkat kebebasan peserta tes untuk menjawab soal tes
uraian, secara umum tes uraian dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: tesu
raian bebas atau uraian terbuka (extended response) dantes uraian terbatas
(restricted response).
1. Tes Uraian Bebas (extended response test)
Tes uraian bebas merupakan bentuk tes uraian yang memberi
kebebasan kepada peserta test untuk mengorganisasikan dan
mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam menjawab soal tes.
Jawaban peserta tes bersifat terbuka, fleksibel dan terstruktur.
Contoh:
a. Jelaskan pengaruh paham nasionalisme di Eropa terhadap
perkembangan nasionalisme di Asia dan afrika!
b. Jelaskan alasan mengapa sistem ekonomi yang dianut suatu negara
berbeda-beda!
Untuk menjawab butir soal diatas dengan baik, peserta tes harus
memiliki kemampuan mengingat faktor historis tumbuhnya nasionalisme di
Asia dan Afrika. Setelah itu ia harus mengorganisasikan dengan pikiranya
dan menyusunnya dalam suatu urutan yang logis dan dengan menggunakan
bahasa yang dapat diphami oleh orang lain. Peserta ujian diberi kebebasan
sepenuhnya untuk menjawab menurut gaya bahasa dan gaya kognitifnya
masing-masing. Dengan demikian maka keterampilan mengekspresikan
pikiran dalam bentuk tertulis akan besar sekali kontribusinya dalam
menjawab soal ujian tipe ini. Bentuk soal seperti ini baik sekali untuk
mengukur hasil belajar pada tingkatan aplikasi, analisis, dan kreatifitas.

Pengembangan Alat Evaluasi| 9


2. Tes Uraian Terbatas (restricted response test)
Tes uraian terbatas merupakan bentuk tes uraian yang memberi
batasan-batasan atau rambu-rambu tertentu kepada peserta tes dalam
menjawab soal tes. Batasan atau rambu- rambu tersebut mencakup format,
isi, dan ruang lingkup jawaban. Jadi soal tes uraian terbatas itu harus
menentukan batas jawaban yang dikehendaki. Batasan itu meliputi konteks
jawaban yang diinginkan, jumlah butir jawaban yang dikerjakan, keluasan
uraian jawaban dan luas jawaban yang diminta.
Contoh:
Ada sepuluh penilaian pendidikan. sebutkan kesepuluh prinsip
penilaian pendidikan secara berurutan. Pilihlah empat yang saudara
kuasai, definisikan artinya dan bernilai contoh pelaksanaannya
dalam kegiatan pembelajaran. Uraian saudara diharapkan tidak
lebih dari satu halaman.

Untuk menjawab butir soal diatas peserta tes lebih terikat


dibandingkan dengan contoh sebelumnya. Peserta tidak dapat memilih
dengan bebas penyajiannya. Ia harus mengikuti instruksi butir soal untuk
menjawab. Tetapi peserta tes tetap memiliki kebebasan untuk menjawab
menurut pola kognitifnya sendiri, dan ia juga mempunyai kebebasan
mengekspresikan dalam gayanya sendiri. Butir soal jenis uraian bebas
terbatas ini sebaiknya digunakan untuk mengukur hasil belajar tingkat
pemahaman, aplikasi dan analisis.

Pengembangan Alat Evaluasi| 10


Ada beberapa ragam tes uraian terbatas, antara lain ragam tes
melengkapi dan ragam tes jawaban singkat.
a. Tipe jawaban melengkapi
yang dimaksud dengan tipe jawaban melengkapi adalah butir soal
yang memerintahkan kepada peserta tes untuk melengkapi kalimat
dengan satu frasa, angka, atau satu formula.
Contoh :
1. Bertambahnya ketinggian pada atmosfer bumi akan
menurunkan temperatur udara di daerah……….
2. Hormon tumbuhan yang berpengaruh terhadap gugurnya daun
dan biji adalah……..
3. Nilai median dari data 7, 12, 11, 8, 10, dan 9 adalah…..

