Daftar detikID Masuk
Daftar detikID Masuk
HOME
RESEP
TEMPAT MAKAN
KABAR KULINER
INFOGRAFIS
ANAK
SEHAT
GALERI
VIDEO
INDEKS
Ulasan Khusus
Most Popular
Konsultasi Kuliner
Resep Odilia
FOLLOW detikFood
Home / Info Kuliner / Detail berita
Foto: Thinkstock
0 0 0
Jakarta - Emoji tak sekadar membuat komunikasi jadi singkat dan menarik. Kini penelitian
makanan bisa dilakukan dengan emoji.
Dilansir dari Munchies Vice (07/03), peneliti yang sedang meneliti pola makan anak usia
Sekolah Dasar (SD) mulai menilai reliabilitas ilmiah emoji sebagai alat ukur kesukaan anak
terhadap makanan.
Sifat emoji yang universal bisa jadi keunggulan. Penggunaannya secara internasional juga
menjadikan emoji alat akurat untuk mengetahui bagaimana anak menilai makanan di kantin
sekolahnya.
Peneliti di Sensory and Consumer Research Center, Universitas Kansas State kini sedang
mengeksplorasi hal tersebut. Lebih khusus, mereka menggunakan emoji guna mengevaluasi
bagaimana anak menilai program makan siang di sekolahnya. Penelitian kini difokuskan pada
sekolah-sekolah di Kansas dan Ghana, kedua tempat dengan jangkauan internasional emoji.
Metode yang digunakan bernama "emoji ballot." Manajer Sensory and Consumer Research
Center, Marianne Swaney-Stueve mengatakan emoji diterima secara internasional, lintas
budaya dan lintas negara sehingga tidak ada hambatan bahasa.
Ke depannya peneliti berharap dapat pemahaman lebih baik soal menu seperti apa yang
sebaiknya disediakan sekolah. Hal ini terkait banyaknya limbah makanan di Amerika yang
totalnya diperkirakan 1.23 miliar USD per tahun.
"Para profesional di bagian gizi sekolah selalu mencari cara baru mempromosikan menu
sehat pada siswa. Mereka juga ingin tahu tanggapan siswa sehingga bisa mengembangkan
menu favorit yang sehat sekaligus menarik," ujar Diane Pratt-Heavner, juru bicara Asosiasi
Gizi Sekolah.
Penelitian menggunakan emoji sudah dimulai tahun 2014 dengan kelompok anak berusia 7-
11 tahun di Olathe, Kansas. Peneliti melihat bagaimana anak menilai oatmeal, pizza
pepperoni, dan soda strawberry dari Jepang yaitu Ramune Soda. Dalam melakukannya,
peneliti menggunakan 28 spektrum reaksi terhadap makanan.
Cara ini dapat menunjukkan makanan mana yang disukai dan tidak oleh anak. Sebagai
contoh, camilan chocolate graham atau roti putih menghasilkan emoji "senyum dengan mata
terbuka" atau "senyum dengan lidah keluar." Sebaliknya bayam segar diberi emoji "wajah
cemas" atau "wajah bingung."
Emoji sendiri memang terus berevolusi hingga mengubah cara orang berkomunikasi. Tahun
2016 Unicode Consortium di California berencana meluncurkan 38 emoji baru, termasuk
bacon, alpukat, croissant, mentimun, wortel, kentang, dan gelas champagne.
Ada juga usulan soal emoji khusus untuk simbol alergi makanan. Seorang insinyur Google
telah melayangkan permintaan ini ke Unicode Consortium, namun hal ini masih dalam
peninjauan.
(adr/odi)