Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Visi kota Jambi ialah “Terwujudnya Kota Jambi sebagai simpul pelayanan
regional terutama dalam agribisnis dan sebagai wilayah komplemen utama
terhadap pusat pertumbuhan Regional Sumatera di tahun 2015”
2
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
a. Tujuan
Studi EHRA bertujuan untuk mengumpulkan data primer, untuk
mengetahui :
Gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang
beresiko terhadap kesehatan lingkungan;
Informasi dasar yang valid dalam penilaian Risiko Kesehatan
Lingkungan;
Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan
sanitasi;
b. Manfaat
Hasil survey akan digunakan sebagai salah satu bahan Penyusunan
BPS (Buku Putih Sanitasi) dan SSK (Strategi Sanitasi Kabupaten) Kota
Jambi.
3
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
BAB II
METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA
4
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kota Jambi.
Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan
singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitatoryang telah terlatih dari
PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan
pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah
untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS.
Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah
disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan
kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara
benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di
tahap data entri. Hasil entri dire-check kembali oleh tim Pokja PPSP. Sejumlah 5%
entri kuesioner diperiksa kembali.
Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya
bisa dilaksanakan oleh Pokja Kota semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kota
diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka telah dibentuk Tim Studi EHRA
sesuai Pemerintah Kota Jambi dalam rangka melaksanakan program tersebut telah
membentuk Kelompok Kerja Sanitasi ISSDP dengan Surat Keputusan Walikota Jambi
Nomor: 15 Tanggal 24 Februari Tahun 2006 dan diperbarui dengan SK Walikota
Jambi No. 71 tanggal 29 Maret 2007 tentang Pembentukan Tim Pengarah dan Tim
Teknis pada kegiatan Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP)
tahun anggaran 2007.
5
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Tim Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Kota Jambi. Adapun
susunan Tim EHRA sebagai berikut:
1. Penanggung jawab : Ketua tim Pokjasan
2. Koordinator Survey : Dinas Kesehatan Kota Jambi
3. Koordinator wilayah/kecamatan : Bid.Penyehatan Lingkungan
4. Supervisor : Sanitarian Puskesmas
5. Tim Entry data : Tim Konsultan
6. Tim Analisis data : Pokja Sanitasi Kota Jambi
7. Enumerator : Sanitarian Puskesmas
Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi
melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa
digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel
dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana
semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel.
Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”.
Teknik ini sangat cocok digunakan di Kota Jambi mengingat area sumber data yang
akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang
telah ditetapkan.
6
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
(∑ Pra-KS + ∑ KS-1)
Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100%
∑ KK
7
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Tabel 2.1.1.
Kategori Klaster Berdasarkan Kriteria Indikasi Lingkungan Berisiko
Kategori
Kriteria
Klaster
Wilayah Kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali
Klaster 0
kriteria indikasi lingkungan berisiko.
Wilayah Kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria
Klaster 1
indikasi lingkungan berisiko
Wilayah Kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria
Klaster 2
indikasi lingkungan berisiko
Wilayah Kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria
Klaster 3
indikasi lingkungan berisiko
Wilayah Kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria
Klaster 4
indikasi lingkungan berisiko
Sesuai Rapat Tim Pokja tanggal 20 Juli 2013 telah disepakati bahwa
sampel Kelurahan yang akan dilakukan survey Studi EHRA sebanyak 11
Kelurahan dan 440 responden. Hal ini dengan pertimbangan antaralain :
Dana yang tersedia
Luasnya wilayah Kota Jambi
Adanya daerah sulit
8
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Tabel 2.1.2.
Hasil klastering Kelurahan Kota Jambi
0 Kelurahan
0 ( 0 Kecamatan) - -
9
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam klaster tersebut dapat dilihat
pada grafik 2.1.1 di bawah ini:
Grafik 2.1.1.
Persentase Klaster Untuk Penetapan Lokasi Studi EHRA
10
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Dimana:
n adalah jumlah sampel
N adalah jumlah populasi
d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05) Asumsi tingkat kepercayaan
95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang
kemudian dibulatkan menjadi Z=2.
11
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Tabel 2.3.1.
Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2013 Kota Jambi
12
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Grafik 2.3.1.
Distribusi Desa Terpilih Perklaster Lokasi Study EHRA Kota Jambi
13
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Tabel 2.5.1.
