DOSEN PENGAMPU :
Septia Pristi Rahmah, S.KM., M.KM
OLEH :
KELOMPOK 1 Kelas A1
i
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Identifikasi Masalah ............................................................................ 11
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
SKENARIO DAN BATAS PROYEK
1.1 Skenario, Gambar dan Luas kajian Pengembangan PLTGU Kapasitas
500 MW (PEAKER)
1
f. Dekat dengan konsumen yang membutuhkan listrik dalam jumlah yang
besar dan meningkat terutama Jakarta
2
penjaringan kota Jakarta Utara, provinsi DKI Jakarta. penambangan pasir dan
batu terletak, yaitu di Desa Cangkringan Kecamatan Pakem. Luasan tapak
proyek adalah 100 Ha ±3,75 Ha (326.040 m2) berdasarkan luas izin badan
pertahanan nasional, jakarta utara, yang berbatasan dengan:
Sisi sebelah Utara : Teluk Jakarta
Sisi sebelah Selatan : Jalan Provinsi (Jln. Pluit Utara Raya & Jln. Pluit
Karang Ayu Barat dan Perumahan Warga
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan menurut media transportasi limbah (air dan udara) dimana
proses alami yang berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar. Termasuk dalam ruang ini adalah ruang di
sekitar rencana kegiatan yang secara ekologis memberi dampak terhadap
aktivitas usaha dan/atau kegiatan. PLTGU Muara karang yaitu di sepanjang Jln.
Pluit Utara Raya sampai Jln. Pluit Karang Ayu Barat (± 1 km dari lokasi proyek).
Untuk Perairan Laut, batas ekologis terluar mencakup jarak ± 2,0 km ke arah
Utara. Adapun rincian masing-masing batas ekologis adalah sebagai berikut:
1. Media transportasi limbah cair dengan adanya dispersi penyebaran suhu
dari limbah cair tersebut yang berasal dari outlet pembuangan limbah
PLTGU. Sebaran dampak yang diperkirakan mengalami perubahan
mendasar yang didasarkan pada kecepatan dan arah arus perairan pantai
Teluk Jakarta dan arah serta kecepatan arus yang dilepaskan oleh air
yang keluar dari outlet limbah cair.
2. Media transportasi udara akibat gas buang dari cerobong asap yang
terdispersi pada ruang terbuka yang diperkirakan akan mengalami
perubahan mendasar. Sebaran dampak memperhatikan kondisi
geografis dari wilayah disekitar lokasi PLTGU yang berada ditepi pantai
yang mempengaruhi arah dan laju sebaran polutan, arah angin dominan
3
baik pada musim kemarau ataupun musim hujan. Simulasi sebaran
menggunakan model dispersi Gauss, yang didasarkan data meterologi
dan data sumber emisi seperti laju emisi gas keluar cerobong, tinggi dan
diameter dalam cerobong, suhu gas keluar cerobong serta suhu
udaraambien. Sebaran polutan yang dapat mempengaruhi kualitas udara
ambien diperkirakan dalam radius + 4 km dari titik pusat sumber emisi
(cerobong).
3. Adapun rincian masing-masing batas ekologis adalah sebagai berikut
a) Pemukiman warga ± 1 km dari lokasi proyek
b) Perairan laut batas terluar 2,0 km dari lokasi proyek kearah utara
(teluk jakarta)
c) peningkatan kebisingan radius ±50 m dari lokasi proyek
d) gangguan transportasi darat radius ±50 m dari lokasi proyek
e) gangguan transportasi udara radius ±20 km dari lokasi proyek
f) penurunan kuatlitas udara radius ±50 meter dari lokasi proyek
g) penurunan kualitas air laut radius ±5 km dari lokasi proyek
h) gangguan kualitas udara ambien ±4 km dari titik pusat sumber emisi
(cerobong).