Butir soal tipe jawaban melengkapi banyak digunakan dalam teks


matematika. Tipe butir soal melengkapi juga baik untuk menguji
kemampuan mengingat fakta dan prinsip yang sederhana selain itu
juga dapat digunakan untuk menguji kemampuan pada tingkatan yang
lebih tinggi seperti pemahaman, aplikasi dan evalusi asalkan disusun
secara hati-hati.

b. Tipe jawaban singkat


Yang dimaksud dengan tipe jawab singkat adalah butir soal
berbentuk pertanyaan yang dapat dijawab dengan satu kata, satu frasa,
satu angka, atau satu formula.
Contoh:
Berapakah jumlah provinsi di Indonesia?
Butir soal tipe ini termasuk tipe yang paling mudah disusun.
Hal ini terutama disebabkan butir soal ini hanya mengukur hasil
belajar yang sederhana, yaitu ingatan. Tipe ini hanya baik untuk
Pengembangan Alat Evaluasi| 11
mengukur kemampuan pemecahan masalah untuk bidang matematika
dan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Keterbatasan utama butir soal tipe
ini tidak dapat mengukur hasil yang belajar yang kompleks karena
sifatnya yang sederhana, maka butir soal ini hanya menghasilkan
respon singkat yang sederhana. Respon yang singkat dan seperti itu
tidak memungkinkan untuk mengukur hasil belajar yang lebih
kompleks. Untuk matematika maupun IPA masih mungkin untuk
mengukur kemampuan penerapan.

Keunggulan tes subjektif, antara lain :


a. Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide kedalam
jawaban item secara tepat
b. Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa
mereka sendiri
c. Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan
menyatakan pemikiran siswa secara aktif
d. Mendorong siswa untuk berani mengungkapkan pendapat serta menyusun
dalam bentuk kalimat mereka sendiri
e. Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami suatu
permasalahan atas dasar pengetahuan yang diajarkan di dalam kelas
Kelemahan tes subjekti, antara lain :
a. Dalam memeriksa jawaban pertanyaan, ada kecenderungan pengaruh
subjektif yang selalu munucl dalam pribadi seorang guru. Ini terjadi,
utamanya ketika telah terjadi hubungan moral yang baik antara para siswa
dan guru
b. Membutuhkan waktu yang relative lama untuk memeriksa lembar
jawaban dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain
c. Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai dengan bualan.

Pengembangan Alat Evaluasi| 12


2.2.2 Non Tes
Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran
terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Selama ini teknik nontes
kurang digunakan dibandingkan teknis tes. Dalam proses pembelajaran pada
umumnya kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes. Hal ini dikarenakan lebih
berperannya aspek pengetahuan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan
guru pada saat menentukan siswa. Seiring dengan berlakunya kurikulum 2013
maka teknik penilaian harus disesuaikan dengan kompetensi yang diukur, aspek
yang akan diukur, pengetahuan, keterampilan atau sikap, kemampuan siswa yang
akan diukur, sarana dan prasarana yang ada.
Jadi, intrumen non tes adalah suatu alat penilaian yang biasanya digunakan
untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan peserta didik dengan tidak
menggunakan tes. Dengan tektik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar
peserta didik dilakukan tanpa “menguji” peserta didik melainkan dilakukan
dengan cara tertentu. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan
penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses
mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera. Tehnik penilaian ini
umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap,
tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain.

2.2.2.1 Wawancara
Menurut Johnson (Sukardi, 2015) wawancara adalah interaksi pribadi
antara pewancara (guru) dengan yang diwawancarai (siswa) dimana pertanyaan
verbal diajukan kepada mereka.
Wawancara menurut Moleong (2012) adalah percakapan dngan
maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara atau interview

Pengembangan Alat Evaluasi| 13


merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan
dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskripsi kuantitatif. Wawancara
dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual.
Adakalanya juga wawancara dilakukan secara kelompok kalau memang
tujuannya untuk menghimpun data dari kelompok seperti wawancara dengan
suatu keluarga, pengurus yayasan, pembina pramuka, dll.
Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara berstruktur dan
wawancara bebas (tak berstruktur). Dalam wawancara berstruktur kemungkinan
jawaban jawaban telah disiapkan sehingga siswa tinggal mengategorikannya
kepada alternative jawaban yang telah dibuat. Sedangkan pada wawancara
bebas, jawaban tidak perlu disiapkan sehingga siswa bebas mengemukakan
pendapatnya.
Sebelum melakukan wawancara para peneliti menyiapkan instrumen
wawancara yang disebut pedoman wawancara. Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut :

a. Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.


b. Berdasarkan tujuan diatas tentukan aspek yang akan diungkapkan
dari wawancara tersebut.
c. Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan
d. Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan analisis butir (c)
diatas.