Supervisor dan Emunerator dan Wilayah Tugasnya
dalam Survei EHRA Kota Jambi Tahun 2013
No. Kecamatan Kelurahan Supervisor Enumerator
Nuraiani
KEC. JAMBI
1 Eka Jaya Setiani Gustianingsih
SELATAN
Yusra
Desita
2 KEC. KOTA BARU Rawasari Etti Herieli Sumarni
Endang.s
Mahligai
3 KEC. PELAYANGAN Jelmu Syafrizal
Ginting
Masturah
4 KEC. DANAU TELUK Olak Kemang Syafrizal
Sri Desmawati
5 KEC. JAMBI TIMUR Budiman Nurjanah Friska
6 KEC. JELUTUNG Talang Jauh Zuleha Muryati
7 KEC. TELANAIPURA Murni Zulkartoni Maria Ulfa
8 KEC. TELANAIPURA Legok Zulkartoni Herlinawati
9 KEC. JAMBI TIMUR Sulanjana Nurjanah Erviana
Cempaka
10 KEC. JELUTUNG Dahlia Rifa Amelia
Putih
Dame Novalia
11 KEC. PASAR JAMBI Sungai Asam Laila Hayati
Sunarni
14
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
BAB III
HASIL STUDI EHRA 2013 KOTA JAMBI
Dari grafik di atas terlihat bahwa kondisi sampah di lingkungan rumah tangga
adalah banyak sampah berserakan atau bertumpuk di sekitar lingkunganyaitu
sehingga menimbulkan banyak nyamuk, banyak lalat dan menimbulkan bau busuk.
Persentase Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah tangga terbesar yaitu lainya
yaitu sebesar 52,5 %, diikuti banyak sampah berserakan atau bertumpuk di sekitar
lingkungan yaitu sebesar 33,3%, kemudian banyak nyamuk sebesar 27 %,
selanjutnya banyak tikus berkeliaran sebesar 18,5 %, ada banyak lalat di sekitar
tumpukan sampah17,5 %, ada anak-anak yang bermain di sekitarnya10 %, bau busuk
yang mengganggu 8,5 % dan menyumbat di saluran drainase 4,2 %.
Persentase kondisi sampah menimbulkan banyak sampah berserakan atau
bertumpuk di sekitar lingkungan terbanyak di klaster 4 dengan persentase 33,3 %
dan klaster 3 persentase 27,5 % ,diikuti klaster 2 persentase 25 %,dan klaster 1
sebanyak 15 %.
Tabel. 3.1.1 Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah Tangga
15
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
16
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Terlihat pada grafik di atas untuk pengelolaan sampah rumah tangga yang terbanyak yaitu
dengan dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebesar 83,3 %, kemudian diikuti dengan dibakar sebesar
77,5, dibuang ke lahan kosong/ kebun/ hutan dan dibiarkan membusuk 12 %. Di kumpulkan oleh kolektor
informal yang mendaur ulang 6,7% dan Dibuang ke sungai 6,5 %.
17
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
1
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Dari grafik di atas terlihat bahwa persentase terbanyak sampah yang tidak dikelola adalah
sampah Basah, Plastik, Gelas/Kaca. Kertas dan Besi/Logam yaitu sebesar 100 % yaitu pada klaster 2
dan 3 kemudian pada klaster 4sebesar 75 %. persentase tertinggi yaitu adalah sampah kertas dan besi/
logam yaitu sebesar 100% di klaster 2, 3, dan 4.
1
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Dari grafik di atas terlihat bahwa pengangkutan sampah terbanyak adalah Tiap Hari pada Klaster
4 sebesar 100 % dan klaster 3 sebesar 33,3 %, kemudian diikuti tidak pernahdi klaster 2 sebesar 100 %
dan klaster 3 yaitu sebesar 66, 67 %.
