Naskah Publikasi PDF
Naskah Publikasi PDF
Naskah Publikasi
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil
Diajukan oleh:
MUHAMMAD YANU UTOMO
NIM: D 100 050 009
NIRM: 05 6 106 03010 50009
Kepada:
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Naskah Publikasi
Diajukan dan dipertahankan pada Ujian Pendadaran
Tugas Akhir di hadapan Dewan Penguji
Pada tanggal 27 Desember 2012
diajukan oleh :
MUHAMMAD YANU UTOMO
NIM: D 100 050 009
NIRM: 05 6 106 03010 50009
ABSTRAKSI
1
2
2h 2h
λ0
a.sendi plastis pada balok b.sendi plastis kolom pada
lantai paling bawah
Gambar 1. Pemasangan sendi plastis
Menurut pasal 11 SNI 03-2847-2002, struktur dan komponen struktur
harus direncanakan hingga semua penampang mempunyai kuat rencana minimum
sama dengan kuat perlu yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya
terfaktor yang sesuai dengan ketentuan. Kombinasi-kombinasi beban terfaktor
tersebut sebagai berikut (pasal 11.2. SNI 03-2847-2002):
1). U = 1,4 D ............................................................................................. (1a)
2). U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) ..................................................... (1b)
3). U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 (A atau R) ....................................... (1c)
U = 0,9 D ± 1,6 W ............................................................................... (1d)
4). U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E ................................................................... (1e)
U = 0,9 D ± 1,0 E ................................................................................ (1f)
Ketidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan pada komponen
struktur dianggap sebagai faktor reduksi kekuatan (ϕ), yang nilainya ditentukan
menurut pasal 11.3 SNI 03-2847-2002 sebagai berikut:
1). φ = 0,80 untuk beban lentur tanpa gaya aksial
2). φ = 0,65 untuk gaya aksial tekan, dan aksial tekan dengan lentur
3). φ = 0,65 untuk struktur dengan tulangan sengkang biasa
4). φ = 0,60 untuk gaya lintang dan torsi
5). φ = 0,70 untuk tumpuan pada beton
Menurut Pasal 4.7.1 SNI-1726-2002, Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6
wilayah gempa. Pembagian wilayah ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan
dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan perioda ulang 500 tahun. Wilayah
gempa 1 adalah wilayah kegempaan paling rendah, sedangkan wilayah gempa 6
adalah wilayah kegempaan paling tinggi.
5
C. LANDASAN TEORI
1. Perencanaan struktur atap rangka baja
Beban-beban yang diperhitungkan pada gording meliputi beban mati
(akibat berat sendiri gording dan beban penutup atap), beban hidup dan beban
angin. Baja profil yang digunakan untuk gording adalah profil Canal. Tegangan
yang terjadi harus lebih kecil dari tegangan ijin.
Pemasangan sagrod dimaksudkan untuk mendukung beban yang searah
dengan sumbu miring atap. Penempatan sagrod dipasang pada tengah bentang
gording, yang terjadi momen maksimum.
Perencanaan kuda-kuda merupakan perencanaan konstruksi yang
mendukung berat atap kemudian meneruskannya ke kolom. Perencanaan kuda-
kuda harus mampu menahan berbagai beban baik dari dalam (berat sendiri)
maupun dari luar (beban hidup dan angin).
2. Perencanaan struktur plat atap, lantai dan tangga
Plat merupakan struktur bidang datar (tidak melengkung) yang jika
ditinjau secara visual 3 dimensi mempunyai tebal yang jauh lebih kecil dari pada
ukuran bidang plat. Untuk merencanakan plat beton bertulang perlu
dipertimbangkan tidak hanya pembebanan, tapi juga ukuran dan syarat-syarat
6
tumpuan pada tepi yang menentukan jenis perletakan dan jenis penghubung di
tempat tumpuan.
Tangga merupakan salah satu sarana penghubung dari dua tempat yang
berbeda ketinggiannya. Pada bangunan gedung bertingkat, biasanya tangga
digunakan sebagai sarana penghubung antara lantai tingkat yang satu dengan
lantai tingkat yang lain, khususnya bagi pejalan kaki. Agar anak tangga dapat
digunakan dengan mudah dan nyaman, maka ukuran anak tangga ditentukan
sebagai berikut :
2.T + I = (61 - 65 cm)
dengan: T = tinggi bidang tanjakan (optrede) atau tinggi anak tangga, cm.
I = lebar bidang injakan (antrede) atau lebar anak tangga, cm.