Pengembangan Alat Evaluasi| 14


CONTOH LEMBAR WAWANCARA

Tujuan : Memperoleh informasi mengenai sistem belajar siswa di luar


sekolah

Bentuk : Wawancara bebas


Responden : Siswa yang memperoleh prestasi belajar cukup tinggi
Nama siswa : ………………………………………
Kelas / semester : ………………
No Pertanyaan Uraian / Jawaban Kesimpulan

1. Apakah anda sering merasa


belajar di kelas kurang
efektif?

2. Apakah anda merasa perlu


untuk belajar di luar
sekolah?

3. Anda lebih memilih bimbel


atau privat?

4. Apakah anda merasa tidak


bisa mengikuti pelajaran di
sekolah tanpa bimbel?

5. Apakah anda dapat


merasakan pengaruhnya
terhadap prestasi belajar
anda?

Pengembangan Alat Evaluasi| 15


6 Bagaimana nilai-nilai anda
ketika di sekolah?

7 Bagaimana menurut anda


Jika sekolah mengadakan
bimbel untuk murid-
muridnya?

8 Menurut anda, perlukah


semua teman anda
mengikuti bimbel?

Kelebihan wawancara yaitu :


a. Wawancara dapat memberikan keterangan keadaan pribadi hal ini
tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek.
b. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam
pelaksaannya
c. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi.
d. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat
dibandingkan dengan observasi dan angket.
e. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si
pewawancara dengan objek.
Sedangkan kelemahan wawancara:
a. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan,
kemampuan individu yang diwawancarai.
b. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar
pelaksanaan wawancara.
c. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari
pewawancara.
Pengembangan Alat Evaluasi| 16
d. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi
hasil wawancara

2.2.2.2 Observasi
Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati individu atau kelompok secara langsung(Ngalim, 2013)
Menurut Sudjana dan Ibrahim (2012) penelitian dan ilmu social
banyak hal yang dapat diukur melalui observasi/pengamatan. Misalnya tingkah
laku siswa pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar,
kegiatan diskusi siswa , partisipasi siswa dalam simulasi, penggunaan alat
peraga pada waktu mengajar, dan lain-lain. Observasi harus dilakukan pada saat
proses kegiatan itu berlangsung. Observer terlebih dahulu harus menetapkan
aspek-aspek tingkah laku apa yang hendak diobservasi, lalu dibuat pedoman
agar memudahkan dalam pengisian observasi.
Dari penelitian berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa
mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan
pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat.
Misalnya kita memperhatikan reaksi penonton televise, bukan hanya mencatat
bagaimana reaksi itu, dan berapa kali muncul, tetapi juga menilai reaksi
tersebut, sangat, kurang, atau tidak sesuai dengan yang kita kehendaki.
Observasi dapat dilakukan pada berbagai tempat misalnya kelas pada
waktu pelajaran, dihalaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada
waktu murid olah raga, upacara dan lain-lain.

Pengembangan Alat Evaluasi| 17


Ada tiga jenis observasi , yakni (Sudjana, 2016) :
a. Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap
gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan
langsung diamati oleh pengamat.
b. Observasi dengan alat (tidak langsung), dilaksanakan dengan
menggunakan alat seperti mikroskop untuk mengamati bakteri,
suryakanta untuk melihat pori-pori kulit.
c. Observasi partisipasi, berarti bahwa pengamat harus melibatkan
diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilakasanakan oleh individu
atau kelompok yang diamati.
Langkah yang ditempuh dalam membuat pedoman observasi adalah
sebagai berikut :
a. Lakukan terlebih pengamatan terlebih dahulu terhadap suatu proses
tingkah laku, misalnya penampilan gur dikelas. Lalu catat kegiatan
yang dilakukannya dari awal sampai akhir pelajaran. Hal ini
dilakukan agar dapat menentukan jenis perilaku guru pada saat
mengajar sebagai segi-segi yang akan diamati nanti.
b. Berdasarkan gambaran dari langkah (a) diatas, penilai menentukan
segi-segi mana dari perilaku guru tersebut yang akan diamati
sehubungan dengan keperluannya. Urutkan segi-segi tersebut sesuai
dengan apa yang seharusnya berdasarkan khazanah pengetahuan
ilmiah, misalnya berdasarkan teori mengajar. Rumusan tingkah laku
tersebut harus jelas dan spesifik sehingga dapat diamati oleh
pengamatnya.
c. Tentukan pedoman observasi tersebut, apakh bentuk bebas (tak
perlu ada jawaban, tetapi mencatat apa yang tampak) atau pedoman
yang berstruktur (memakai kemungkinan jawaban). Bila dipakai
bentuk yang berstruktur, tetapkan pilihan jawaban serta indicator-

