Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki 56,7 persen masyarakat kelas menengah dari total jumlah

penduduknya tahun 2013. Mayoritas pengguna jalan dan kelompok masyarakat

tersebut menggunakan sepeda motor sebagai moda transportasi (ANTARA,

2014). Banyaknya masyarakat yang menggunakan sepeda motor terlihat dari

penjualan sepeda motor pada tahun 2013 yang mencapai 7,7 juta unit (AISI,2014).

Dengan sifat dan karakteristik pengguna motor yang berbeda serta tingkat

pertumbuhan kepemilikan sepeda motor yang sangat tinggi, maka kecenderungan

tingkat kecelakaan sepeda motor akan meningkat.

Penambahan jumlah sepeda motor di jalan raya berbanding lurus dengan

meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Malang (Marsaid.,

2013). Menurut data unit Laka Lantas Polres kabupaten Malang, angka

kecelakaan lalu lintas di kabupaten Malang selama tahun 2012 sejumlah 623

kasus dan melibatkan 771 sepeda motor. Sedangkan jumlah korban meninggal

dunia sebanyak 140 orang, korban luka ringan sebanyak 796 orang dan korban

luka berat tidak ada (Marsaid., 2013).

Jumlah proporsi sepeda motor di jalanan mencapai 60-70% (Kusnandar, E.,

2009). Hal tersebut didukung dengan daya beli masyarakat terhadap moda

transportasi sepeda motor sangat tinggi. Angka kecelakaan lalu lintas pada tahun

2009 mencapai 19 ribu kasus, 70% penyumbang kecelakaan tersebut adalah

1
2

sepeda motor. Presentase yang tinggi dan sangat seimbang dengan keberadaan

sepeda motor di jalanan.

Menurut Global Status Report on Road Safety (2013), sebanyak 1,24 juta

korban meninggal tiap tahun di seluruh dunia dan 20–50 juta orang mengalami

luka akibat kecelakaan lalu lintas. Data WHO menyebutkan bahwa kecelakaan

lalu lintas menjadi penyebab utama kematian anak di dunia dengan rata-rata angka

kematian 1000 anak dan remaja setiap harinya pada rentang usia 10–24 tahun.

Kecelakaan lalu lintas di Indonesia dalam tiga tahun terakhir ini menjadi

pembunuh terbesar ketiga setelah penyakit jantung koroner dan tuberculosis

berdasarkan penilaian oleh WHO (Badan Intelijen Negara RI, 2014).

Tingkat mobilisasi penduduk di wilayah Kota Bandung tergolong tinggi.

Kondisi tersebut tidak diimbangi dengan prasarana dan sarana jalan serta

transportasi publik yang memadai. Kondisi lalu lintas yang semakin padat,

membuat orang-orang beralih menggunakan sepeda motor karena sepeda motor

dianggap dapat menghemat waktu tempuh dan irit bahan bakar. Banyaknya

korban dan kerugian yang ditimbulkan, baik akibat hilangnya nyawa, maupun

biaya yang diperlukan untuk pengobatan dan rehabilitasi penderita, maka

kecelakaan lalu lintas termasuk dalam masalah dalam lingkup lalu lintas dan

memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait.

Untuk mengetahui hubungan antara kepemilikan sepeda motor dan tingkat

kecelakaan sepeda motor, maka perlu dilakukan penelitian pada berbagai jenis

kondisi ruas jalan. Hal inilah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini.

Hasil dari penelitian ini bisa dijadikan bahan analisis untuk melihat tingkat

kepamilikan sepeda motor pada arus lalu lintas terhadap berbagai kondisi jalan
3

dan dijadikan masukan untuk instansi terkait dalam rangka penyusunan dan

perbaikan parameter lalu lintas yang ada di jalan raya.