2 3 4
% % % n %
C5. Seberapa sering petugas Tiap hari 0,0 33,3 100,0 9 75,0
mengangkut sampah dari
rumah? Tidak 100,0 66,7 0,0 3 25,0
pernah
20
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
21
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Grafik 3.2.1 anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin buang air besar
22
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Tabel 3.2.1 anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin buang air besar
23
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Dari grafik di atas menunjukkan bahwa yang terbesar jumlah keluarga yang memiliki kloset
jongkok leher angsa persentasenya adalah 100 % pada klaster 1,klaster 2 sebesar 97,5 %, klaster 3
sebesar 90% dan paling rendah di klaster 4 yaitu 89,2%, sedangkan kloset duduk siram leher angsa
pada klaster 4 sebesar 10,8 %, Klaster 3 sebesar 10 % dan klaster 2 sebesar 2,5 %
24
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Dari grafik di atas telah terlihat bahwa persentase terbesar saluran akhir pembuangan isi tinja
adalah ke tangki septik dengan persentase 92,5 % pada klaster 1 dan terendah pada klaster 4 sebesar
74,2 %, kemudian yang memilih tidak tahu sebesar 17,5 % pada klaster 4, kemudian diikuti dengan
membuang ke cubluk/lobang tanah sebesar 3,8 % pada klaster 2, , diikuti sungai / danau / pantai yaitu
sebesar 4 % , kemudian, pipa sewer sebesar 5 %, langsung ke drainase sebesar 3,3 %,
25
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Dari grafik di atas terlihat bahwa untuk lama tangki septik dibuat/dibangun persentase terbesar
lebih dari 10 tahun yang lalu pada klaser 2 yaitu sebesar 58,7 %, klaster 3 sebesar 51,3%, klaster 1
sebesar 48,6% dan klaster 4 sbesar 47,2 %. Kemudian lebih dari 5-10 tahun yang lalu pada klaster 1
sebesar 27%, tidak tahu pada klaster 2 sebesar 20%, dibangun 1-5 tahun yang lalu pada klaster 1
sebesar 13,5% dan yang dibangun 0-12 bulan yang lalu pada klaster 2 sebesar 4%.
26
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Dari grafik di atas terlihat bahwa persentase terbanyak adalah tidak pernah banjir yaitu sebesar
100 % pada klaster 1, beberapa kali dalam sebulan sebesar 31 % pada klaster 2, kemudian diikuti oleh
frekuensi banjir sekali dalam setahun yaitu sebesar 20 % pada klaster 2, sekali atau beberapa dalam
sebulan sebesar 4,2 % pada klaster 4 dan yang perasentase terkecil memilih tidak tahu 4,5 % pada
klaster 3.
Frekuensi terbesar adalah tidak pernah banjir adalah klaster 1 sebesar 100 % diikuti oleh klaster
3 yaitu sebesar 70 % , klaster 4 yaitu sebesar 63,3 % dan persentase terkecil tidak pernah banjir adalah
klaster 2 yaitu sebesar 48,8 %.
27
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Dari grafik di atas terlihat bahwa banjir hingga ke rumah responden terbanyak adalah setumit
orang dewasa persentasenya sebesar 61,5 %, hingga lutut orang dewasa persentasenya sebesar 58,3
%, kemudian diikuti setengah selutut orang dewasa sebesar 37 %, dan terkecil lebih tinggi dari orang
dewasa sebesar 4,2 %.
Dari semua klaster yang terbesar persentase banjir hingga ke rumah responden hingga setumit
orang dewasa adalah klaster 3 yaitu sebesar 61,35 % kemudian diikuti klaster 4 sebesar 25,9 %, klaster
2 sebesar 4,2 % dan persentase terkecil banjir hingga ke rumah responden hingga setumit orang
dewasa adalah klaster 1 yaitu sebesar 0 %.
28
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Dari grafik di atas terlihat bahwa sumber air minum yang banyak digunakan adalah berasal dari
air sumu rgali terlindungi sebesar 65,00 %, air ledeng dari PDAM sebesar 60,8 %, diikuti Air isi ulang
yaitu 45,50 %, kemudian diikuti oleh Air Sumur tidak terlindungi yaitu 25 % , air botol dalam kemasan
sebesar 23,5%, Air Kran Umum yaitu 5,5% , dan terkecil Air hujan sebesar 0 %.
Persentase dari semua klaster sumber air minum yang banyak digunakan adalah berasal dari Air
sumur gali terlindungi terbanyak pada klaster 1 yaitu 65 % diikuti klaster 2 yaitu 32,5 % , klaster 3
sebesar 17,5 % dan klaster 4 yaitu sebesar 14,2 %.
