23
J.satrio, op.cit., hal.113.
24
Ibid., hal. 132.
25
Ibid., hal. 116.
26
Ibid., hal. 117.
27
Ibid., hal. 172.
4. Akibat Hukum Terhadap Anak Luar Kawin Yang Diakui Sah Dan
Tidak Diakui Sah
Dalam Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan dikatakan bahwa anak luar kawin hanya mempunyai hubungan
perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Maka dari ketentuan tersebut, anak
luar kawin tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan laki-laki yang
membenihkannya (bapak biologis. Dengan adanya hubungan perdata antara anak
luar kawin dengan ibu dan keluarga ibunya menunjukkan bahwa Undang-Undang
masih memberikan perlindungan bagi anak luar kawin.
Hal ini juga dikarenakan secara faktual (kenyataan) bahwa ibulah yang
yang telah mengandung kemudian melahirkan anak tersebut. Jadi memang secara
alami dialah ibu anak itu. Artinya semenjak ia dilahirkan telah mendapat ibu dari
28
G.H.S Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Cet.III, (Jakarta: Erlangga, 1999), hal.
31.
29
Ibid., hal. 36.
30
Than Thong Kie, Notaris , Siapakah Dia, Studi Notariat, serba Serbi Praktek Notaris, Cet.
II, (Jakarta: PT. Midas Surya Grafindo, 2000), hal. 157.
31
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2001),
hal. 11.
32
Tobing, op. cit., hal. 48.
a. Pengangkatan Notaris
Dalam Undang-Undang Jabatan Notaris ditegaskan bahwa pekerjaan
Notaris adalah pekerjaan resmi (ambtelijk verrichtigen) dan merupakan pejabat
umum yang berwenang membuat akta otentik. Karena tugas yang diembannya
sangat berat, para Notaris dituntut untuk bekerja secara profesional. Pada zaman
penjajahan, Notaris harus diangkat langsung oleh Gubernur Jenderal. Hal ini
menunjukkan Notaris adalah profesi terhormat.33
Setelah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
dikeluarkan, maka yang mempunyai wewenang untuk mengangkat Notaris adalah
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Kendati landasan perubahan wewenang
itu hanya berbekal Keputusan Menteri, untuk dapat diangkat sebagai Notaris harus
memenuhi syarat-syarat sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang
Jabatan Notaris, yaitu:
a. warganegara Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. berumur paling sedikit 27 (duapuluh tujuh) tahun;
d. sehat jasmani dan rohani;
e. berijazah Sarjana Hukum dan lulusan jenjang Strata Dua
Kenotariatan;
33
R. Subekti, Hukum Pembuktian, Cet.VIII, (Jakarta: Pramadya, 1987), hal.27.
b. Pemberhentian Notaris
Dalam Pasal 8 U.U.J.N Notaris sebagai pejabat umum dapat berhenti
dan diberhentikan dari jabatannya dengan hormat karena:
a. meninggal dunia;
b. telah berumur 65 (enam puluh lima) tahun, ketentuan umur ini dapat
diperpanjang sampai berumur 67 (enam puluh tujuh) tahun dengan
mempertimbangkan kesehatan yang bersangkutan;
c. permintaan sendiri;
d. tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk melaksanakan
tugas jabatan Notaris secara terus menerus lebih dari 3 (tiga) tahun;
atau
e. merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf g.
Notaris juga dapat diberhentikan sementara dari jabatannya karena
(Pasal 9 U.U.J.N):
a. dalam proses pailit atau penundaan kewajiban pembayaran utang;
b. berada di bawah pengampunan;
c. melakukan perbuatan tercela;
d. melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan jabatan.
Sebelum pemberhentian sementara Notaris diberikan kesempatan untuk
membela diri dihadapan Majelis Pengawas secara berjenjang. Pemberhentian
sementara Notaris dilakukan oleh Menteri atas usul Majelis Pengawas Pusat, dan
pemberhentian sementara tersebut berlaku paling lama 6 (enam) bulan.
34
Tobing. op. cit., hal. 57.
35
Ibid..
36
Ibid..
39
Tobing, op. cit., hal. 168.
40
Kie, op.cit., hal. 169.
41
Ibid., hal. 218.
1. Akta Kelahiran:
dengan mencatatkan nama bapaknya sebagai bapak dari
anak luar kawin tersebut dalam akta kelahiran.
2. Pada saat perkawinan berlangsung:
seorang laki-laki mengakui ”bahwa anak luar kawin saya dari
wanita...dengan perkawinan ini resmi menjadi anak sah” , kemudian
dicatatkan ke Catatan Sipil untuk dirubah akta kelahirannya.
3. Dengan akta otentik sebelum perkawinan berlangsung:
dibuatkan dengan akta Notaris atau Catatan Sipil, kemudian kita
mintakan Penetapan/didaftar di Pengadilan.
42
“Pengakuan Anak Luar Kawin,” http://www.lbh-apik.or.id/fac-39.htm. 17 Juli 2006.