4
1.2.4 Batas Administrasi
1) Iklim
Stasiun klimatologi terdekat adalah di Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang
terletak pada posisi 06°06'S 106°54'E dan elevasi di 2 m dpl, yang menyediakan
data untuk tahun 2003 – 2013. Iklim di Jakarta Utara termasuk iklim tropis
dipengaruhi oleh angin Monsoon. Hal ini berarti iklim di daerah tersebut tergolong
sedang karena jumlah bulan kering relatif sama dibanding jumlah bulan basah.
2) Curah hujan
Untuk kondisi angin, kecepatan rata-rata angin bulanan yang diamati di Stasiun
Tanjung Priok pada tahun 2003 - 2013 berdasarkan data dapat dilihat pad berikut,
di mana kecepatan angin tertinggi pada bulan Januari sebesar 0,50 m/s dan
kecepatan angin terendah terjadi pada bulan September sebesar 0,23 m/s.
5
3) Kelembaban
Kelembaban yang tercatat, di mana kelembaban tertinggi pada bulan
Februari sebesar 90,02% dan kelembaban terendah terjadi pada bulan
September sebesar 82,51%.
4) Suhu udara
Suhu rata-rata bulanan yang diamati di Stasiun Tanjung Priok pada tahun
2003 2013 berdasarkan data pengamatan dapat dilihat pada tabel di bawah, di
mana suhu tertinggi terjadi pada bulan Oktober sebesar 29,50° C dan suhu
terendah terjadi pada bulan Februari sebesar 27,76° C.
5) Kualitas udara dan kebisingan
Untuk mengetahui kualitas udara ambien di lokasi rencana kegiatan
dilakukan pengukuran kandungan gas-gas yang meliputi Sulfurdioksida (SO2),
Karbonmonoksida (CO), Nitrogendioksida (NO2), dan debu. Pengukuran
Kualitas udara didapat hasilnya, yaitu masih berada dibawah ambang baku mutu
yang diijinkan yaitu 70 dB.
6) Topografi lahan
Secara morfologi kondisi lahan cenderung cukup datar, dimana pengukuran
dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi aktual dan situasi
yang ada di pembangkit listrik lay out daerah serta situasi sekitarnya.
7) Pasang surut
Tide adalah naik turunnya laut karena pengaruh gravitasi bulan dan
matahari. Pengetahuan tentang pasang surut laut diperlukan dalam transportasi
laut, perencanaan atau pembangunan di wilayah pesisir, dan lain-lain. Tide
periodik, sehingga karakteristik gelombang pada lokasi tertentu dapat diprediksi
dengan metode analisis harmonik berdasarkan komponen pasang surut.
6
1.3.2 Ruang dan Lahan
Menurut Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang penataan
Ruang DKI Jakarta Tahun 2010 – 2030. Indikator kinerja yang akan dicapai antara
lain:
Lokasi yang terdapat ddekat dengan pantai memiliki keadaan kualitas perairan
yang baik karena banyak masukan nutrisi yang berasal dari daratan, serta didukung
oleh kondisi perairan yang cukup jernih. Namun, kekeruhan didapatkan hasil
dengan kategori rendah sedangkan oksigen terlarut memenuhi syarat kehidupan
plankton.
7
a. Biota Air
- Plankton
Plankton merupakan organisme yang hidupnya melayang – layang
di perairan. Plankton dapat dibedakan menjadi plankton tumbuhan
(phytoplankton) dan plankton hewani (zooplankton).
- Bentos
Bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan dan
cenderung menetap. Bentos dibedakan menjadi phytobentos dan
zoobentos. Berdasar sifat hidupnya dikelompokkan menjadi infauna
bentik dan epifauna bentik.
8
BAB II
MATRIKS DAMPAK POTENSIAL DAN HIPOTETIK
2.1 Identifikasi Dampak Potensial
Tabel 2.50 Matrik Identifikasi Dampak Potensial Rencana Pembangunan PLTGU ( PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP) MUARA KARANG 500 MW
KECAMATAN PENJARINGAN, KAB/KOTA JAKARTA UTARA, PROVINSI DKI JAKARTA.