29
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Dari grafik di atas terlihat bahwa sumber air untuk memasak banyak menggunakanair ledeng
PDAM sebesar 77,5% dan air sumur gali terlindungi, yaitu sebesar 70 % kemudian diikuti Air Sumur gali
tidak terlidungi sebesar 25 %, menggunakan Air Isi Ulang 12,5 %, kemudian Air Botol Kemasan sebesar
8 %, diikuti air kran umum sebesar 3,5 %, Air hidran umum sebesar2,5 %.dan terakhir air hujan sebesar
1%
Dari semua klaster yang menggunakan sumber air untuk memasak banyak menggunakan air
sumur terlindungi terbanyak adalah klaster 1 yaitu 70 % dan diikuti klaster 2 yaitu 40 % , klaster 3 yaitu
21,5 % dan klaster 4 yaitu 15 %.
30
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Dari grafik di atas pengelolaan air untuk minum persentase terbanyak adalah dengan cara
direbus yaitu sebesar 97,4 % , kemudian diikuti dengan cara lainnya memilih tidak tahu yaitu sebesar
1,4 %, ditambahkan kaporit sebesar 2,7 %, memilih lainnya sebesar 2,6 % persentase terkecil adalah
menggunakan filter keramik yaitu sebesar 1,4 %.
Dari semua klaster persentase terbesar pengelolaan air minum dengan cara direbus adalah klaster 4
yaitu sebesar 98,1 %, klaster 1 sebesar 97,4 %, kemudian klaster 3 sebesar 95,4 % dan persentase
terkecil pengelolaan air untuk minum dengan cara direbus adalah klaster 2 sebesar 94,5 %.
31
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Dari grafik di atas terlihat bahwa persentase terbesar untuk media penyimpanan air yang sudah
diolah dan disimpan dalam teko, ketel / ceret yaitu sebesar 73,7 %, kemudian diikuti disimpan dalam
panci dengan tutup persentasenya sebesar 56,6 % , dalam botol/ termos sebesar 11 %, dalam panci
terbuka sebesar 2,3 %,dalam galon isi ulang sebesar 8,2 %,tidak disimpan sebesar 6,9 %, lainnya
sebesar 4,1 %.
Dari semua klaster terlihat bahwa persentase terbesar media penyimpanan air yang sudah
diolah dan disimpan dalam teko ketel/ceret adalah klaster 1 yaitu sebesar 73,7 % , kemudian klaster 2
sebesar 38,4 %, klaster 4 sebesar 34,3 % dan persentase terkecil untuk media penyimpanan air yang
sudah diolah dan disimpan dalam teko, ketel /ceret klaster 3 sebesar 17,3 %.
32
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Dari grafik di atas terlihat bahwa biasanya Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun
terbanyak persentasenya adalahsebelum makan sebesar 96,3%, kemudian setelah buabg air besar
adalah 92,5 %, sebelum sholat yaitu sebesar 29,5 %, setelah menceboki bayi yaitu 36,3 %, setelah
memegang hewan yaitu sebesar 13,5 %, setelah menyuapi anak sebesar 22,5 %, sebelum ke toilet
sebesar 15,50 %.
Untuk semua klaster yang melakukan Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah
buang air besar adalah klaster 1 yaitu 92,5 % kemudian diikuti klaster 2 yaitu 73,8 %, klaster 4 yaitu
sebesar 70.,8 % dan yang terkecil adalah klaster 3 yaitu sebesar 69,5 %.
33
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Dari grafik di atas terlihat bahwa pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk
mandi yaitu sebesar 100 %, kemudian mencuci peralatan sebesar 92,5 %, mencuci pakaian yaitu
sebesar 90,8 %, mencuci tangan sendiri yaitu sebesar 76,90 %, memandikan anak yaitu sebesar 56,4 %,
menceboki pantat anak yaitu sebesar 48,7 % , mencuci tangan anak yaitu sebesar 44,1 % , lainnya
adalah 2,5 % dan persentase terkecil adalah tidak tahu yaitu sebesar 2,5 %.
Dari semua klaster pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari-hari untuk mandi persentase
terbesar adalah klaster 2 persentase 100 %, kemudian diikuti klaster 3 yaitu sebesar 97,4%, diikuti
klaster 4 sebesar 96,7 % dan persentase terkecil yaitu 92,5 % di klaster 1.