Pengembangan Alat Evaluasi| 18


indikator dan setiap jawaban yang disediakan sebagai pengangan
bagi pengamat pada saat melaksanakan observasi nanti
d. Sebelum observasi dilaksanakan, diskusikan dahulu pedoman
observasi yang telah dibuat dengan calon observan agar setiap segi
yang diamati dapat dipahami maknanya dan bagaimana cara
mengisinya.
e. Bila ada hal khusus yang menarik, tetapi tidak ada dalam pedoman
observasi, sebaiknya disediakan catatan khusus atau komentar
pengamat dibagian akhir pedoman observasi.

CONTOH LEMBAR PEDOMAN OBSERVASI SISWA

Hari/Tanggal : ……
Tempat/lokasi : ……
Waktu : ……

Skor
No Objek yang Diamati Keterangan
1 2 3 4

lebih aktif bertanya di dalam kelas


1.

2. lebih cepat dalam mengerjakan tugas yang


diberikan guru

3. lebih mudah memahami materi yang di berikan


guru

4. lebih cepat merespon pertanyaan dari guru

5. Nilai-nilainya selalu bagus

Pengembangan Alat Evaluasi| 19


Keterangan :

Skor 4 : Jika lebih ≥ 85 % siswa yang ikut bimbingan belajar memenuhi


Skor 3 : Jika 50% ≤ X < 85% siswa yang ikut bimbingan belajar memenuhi
Skor 2 : jika 25 % ≤ X <50% siswa yang ikut bimbingan belajar memenuhi
Skor 1 : Jika < 25 % siswa yang ikut bimbingan belajar memenuhi

LEMBAR PEDOMAN OBSERVASI GURU


Skor
No. Segi tingkah laku yang diamati Keterangan
1 2 3 4
1 Mengulang bahan pelajaran yang telah lalu
2 Menginformasikan TIK dari materi yang akan
diajarkan
3 Menjelaskan bahan pelajaran dari pokok materi
yang telah ditulisnya
4 Penggunaan alat peraga dalam memperjelas
bahan yang dijelaskan
5 Bertanya kepada siswa siswa sehubungan
dengan bahan pelajaran yang dijelaskan
6 Dan seterusnya

Pengembangan Alat Evaluasi| 20


Observasi mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:

1. Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.


2. Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya
suatu gejala atau kejadian yang penting
3. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh
dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket
4. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek
yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak
langsung memegang peran.

Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara


lain :

1. Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat


dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan
kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya
mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah. Tetapi belum
tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka
tetapi dirahasiakan.
2. Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi
maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa
senang.
3. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat
dikontrol sebelumya.

Pengembangan Alat Evaluasi| 21


2.2.2.3 Angket
Angket berupa sekumpulan pertanyaan yang biasanya dalam bentuk
tertulis kemudian diberikan kepada responden. Pertanyaan-pertanyaan dalam
angket atau disebut pula dengan kuisioner bermacam-macam(Sukmadinata,
2011)
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang
yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau
kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data
mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam
menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.
Adapun jenis-jenis angket antara lain :
1. Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, kuesioner/angket dibagi menjadi
dua yaitu:
a. Kuesioner langsung
Suatu kuesioner dikatakan sebagai kuesioner langsung adalah apabila
kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan
dimintai jawabann tentang dirinya
b. Kuesioner tidak langsung
Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi
bukan oleh orang yang diminta keterangannya. Kuesioner jenis ini
biasanya digunakan untuk mencari data tentang bawahan, anak,
saudara, tetangga, dan sebagainya.
2. Ditinjau dari segi cara menjawab atau strukturnya, kuesioner dibagi
menjadi dua yaitu:
a. Kuesioner tertutup (berstruktur)
Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan
menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal
memberi tanda centang pada jawaban yang dipilih.

