Anda di halaman 1dari 32

BAB III

PERANAN NOTARIS DALAM PROSES PENGAKUAN ANAK LUAR


KAWIN BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM
PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG
PERKAWINAN

A. Proses peningkatan status anak luar kawin menjadi anak sah


1. Pengakuan Anak Luar Kawin
Untuk melakukan proses peningkatan status anak luar kawin menjadi anak
sah dapat dilakukan dengan cara mengakui anak yang dilahirkan di luar
perkawinan yang biasa disebut dengan proses pengakuan anak luar kawin.
Pengakuan anak merupakan pengakuan yang dilakukan oleh bapak atau
ibunya atas anak yang lahir di luar perkawinan yang sah menurut hukum.
Tentunya saat ini dengan mengingat Pasal 43 Undang-Undang Perkawinan
dimana bagi seorang ibu, untuk timbulnya hubungan hukum antara diri dan
anaknya, tidak lagi dibutuhkan adanya pengakuan terhadap anak.
Meskipun ada ketentuan yang memungkinkan seorang laki-laki atau bapak
melakukan pengakuan anak, namun pengakuan itu hanya bisa dilakukan dengan
persetujuan ibu. Pasal 284 K.U.H.Perdata menyatakan bahwa suatu pengakuan
terhadap anak luar kawin, selama hidup ibunya, tidak akan diterima jika si ibu
tidak menyetujui.
Ketentuan mengenai pengakuan anak luar kawin ini diatur dalam Pasal
280 K.U.H.Perdata yang menyatakan bahwa dengan pengakuan yang dilakukan
terhadap anak luar kawin, timbullah hubungan perdata antara si anak dan bapak
atau ibunya.

27FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata membagi dua jenis pengakuan
anak, yaitu:
a). Pengakuan secara sukarela;
Pengakuan anak secara sukarela dalam doktrin, dirumuskan
sebagai pernyataan yang mengandung pengakuan, bahwa yang
bersangkutan adalah ayah atau ibu dari anak luar kawin yang
diakui olehnya.23
Pengakuan secara sukarela merupakan pernyataan kehendak yang
dilakukan oleh seseorang menurut cara-cara yang ditentukan oleh
Undang-Undang bahwa ia adalah ayah atau ibu dari seorang anak
yang dilahirkan di luar perkawinan. Untuk pengakuan ini yang
dapat diakui adalah anak luar kawin dalam arti sempit.
Anak yang dilahirkan karena perzinahan sama sekali tidak ada
kemungkinan diakui karena bertentangan dengan norma
kesusilaan. Seperti yang dinyatakan dalam Pasal 283
K.U.H.Perdata.
b). Pengakuan secara terpaksa.
Pengakuan secara terpaksa diatur dalam Pasal 287-289
K.U.H.Perdata. Hal ini terjadi dengan suatu putusan Pengadilan
apabila hakim dalam suatu perkara gugatan kedudukan anak, atas
dasar persangkaan, bahwa seorang laki-laki itu adalah ayah dari
anak yang bersangkutan.
Pasal 287 ayat (2) K.U.H.Perdata mengatakan bahwa:
Sementara itu, apabila terjadi salah satu kejahatan tersebut dalam Pasal
285 sampai dengan Pasal 288, Pasal 294, atau Pasal 322 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana, dan saat berlangsungnya kejahatan itu
bersesuaian dengan saat kehamilan perempuan terhadap siapa kejahatan
itu dilakukan, maka atas tuntutan mereka yang berkepentingan, bolehlah
si tersalah dinyatakan sebagai bapak dari si anak.

23
J.satrio, op.cit., hal.113.

28FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
Jadi, Hakim menetapkan, bahwa orang laki-laki tertentu adalah
bapak dari seorang anak tertentu. Ketetapan seperti itu membawa
akibat pengakuan dari laki-laki yang bersangkutan terhadap anak
tertentu. Karena didasarkan atas Ketetapan Pengadilan, maka
pengakuan seperti itu merupakan pengakuan yang dipaksakan atas
dasar terpaksa, yang secara tata bahasa sebenarnya kedengaran
janggal.24
Gugatan juga dapat diajukan terhadap ibu dengan
memperbolehkan mengadakan penyelidikan mengenai siapa ibu
anak itu untuk digugat agar ia mengakui anak luar kawin tersebut.
Dengan ketentuan, bahwa si anak harus dapat membuktikan,
bahwa ia adalah anak yang dilahirkan oleh si ibu, dan si anak tidak
diperbolehkan membuktikannya dengan saksi kecuali kiranya telah
ada bukti permulaan dengan tulisan.(Pasal 288 K.U.H.Perdata).
Pasal 289 mengatakan “ Tiada seorang anak pun diperbolehkan
menyelidiki siapakah bapak atau ibunya, dalam hal-hal bilamana
menurut Pasal 283 pengakuan terhadapnya tak boleh dilakukan.”
Jadi berdasarkan pasal tersebut hanya anak luar kawin dalam arti
sempit saja yang dapat mengajukan gugatan pengakuan yang
dipaksakan (secara terpaksa).

2. Cara Pengakuan Anak Luar Kawin


Berdasarkan Pasal 281 K.U.H.Perdata pengakuan anak luar kawin dapat
dilakukan dengan 3 (tiga) cara secara sukarela, yaitu:
a. Di dalam Akta Kelahiran anak yang bersangkutan:
Pengakuan oleh seorang ayah, yang namanya disebutkan dalam akta
kelahiran anak yang bersangkutan, pada waktu si ayah melaporkan
kelahirannya.
b. Di dalam Akta Perkawinan orang tuanya:

24
Ibid., hal. 132.

29FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
Lelaki dan perempuan yang melakukan hubungan di luar nikah dan
menghasilkan anak luar kawin, kemudian memutuskan untuk menikah
secara sah dan sekaligus mengakui anak luar kawinnya.
c. Di dalam Akta Otentik:
Karena pengakuan itu baru sah kalau diberikan di hadapan seorang
Notaris atau Pegawai Pencatatan Sipil (bisa dalam surat lahir, akta
perkawinan, maupun dalam akta tersendiri), padahal keduanya adalah
Pejabat Umum, yang memang diberikan kewenangan khusus untuk
membuat akta-akta seperti itu, maka dapat kita katakan, bahwa
pengakuan anak luar kawin harus diberikan dalam suatu akta otentik.25
Karena tidak diisyaratkan, bahwa akta otentik yang bersangkutan
maksudnya yang dibuat di hadapan Notaris harus semata-mata memuat pengakuan
anak luar kawin, maka pengakuan juga dapat diberikan di dalam suatu wasiat
umum, yang dibuat di hadapan seorang Notaris. Kita secara tegas menyebutkan
wasiat umum karena wasiat olographisch di buat di bawah tangan dan karenanya
tidak memenuhi syarat Pasal 281 K.U.H.Perdata.26

3. Pengesahan Anak Luar Kawin


Kemudian langkah selanjutnya dari proses peningkatan status anak luar
kawin, apabila anak luar kawin hendak disahkan menjadi anak sah adalah dengan
adanya pengesahan. Masalah pengesahan anak ini diatur dalam K.U.H.Perdata
Bagian ke-2 Bab XII, Buku I. Pengesahan mana hanya berlaku terhadap anak luar
kawin dalam arti sempit.
Undang-Undang sendiri tidak memberikan perumusan mengenai apa itu
tindakan mengesahkan anak. Namun, dengan mendasarkan pada ketentuan yang
ada, terutama Pasal 277 K.U.H.Perdata, kita bisa menyimpulkan, bahwa
pengesahan merupakan sarana hukum, dengan mana seorang anak luar kawin
diubah status hukumnya sehingga mendapatkan hak-hak seperti yang diberikan
oleh Undang-Undang kepada seorang anak sah.27

