Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang


abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Wahyu,
2009(suaida, 2011).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi perlu mendapatkan perhatian dan penanganan
yang baik, mengingat prevalensi yang tinggi dan komplikasi yang ditimbulkan
cukup berat.(KEMENKES,Nijar 2014).

Hipertensi adalah obesitas, pada anak-anak yang yang mengalami obesitas,


30% dari mereka mengalami tekanan darah tinggi ketika beranjak dewasa.(lingga,
2012)

Berdasarkan beberapa sumber diatas terkait hipertensi dapat disimpulkan


bahwa hipertensi adalah suatu keadaan tubuh dari tekanan darah yang meninngkat
akibat dari adanya peningkatan darah secara kronis dalam jangka waktu yang cukup
lama hipertensi juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan tekanan darah dimana
sistolik diatas 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg.
B. Anatomi & Fisiologi

Gambar : https://tentangdarah.wordpress.com/2015/06/.

C. ETIOLOGI

1. Hipertensi essensial

Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologis
yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi essensial. Penyebab
hipertensi meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi
kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah
terhadap vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk
faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan
lain-lain (Nafrialdi, 2009)

Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan dan gaya hidup
tampaknya memiliki peran yang utama dalam menyebabkan hipertensi.
Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang

berlebih dan penelitian pada berbagai populasi menunjukkan bahwa kenaikan berat
badan yang berlebih (obesitas) memberikan risiko 65-70 % untuk terkena hipertensi
primer (Guyton, 2008).

2. Hipertensi sekunder

Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari penyakit


komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada
kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik
secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat
hipertensi dengan menaikkan tekanan darah (Oparil, 2003).

Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan dengan


beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes dan kelainan sistem
saraf pusat (Sunardi, 2000).

D. Manifestasi Klinis

Pada stadium awal gagal jantung, semua mekanisme kompensasi neurohormonal


tersebut memang bermanfaat. Akan tetapi, pada stadium lanjut, mekanisme tersebut
justru semakin memperparah gagal jantung yang terjadi dan dapat menyebabkan
gagal jantung tak terkompensasi. Setelah terpajan dalam jangka waktu yang lama,
jantung menjadi kurang tanggap terhadap NE (Silbernagl, 2007). Beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya hipertensi adalah faktor keturunan, faktor obesitas,
faktor pola makan, faktor stres, dan faktor merokok (Webber, dkk, 2014).
E. Klasifikasi

Responden yang mengalami tingkat stress ringan dan sedang cenderung tekanan
darahnya mengarah ke grade I dan responden yang tingkat stress berat dan sangat
berat tekanan darahnya mengarah ke grade II. Namun, pada tingkat stress berat dan
sangat berat ada peningkatan tekanan darah ke grade III dengan persentase kecil.
(Kemenkes: Satriyani, Metti ,. 2016)

F. Pemeriksaan Penunjang (martin susan dkk,1998)

1. Tes dianostik elektrokardiogram (EKG).


2. Tes laboratorium (martin susan dkk,1998)
3. Enzim (jumlah darah lengkap)
4. Glukosa.
5. Kadar lipid.
6. Tes stres latihan (TSL).
7. Ekokardiografi,

G. Pengkajian (martin susan dkk,1998)

1. Sakit kepala suboksipital berat yang menyebar ke frontal


a. Kaku leher, sakit
b. Palpitasi
c. Pucat
d. Diaforesis
2. Hipertensi ensefalopati
a. Pengkajian neurologi
b. Kekacauan mental
c. Peka rangsang
d. Somnolen
e. Koma
3. Nadi
a. Takikardi
b. Nadi kuat
c. Nadi femoralis lambat
4. Fertigo
5. Mual, muntah
6. Ansietas
7. Tanda dan gejala mata
a. Diplopia
b. Penurunan pandangan
c. Optic fundi
1) Hemoragi
2) Eksudat kapas