Pengembangan Alat Evaluasi| 22


b. Kuesioner terbuka (tidak berstruktur)
Kuesioner terbuka adalah Kuesioner yang disusun sedemikian rupa
sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner
terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci
dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Dengan kata
lain, kuesioner ini adalah angket/kuesioner yang membutuhkan
jawaban uraian panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak
dituntut untuk memberi penjelasan-penjelasan, alasan-alasan terbuka.

CONTOH LEMBAR ANGKET

Instrumen Penilaian Sikap Siswa


Terhadap Pembelajaran Matematika
Nama :
Kelas :
Petunjuk :

1. Pada angket ini terdapat 5 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap


pernyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran yang baru selesai
kamu pelajari, dan tentukan kebenaranya.
2. Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan pilihanmu.
3. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya.
Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap pernyataan lain.
4. Catat responmu pada lembar jawaban yang tersedia.

No. Pertanyaan Pilihan Jawaban


1 2 3 4 5
1. Pelajaran matematika bermanfaat
2. Pelajaran matematika sulit

Pengembangan Alat Evaluasi| 23


3. Tidak semua siswa harus belajar matematika

4. Pelajaran matematika harus dibuat mudah


5. Harus banyak latihan pada pelajaran matematika

Keterangan pilihan jawaban :

1. Sangat tidak setuju


2. Tidak setuju
3. Ragu-ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju

Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat,


kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan angket antara lain:
1. Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang
banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
2. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
3. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan
Sedangkan kelemahan angket, antara lain:
1. Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga
apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan
kembali
2. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua
anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi
secara mendetail.

Pengembangan Alat Evaluasi| 24


3. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan
semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket
yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya

2.3 Pengembangan Tes Alat Evaluasi


Beberapa faktor yang harus di perhatikan dalam mengembangkan tes alat
evaluasi (Arifin , 2009) :
a. Menentukan tujuan penilaian
Tujuan penilaian ini harus dirumuskan secara jelas dan tegas serta
ditentukan sejak awal, karena menjadi dasar untuk menentukan arah,
ruang lingkup materi, jenis/model, dan karakter alat penilaian. Dalam
penilaian hasil belajar, ada emapat kemungkinan tujuan penelitian,
yaitu untuk memperbaiki kinerja tau proses pembelajaran (formatif),
untuk menentukan keberhasilan peserta didik (sumatif), untuk
mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam proses
pembelajaran (diagnostik), atau untuk menempatkan posisi peseta
didik sesuai dengan kemampuannya (penempatan).
b. Mengindentifikasi kompetensi dan hasil belajar
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Peserta
didik dianggap kompeten apabila dia memiliki pengetahuan
keterampilan, sikap dan nilai untuk melakukan sesuatu setelah
mengikuti proses pembelajaran. Dalam kurikulum berbasis
kompetensi, semua jenis kompetensi dan hasil belajar sudah
dirumuskan oleh tim pengembang kurikulum, seperti standar
kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator. Guru
tinggal mengidentifikasi kompetensi mana yang akan dinilai.

Pengembangan Alat Evaluasi| 25


c. Menyusun Kisi-kisi
Menyusun kisi-kisi dimaksudkan agar materi penilaian betul-betul
representatif dan relevan dengan materi pelajaran yang sudah
diberikan oleh guru kepada peserta didik. Jika materi penilaian tidak
relevan dengan materi pelajaran yang telah diberikan, maka akan
berakibat hasil penilaian itu kurang baik. Begitu juga jika materi
penilaian terlalu banyak dibandingkan dengan materi pelajaran, maka
akan berakibat sama. Untuk melihat apakah materi penilaian relevan
dengan materi pelajaran atau apakah penilaian terlalu banyak atau
kurang, guru harus menyusun kisi-kisi.
d. Mengembangkan draf intrumen
Mengembangkan draf instrumen penilaian merupakan salah satu
langkah penting dalam prosedur penilaian. Instrumen penilaian dapat
disusun dalam bentuk tes maupun nontes, dalam bentuk tes, berarti
guru harus membuat soal. Penilaian sosial adalah penjabaran indikator
menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan
pedoman kisi-kisi. Setiap pertanyaan harus jelas dan terfokus serta
menggunakan bahasa yang efektif, baik bentuk pertanyaan maupun
bentuk jawabannya. Kualitas butir soal akan menentukan kualitas tes
secara keseluruhan. Setelah semua soal ditulis, sebaiknya soal tersebut
dibaca lagi, jika perlu didiskusikan kembali dengan tim penelaah soal,
baik dari ahli bahasa, ahli bidang studi, ahli kurikulum, dan ahli
evaluasi.
e. Uji coba dan analisis soal
Jika semua soal sudah disusun dengan baik, maka perlu di uji cobakan
terlebih dahulu dilapangan. Tujuannya untuk mengetahui soal-soal
mana yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta
soal-soal mana yang baik untuk dipergunakan selanjutnya. Soal yang