I
T/2
T
φ . f'c ⎛ A cp ⎞
2
Tu ≤ .⎜⎜ ⎟ dengan φ = 0,75 ....................................................................... (2)
12 ⎟
⎝ Pcp ⎠
7
Mulai Tahap I
Analisa pembebanan
Analisa mekanika
Tidak
Kecukupan dimensi balok
Ya
Penulangan balok
Tidak
Kecukupan dimensi kolom
Ya
Penulangan kolom Tahap IV
Tidak
Kecukupan dimensi pondasi
Ya
Penulangan pondasi Tahap V
Tahap VI
Selesai
E. HASIL PERENCANAAN
1. Perencanaan Struktur Atap
Perencanaan Struktur atap menggunakan penutup atap dari genteng
dengan rangka atap dari baja. Berdasarkan hasil perhitungan digunakan gording
profil baja lip kanal 150.65.20.3,2 dan rangka kuda-kuda utama menggunakan
baja profil siku ⎦⎣30.45.3. Alat sambung menggunakan baut Ø ¼ inch dengan
menggunakan plat kopel 4 mm dan plat buhul 6 mm. Rangka atap dapat dilihat
seperti pada Gambar 5 sebagai berikut.
a6 a7
a5 a8
a4 v6 a9
a3 d5 d6 a10
d4 v5 v7 d7
a2 d3 v4 v8 d8 a11
d2 v3 v9 d9
a1 d1 v2 v10 d10 a12
v1 v11
b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 b10 b11 b12
800
1200
A A A A A A A A A A A A
800
A A A A A A A A A A A A
A A A A
2400
800
A A A A
A A A A A A A A A A A A
800
A A A A A A A A A A A A
230
B B
lx = 4 m
A Mly(+) = 1,759 dp10-200 5,86
Mtx(-) = 4,356 dp10-200 dp10-350 6,80
Mty(-) = 4,356 dp10-200 dp10-350 5,86
ly = 4 m
Mlx(+) = 1,505
lx = 2,5 m
dp10-200 6,80
B
Mly(+) = 0,818 dp10-200 5,86
Mtx(-) = 3,240 dp10-200 dp10-350 6,80
ly = 4 m Mty(-) = 2,520 dp10-200 dp10-350 5,86
4800
800 400 800 800 800 400 800
D D
230
G G G G G G G G
A A A A A A A A
E F F E
800
A A A A A A A A A A A A
A A A C A A C A A A
2400
800
A A A B B A A B B A A A
A A A A A A A A A A A A
800
A A A A A A A A A A A A
230
D D
B
Mly(+) = 1,454 dp10-150 10,2
Mtx(-) = 5,279 dp10-150 dp10-300 11,5
ly = 4 m
Mty(-) = 4,361 dp10-150 dp10-300 10,2
11
Tabel 2. lanjutan
(1) (2) (3) (4) (5)
Mlx(+) = 2,922 dp10-150 11,5
lx = 2,5 m
C
Mly(+) = 1,116 dp10-150 10,2
Mtx(-) = 6,056 dp10-150 dp10-300 11,5
ly = 5 m Mty(-) = 4,144 dp10-150 dp10-300 10,2
3. Perencanaan Tangga
Tangga direncanakan dengan desain melayang dengan ketebalan plat 15
cm, lebar injakan anak tangga 26 cm, dan tinggi tanjakan anak tangga 18 cm.
Desain dan hasil perhitungan tulangan dapat dilihat pada gambar dan tabel
berikut.
-18,24 kN.m
-50,65 kN.m
-101,64 kN.m
200
8,54 kN.m
200
-18,24 kN.m
8,54 kN.m
50 65
50 65
10 D25 4 D12 2 D25 4 D12 12 D25 4 D12
600
600
600
65
65
dp10-200
600
16 D25
dp10-100
65
65
65 65
600
600
D16-80
D25-80
D16-80
300
A A D16-80
915
85 D25-80
D25-80
300
POT A-A
600
B B
400
75
400
4 D25 2dp10 - 160
300
75
DETAIL PENULANGAN PONDASI TIANG PANCANG
75 75
POT B-B
A B 2dp10-250
C
75 75 75 75 75 75
75 75 75
2D25 2dp10-250 3D25 2dp10-250 2D25 2dp10-250
75 75 75
400 400 400
2. Saran
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan struktur beton
bertulang untuk gedung bertingkat pada umumnya dan secara khusus pada Tugas
Akhir ini penulis mencoba memberikan saran diantaranya sebagai berikut :
1). Jika dalam perencanaan menggunakan program bantu hitung untuk
perhitungan analisa mekanika struktur seperti SAP 2000 v.14 atau yang
lainnya hendaknya pemasukan data material, dimensi, dan pembebanan lebih
teliti.
2). Jika dalam perhitungan torsi hasilnya momen torsi diabaikan, maka hanya
perlu diberi tulangan tambahan (tulangan montase) dengan diameter minimal
(½ diameter tulangan longitudinal).
3). Perhatikan penggambaran shop drawing karena hasil analisis dengan aplikasi
lapangan kadang berbeda.
4). Dalam penggambaran hendaknya dibuat secara sederhana dan detail agar
mudah dibaca oleh semua orang.
DAFTAR PUSTAKA
Asroni, A., 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Asroni, A., 2010. Kolom Fondasi & Balok T Beton Bertulang, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Asroni, A., 2003. Struktur Beton lanjut, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
LPMB, 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
SNI 03-2847-2002, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan, Bandung.