25
Ibid., hal. 116.
26
Ibid., hal. 117.
27
Ibid., hal. 172.

30FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
Pengesahan ini dilakukan dengan syarat ayah yang mengakui anak luar
kawinnya menikah dengan perempuan yang melahirkan anak tersebut
(pernikahan). Tanpa dipenuhinya syarat pernikahan maka pengakuan yang
sebelumnya sudah diberikan oleh si ayah, tidak akan mendapat efek seperti yang
disebutkan pada Pasal 277 K.U.H.Perdata.
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pengesahan dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Karena adanya pengakuan dan Perkawinan orang tua (Pasal 272
K.U.H.Perdata);
Pasal 272 menyatakan:
“ Kecuali anak-anak yang dibenihkan dalam zinah atau sumbang, tiap-tiap anak
yang diperbuahkan di luar perkawinan, dengan kemudian kawinnya bapak dan
ibunya, akan menjadi sah, apabila kedua orang tua itu sebelum kawin telah
mengakuinya menurut ketentuan-ketentuan Undang-Undang atau, apabila
pengakuan itu dilakukan dalam akta perkawinan.”
Ini berarti jika seorang anak dibenihkan di luar perkawinan maka ia
mendapatkan kedudukan sebagai anak sah jika sebelum perkawinan
orang tuanya telah mengakui anak itu. Pengakuan ini dapat dilakukan
sebelum perkawinan atau sekaligus dimasukkan dalam akta
perkawinan. Tetapi suatu pengakuan yang dilakukan dilakukan
sesudah perkawinan tidak mengakibatkan pengesahan.
2. Dengan surat pengesahan
Pasal 274 K.U.H.Perdata menyatakan “jika kedua orang tua
sebelum atau tatkala berkawin telah melalaikan mengakui anak-anak
mereka luar kawin, maka kelalaian ini dapat diperbaiki dengan surat
pengesahan Presiden, yang mana akan diberikan setelah didengarnya
nasihat Mahkamah Agung.”
Pasal 275 K.U.H.Perdata menyatakan pengesahan dengan melalui
surat pengesahan dapat juga dilakukan, apabila:
a. Salah seorang dari orang tua meninggal dunia sehingga
perkawinan yang akan dilakukan tidak dapat
dilaksanakan;

31FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
b. Anak-anak itu dilahirkan oleh seorang ibu termasuk
golongan Indonesia (bumi putera) atau golongan yang
dipersamakan dengan itu dan ibu itu telah meninggal
dunia atau, jika menurut pertimbangan Presiden ada
keberatan-keberatan penting terhadap perkawinan antara
si bapak dan si ibu.
Akibat dari pengesahan, Pasal 277 K.U.H.Perdata mengatakan, bahwa
pengesahan yang dilakukan baik dengan kawinnya bapak dan ibunya maupun
dengan surat pengesahan menurut Pasal 274, mengakibatkan terhadap anak itu
akan berlaku ketentuan-ketentuan Undang-Undang yang sama seolah-olah anak
itu dilahirkan dalam perkawian. Jadi anak-anak seperti itu memang tetap
merupakan anak-anak yang dilahirkan di luar perkawinan orang tuanya,
pengakuan tidak bisa mengubah fakta itu, tetapi hukum memandang anak-anak itu
“seolah-olah dilahirkan dalam perkawinan” kedua orang tuanya.
Apabila pengesahan ini tidak dilakukan maka maka status anak luar kawin
tersebut hanya menjadi anak luar kawin yang diakui bukan anak luar kawin yang
diaukui sah. Tanpa adanya pengesahan maka anak luar kawin tersebut tetap tidak
berhak atas biaya hidup, warisan dan hak-hak lainnya seperti yang di dapat oleh
anak sah.

4. Akibat Hukum Terhadap Anak Luar Kawin Yang Diakui Sah Dan
Tidak Diakui Sah
Dalam Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan dikatakan bahwa anak luar kawin hanya mempunyai hubungan
perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Maka dari ketentuan tersebut, anak
luar kawin tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan laki-laki yang
membenihkannya (bapak biologis. Dengan adanya hubungan perdata antara anak
luar kawin dengan ibu dan keluarga ibunya menunjukkan bahwa Undang-Undang
masih memberikan perlindungan bagi anak luar kawin.
Hal ini juga dikarenakan secara faktual (kenyataan) bahwa ibulah yang
yang telah mengandung kemudian melahirkan anak tersebut. Jadi memang secara
alami dialah ibu anak itu. Artinya semenjak ia dilahirkan telah mendapat ibu dari

32FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
wanita yang melahirkannya. Sebaliknya wanita itu tidak dapat menghindar bahwa
yang dilahirkan bukan anaknya.
Dalam akta kelahiran anak yang demikian, dicatat bahwa anak tersebut
dilahirkan dari seorang perempuan. Berbeda dengan anak sah, dimana dalam akta
kelahiran dicatat dilahirkan dari perkawinan suami isteri tersebut.
Dengan adanya hubungan perdata yang dimaksud, maka anak luar kawin
tersebut berhak mewarisi harta dari ibunya dan keluarga ibunya. Jika ibunya
meninggal maka ia tampil sebagai ahli waris. Sedangkan bagi bagi bapak biologis
anak luar kawin yang menginginkan untuk mendapat hubungan perdata dengan
anak luar kawinnya, Undang-Undang masih memberikan peluang.
Di dalam Ketentuan Undang-Undang Hukum Perdata terdapat lembaga
pengauan anak luar kawin, sebagaimana diatur pada Buku Kesatu Bab Keduabelas
Bagian Ketiga. Dimana Lembaga ini dapat dipergunakan dengan mengingat Pasal
66 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang masih memberikan peluang,
bahwa sepanjang belum diatur dalam Undang-Undang Perkawinan, maka
Peraturan-Peraturan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata masih berlaku.
Dengan demikian Undang-Undang Perkawinan yang tidak mengatur lembaga
pngakuan anak luar kawin, maka lembaga yang ada dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata tidak dicabut dan dapat diberlakukan.
Oleh karena itu berdasarkan Pasal 280 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata , dengan melakukan perbuatan pengakuan terhadap anak luar kawin, maka
timbul hubungan perdata antara bapak dengan anak tersebut. Dengan demikian
anak luar kawin berhak atas biaya kehidupan dan warisan dari ayahnya.
Sedangkan bagi anak luar kawin yang tidak mendapat pengakuan dari bapak
biologisnya maka anak tersebut tidak mempunyai hak untuk mendapat biaya
hidup dan tidak dapat mewaris dari keluarga sedarah bapak biologisnya.
Selain itu anak yang dilahirkan di luar perkawinan yang tidak mendapat
pengakuan dari bapak biologisnya juga dapat mendorong terjadinya
penyelundupan hukum, yaitu adanya pengakuan terhadap anak luar kawin tersebut
dari laki-laki lain yang bukan bapak biologisnya. Misalnya seorang laki-laki
mengakui anak yang dibawa oleh calon isterinya karena merasa kasihan dan untuk
menutupi aib dari wanita yang akan dinikahinya.

33FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
B. Kewenangan Notaris dalam Membuat Akta Pengakuan Anak Luar Kawin

1. Pengertian Dan Kewenangan Notaris


Peraturan yang mengatur mengenai Notaris dituangkan dalam Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, yang merupakan produk
hukum nasional, sebagai implementasi dari Pasal 1868 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, telah menunjuk Notaris sebagai Pejabat Umum. Pasal 1 butir (1)
Undang-Undang Jabatan Notaris berbunyi:
”Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta
otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini”.
Undang-Undang tentang Jabatan Notaris merupakan penyempurnaan
Undang-Undang peninggalan jaman Kolonial dan unifikasi sebagian besar
Undang-Undang yang mengatur mengenai Kenotariatan yang sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat.
Demikian pula Notaris sebagai Pejabat Umum ditegaskan dalam Peraturan
Jabatan Notaris di Indonesia pada Bab I Pasal I, yang berbunyi sebagai berikut:
Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk
membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan
penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang
berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik,
menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya, memberikan grosse
salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akta itu oleh
suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada
pejabat atau orang lain.28
Notaris sebagai pejabat umum seringkali menimbulkan pertanyaan bagi
mayarakat umum yang kurang mengetahui, apakah Notaris itu seorang pegawai
negeri?
Untuk dapat menjawab pertanyaan ini, harus diketahui terlebih dahulu, apa
yang dinamakan pegawai negeri. Menurut Pasal 1 Undang-Undang nomor 8 tahun
1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, pegawai negeri adalah mereka yang
setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan Perundang-
undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas

28
G.H.S Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Cet.III, (Jakarta: Erlangga, 1999), hal.
31.

34FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.
Suatu keharusan untuk menjadikan Notaris sebagai ”pejabat umum”,
berhubung dengan definisi dari akta otentik yang diberikan oleh Pasal 1868 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata tersebut. Akan tetapi hal ini tidak berarti, bahwa
Notaris adalah pegawai negeri, yakni pegawai yang merupakan bagian dari suatu
korps pegawai yang tersusun, dengan hubungan kerja yang hierarkis, yang digaji
oleh Pemerintah. Jabatan Notaris bukan suatu jabatan yang digaji, Notaris tidak
menerima gajinya dari Pemerintah, sebagaimana halnya dengan pegawai negeri,
akan tetapi dari mereka yang meminta jasanya. Notaris adalah pegawai
Pemerintah tanpa gaji Pemerintah, Notaris dipensiunkan oleh Pemerintah tanpa
mendapat pensiun dari Pemerintah.29
Kedudukan seorang Notaris sebagai suatu fungsionaris dalam masyarkat
dianggap sebagai seorang pejabat tempat seseorang memperoleh nasehat yang
boleh diandalkan. Segala sesuatu yang ditulis serta ditetapkannya (konstatir)
adalah benar, ia adalah pembuat dokumen yang kuat dalam suatu proses hukum.30
Karena setiap masyarakat membutuhkan seseorang (figuur) yang keterangan-
keterangannya dapat diandalkan, dapat dipercayai, yang tanda tangannya serta
segelnya (capnya) memberi jaminan dan bukti kuat, serang ahli yang tidak
memihak dan penasihat yang tidak ada cacatnya, yang tutup mulut, dan mebuat
suatu perjanjian yang dapat melindunginya di hari-hari yang akan datang. Kalau
seorang Advokat membela hak-hak seseorang ketika timbul suatu kesulitan, maka
seoarang Notaris harus berusaha mencegah terjadinya kesulitan itu.
Notaris harus dapat memahami persyaratan-persyaratan yang tinggi untuk
dapat dipercaya dengan tetap memperhatikan kaedah-kaedah hukum yang berlaku.
Kaedah-kaedah hukum pada dasarnya diartikan sebagai peraturan hidup untuk
menetukan bagaiman seyogyanya harus berprilaku, bersikap di dalam masyarakat
agar kepentingan orang lain terlindungi, penilaian atau sikap tentang apa yang

29
Ibid., hal. 36.
30
Than Thong Kie, Notaris , Siapakah Dia, Studi Notariat, serba Serbi Praktek Notaris, Cet.
II, (Jakarta: PT. Midas Surya Grafindo, 2000), hal. 157.

35FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan, sesuatu yang dilarang atau yang
dianjurkan untuk dijalankan.31
Dalam perkembangan hukum di Indonesia, seorang Notaris dapat
dinyatakan pula sebagai penasehat hukum adalah karena sebelum para pihak
menuangkan mereka dalam akta otentik, lebih dahulu Notaris memberi penjelasan
berupa nasehat yang diperlukan sehubungan dengan akta yang akan dibuat oleh
para penghadap/Klien Notaris.
Wewenang Notaris yang utama adalah membuat akta otentik. Kewenangan
Notaris dalam membuat akta tersebut seperti yang dinyatakan dalam Bab I Pasal 1
ayat 7 , dimana Pasal tersebut berbunyi sebagai berikut:
Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris
menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini.
Untuk memperoleh stempel otensitas hal mana terdapat dalam akta
Notaris, maka menurut ketentuan Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, akta yang bersangkutan harus memnuhi persyaratan-persyaratan sebagai
berikut:
1. Akta itu harus dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum;
2. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-
Undang;
3. Pejabat umum oleh/atau dihadapan siapa akta itu dibuat, harus
mempunyai wewenang untuk membuat akta itu.
Sepanjang mengenai wewenang yang harus dipunyai oleh pejabat umum
untuk membuat suatu akta otentik, seorang Notaris hanya boleh melakukan atau
menjalankan jabatannya di dalam seluruh daerah yang ditentukan baginya dan
hanya di dalam daerah hukum itu ia berwenang. Akta yang dibuat oleh Notaris di
luar daerah hukumnya (daerah jabatnannya) adalah tidak sah.
Wewenang Notaris ini meliputi32:
a. Notaris harus berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang
dibuat itu;

31
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2001),
hal. 11.
32
Tobing, op. cit., hal. 48.

36FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
b. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai orang, untuk siapa
akta itu dibuat;
c. Notaris harus berwenang sepangajang mengenai tempat, dimana akta
itu dibuat;
d. Notaris harus berwenang sepanjang waktu pembuat akta itu.
Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Jabatan Notaris
disebutkan: ”Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua
perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh Peraturan Perundang-
undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan
dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,
memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan
akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau
orang lain yang ditetapkan oleh Undang-Undang”.
Di samping Ketentuan Pasal 15 ayat (1) tersebut di atas Notaris
berwenang pula sebagaimana disebut dalam Pasal 15 ayat (2), antara lain:
a. menegsahkan tanda-tangan dan menetapkan kepastian
tanggal surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus;
b. membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar
dalam buku khusus;
c. membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa
salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan
digambarkan dalam surat yang bersangkutan;
d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat
aslinya;
e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan
pembuatan akta;
f. membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan atau;
g. membuat akta risalah lelang.
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Notaris
mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan

37FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
Dilihat dari kedudukannya sebagai pejabat umum yang berwenang
membuat suatu akta otentik, maka akta yang dihasilkannya tersebut merupakan
suatu alat bukti yang kuat dan mengikat semua pihak, serta dijamin keamanan dan
kerahasiannya, apalagi minuta aktanya tetap ada di dalam arsip Notaris tersebut
yang akan disimpan, diamankan dan dipertahankan sampai kapanpun.
Notaris dalam melakukan tugas jabatannya tidak mempergunakan media
massa yang bersifat promosi, dan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
memerlukan jasanya dengan sebaik-baiknya. Notaris juga memberikan
penyuluhan hukum kepada para kliennya untuk mencapai kesadarn hukum yang
tinggi agar masyarakat menyadari dan menghayati hak dan kewajibannya sebagai
warga negara dan anggota masyarakat. Notaris juga wajib memberikan jasanya
kepada masyarakat yang kurang mampu secara cuma-cuma. Dalam memberikan
konsultasi hukum terhadap kliennya, Notris dilarang untuk memungut bayaran
seperti yang dilakukan konsultan hukum.
Notaris dalam mengemban profesi jabatannya juga harus menghormati
dan menjunjung tinggi harkat dan martabat jabatan Notaris dengan tidak
melakukan perbuatan tercela dan pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan
jabatan. Notaris harus bertindak jujur, mandiri dalam arti bahwa seorang Notaris
dalam menjalankan profesi jabatannya tidak bergantung pada pihak lain, tidak
berpihak, dan penuh rasa tanggung jawab. Kejujuran seorang Notaris sangat
penting dalam memjalankan profesi jabatannya, karena sebagai pelayan
masyarakat dibidang hukum perdata, seorang Notaris harus mampu
mengesampingkan kepentingan diri sendiri dan menngedepankan kepentingan
masyarakat yang dilayaninya.
Kejujuran Notaris dapat menyangkut banyak hal, seperti dalam
penyusunan pembuatan akta dimana Notaris tidak bersikap memihak, dalam
proses pembacaan akta dimana Notaris sendiri yang membacakannya dan tidak
diwakili oleh asistennya, dan dalam penentuan honorarium yang memaksakan
klien untuk membayar lebih mahal dikarenakan Notaris mengenal klien sebagai
orang yang kaya.
Kewajiban dalam menjalankan jabatannya, lebih lengkap diatur dalam
Pasal 16 U.U.J.N, yaitu:

38FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
a. bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan
menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan
hukum;
b. membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan
menyimpannya sebagai bagian dari Prorokol Notaris;
c. mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan
akta berdasarkan Minuta Akta;
d. memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-Undang ini, terkecuali ada alasan untuk
menolaknya;
e. merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya
dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta
sesuai dengan sumpah/janji jabatan kecuali Undang-
Undang menetukan lain;
f. menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi
buku yang memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) akta,
dan jika akta tidak dapat dimuat dalam satu buku, akta
tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan
mencatat jumlah Minuta Akta, bulan, dan tahun
pembuatannya pada sampul setiap buku;
g. membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau
tidak diterimanya surat berharga;
h. membuat daftar akta berkenaan dengan wasiat menurut
urutan waktu pembuatan akta setiap bulan;
i. mengirimkan daftar akta sebagimana dimaksud dalam
huruf h atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke
Daftar Pusat Wasiat Departemen yang tugas dan tanggung
jawabnya dibidang kenotariatan dalam waktu 5 (lima) hari
pada minggu pertama setiap bulannya;
j. mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar
wasiat pada setiap akhir bulan;

39FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
k. mempunyai cap/stempel yang memuat lambang negara
Republik Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya
dituliskan nama, jabatan, dan tempat kedudukan yang
bersangkutan;
l. membacakan akta dihadapan penghadap dengan dihadiri
oleh paling sedikit 2 (dua) saksi dan ditandatangani pada
saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris;
m. menerima magang calon Notaris.

2. Pengangkatan dan pemberhentian Notaris berdsasarkan Undang


Undang Jabatan Notaris.

a. Pengangkatan Notaris
Dalam Undang-Undang Jabatan Notaris ditegaskan bahwa pekerjaan
Notaris adalah pekerjaan resmi (ambtelijk verrichtigen) dan merupakan pejabat
umum yang berwenang membuat akta otentik. Karena tugas yang diembannya
sangat berat, para Notaris dituntut untuk bekerja secara profesional. Pada zaman
penjajahan, Notaris harus diangkat langsung oleh Gubernur Jenderal. Hal ini
menunjukkan Notaris adalah profesi terhormat.33
Setelah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
dikeluarkan, maka yang mempunyai wewenang untuk mengangkat Notaris adalah
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Kendati landasan perubahan wewenang
itu hanya berbekal Keputusan Menteri, untuk dapat diangkat sebagai Notaris harus
memenuhi syarat-syarat sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang
Jabatan Notaris, yaitu:
a. warganegara Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. berumur paling sedikit 27 (duapuluh tujuh) tahun;
d. sehat jasmani dan rohani;
e. berijazah Sarjana Hukum dan lulusan jenjang Strata Dua
Kenotariatan;

33
R. Subekti, Hukum Pembuktian, Cet.VIII, (Jakarta: Pramadya, 1987), hal.27.

40FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
f. telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai
karyawan Notaris dalam waktu 12 (duabelas) bulan berturut-turut
pada kantor Notaris atas prakarsa sendiri atau atas rekomendasi
Organisasi Notaris setelah lulus Strata Dua Kenotariatan; dan
g. tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat, atau
tidak sedang memangku jabatan lain yang oleh Undang-Undang
dilarang untuk dirangkap jabatan Notaris.
Selain itu Notaris juga wajib mengucapkan sumpah/janji menurut
agamanya di hadapan Menteri atau pejabat yang ditunjuk (Pasal 4 U.U.J.N),
sumaph/janji tersebut, berbunyi:
”saya bersumpah/berjanji:
Bahwa saya akan patuh dan setia kepada Negara Republik Indonesia,
Pancasila dan Undang-Udang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Undang-Undang Tentang Jabatan Notaris serta peraturan
perundang-undangan lainnya.
Bahwa saya akan menjalankan jabatan saya dengan amanah, jujur,
seksama, mandiri, dan tidak berpihak.
Bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan
menjalankan kewajiban saya sesuai dengan kode etik profesi,
kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai Notaris.
Bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh
dalam pelaksanaan jabatan saya.
Bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabatan ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dengan nama atau dalih apapun tidak
pernah dan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada
siapa pun”.

pengucapan sumpah/janji jabatan Notaris sebagimana dimaksud dalam


Pasal 4 dilakukan dalam waktu paling lambat 2 (dua) bulan terhitung sejak
tanggal keputusan pengangkatan sebagai Notaris (Pasal 5 U.U.J.N). Tetapi apabila
pengucapan sumpah/janji tidak dilakukan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan,
maka Keputusan Pengangkatan Notaris dapat dibatalkan oleh Menteri (Pasal 6
U.U.J.N).
Pasal 7 U.U.J.N mengatur apabila dalam jangka 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal pengambilan sumpah/janji jabatan Notaris,
yang bersangkutan wajib:
a. menjalankan jabatannya dengan nyata;

41FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
b. menyampaikan berita acara sumpah/janji jabatan Notaris kepada
Menteri, Organisasi Notaris, dan Majelis Pengawas Daerah; dan
c. menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan, dan paraf, serta
teraan cap/stempel jabatan Notaris berwarna merah kepada Menteri
dan pejabat lain yang bertanggung jawab di bidang
agraria/pertanahan, Organisasi Notaris, Ketua Pengadilan Negeri,
Majelis Pengawasan Daerah, serta Bupati atau Walikota di tempat
Notaris diangkat.

b. Pemberhentian Notaris
Dalam Pasal 8 U.U.J.N Notaris sebagai pejabat umum dapat berhenti
dan diberhentikan dari jabatannya dengan hormat karena:
a. meninggal dunia;
b. telah berumur 65 (enam puluh lima) tahun, ketentuan umur ini dapat
diperpanjang sampai berumur 67 (enam puluh tujuh) tahun dengan
mempertimbangkan kesehatan yang bersangkutan;
c. permintaan sendiri;
d. tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk melaksanakan
tugas jabatan Notaris secara terus menerus lebih dari 3 (tiga) tahun;
atau
e. merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf g.
Notaris juga dapat diberhentikan sementara dari jabatannya karena
(Pasal 9 U.U.J.N):
a. dalam proses pailit atau penundaan kewajiban pembayaran utang;
b. berada di bawah pengampunan;
c. melakukan perbuatan tercela;
d. melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan jabatan.
Sebelum pemberhentian sementara Notaris diberikan kesempatan untuk
membela diri dihadapan Majelis Pengawas secara berjenjang. Pemberhentian
sementara Notaris dilakukan oleh Menteri atas usul Majelis Pengawas Pusat, dan
pemberhentian sementara tersebut berlaku paling lama 6 (enam) bulan.

42FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
Pasal 10 U.U.J.N menerangkan bahwa Notaris yang diberhentikan
sementara dapat diangkat kembali menjadi Notaris oleh Menteri setelah
dipulihkan haknya. Selain itu Notaris dapat diberhentikan dengan tidak terhormat
dari jabatannya oleh Menteri atas usul Majelis Pengawas Pusat apabila (Pasal 12
U.U.J.N):
a. dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
b. berada di bawah pegampuan secara terus-menerus lebih
dari 3 (tiga) tahun;
c. melakukan perbuatan yang merendahkan kehormatan dan
martabat jabatan Notaris; atau
d. melakukan pelanggaran berat terhadap kewajiban dan
larangan jabatan.
Notaris juga dapat diberhentikan dengan tidak terhormat oleh Menteri
karena dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih. (Pasal 13 U.U.J.N):
Notaris juga memperoleh cuti yang diatur dalam Pasal 11 U.U.J.N, yaitu:
a. Notaris yang diangkat menjadi Pejabat Negara wajib mengambil
cuti.
b. Cuti sebagaimana dimaksud di atas, berlaku selama Notaris
memangku jabatan sebagai pejabat Negara.
c. Notaris yang cuti wajib menunjuk seorang Notaris Pengganti.
d. Apabila Notaris tidak menunjuk Notaris Pengganti, Majelis
Pengawas Daerah akan menunjuk Notaris lain untuk menerima
Protokol Notaris yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
Notaris yang diangkat menjadi Pejabat Negara.
e. Notaris Pengganti tersebut merupakan pemegang sementara Protokol
Notaris.
f. Notaris yang tidak lagi menjabat sebagai pejabat Negara dalam
rangka mengambil cuti, dapat menjalankan kembali jabatan Notaris
dan Protokol Notaris setelah diserahkan kembali kepadanya.

43FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
3. Bentuk dan Sifat Akta Notaris
Untuk memenuhi otensitas suatu Akta, maka dapat dilihat dari aspek
bentuk dan sifat akta itu sendiri. Hal ini dengan tegas diatur dalam Pasal 38
Undang-Undang Tentang Jabatan Notaris .
Bentuk Akta Notaris terdiri dari:
1. Awal akta yang memuat judul akta; nomor akta; jam, hari,
tanggal, bulan, dan tahun; serta nama lengkap dan tempat
kedudukan Notaris.
2. Badan akta yang memuat nama lengkap, tempat dan tanggal
lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat
tinggal para penghadap dan/atau orang yang mewakili;
keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap; isi akta
yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang
berkepentingan; dan nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,
serta pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari
tiap-tiap saksi pengenal.
3. Akhir akta yang memuat uraian tentang pembacaan akta
sebagimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf l atau Pasal
16 ayat (7); uraian tentang penandatanganan dan tempat
penandatanganan atau penerjemahan akta apabila ada; nama
lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan,
kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta; dan
uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam
pembuatan akta atau uraian tentang adanya perubahan akta atau
uraian tentang adanya perubahan yang dapat berupa
penambahan, pencoretan, atau penggantian.
Maka suatu akta baru dapat dikatakan otentik apabila dilihat dari
bentuknya haruslah memuat bentuk atau format seperti yang telah diatur di dalam
Undang-Undang tentang Jabatan Notaris seperti tersebut di atas. Hanya dengan
melihat bentuk lahiriah suatu akta, maka pihak lain akan denagn mudah
mengenali suatu akta tersebut termasuk akta otentik atau bukan.

44FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
Faktor lain yang menetukan syarat otentisitas suatu akta adalah sifat dari
akta itu sendiri. Sifat dari akta otentik memuat tata cara pelaksanaan dari
penyusunan, pembacaan, dan penandatanganan suatu akta. Apabila dilihat dari
tata caranya, maka suatu akta otentik akan memuat keterangan-keterangan sebagai
berikut:
1. Adanya para penghadap yang datang untuk meminta dibuatkan
suatu akta (otentik) sesuai dengan kebutuhannya dengan syarat
penghadap tersebut telah berumur paling sedikit 18
(delapanbelas) tahun atau telah menikah dan cakap melakukan
perbuatan hukum; para penghadap tersebut harus dikenal
Notaris atau diperkenalkan kepadanya oleh 2 (dua) orang saksi
pengenal yang berumur paling sedikit 18 (delapan belas) tahun
atau telah menikah dan cakap melakukan perbuatan hukum atau
diperkenalkan oleh 2 (dua) penghadap lainnya dan pengenalan
dinyatakan secara tegas dalam akta.
2. Setiap akta yang dibacakan oleh Notaris harus dihadiri oleh 2
(dua) orang saksi dengan persyaratan paling sedikit berumur 18
(delapanbelas) tahun atau telah menikah; cakap melakukan
perbuatan hukum; mengerti bahasa yang digunakan dalam akta;
dapat membubuhkan tanda tangan dan paraf; dan tidak
mempunyai hubungan perkawinan atau hubungan darah dalam
garis lurus ke atas atau ke bawah tanpa pembatasan derajat dan
garis ke samping sampai dengan derajat ketiga dengan Notaris
atau para pihak, saksi tersebut harus dikenal atau diperkenalkan
kepada Notaris dan pengenalan tersebut dinyatakan secara tegas
dalam akta.
3. Akta harus dibacakan di hadapan para penghadap dan para saksi
oleh Notaris sendiri. Notaris dalam hal ini menerangkan lepada
para penghadap dan para saksi atas isi akt tersebut, dimana
tujuan pembacaan akta adalah untuk memberikan desempatan
lepada para penghadap yang hadar untuk dapat mengecek
kebenaran isi akta sudah sesuai dengan kehendak mereka dan

45FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
apabila ada keterangan yang tidak sesuai dapat segera
diperbaiki. Sedangkan kehadiran para saksi dalam pembacaan
akta adalah untuk memberikan kepastian perlindungan hukum
kepada para penghadap yang nama-namanya termuat dalam akta
tersebut dan mempunyai kepentingan terhadap isi akta tersebut,
bahwa pembacaan akta sudah dilaksanakan dan para penghadap
telah menyetujui atau tidak menyetujui isi akta tersebut.
4. Setelah pembacaan akta dilakukan oleh Notaris dihadapan para
penghadap dan para saksi, maka akta tersebut ditandatangani
oleh para penghadap, para saksi, dan Notaris. Apabila ada
penghadap yang tidak dapat membubuhkan tanda tangan maka
harus dibuat pengganti tanda tangan yaitu surrogat yang
berbunyi ” Meurut keterangannya, penghadap Tuan X tidak
dapat membubuhkan tanda tangannya, dikarenakan kedua
tangannya lumpuh”. Keterangan tersebut merupakan pengganti
tanda tangan.
5. Isi akta tidak boleh dirubah atau ditambah, baik berupa
penulisan tindih, penyisipan, pencoretan atau penghapusan dan
menggantinya dengan yang lain. Setiap perubahan atas akta baik
berupa pencoretan dengan atau tanpa penggantian, maupun
penambahan harus diberi paraf oleh para penghadap, saksi, dan
Notaris sebagai bukti pengesahan atas perubahan dan
pencoretan berupa penambahan dan penggantian tersebut, yang
biasa disebut renvoi.
Apabila suatu akta sudah memenuhi persyaratan sebagaimana tersebut di
atas, yaitu mengandung unsur bentuk dan sifat suatu akta otentik, maka dapatlah
suatu akta dikatakan sebagai akta yang otentik. Ketiadaan salah satu unsur maka
dapat mengakibatkan ketidak-otentisitasan suatu akta. Maka akta tersebut hanya
berfungsi sebagai akta di bawah tangan.

46FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
4. Fungsi dan Kekuatan Pembuktian Akta Notaris
Secara umum, akta merupakan suatu tulisan mengenai suatu perbuatan
atau peristiwa hukum, baik yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum yang
berwenang maupun tidak dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum yang
berwenang. Akta itu sendiri berfungsi sebagai tanda telah dilakukannya suatu
perbuatan hukum antara para pihak yang dinyatakan dalam akta, hal ini berarti
bahwa dengan tidak adanya atau tidak dibuatnya akta, maka berarti perbuatan
hukum itu tidak terjadi. Selain itu juga sebagai alat pembuktian apabila terjadi
sengketa dikemudian hari antara para pihak tersebut.
Fungsi utama dari akta adalah sebagai alat pembuktian bahwa telah
dilakukan suatu perbuatan hukum antara para pihak yang data-datanya dinyatakan
secara tegas dalam akta dan ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan
tersebut. Hal ini berarti bahwa dengan tidak adanya atau tidak dibuatnya akta,
maka berarti perbuatan hukum tersebut tidak dapat terbukti adanya. Contohnya
Pasal 150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang Perjanjian kawin. Jadi
dalam hal ini, akta memang sengaja dibuat sejak semula adanya untuk sebagai alat
pembuktian dikemudian hari.
Ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum perdata Pasal 1870
menerangkan bahwa akta otentik memberikan para pihak, ahli waris, dan pihak-
pihak lain yang mendapat hak dari mereka suatu bukti yang sempurna tentang
segala sesuatu yang tercantum di dalam akta tersebut. Sehubungan dengan akta
Notaris, maka kekuatan pembuktian dari akta Notaris terdiri dari:
a. Kekuatan pembuktian lahiriah (uitwendige bewijsracht)
Yang dimaksud dengan ketentuan pembuktian lahiriah adalah kemampuan
dari akta itu sendiri untuk membuktikan dirinya sebagai akta otentik. Lumban
Tobing dalam bukunya yang berjudul Peraturan Jabatan Notaris menyebutkan
bahwa kekuatan pembuktian akta otentik baik akta partij dan akta relaas adalah
merupakan kekuatan pembuktian yang lengkap. Hal ini bisa dilihat dari unsur-
unsur di bawah ini:
1. suatu akta yang dari luar kelihatannya sebagai akta otentik,
artinya menandakan dirinya dari luar, dari kata-katanya yang
berasal dari seorang pejabat umum (Notaris);

47FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
2. berlaku sebagai akta otentik terhadap setiap orang, artinya
apabila ketentuan dalam huruf a tersebut terpenuhi maka akta
itu terhadap setiap orang dianggap sebagai akta otentik sampai
dapat dibuktikan bahwa akta tersebut adalah tidak otentik;
3. tanda tangan dari pejabat yang bersangkutan (Notaris) diterima
sebagai sah, artinya pada saat Notaris membubuhkan tanda
tangannya memang sudah merupakan bagian dari
kewenangannya.
b. Kekuatan pembuktian formal (formele bewijskracht)
Yang dimaksud dengan kekuatan pembuktian formal adalah bahwa akta
otentik cukup dibuktikan dengan pejabat yang bersangkutan telah menyatakan
dalam tulisan itu sebagaimana yang ternyata dalam akta itu dan disaksikan oleh
pejabat dalam akta itu sebagai yang dilakukan dan disaksikan di dalam
menjalankan jabatannya itu.34
Dalam arti formal, sepanjang mengenai akta relaas, akta itu membuktikan
kebenaran dari apa yang disaksikan, yakni yang dilihat, didengar, dan juga
dilakukan sendiri oleh Notaris sebagai pejabat umum didalam menjalankan
jabatannya.35
Dalam arti formal, maka terjamin kebenaran atau kepastian tanggal dari
akta itu, kebenaran tanda tangan yang terdapat dalam akta itu, identitas dari orang-
orang yang hadir (comparanten), demikian juga tempat dimana akta itu dibuat dan
sepanjang mengenai akta partij, bahwa para pihak ada menerangkan seperti yang
diuraikan dalam akta itu, sedang kebenaran dari keterangan-keterangan itu sendiri
hanya pasti antara pihak-pihak sendiri.36
Dengan demikian , kekuatan pembuktian formal baik dalam akta partij dan
akta relaas adalah sama, dengan pengertian bahwa keterangan pejabat yang
terdapat di dalam kedua golongan akta itu maupun keterangan dari para pihak
dalam akta, mempunyai kekuatan pembuktian formal dan berlaku terhadap setiap
orang.

34
Tobing. op. cit., hal. 57.
35
Ibid..
36
Ibid..

48FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
c. Kekuatan pembuktian material (materiele besijskracht)
Sepanjang menyangkut kekuatan pembuktian material dari suatu akta
otentik, terdapat perbadaan antara keterangan dari Notaris yang dicantumkan
dalam akta itu dan keterangan dari para pihak yang tercantum di dalamnya, tidak
hanya kenyataan bahwa adanya dinyatakan sesuatu yang dibuktikan oleh akta itu
akan tetapi juga isi dari akta itu dianggap dibuktikan sebagai yang benar terhadap
setiap orang, yang menyuruh dibuatkan akta itu sebagai tanda bukti terhadap
dirinya, maka akta itu mempunyai kekuatan pembuktian material.37

5. Prosedur Pembuatan Akta Notaris


1. Tahapan sebelum pembuatan akta Notaris:
a. meneliti dokumen atau surat mengenai identitas dari para penghadap.
Dalam Pasal 39 ayat 2 Undang-Undang Nomor 30 tentang Jabatan Notaris
(UUJN) menyatakan bahwa penghadap harus dikenal Notaris atau diperkenalkan
kepada Notaris oleh dua orang saksi pengenal yang berumur paling sedikit
delapanbelas tahun atau telah menikah dan cakap melakukan perbuatan hukum
atau diperkenalkan oleh dua penghadap lainnya.
Penghadap adalah orang yang telah berusia paling sedikit delapanbelas
tahun atau telah menikah dan cakap melakukan perbuatan hukum, yang datang
menghadap atau hadir dihadapan Notaris dan yang atas permintaannya agar
dibuatkan akta Notaris serta mempunyai kepentingan dalam akta itu.
Kata "dikenal Notaris" mempunyai maksud adalah mengetahui bahwa
orang yang namanya disebut dalam akta, oleh masyarakat juga dikenal dengan
nama itu, dengan cara memeriksa surat-surat, paspor, kartu tanda penduduk atau
pemberitahuan dari orang-orang dan sebagainya. Arti kata "kenal" dalam akta
berlainan dengan arti kata "kenal" dalam masyarakat umum.38
Pengertian "kenal" dalam akta Notaris adalah:
a. Notaris mengetahui bahwa yang menghadap memang benar
adalah orangnya bukan orang lain.
b. Notaris mengetahui bahwa yang menghadap memang berhak
melakukan tindakan hukum sebagai yang disebut dalam akta.
37
Ibid., hal. 59.
38
Kie, op. cit., hal. 216.

49FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
c. Notaris mengetahui bahwa yang menghadap sudah cakap untuk
melakukan tindakan hukum, tidak sakit ingatan.
Bila ada yang menghadap tidak dikenal oleh Notaris maka harus ada dua
orang saksi yang memperkenalkannya kepada Notaris di mana saksi tersebut
harus dikenal Notaris. Saksi tersebut adalah saksi atestasi (attesterende getuigen).
Pengertian saksi adalah seseorang yang memberikan kesaksian, baik
dengan lisan maupun tertulis tentang apa yang disaksikan sendiri (wearnemen),
baik berupa tindakan atau keadaan ataupun suatu kejadian. 39Ada dua jenis dalam
pembuatan akta Notaris, yaitu saksi instrumentair (instrumentaire getuigen) dan
saksi atestasi (attesterende getuigen). Saksi instrumentair adalah saksi yang wajib
hadir dalam pembuatan akta dan turut menandatangani akta sebagai syarat agar
akta mempunyai kekuatan otentik.40 Sedangkan saksi atestasi dipergunakan untuk
memperkuat suatu perkara atau bukti. Undang-undang memperbolehkan saksi-
saksi instrumentair merangkap menjadi saksi atestasi. Dalam praktek sehari-hari
Notaris membedakannya. Berlainan dengan saksi instrumentair, saksi atestasi
boleh mempunyai hubungan darah dengan orang-orang yang menghadap.
Penelitian mengenai dokumen tentang identitas para penghadap sangat
penting mengingat bahwa Notaris harus bertanggungjawab bila ternyata nama-
nama yang ada dalam akta ternyata bukan orang yang sebenarnya.41
b. Meneliti dokumen mengenai obyek dalam akta.
Notaris harus meneliti keabsahan yang menjadi obyek dalam aktanya.
Menurut Pasal 1332 dan 1333 K.U.H.Perdata obyek suatu persetujuan adalah
benda yang dapat diperdagangkan kecuali yang untuk kepentingan umum dan
benda itu harus tertentu. Bila objek tersebut berupa tanah maka selain meneliti
dokumennya juga harus melakukan pengecekan di kantor pertanahan setempat
dimana obyek tersebut berada.

39
Tobing, op. cit., hal. 168.
40
Kie, op.cit., hal. 169.
41
Ibid., hal. 218.

50FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
c. Meneliti mengenai jenis akta yang akan dibuat apakah dapat dibuat atau
termasuk akta yang dilarang menurut Undang-Undang.
Akta-akta yang dilarang menurut ketentuan Perundang-undangan adalah
akta yang melanggar ketentuan perundang-undangan, ketertiban umum dan
kesusilaan; misalnya akta jual beli bayi, akta perjanjian pembunuhan, akta
pendirian tempat perjudian,akta perjanjian kawin kontrak dan lain sebagainya.
Sedangkan akta yang dapat dibuat Notaris adalah seluruh akta dalam lapangan
hukum perdata kecuali yang ditugaskan untuk pejabat umum lain seperti pejabat
catatan sipil, pejabat lelang. Ketelitian Notaris dalam memeriksa dokumen dan
surat-surat tersebut sangat diperlukan mengingat begitu banyak terjadi pemalsuan
identitas diri, surat-surat beharga dan surat-surat lainnya dalam masyarakat
dewasa ini.