Pengembangan Alat Evaluasi| 26


baik adalah soal yang sudah mengalami beberapa kali uji coba dan
revisi, yang didasarkan atas analisis empiris dan rasional. Analisis
empiris dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan setiap
soal yang diginakan.
f. Revisi dan merakit soal (instrument baru)
Setelah soal diuji coba dan dianalisis, kemudian direvisi sesuai dengan
proporsi tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Dengan demikian,
ada soal yang masih dapat diperbaiki dari segi bahasa, ada juga soal
yang harus direvisi total, baik yang menyangkut pokok soal (stem)
maupun alternatif jawaban (option), bahkan ada soal yang harus
dibuang atau disisihkan. Berdaarkan hasil revisi soal ini, barulah
dilakukan perkaitan soal menjadi suatu instrumen yang terpadu. Untuk
itu, semua hal yang dapat mempengaruhi validitas skor tes, seperti
nomor urut soal, pengelompokan bentuk soal,penataan soal, dan
sebagainya haruslah diperhatikan.

Pengembangan Alat Evaluasi| 27


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Instrumen tes adalah suatu alat evaluasi yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan,
pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta
didik untuk mengukur aspek tertentu, dalam hal ini aspek yang diukur lebih kepada
aspek kognitif
Tes terbagi menjadi :
1. Tes objektif
a. Tipe benar – salah (True – False test)
b. Tipe menjodohkan (Matching test)
c. Tipe Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
2. Tes subjektif
a. Tes Uraian Bebas (extended response test)
b. Tes Uraian Terbatas (restricted response test)
Instrumen non tes adalah suatu alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk
mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan peserta didik dengan tidak
menggunakan tes. Dengan tektik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar
peserta didik dilakukan tanpa “menguji” peserta didik melainkan dilakukan dengan
cara tertentu. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan penampilan
yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya
yang tidak dapat diamati oleh indera. Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai
kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial,
ucapan, riwayat hidup dan lain-lain.

Pengembangan Alat Evaluasi| 28


Adapun beberapa jenis instrumen non-tes terdiri atas:
1. Observasi
2. Wawancara (Interview)
3. Angket (Questionaire)
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mengembangkan evaluasi tes,
yakni :
1. Menentukan Tujuan Penilaian
2. Mengidentifikasi Hasil Belajar
3. Menyusun kisi – kisi
4. Mengembangkan Draf Instrument
5. Uji Coba dan Analisis Soal
6. Revisi dan Merakit Soal
3.2 Saran
1. Seorang guru hendaknya memperhatikan langkah-langkah penyusunan alat
evaluasi dengan sebaik-baiknya agar dapat menghasilkan penilaian yang
objektif.
2. Hendaknya ada pembuatan makalah secara berkala tentang teknik
penyusunan instrumen evaluasi agar sesuai dengan perkembangan siswa.
3. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan
baik dari isi dan cara penulisan. Penulis mohon maaf apabila pembaca
merasa kurang puas dengan hasil yang kami sajikan, dan kritik beserta saran
juga kami harapkan agar dapat menambah wawasan untuk memperbaiki
penulisan makalah kami.

Pengembangan Alat Evaluasi| 29


DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja RosdaKarya.
Sudjana, Nana. 2016. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja RosdaKarya.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2012. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
PT Remaja RosdaKarya.
Sukardi. 2015. Evaluasi Pendidikan : Prinsip & Operasionalnya. Jakarta : PT Bumi
Aksara
Sukmadinata, N.S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Moleong, 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim. 2013. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung
: PT Remaja Rosdakarya
Widoyoko, E.P. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta :
PUSTAKA BELAJAR

Pengembangan Alat Evaluasi| 30

Anda mungkin juga menyukai