Komponen Kegiatan
Prakonstruksi Konstruksi Operasi Pasca-Operasi
Pembangunan PLTGU
Berakhirnya Kegiatan
Sosialisasi Kegiatan
Pembebasan Lahan
Operasi
PLTGU
1 2 1 2 3 4 5 1 2 3 1 2
A. Fisik Kimia
1. Iklim Mikro
Suhu dan Kelembaban Udara ʘ ʘ
2. Kualitas Udara dan Kebisingan
a. Kandungan Debu Total ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ
b. Kandungan Gas (CO, SO2 dan NO2) ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ
c. Kebisingan ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ
3. Hidrologi
a. Kualitas Air Sungai ʘ ʘ
b. Sedimentasi Sungai ʘ ʘ
c. Kualitas Air Tanah ʘ
4. Ruang tanah dan lahan
a. Kualitas Tanah ʘ ʘ
b. Erosi Tanah ʘ ʘ
c. Bentang Lahan ʘ
d. Tata Guna Lahan ʘ ʘ
5 Transportasi
Gangguan Lalu Lintas ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ
B. Biologi
1. Diversitas Flora / Vegetasi Darat
2. Diversitas Fauna/ Satwa Liar
3. Diversitas Biota Perairan ʘ ʘ ʘ ʘ
C. Sosial Ekonomi dan Budaya
1. Sosial Ekonomi
a. Kesempatan Kerja ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ
b. Peluang Berusaha ʘ ʘ ʘ ʘ
c.Tingkat Pendapatan Masyarakat ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ
2. Sosial Budaya
a. Adat Istiadat dan Pola Kebiasaan ʘ
b. Proses Sosial ʘ
c. Persepsi Masyarakat ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ
d. Keresahan Masyarakat ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ
D Kesehatan Masyarakat
a. Pola / Prevalensi Penyakit ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ
b. Sanitasi Lingkungan ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ
c. Kesehatan dan Keselamatan Kerja ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ
Keterangan:
Θ : Dampak Potensial
9
2.2 Dampak Penting Hipotetik
Tabel 2.52 Matrik Dampak Penting Hipotetik Rencana Pembangunan PLTGU ( PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP) MUARA KARANG 500 MW
KECAMATAN PENJARINGAN, KAB/KOTA JAKARTA UTARA, PROVINSI DKI JAKARTA.
Komponen Kegiatan
Prakonstruksi Konstruksi Operasi Pasca- Operasi
GANDA/STREAM TURBINE)
Pembangunan Sarana dan
Penerimaan Tenaga Kerja
Pembangunan PLTGU
Berakhirnya Kegiatan
Sosialisasi Kegiatan
Operasi
Lahan
1 2 1 2 3 4 5 1 2 3 1 2
A. Fisik Kimia
1 Kualitas Udara dan Kebisingan
a. Kandungan Debu Total ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ
b. Kandungan Gas (CO, SO2 dan NO2) ʘ ʘ
c. Kebisingan ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ
2 Hidrologi
a. Kualitas Air Sungai ʘ ʘ
b. Sedimentasi Sungai ʘ ʘ
c. Kualitas Air Tanah ʘ
3 Ruang tanah dan lahan
a. Kualitas Tanah ʘ ʘ ʘ
b. Erosi Tanah ʘ ʘ
c. Bentang Lahan ʘ
d. Tata Guna Lahan ʘ ʘ
4 Transportasi
Gangguan Lalulintas ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ
B. Biologi
1 Diversitas Flora / Vegetasi Darat ʘ
2 Diversitas Fauna/ Satwa Liar ʘ
3 Diversitas Biota Perairan ʘ ʘ
C. Sosial Ekonomi dan Budaya
1 Sosial Ekonomi
a. Kesempatan Kerja ʘ ʘ ʘ ʘ
b. Peluang Berusaha ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ
c.Tingkat Pendapatan Masyarakat ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ
2 Sosial Budaya
a. Adat Istiadat dan Pola Kebiasaan ʘ
b. Proses Sosial ʘ