H. Pengobatan

1. Salah satu pilihan alterantif pengobatan hipertensi saat ini yaitu dengan
menggunakan terapi Bekam Atau Hijamah. Bekam adalah suatu metode
pengobatan dengan menggunakan tabung atau gelas yang ditelungkupkan
pada permukaan kulit agar menimbulkan bendungan lokal. agar terjadi
penggumpalan darah lokal. Kemudian darah tersebut dikeluarkan dengan
dihisap, dengan tujuan meningkatkan sirkulasi energi chi dan darah,
menimbulkan efek analgetik (menghilangkan nyeri), mengurangi
pembengkakan, serta mengusir pathogen angin, baik dingin maupun
lembab(Umar,2008(Irwan2012)
2. kepada pasien hipertensi untuk meminimalkan resiko stress dengan cara
beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan, olahraga, berpikir secara
positif, rekreasi, dan memeriksakan tekanan darah secara teratur dan patuh
meminum obat hipertensi yang diberikan di puskesmas.( Poltekkes
Kemenkes Jurusan Keperawatan http://ejurnal-citrakeperawatan.com,
2016)
3. Perubahan gaya hidup seperti perubahan pola makan menjurus makanan
siap saji yang mengandung banyak lemak, protein, dan tinggi garam tetapi
rendah serat pangan, membawa konsekuensi sebagai salah satu faktor
berkembangnya penyakit degeneratif seperti hipertensi.(Herwat,2011)
J. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d adanya ketidak adekuatan pompa darah
oleh jantung d/d nadi femoralis lambat dan turgor kulit pucat
2. Resiko gangguan b/d prilaku sehat d/d ketidak mampuan memodifikasi
gaya hidup.
3. Nyeri akut b/d adanya emosi yang tidak menyenangkan d/d stress.
K. Intervensi (NIC)
1. Penurunan curah jantung b/d adanya ketidak adekuatan pompa darah
oleh jantung d/d nadi femoralis lambat dan turgor kulit pucat:
a. Pemantauan tanda-tanda vital: mengumpulkan dan menganalisis data
kardiovaskular, pernapasan, dan suhu tubuh untuk menentukan dan
mencegah komplikasi.
b. Terapi intravena (iv): memberi dan memantau cairan dan obat intra
vena.
c. Perawatan jantung: membatasi komplikasi untuk ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard pada pasien yang
mengalami kerusakan fungsi jantung.
2. Resiko gangguan b/d prilaku sehat d/d ketidak mampuan memodifikasi
gaya hidup.
a. Edukasi kesehatan: mengembangkan dan menyediakan instruksi
dan pengalaman belajar untuk mempasilitasi adaptasi prilaku
yang kondusif bagi kesehatan individu keluarga kelompok
ataupun komunitas
b. Bantuan modifikasi diri: memberi penguatan pada perubahan
diri sendiri yang dimulai oleh pasien untuk mencapai tujuan
yang dianggap penting oleh individu.
c. Dukungan prngambilan keputusan: memberikan informasi dan
dukungan kepada pasien yang membuat keputusan yang
mengenai perawatan kesehatanya.
3. Nyeri akut b/d adanya emosi yang tidak menyenangkan d/d stress.
a. Management nyeri : meringankan atau mengurangi nyeri sampai
pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien
b. Management medikasi: memfasilitasi penggunaan obat resep
atau obat bebas secara aman dan efektif.
c. Pemberian analgetik : menggunakan agent-agent farmakologi
untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.