1.2 Inti Permasalahan

Arus lalu lintas di negara-negara berkembang sangat berbeda dengan yang ada di

negara-negara maju dikarenakan keberadaan sepeda motor sebagai moda

transportasi dengan jumlah yang besar (Do, 2010). Indonesia yang merupakan

negara sedang berkembang, memiliki perilaku pengendara motor yang umumnya

tidak mengikuti aturan lalu lintas. Perilaku pengendara sepeda motor seperti

mampu bermanuver zigzag, tidak berjalan pada satu garis mengikuti kendaraan

lain, bergerak ke depan antrian, berjalan bersama kendaraan lain di lajur yang

sama dan merapat dengan pengendara lain merupakan faktor yang berpengaruh

pada kondisi arus lalu lintas. Hal tersebut diperkirakan akan berpengaruh terhadap

tingkat kecelakaan sepeda motor di berbagai ruas jalan.

Dengan memperhatikan hal tersebut, maka permasalahan tingkat kecelakaan

sepeda motor yang dipengaruhi oleh kepemilikan sepeda motor perlu dipelajari.

Jumlah dan proporsi sepeda motor yang beragam, karakteristik pengendara sepeda

motor yang beragam menjadikan dasar munculnya dugaan adanya pengaruh

kepemilikan sepeda motor terhadap tingkat kecelakaan sepeda motor di jalan

raya..

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


4

1. Menentukan tingkat kepemilikan pengendara sepeda motor berdasarkan (usia,

jenis kelamin, pekerjaan)

2. Menganalisis faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas.

3. Menentukan hubungan tingkat kepemilikan sepeda motor dengan kecelakaan

di berbagai ruas jalan.

1.4 Pembatasan Masalah

Permasalahan yang terjadi pada arus lalu lintas sangat beragam. Oleh karena itu

diberikan pembatasan masalah pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor penyebab lalu lintas dibatasi manjadi tiga faktor yaitu faktor manusia,

faktor kendaraan dan faktor lingkungan.

2. Data kecelakaan yang digunakan adalah data time series 5 tahun terakhir di

Kota Bandung.

3. Ruas Jalan yang dianalisis berdasarkan lokasi kejadian terbanyak di kota

bandung.

1.5 Metode Penelitian

Agar proses penelitian ini tersusun dengan baik, maka disusun langkah-langkah

penelitian. Untuk mencapai tujuan penelitian yang menjawab permasalahan yang

dipilih, maka dirumuskan tujuan penelitian dan dilakukan studi literatur serta

pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dari hasil observasi berupa

wawancara dan kuestioner serta data sekunder kecelakaan dari Polrestabes Kota

Bandung. Analisis dan pembahasan dilakukan dengan metode statistik, yaitu

menggunakan analisis univariat dan multivariate.


5

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi

dari semua variabel yang diteliti, baik independen maupun dependen. Analisis

bivariat digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara variabel faktor yang

berhubungan dengan kejadian kecelakaan lalu lintas dengan akibat kecelakaan

lalu lintas dengan menggunakan uji cross tabulation, yaitu tabulasi silang tabel

2x2. Untuk menguji hubungan antara variabel independen dan dependen

digunakan uji chi-square. Dalam mengambil keputusan uji, digunakan derajat

kemaknaan 0,05 dengan ketentuan bermakna bila p value < 0,05 dan tidak

bermakna bila p value > 0,05, jika nilai tiap sel tidak ada yang kurang dari 5. Jika

pada hasil analisis chi-square tabel 2 x 2 terdapat sel yang nilai expected kurang

dari 5, maka p value yang digunakan adalah p value uji Fisher. Analisis

multivariat yang digunakan adalah regresi logistik karena variabel terikatnya

adalah variabel terikat dikotom. Variabel yang akan dimasukkan ke dalam analisis

regresi logistik adalah variabel yang pada analisis bivariat mempunyai nilai p <

0,25. Pengambilan keputusan mengenai besar nilai resiko variable indenpenden

terhadap variabel dependen akan dilihat lebih lanjut dari nilai odds ratio (OR) dan

p value hasil uji regresi logistik.

Anda mungkin juga menyukai