c. Persepsi Masyarakat ʘ ʘ ʘ ʘ
d. Keresahan Masyarakat ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ
D Kesehatan Masyarakat
a. Pola / Prevalensi Penyakit ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ
b. Sanitasi Lingkungan ʘ ʘ ʘ
c. Kesehatan dan Keselamatan Kerja ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ ʘ
Keterangan:
Θ : Dampak Penting Hipotetik
10
BAB III
RKL dan RPL
1. Karena dalam
kegiatan
pengurukan dan
pematangan lahan
menimbulkan
polusi udara yang
1. Pengurukan dan Dampak
menyebabkan
1. Pra- Konstruksi Pematangan negatif
perubahan
Lahan penting
kualitas
lingkungan serta
menimbulkan
penyakit bagi
masyarakat dan
pekerja
1. Karena
penerimaan tenaga
kerja dapat
meningkatkan
kesempatan kerja
Dampak dan pendapatan
1. Penerimaan
2. Konstruksi positif masyarakat
tenaga kerja
penting 2. Karena dapat
meningkatkan
kesempatan
berusaha sehingga
adanya peluang
kerja
1. 1. Karna dengan
2. Mobilisasi alat adanya
dan peralatan Dampak pengoperasian
material lewat negatif truk menuju lokasi
darat penting proyek dapat
mengakibatkan
11
kenaikan jumlah
volume kendaraan
dan derajat
kejenuhan pada
jalan raya,
sehingga dapat
meningkatkan
volume lalu lintas
atau terjadi
kemacetan
2. 2. Meningkatnya
volume debu
akibat lalu lintas
truk, sehingga
menybabkan
penyakit
1. Karena proses
pengoperasian
sistem
menghasilkan
1. Penurunan
gas CO2, NOx,
kualitas udara Dampak
Sox dan CO
3. Operasi akibat gas negatif
yang dapat
buang dari penting
menyebabkan
proses operasi
kualitas udara
menurun dan
timbulnya
penyakit
1. 1. Karna dengan
adanya
pengoperasian
truk menuju lokasi
proyek dapat
mengakibatkan
kenaikan jumlah
4.
Pasca-Operasi 1. Demobilisasi Dampak volume kendaraan
Alat dan Material Negatif dan derajat
Penting kejenuhan pada
jalan raya,
sehingga dapat
meningkatkan
volume lalu lintas
12
atau terjadi
kemacetan
2. Meningkatnya
volume debu
akibat lalu lintas
truk, sehingga
menyebabkan
penyakit
13
2. Mobilisasi alat Dampak Alat Berat a. Menggunakan kendaraan
dan peralatan Negatif yang proyek yang laik jalan;
material lewat Penting digunakan b. Pemasangan rambu-
darat rambu lalu lintas
pengaturan kecepatan
kendaraan pengangkut di
jalur mobilisasi alat dan
material terutama di
permukiman maks. 20
km/jam sesuai dengan
prosedur dan ketentuan
yang berlaku;
c. Proses pengangkutan
material (tanah gali/ urug)
dilengkapi denga n
penutup terpal pada saat
melewati
daerahpemukiman;
d. Pengaturan jarak
kendaraan pengangkut
tidak dalam waktu yang
berdekatan (tidak
beriringan);
e. Melakukan perawatan
mesin kendaraan secara
berkala sesuai dengan
prosedur ketentuan yang
berlaku; dan
f. Melakukan penyiraman
minimal dua kali sehari
menggunakan water
spraying truck pada ruas
jalan akses yang tidak
diaspal yang dilalui
kendaraan pengangkut
peralatan dan material
secara rutin, terutama
pada saat musim kemarau
dengan mengacu kepada
prosedur penyiraman
jalan.
14
g. Membersihkan atau
menghilangkan debu
pada roda kendaraan
dengan wheel washing
machine
h. Mengikuti Standard
Operation Procedure
(SOP) pencegahan
pencemaran lingkungan
hidup
15
menyebabkan polusi
udara dan kebisingan.