2. Tahapan membuat akta Notaris


Pembuatan akta Notaris dilakukan setelah selesai meneliti dokumen-
dokumen ataupun surat-surat yang berkenaan dengan identitas dari para pihak,
obyeknya dan juga jenis aktanya,di mana tahapan pembuatannya diatur dalam
Pasal 48-51 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris,
yakni:
a. Akta yang dibuat dalam bahasa Indonesia atau bahasa lain yang
dipahami oleh Notaris dan saksi apabila pihak yang berkepentingan
menghendaki sepanjang undang-undang tidak menentukan lain;
dengan syarat Notaris wajib menerjemahkannya ke dalam bahasa
Indonesia. Dalam hal penghadap tidak mengerti bahasa Indonesia,
Notaris wajib menerjemahkan atau menjelaskan isi akta dalam bahasa
yang dimengerti oleh penghadap. Apabila Notaris tidak dapat
menerjemahkan atau menjelaskannya, akta tersebut diterjemahkan oleh
penerjemah resmi.
b. Akta ditulis dengan jelas dalam hubungan satu sam lain yang tidak
terputus-putus dan tidak menggunakan singkatan. Ruang dan sela
kosong dalam akta digaris dengan jelas sebelum akta ditandatangani
kecuali untuk akta yang dicetak dalam bentuk formulir berdasarkan

51FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
peraturan Perundang-undangan dan tidak berlaku bagi surat kuasa
yang belum menyebutkan nama penerima kuasanya. Semua bilangan
yang menentukan banyaknya atau jumlahnya sesuatu yang disebut
dalam akta, penyebutan tanggal, bulan , dan tahun dinyatakan dengan
huruh dan harus didahuli dengan angka.
c. Isi akta tidak boleh diubah atau ditambah, baik berupa penulisan
tindih, penyisipan, pencoretan, atau penghapusan dan menggantinya
dengan yang lain. Bila ingin mengadakan perubahan atas akta maka
harus dibuat disisikiri akta dan apabila tidak dapat, dapat dibuat pada
akhir akta sebelum penutup akta dengan menunjuk bagian yang diubah
atau dengan menyisipkan lembar tambahan. Apabila dalam akta perlu
dilakukan pencoretan kata, huruf atau angka, hal tersebut harus
dilakukan demikian rupa sehingga tetap dapat dibaca sesuai dengan
yang tercantum semula, dan jumlah kata, huruf, atau angka yang
dicoret dinyatakan pada sisi kiri akta. Perubahan atas akta berupa
penambahan, penggantian atau pencoretan dalam akta hanya sah bila
diparaf atau diberi tanda pengesahan lain oleh penghadap, saksi, dan
Notaris. Perubahan yang dilakukan tanpa menunjuk bagian yang
diubah mengakibatkan perubahan tersebut batal. Pada penutup setiap
akta dinyatakan jumlah perubahan, pencoretan dan penambahan.
d. Setelah akta ditulis dengan jelas dan benar, maka akta wajib dibacakan
dihadapan para pihak, dimana tiap akta yang dibacakan oleh Notaris
dihadiri paling sedikit dua orang saksi, kecuali peraturan Perundang-
undangan menentukan lain.
e. Segera setelah akta dibacakan, akta tersebut ditandatangani oleh setiap
penghadap, penerjemah resmi (bila ada), saksi dan Notaris, kecuali
apabila ada penghadap yang tidak dapat membubuhkan tanda tangan
dengan menyebutkan alasannya yang dinyatakan dengan tegas dalam
akta. Apabial pada pembuatan pencatatan harta kekayaan atau berita
acar mengenai suatu perbuatan atau peristiwa, terdapat penghadap
yang menolak membubuhkan tanda tangan atau tidak hadir pada
penutupan akta, sedangkan penghadap belum menandatangani aktanya

52FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
makahal tersebut harus dinyatakan dalam akta dengan mengemukakan
alasannya dan akta tersebut tetap merupakan akta otentik. Apabila ada
salah tulis atau salah ketik pada minuta akta yang telah ditandatangani
maka Notaris berwenang untuk membetulkan kesalahan itu dengan
membuat berita acara dan memberikan catatan tentang hal tersebut
pada minuta akta asli dengan menyebutkan tanggal dan nomor akta
berita acara pembetulan, dimana salinan akta berita acaranya wajib
disampaikan pada para pihak.
f. Surat Kuasa otentik atau surat lainnya yang menjadi dasar kewenangan
pembuatan akta yang dikeluarkan dalam bentuk originali atau surat
kuasa dibawah tangan wajib dilekatkan pada akta yang dibuat di
hadapan Notaris yang sama dan hal tersebut dinyatakan dalam akta,
sedangkan surat kuasa otentik yang dibuat dalam bentuk minuta akta
diuraikan dalam akta

3. Larangan dalam pembuatan akta Notaris


Dalam pembuatan akta Notaris terdapat larangan-larangan yang dengan
tegas dinyatakan pada Pasal 52 dan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2004 Tentang Jabatan Notaris bahwa Notaris tidak boleh membuat akta untuk diri
sendiri, isteri/suami atau orang lain yang mempunyai hubungan kekeluargaan
dengan Notaris baik karena perkawinan maupun hubungan darah dalam garis
keturunan lurus ke bawah dan/atau ke atas tanpa pembatasan derajat, serta dalam
garis ke samping samapai dengan derajat ketiga, serta menjadi pihak untuk diri
sendiri, maupun dalam suatu kedudukan ataupun dengan perantaraan kuasa,
kecuali Notaris sendiri, menjadi penghadap dalam penjualan di muka umum,
sepanjang penjualan itu dapat dilakukan di hadapan Notaris, persewaan umum,
atau pemborongan umum, atau menjadi anggota rapat yang risalahnya dibuat oleh
Notaris. Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut mengakibatkan akta hanya
mempunyai kekuatan sebagai akta dibawah tangan apabila ditandatangani oleh
para pihak.
Akta Notaris tidak boleh memuat penetapan atau ketentuan yang
memberikan sesuatu hak dan/atau keuntungan bagi:

53FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
a. Notaris, isteri atau suami Notaris;
b. Saksi, isteri atau suami saksi atau;
c. Orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Notaris atau
saksi, baik hubungan darah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah
tanpa pembatasan derajat maupun hubungan perkawinan sampai
dengan derajat ketiga.

6. Peranan Notaris dalam Proses Pengakuan Anak Luar Kawin


Pengakuan anak luar kawin merupakan pengakuan seseorang baik bapak
atau ibu dari anak luar kawin dimana pengakuan anak luar kawin ini harus
memenuhi syarat-syarat dan cara-cara yang ditentukan oleh Undang-Undang.
Akibat dari terjadinya hubungan perdata antara anak dengan bapak atau ibu yang
mengakuinya. (Pasal 280 K.U.H.Perdata). Dengan mengingat Pasal 43 Undang-
Undang Perkawinan. Dalam Pasal 284 K.U.H.Perdata menerangkan bahwa
adanya pengakuan terhadap anak luar kawin mengakibatkan status anak tersebut
menjadi anak luar kawin yang diakui antara lain menimbulkan hak dan kewajiban,
pemberian ijin kawin, kewajiban pemberian nafkah, perwalian anak, anak dapat
memakai nama keluarga dan mewaris.
Pengakuan anak luar kawin diatur dalam Pasal 281 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, dilakukan dengan cara:

1. Akta Kelahiran:
dengan mencatatkan nama bapaknya sebagai bapak dari
anak luar kawin tersebut dalam akta kelahiran.
2. Pada saat perkawinan berlangsung:
seorang laki-laki mengakui ”bahwa anak luar kawin saya dari
wanita...dengan perkawinan ini resmi menjadi anak sah” , kemudian
dicatatkan ke Catatan Sipil untuk dirubah akta kelahirannya.
3. Dengan akta otentik sebelum perkawinan berlangsung:
dibuatkan dengan akta Notaris atau Catatan Sipil, kemudian kita
mintakan Penetapan/didaftar di Pengadilan.

54FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
Pengakuan anak luar kawin ini hanya dilakukan dengan salah satu cara saja. dan
pengakuan ini harus dengan (ada) persetujuan dari ibu si anak, karena berdasarkan
Pasal 43 Undang-Undang Perkawinan, anak yang dilahirkan secara otomatis
mempunyai hubungan perdata dengan ibunya. Jadi dalam pembuatan akta tersebut
ibu harus hadir untuk memberi persetujuannya, tetapi dengan akta tersebut
pengakuan belum terjadi. Jadi pengakuan dalam akta Notaris baru pengakuan
secara perdata saja, tetapi kita harus mengesahkannya secara negara dengan
didaftarkan di Pengadilan.
Peran Notaris di sini adalah dalam membuat aktanya. Dimana Notaris
mencatatkan Keinginan dari seorang laki-laki secara dokumen negara untuk
mengakui anak luar kawin laki-laki tersebut dengan seorang wanita, dan Notaris
juga dapat memberikan penjelasan-penjelasan secara hukum mengenai proses
pengakuan anak luar kawin. Sehingga para pihak mendapatkan keterangan yang
sejelas-jelasnya.
Karena Notaris adalah pejabat yang diangkat untuk mengesahkan
kesepakatan (Pasal 15 Undang-Udang Jabatan Notaris). Notaris dalam bertindak
harus netral, kalau para pihak sudah sepakat maka Notaris hanya menuangkan
kesepakatan tersebut dalam akta asalkan sesuai dengan:
a. prosedur hukum;
b. persyaratan telah dipenuhi;
c. teknis prosedur akta telah sesuai dengan Undang-Undang.
Jadi tugas Notaris mencatatkan keinginan para pihak tetapi harus dibuktikan
dengan dokumen-dokumen yang diperlukan.
Ketika para pihak datang ke kantor Notaris dan menyatakan keinginannya
hendak membuat akta pengakuan anak luar kawin, maka tahapan-tahapan yang
harus dilakukan, adalah:
a. Notaris dapat menjelaskan bagaimana prosedur pembuatan akta pengakuan
anak lular kawin yang dilakukan melalui akta Notaris;
b. Meminta dan meneliti dokumen atau surat mengenai identitas dari para
penghadap;
c. Meneliti dokumen mengenai objek dalam akta;

55FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
Untuk membuat akta pengaukan anak luar kawin, dokumen yang
diperlukan, adalah:
1. Foto Kopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) kedua orang tua;
2. Kartu Keluarga;
3. Akta Kelahiran anak luar kawin;
4. Surat pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tidak terikat perkawinan
dan anak yang diakui adalah anak mereka.42
d. Jika dokumen-dokunmen yang diberikan telah lengkap, kemudian dapat
dilakukan pembuatan akta pengakuan anak luar kawin, tahapan-
tahapannya adalah:
1. Akta dibuat dalam bahasa Indonesia atau bahasa lain yang
dipahami oleh Notaris dan saksi apabila yang berkepentingan
menghendaki sepanjang undang-undang tidak menentukan lain,
dengan syarat Notaris wajib menerjemahkan kedalam bahasa
Indoinesia;
2. Akta ditulis dengan jelas dalam hubungan satu sama lain yang
tidak terputus-terputus dan tidak menggunakan singkatan;
3. Isi akta tidak boleh diubah atau ditambah, baik berupa penulisan
tindih, penyisipan, pencoretan, atau penghapusan dan
menggantinya dengan yang lain. Bila ingin mengadakan perubahan
atas akta maka harus dibuat disisi kiri akta dan apabila tidak dapat,
dapat dibuat pada akhir akta sebelum penutup akta dengan menyis
dengan menunjuk bagian yang diubah atau dengan menyisipkan
lembar tambahan;
4. Setelah akta ditulis dengan jelas dan benar, maka akta wajib
dibacakan oleh Notaris dihadapan para pihak, dan saksi-saksi;
5. Segera setelah akta dibacakan, akta tersebut ditandatangani oleh
setiap penghadap, penerjemah resmi (bila ada), saksi-saksi dan
Notaris, kecuali apabila ada penghadap yang tidak dapat
membubuhkan tanda tangan dengan menyebutkan alasannya yang
dinyatakan dengan tegas dalam akta;

42
“Pengakuan Anak Luar Kawin,” http://www.lbh-apik.or.id/fac-39.htm. 17 Juli 2006.

56FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
6. Apabila ada surat kuasa otentik atau surat lainnya yang menjadi
dasar kewenangan pembuatan akta yang dikeluarkan dalam bentuk
originali atau surat kuasa di bawah tangan wajib dilekatkan pada
minuta akta kecuali bila surat kuasa telah dilekatkan pada minuta
akta yang dibuaut di hadapan Notaris yang sama dan hal tersebut
dinyatakan dalam akta, sedangkan surat kuasa otentik yang dibuat
dalam bentuk Minuta Akta diuraikan dalam akta.
Notaris juga dapat membuat klausul ”akta ini dibuat sesuai dengan
prosedur Undang-Undang yang berlaku, apabila ternyata dikemudian hari ada
kesalahan atau data (dokumen) yang diberikan ternyata palsu maka menjadi
tanggung jawab sepenuhnya oleh para pihak”. Hal ini untuk melindungi Notaris
dari itikad buruk para pihak.
Pengakuan anak luar kawin dapat dilakukan dengan akta Notaris karena
salah satu satu kewenangan Notaris adalah membuat akta otentik. Kewenangan
Notaris dalam membuat akta tersebut seperti dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang berbunyi:
”Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini”.
Sedangkan kedudukan seorang Notaris di dalam mayarakat mempunyai
kedudukan fungsional yang dapat memberikan nasihat. Jadi sebelum melakukan
proses pembuatan akta, para pihak yang berkepentingan dapat meminta penjelasan
atau nasihat secara hukum dengan jelas berkenaan dengan akta yang mereka buat.
Segala sesuatu yang ditulis serta ditetapkannya (konstatir) adalah benar, dan
Notaris adalah sebagai satu-satunya pejabat pembuat dokumen yang kuat dalam
suatu proses hukum.
Notaris harus dapat memahami persyaratan-persyaratan yang tinggi untuk
dapat dipercaya dengan tetap memperhatikan kaedah-kaedah hukum yang berlaku.
Kaedah-kaedah hukum pada dasarnya diartikan sebagai peraturan hidup untuk
menentukan bagaimana seyogyanya harus berprilaku, bersikap di dalam
masyarakat agar kepentingan orang lain terlindungi, penilaian atau sikap tentang

57FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia
apa yanng harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan, sesuatu yang dilarang atau
yang dianjurkan.
Sebagai orang yang dipercaya, banyak rahasia dan hubungan kekeluargaan
yang dipaparkan dan diungkapkan kepada Notaris dan banyak pula dari
hubungan-hubungan itu yang benar-benar harus diketahui oleh Notaris untuk
dapat mengadakan penyelesaian dengan sebaik-baiknya. Hal ini dimaksudkan
agar Notaris dapat mengatur hubungan-hubungan kebendaan diantara mereka
dengan sebaik-baiknya. Hal itu perlu, oleh karena hubungan-hubungan kebendaan
diantara para anggota keluarga tidak terlepas dari hubungan darah dikalangan
mereka. Seperti misalnya pada pembuatan surat-surat wasiat, akta perjanjian
kawin, akta pengakuan anak luar kawin, dan masih banyak lagi lainnya.
Hubungan-hubungan darah diantara mereka merupakan faktor-faktor yang sangat
menentukan dan seorang Notaris yang tidak memahami hal ini tidak akan dapat
memenuhi tugasnya dengan lengkap dan baik.
Dilihat dari kedudukannya sebagai pejabat umum yang berwenang
membuat suatu akta otentik, maka akta yang dihasilkannya tersebut merupakan
suatu alat bukti yang kuat dan mengikat semua pihak, serta dijamin keamanan dan
kerahasiaannya, apalagi minuta aktanya tetap ada di dalam arsip Notaris tersebut
yang akan disimpan, diamankan, dan dipertahankan sampai kapanpun.

58FH UI., 2009.


Peranan notaris ..., Rr. Murdiningsih Hayu Perwitasari,
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai