I. Pendahuluan
Emisi spontan dari zat radioaktif akan memancarkan sinar alfa, sinar beta, atau sinar gamma.
Ketiga sinar radioaktif tersebut memiliki daya tembus yang berbeda. Urutan dari kekuatan daya
tembusnya dari yang terkuat hingga yang terlemah adalah sinar gamma, beta, alfa. Apabila
seberkas sinar radioaktif yang intensitasnya I diarahkan pada material yang tebalnya x maka
intensitas sinar radioaktif setelah keluar dari material menjadi berkurang, hal ini disebabkan
oleh penyerapan sebagian radioaktif oleh bahan ketika sinar radioaktif dilewatkan. Laju
berkurangnya intensitas sebanding dengan tebal bahan dapat diturunkan melalui persamaan :
𝑑𝐼
= −𝜇𝐼
𝑑𝑥
𝑑𝐼
= −𝜇𝑑𝑥
𝐼
Setelah diintegrasi diperoleh
𝐼𝑜
𝑙𝑛 = −𝜇𝑥
𝐼
Maka
𝐼 = 𝐼𝑜 𝑒 −𝜇𝑥
Dengan : I Intensitas setelah keluar dari materi, 𝐼0 ialah Intensitas sinar radioaktif
mula- mula, 𝜇 ialah Koefisien Atenuasi dan x = Tebal bahan
Detektor Geiger-Muller
Detektor merupakan suatu bahan yang peka terhadap radiasi, yang bila dikenai radiasi
akan menghasilkan tanggapan mengikuti mekanisme yang telah dibahas sebelumnya. Suatu
bahan yang sensitif terhadap suatu jenis radiasi belum tentu sensitif terhadap jenis radiasi yang
lain. Sebagai contoh, detektor radiasi gamma belum tentu dapat mendeteksi radiasi neutron.
Detektor radiasi bekerja dengan cara mengukur perubahan yang disebabkan oleh
penyerapan energi radiasi oleh medium penyerap. Sebenarnya terdapat banyak mekanisme
yang terjadi di dalam detektor tetapi yang sering digunakan adalah proses ionisasi dan proses
sintilasi.
Apabila dilihat dari segi jenis radiasi yang akan dideteksi dan diukur, diketahui ada
beberapa jenis detektor, seperti detektor untuk radiasi alpha, detektor untuk radiasi beta,
detektor untuk radiasi gamma, detektor untuk radiasi sinar-X, dan detektor untuk radiasi
neutron. Kalau dilihat dari segi pengaruh interaksi radiasinya, dikenal beberapa macam
detektor, yaitu detektor ionisasi, detektor proporsional, detektor Geiger muller, detektor
sintilasi, dan detektor semikonduktor atau detektor zat padat.
Walaupun jenis peralatan untuk mendeteksi zarah radiasi nuklir banyak macamnya, akan tetapi
prinsip kerja peralatan tersebut pada umumnya didasarkan pada interaksi zarah radiasi terhadap
detektor (sensor) yang sedemikian rupa sehingga tanggap (respon) dari alat akan sebanding
dengan efek radiasi atau sebanding dengan sifat radiasi yang diukur. Pencacah Geiger, atau
disebut juga Pencacah Geiger-Müller adalah sebuah alat pengukur radiasi ionisasi. Pencacah
Geiger bisa digunakan untuk mendeteksi radiasi alpha dan beta. Sensornya adalah sebuah
tabung Geiger-Müller, sebuah tabung yang diisi oleh gas yang akan bersifat konduktor ketika
partikel atau foton radiasi menyebabkan gas (umumnya Argon) menjadi konduktif. Alat
tersebut akan membesarkan sinyal dan menampilkan pada indikatornya yang bisa berupa jarum
penunjuk, lampu atau bunyi klik dimana satu bunyi menandakan satu partikel. Pada kondisi
tertentu, pencacah Geiger dapat digunakan untuk mendeteksi radiasi gamma, walaupun tingkat
reliabilitasnya kurang.
Pada percobaan ini memiliki tujuan untuk menyelidiki faktor attenuasi bahan penahan partikel
radioaktif dengan menggunakan alat pencacah Geiger Muller Counter. Sesuai dengan apa yang
telah diperhitungkan pada perumusan diatas.
II. Eksperimen
Pada eksperimen ini dilakukan pencacaran bahan radioaktif untuk dapat mencapai tujuan
eksperimen yang telah dirancang. Bahan radioaktif yang digunakan ialah Sr-90 dan terdapat
juga bahan penahan dengan jenis berbeda dan ketebalan yang bervariasi. Pencacahan dilakukan
pada tabung geiger-Muller dan kemudian dihitung oleh counter yang telah disambungkan
dengan tabung tersebut. Pencacahan dilakukan selama 1 menit. Pada alat counter sudah
terdapat potensial listrik dan pengatur waktu pencacahan, hasil ionisasi pada tabung geiger-
muller akan terbaca dan dihitung oleh alat counter ini.
Gambar 1. Alat Pencacah Geiger Muller dan Counter Gambar 2. Bahan Radioaktif Sr-90
Percobaan ini diawali dengan mengukur Intensitas Background
ialah keadaan saat belum diletakan bahan radioaktif. Kemudian
dilakukan pengukuran saat badan radio aktif telah dimasukan.
Setelah melakukan pencacahan pada kedua bahan tersebut lalu
dilakukan pencacahan pada bahan radioaktif dengan
menambahkan bahan penahan. Bahan penahan yang digunakan
ialah alumunium dengan berbagai ketebalan (0.5mm, 1mm,
2mm, 3mm, dan 5mm). Masing-masing pencacahan dilakukan
Gambar 3. Bahan Penahan
selama satu menit, kemudian intensitas tersebut dicatat dalam
Alumunium
tabel pengamatan.
Keterangan:
X1 = 0.5 mm
X2 = 1 mm
X3 = 2 mm
X4 = 3 mm
X5 = 5 mm
IV. Kesimpulan
Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada
eksperimen pertama di dapatkan faktor atenuasi bahan alumunium sebesar
(1456.51798 ± 204.82504) meter-1 dengan persentase kesalahan presisi sebesar
204.82504
𝑥100% = 14,06%
1456.51798
V. DAFTAR PUSTAKA
Krane, Kenneth S. 1992. Fisika Modern. Jakarta : Universitas Indonesia
Lampiran
Data Percobaan
A. PENGOLAHAN DATA
Tabel Hasil Pengolahan Data
IBG ITP IX1 IX2 IX3 IX4 IX5
No.
(cpm) (cpm) (cpm) (cpm) (cpm) (cpm) (cpm)
1. 17 1946 1193 642 123 26 13
2. 10 1961 1170 695 116 20 13
3. 21 2030 1202 628 110 23 14
4. 12 1971 1229 614 125 28 14
5. 20 1867 1183 669 130 26 14
Jumlah 80 9775 5977 3248 604 123 68
Rerata 16 1955 1195.4 649.6 120.8 24.6 13.6
Io = ITP - IBG
𝐼𝑜 𝐼𝑜
Io (cpm) I (cpm) X (m) 𝑙𝑛
𝐼 𝐼
1939 1179.4 1.6 0.0005 0.5
1939 633.6 3.1 0.001 1.1
1939 104.8 18.5 0.002 2.9
1939 8.6 225.5 0.003 5.4
1939 2.4 807.9 0.005 6.7
𝐼𝑜
Membuat grafik hubungan antara 𝑙𝑛 dengan x (ketebalan bahan)
𝐼
Sehingga diperoleh :
y = (1456.51798 ± 204.82504)x ± (0.02076 ± 0,57388).
Gambar 3. Bahan radioaktif Sr90 Gambar 4. Alumunium (Al) sebagai bahan penghalang
radioaktif
Tugas Akhir
Rincian analisis data dalam hasil percobaan pada laporan telah terlampir
pada halaman 4.
Faktor atenuasi bahan penahan penahan yang digunakan telah terlampir
pada halaman 6.
Analisis masalah - masalah baru yang ditemukan sudah terlampir pada
halaman 4.