L. OUTCOME (NOC)
1. Penurunan curah jantung b/d adanya ketidak adekuatan pompa darah
oleh jantung d/d nadi femoralis lambat dan turgor kulit pucat:
a. Efektivitas pompa jantung: keadekuatan volume darah yang di
ejeksikan dari ventrikel kiri untuk mendukung tekanan perfusi
sistemik
b. Perfusi jaringan ferifer: keadekuatan aliran darah yang melalui
pembuluh darah kecil ekstremitas untuk mempertahankan fungsi
jaringan
c. Status tanda vital : tingkat suku, nadi, pernapasan, dan tekanan darah
dalam rentang normal.
2. Resiko gangguan b/d prilaku sehat d/d ketidak mampuan memodifikasi
gaya hidup.
a. Prilaku sehat :tindakan personal untuk meningkatkan
kesejahteraan,pemulihan, dan rehabilitasi secara optimal
b. Motivasi: dorongan dari dalam diri untuk bergerak atau mendorong
individu untuk bertindak positife
c. Prilaku kepatruhan: tindakan personal yang dilakukan untuk
meningkatkan kesejahteraan, pemulihan, dan rehabilitasi
berdasarkan saran profesional.
3. Nyeri akut b/d adanya emosi yang tidak menyenangkan d/d stress.
a. Tingkat nyeri: keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan
b. Pengendalian nyeri: tindakan individu untuk mengendalikan nyeri.
c. Tingkat kenyamanan: tingkat persepsi positive terhadap kemudahan
fisik dan fisikologis.
DAFTAR PUSTAKA

suaida, hartin. 2011, Pengaruh Mengkudu Terhadap Penurunan Tekanan Darah


Pada Penderita Hipertensi Di Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi Kabupaten
Sidoarjo. Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01 / Januari 2011 –
Desember 2011., diunduh 30 april 2018.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+pengaruh
+mengkudu+terhadap=penurunan+tekanan+darah+pada+penderita+hipertensi+
di+desa+wedoroklurak&btnG=#d=gs_qabs&p=&u=%23p%3Ddl7T-6FGFTMJ

Nizar, Muhammad. 2014, Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Penyakit


Hipertensi Di Puskesmas Kuok. ISSN 20880030
Vol 5, ed 2, Oktober 2014., diunduh 30 april 2018.
http://journal.stkiptam.ac.id.index.php/ners/article/view/189

Lingga, Lanny. 2012 ,Program Antihipertensi Alamiah Bebas Hipertensi Tanpa


Obat., Hal: 3.,
http://books.google.co.id/books/about/bebas_hipertensi_tanpa_obat.html?id=G
WvjAwAAQBAJ&redir_esc=y

Ramanto Bagus Saputra,. Dkk,. 2011, Profil Penderita Hipertensi Di Rsud


Jombang Periode Januari-Desember., Volume 9 No 2 Desember 2013 Diunduh
30 April 2018.
http://scholar.google.co.id/scholar?start=10&q=etiologi=hipertensi+pdf&hl=id
&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&p=&u%23p%3D2ihz8WYAj88J

Satriyani, Metti. Dkk. 2016, Gambaran Tingkat Stres Pada Kejadian Hipertensi
Di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru. Poltekkes Kemenkes Jurusan
Keperawatan Http://Ejurnal-Citrakeperawatan.Com., Diunduh 30 April 2018.

Martin, Susan Tucker, DKK,. 1998, Standart Perawatan Pasien


Proseskeperawatan Dan Evaluasi, Hal:93,. EGC.

Irawan, Hengky, Setyo Ari, 2012, Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Klien Hipertensi. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 1 No. 1
Nopember 2012. Diunduh 30 April 2018.
http://www.google.co.id/url?sa=t&souce=web&rct=j&url=http://www.ejurnala
dhkdr.com/index.php/coba/article/download/12/6&ved=2ahUKEwjuu5Ti10Ha
AhWHwI8KHbvYBXg

Herwati,Wiwi Sartika, 2011, Terkontrolnya Tekanan Darah Penderita Hipertensi


Berdasarkan Pola Diet Dan Kebiasaan Olah Raga Di Padang., Jurnal
Kesehatanmasyarakat, September 2013 - Maret2014, Vol. 8,No. 1 Diunduh 30
April 2018

Anda mungkin juga menyukai