Masyarakat bisa diberi
masker.
c. Menggunakan alat berat
dengan se efektif mungkin
dan tidak berlebihan.
d. Pengaturan jarak alat
pengangkut tidak dalam
waktu yang dekat.
e. Melakukan penyiraman
minimal dua kali sehari
menggunakan water
spraying truck pada ruas
jalan akses yang tidak
diaspal yang dilalui
kendaraan pengangkut
peralatan dan material
secara rutin, terutama
pada saat musim kemarau
dengan mengacu kepada
prosedur penyiraman
jalan.
f. Membersihkan atau
menghilangkan debu pada
roda kendaraan dengan
wheel washing machine
g. Mengikuti Standard
Operation Procedure
(SOP) pencegahan
pencemaran lingkungan
hidup
16
3.3 Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
17
masyarakat dan b. masyarakat Kecamatan Disnaker Jakarta
dalam Penjaringan, Utara dan
usaha Jakarta
Komite Jakarta Utara BPLHD
tenaga Provinsi
kerja lokal DKI
yang
Jakarta.
dibentuk.
c. Studi
dokumenta
si meliputi
tenaga
kerja yang
direkrut
dari PT.
UBJ UP
dan foto
pengumum
an
rerkruitme
nt
2. Peningkatan Meningkatkan Mobilisasi a. Observasi a. Titik pertemuan Jam istirahat PT. PBJ Dishub BLHD
secara ruas jalan kel. Jakarta
lalu lintas volume lalu alat dan UP kota
langsung Pluit dengan Utara dan
darat lintas atau peralatan b. Studi jalan akses Jakarta BPLHD
dokumenta b. Jalan akses Provinsi
kemacetan material utara
si meliputi menuju tapak DKI
foto proyek
Jakarta.dan
kondisi
lalu lintas Dishun
di titik
18
pertemuan Jakarta
dengan
Utara
jalan
akses,kebe
radaan
rambu-
rambu lalu
lintas di
titik keluar
masuknya
kendaraan
proyek
3 Penurunan Parameter CO2, Mobilisasi a. Pengambila Jalur mobilisasi PT. PBJ BPLHD BLHD
NoxSOx n sampel peralatan dan Jakarta
kualitas peralatan UP Jakarta
dan CO TSP material yang Utara dan
udara dan mengacu terdekat dengan utara BPLHD
pada pemukiman, yaitu Provinsi
ambien material
SNI-197119.3- BM1: DKI
2005; 60 6’43.40” S and
b. Pengambila 1060 47’ 4.12” E
n sampel BM2:
SO2 6 6’ 38.22” S and
0
19
197119.2 47’ 0.71” E
2005;
d. Pengambila
n sampel
CO
mengacu pd
SNI7119.10
:2 11;
e. Pengamatan
langsung
dan
dokumentas
i muntuk
kegiatan:
f. Pembersiha
n terhadap
ban truk
yang keluar
dari tapak
proyek
g. Perawatan
rutin
kendaraan
proyek
h. Kegiatan
penyiraman
jalan
20
C. Pasca Operasi
1. Demobilisasi Mobilisasi c. Observasi c. Titik pertemuan Jam istirahat PT. PBJ Dishub BLHD
secara ruas jalan kel. Jakarta
alat dan alat dan UP kota
langsung Pluit dengan Utara
material peralatan d. Studi jalan akses Jakarta dan
dokumenta d. Jalan akses BPLHD
material utara
si meliputi menuju tapak Provinsi
foto proyek DKI
kondisi
Jakarta.
lalu lintas
di titik dan
pertemuan
Dishun
dengan
jalan Jakarta
akses,kebe
Utara
radaan
rambu-
rambu lalu
lintas di
titik keluar
masuknya
kendaraan
proyek
21
partikulat b. Pengambila 60 6’43.40” S and
(TSP,PM n sampel 1060 47’ 4.12” E
PM2,5 SO2 BM2:
) sesuai PP RI mengacu 6 6’ 38.22” S and
0
22
g. Perawatan
rutin
kendaraan
proyek
h. Kegiatan
penyiraman
jalan
23