34
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Dari grafik di atas terlihat bahwa kejadian penyakit diare adalah tidak pernah yaitu sebesar 90 %
dan diikuti 6 bulan terakhir yaitu sebesar 12,5 % , 1 bulan terakhir yaitu 7,5 % , lebih dari 3bulan yang
lalu yaitu 3,8 % , 1 minggu terakhir yaitu 5 % , kemudian pilihan kemarin sebesar 1,3 % .
Dari semua klaster di atas yang tidak pernah terjadi penyakit diare persentase terbesar adalah
klaster 1 yaitu sebesar 90 % dan diikuti oleh klaster4 yaitu sebesar 88,3 %, klaster 3 yaitu sebesar 82 %
dan persentase terkecil yaitu klaster 2 sebesar 71,3 %.
35
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Dari grafik di atas terlihat bahwa anggota keluarga yang terakhir menderita diare persentase
terbesar adalah Orang Dewasa Perempuan sebesar 47,8 %, kemudian anak-anak balita yaitu sebesar
36,1 %, orang dewasa laki-laki yaitu sebesar 28,6 % , Anak-anak Non Balita sebesar 25 %, anak remaja
perempuan yaitu sebesar 14,3 %, anak remaja laki-laki sebesar 16,7 %.
Dari semua klaster yang anggota keluarga yang terakhir menderita diare orang dewasa
perempuan adalah klaster 2 yaitu sebesar 47,8 % , diikuti klaster 4 sebesar 35,7 %, klaster 1 sebesar 25
% dan persentase terkecil adalah klaster 3 sebesar 22,2 %.
36
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
Dari grafik di atas bahwa Indeks Resiko Sanitasi Kota Jambi persentase tertinggi adalah klaster
2 sebesar 265, kemudian diikuti klaster 3 sebesar 251 , klaster 4 sebesar 198 dan klaster 1 sebesar
162.
Dari semua klaster indeks resiko sanitasi yang dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat, kemudian persampahan, kemudian diikuti Genangan Air dan yang terkecil
adalah Air Limbah Domestik seperti tabel di bawah ini :
37
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
1. SUMBER AIR
32 40 42 32
2. AIR LIMBAH DOMESTIK.
50 52 61 55
3. PERSAMPAHAN.
48 75 69 27
4. GENANGAN AIR.
- 59 36 42
5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT.
32 40 43 43
Interval 26
Katagori Area Berisiko Batas Bawah Batas Atas
38
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
39
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
40
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya telah diuraikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Manfaat Studi EHRA dari aspek promosi dengan keterlibatan kader/ petugas kesehatan adalah
sebagai pembelajaran bagaimana mengumpulan data dari rumah ke rumah serta mengetahui
2. Rencana pemanfaatan hasil Studi EHRA sebagai bahan advokasi pembangunan sanitasi di Kota
jambi Manfaat Studi EHRA adalah untuk memahami kondisi sanitasi dan hyginitas serta perilaku-
perilaku masyarakat pada skala rumah tangga serta pengembangan program sanitasi termasuk
advokasi di tingkat kota sampai dengan tingkat kelurahan.Data yang dikumpulkan dari studi EHRA
akan digunakan Pokja Kota sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih Sanitasi,
3. Studi EHRA ideal dilaksanakan secara berkala dan studi pertama merupakan pengalaman atau
pembelajaran bagi hasil studi EHRA selanjutnya diharapkan untuk lebih valid dalam penilaian Risiko
Kesehatan Lingkungan dan memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan
sanitasi.
41
Dokumen
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KOTA JAMBI
B. Rekomendasi
Agar pelaksanaan studi EHRA lebih optimal, maka disarankan untuk melakukan beberapa hal, antara
lain :
1. Pemilihan supervisor dan enemurator untuk melaksanakan Studi EHRA haruslah tepat.
2. Supervisor serta Enumerator harus memahami tata cara pelaksanaan survey, pemahaman
kuesioner ,teknik wawancara dan pengamatan serta cara mengisi jawaban dengan benar, agar
3. Menganggarkan kegiatan studi Ehra untuk pelaksanaan Ehra yang akan datang.
4. Supervisor menjamin proses pelaksanaan survey sesuai dengan kaidah dan metoda pelaksanaan
42