Anda di halaman 1dari 22

Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

BAB 1

PONDASI DANGKAL

1.1 Pengertian Pondasi


Pondasi adalah bagian dari bangunan bawah yang meneruskan beban ke tanah
pendukung.

1.2 Persyaratan Pondasi


Kekuatan → Kapasitas Daya dukung
Deformasi → penurunan (Batas–batas yang diperbolehkan berdasarkan struktur dan
arsitektur).
Perbedaan penurunan ∆S antar kolom 1/150L hingga 1/300L. Agar syarat terpenuhi,
dapat digunakan balok sloof struktur (saran penstrukturan). Tetapi menjadi tidak ekonomis
pada bangunan 5-6 lantai karena dimensi balok sloof struktur dapat mencapai 150 cm.
Sehingga selama ini sloof hanya direncanakan terhadap beban aksial tarik yang nilainya
adalah 10% beban kolom. Selain itu dapat digunakan rekayasa daya dukung tanah dengan di
dasarkan kapasitas daya dukung dengan penurunan 1 inchi.

1.3 Jenis Pondasi Berdasarkan Rasio D/B


1.3.1 Pondasi dangkal (kriteria D/B < 1)
Telapak : Individual spread footing (murah), Continious footing (belum tentu lebih
murah dibandingkan mini piles), Combine footing, mat footing/raft. Pondasi batu kali.
1.3.2 Pondasi Dalam (kriteria D/B < 4-5)
Tiang pancang, tiang bor (digali mesin), sumuran/kaison (digali manusia dan lebih
murah dibandingkan Continious footing).

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

1.4 Jenis Pondasi Berdasarkan Jenis Bangunan


1.4.1 Pondasi untuk Gedung
Gedung Sederhana : Continious footing batu kali.
Tingkat tinggi : Dengan atau tanpa basement. Kegunaan basement yang biasanya 2-3
lantai adalah :
 Segi fungsi sub-base.
 Kepentingan stabilitas bangunan (tertahan lebih baik terhadap goyangan).
 Mengurangi settlement jika beban tanah yang diambil sama dengan beban
bangunan diatasnya (∆p=0). Sedangkan masalah yang dihadapi adalah rembesan yang
dapat diatasi dengan kedap air atau drainase.
1.4.2 Pondasi untuk Mesin
Direncanakan terhadap getaran
1.4.3 Pondasi untuk Menara
Tugu, cerobong asap, pemancar radio/TV, tower lisrtik (gaya aksial kecil, gaya
horizontal besar).
1.4.4 Pondasi di atas air
Jembatan dan Dermaga (gaya tarik aksial dan horizontal besar).
Pondasi harus mempertimbangkan erosi, korosi, gaya luar (ombak/arus air), scouring
(penggerusan tanah dasar).

1.5 Keruntuhan Tanah Akibat Pembebanan


Kapasitas dukung ultimit (qult) didefenisikan sebagai tekanan terkecil yang dapat
menyebabkan keruntuhan geser pada tanah pendukung tepat di bawah dan di sekeliling
pondasi. Ada 3 kemungkinan pola keruntuhan kapasitas pendukung tanah,yakni :

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

1.5.1 General Shear Failure


 Kondisi kesetimbangan plastis terjadi penuh di
atas failure plane.
 Muka tanah di sekitar mengembang (naik).
 Keruntuhan (slip) terjadi di satu sisi sehingga
pondasi miring.

Gambar 1. General shear failure  Terjadi pada tanah dengan kompresibilitas rendah
(padat atau kaku).
Sumber Braja M Das (Principles of
Foundation Engineering) hal.122  Kapasitas ultimate (qult) bisa diamati dengan baik.

1.5.2 Local Shear Failure


 Permukaan tanah di sekitar kurang berarti
pengembangannya karena cukup besar desakan ke
bawah pondasi.
 Kondisi kesetimbangan plastis hanya terjadi pada
sebagian tanah saja.
 Miring pada pondasi diperkirakan tidak akan
Gambar 2. Local shear failure terjadi.
Sumber Braja M Das (Principles of  Kapasitas ultimate (qult) sulit dipastikan sehingga
Foundation Engineering) hal.122 sulit dianalisis, hanya bisa dibatasi settlementnya
saja.

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

1.5.3 Punching Shear Faliure


 Terjadi jika terdapat desakan pada tanah di bawah
pondasi yang disertai pergeseran arah vertikal
disepanjang tepi.
 Tidak terjadi kemiringan dan pengangkatan pada
permukaan tanah.
 Penurunan relatif besar.
Gambar 3. Punching shear  Terjadi pada tanah dengan kompresibilitas tinggi
failure
dan kompresibilitas rendah jika pondasi agak
Sumber Braja M Das dalam.
(Principles of Foundation
Engineering) hal.122  Kapasitas ultimit (qult) tidak bisa dipastikan.

1.6 Keruntuhan Secara Umum ditinjau dari Komprebilitasnya dan Kedalaman Pondasi
Relatif Terhadap Lebarnya.
Analisis kapasitas dukung didasarkan pada kondisi general shear failure, gaya-gaya
yang bekerja dapat dianalisis.

Gambar 4. Bearing Capacity Failure under a rough rigid continuous (strip) foundation

Sumber Braja M Das (Principles of Foundation Engineering) hal.125

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

Gambar di atas adalah mekanisme keruntuhan untuk pondasi menerus dengan lebar b
dan panjang tak terbatas,memikul suatu tekanan merata (qult) di atas permukaan tanah yang
homogen dan isotropik. Parameter kekuatan geser tanah adalah c dan φ tetapi berat isi tanah
diasumsikan sama dengan nol. Pondasi akan tertekan kebawah dan menghasilkan suatu
kesetimbangan plastis dalam bentuk zona segi tiga dibawah pondasi dengan sudut ABC =
BAC = 450 + φ/2.
Gerakan bagian tanah ABC ke bawah mendorong tanah di sampingnya ke samping.
Zona Rankine pasif ADE ke bawah terbentuk dengan sudut
DEA = GFB = 450 - φ/2.
Transisi antara gerakan kebawah bagian ABC dan gerakan lateral bagian ADE dan BGF
akan terjadi di sepanjang zona geser radial ACD dan BCG. Kesetimbangan plastis akan
terjadi pada permukaan EDCGF sedangkan sisa tanah lainnya berada dalam kesetimbangan
elastis. Biasanya pondasi tidak diletakkan pada permukaan tanah, dalam praktek
diasumsikan kenaikan geser tanah antara permukaan dan kedalaman Df diabaikan, tanah
tersebut hanya diperhitungkan sebagai beban yang menambah tekan merata q pada elevasi
pondasi, hal ini disebabkan tanah di atas elevasi pondasi biasanya lebih lemah, khususnya
jika diurung, dari pada tanah di tempat yang lebih dalam. Dengan menggunakan analisis
keseimbangan, Terzaghi menyatakan kapasitas dukung batas :
qu = cNc + qNq + ½ γBNγ untuk pondasi jalur (1. 1)
qu = 1.3cNc + qNq + 0.4 γBNγ untuk pondasi square (1. 2)
qu = 1.3cNc + qNq + 0.3 γBNγ untuk pondasi lingkaran (1. 3)
dimana c = kohesi dan γ = berat isi tanah
B = lebar atau diameter pondasi
q = γ Df (1. 4)

Nc, Nq, Nγ = faktor kapasitas dukung (tak berdimensi) sebagai fungsi sudut geser (friksi) .
(Tabel 1)

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

 
 e 2 ( 3  / 4  / 2 ) tan  
N c  cot    1 (1. 5)
 2 cos 2      
  4 2  
e 2 ( 3 / 4 / 2 ) tan 
Nq  (1. 6)
  
2 cos 2   
 4 2
1  K p 
N     1 tan 
2  cos 2  
(1. 7)

Dimana Kpᵞ= koefisien tekanan pasif


Untuk pola keruntuhan lokal, Terzaghi mengusulkan :
qu = 2/3cN’c + qN’q + ½γ BN’γ  pondasi jalur (1. 8)
qu = 0.867cN’c + qN’q + 0.4γBN’γ  pondasi square (1. 9)
qu = 0.867cN’c + qN’q + 0.3γBN’γ  pondasi lingkaran (1. 10)
Sumber Braja M Das (Principles of Foundation Engineering) hal.126

Dimana N’c ,N’q, N’γᵞadalah faktor daya dukung modified, dapat dihitung dengan
menggunakan rumus untuk Nc,Nq, Nγ (mengganti  dengan ’ = tan-1(2/3 tan ). Local shear
failure dapat terjadi untuk nilai φ ‹ 300. Untuk pondasi bentuk lainnya, caranya sama dengan
mencari qult. Teori ini didasarkan dari teori Terzaghi.
Catatan :
 Untuk keamanan besar digunakan rumus local shear failure, kapasitas dukung lebih
rendah, settlement tidak perlu dihitung.
 Untuk lebih realistis setelah pengecekan terhadap qult (general shear failure), pondasi perlu
dicek terhadap settlement (hasil Laboratorium).
 Dapat juga hasil Laboratorium dibandingkan dengan uji lapngan (SPR atau CPT). Hasil qult
Laboratorium biasanya lebih besar dari qult lapangan (pendekatan). Mengapa hasil qult

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

lapangan nilai lebih rendah? Teorinya hanya sederhana yaitu tanah dibagi menjadi tanah
kohesif dan non-kohesif.
 Kondisi khusus, pada tanah non-kohesif c = 0 maka qult = q Nq + ½ b γ Nγ
a) Pada tanah kohesif φ = 0 maka Nc = 5.7 Nq = 1 Nγ = 0, qult = 5.7 c + q
b) Pondasi pada permukaan tanah Df = 0 maka qult = c Nc + ½ B γ Nγ
c) Nq = ℮π tan φ tan2 (450 + φ/2)
d) Nc = (Nq – 1) cot φ

Perlu diketahui bahwa hasil – hasil perhitungan kapasitas dukung sangat peka terhadap
nilai – nilai asumsi parameter kekuatan geser terutama untuk nilai φ yang tinggi. Akibatnya
perlu dipertimbangkan keakuratan parameter-parameter kekuatan geser yang digunakan.
Beberapa alasan mengapa data hasil lab perlu ditinjau (jangan dipercaya langsung) :
 Tingkat ketergantungannya.
 Kondisi lapangan apa cukup baik.
 Kondisi struktur tanah sampel tidak dapat mewakili.
 Kalau terdapat kerikil dalam sampel, kerikil dibuang sehingga mungkin kapasitas dukung
lapangan lebih besar dari Laboratorium.

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

Tabel 1. Bearing Capacity Factors

 Nc Nq Nγ  Nc Nq Nγ

0 5.14 1.00 0.00 26 22.25 11.85 12.54

1 5.38 1.09 0.07 27 23.94 13.20 14.47

2 5.63 1.20 0.15 28 25.80 14.72 16.72

3 5.90 1.31 0.24 29 27.86 16.44 19.34

4 6.19 1.43 0.34 30 30.14 18.40 22.40

5 6.49 1.57 0.45 31 32.67 20.63 25.99

6 6.81 1.72 0.57 32 35.49 23.18 30.22

7 7.16 1.88 0.71 33 38.64 26.09 35.19

8 7.53 2.06 0.86 34 42.16 29.44 41.06

9 7.92 2.25 1.03 35 46.12 33.30 48.03

10 8.35 2.47 1.22 36 50.59 37.75 56.31

11 8.80 2.71 1.44 37 55.63 42.92 66.19

12 9.28 2.97 1.69 38 61.35 48.93 78.03

13 9.81 3.26 1.97 39 67.87 55.96 92.25

14 10.37 3.59 2.29 40 75.31 64.20 109.41

15 10.98 3.94 2.65 41 83.86 73.90 130.22

16 11.63 4.34 3.06 42 93.71 85.38 155.55

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

17 12.34 4.77 3.53 43 105.11 99.02 186.54

18 13.10 5.26 4.07 44 118.37 115.31 224.64

19 13.93 5.80 4.68 45 133.88 134.88 271.76

20 14.83 6.40 5.39 46 152.10 158.51 330.35

21 15.82 7.07 6.20 47 173.64 187.21 403.67

22 16.88 7.82 7.13 48 199.26 222.31 496.01

23 18.05 8.66 8.20 49 229.93 265.51 613.16

24 19.32 9.60 9.44 50 266.89 319.07 762.89

25 20.72 10.66 10.88

* After Vesic (1973)

Sumber : Braja M. Das, General Bearing Equation

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

Tabel 2 Terzaghi’s Modified Bearing Capacity Factors

Sumber Braja M Das (Principles of Foundation Engineering) hal. 128

1.7 Persamaan Umum Daya Dukung


Persamaan sebelumnya tidak memperhitungkan pondasi persegi (0 < B / L<1) juga
tahanan - tahanan geser sepanjang permukaan runtuh pada tanah di atas dasar pondasi. Beban
pondasi pun mungkin miring (inklinasi). Maka, Meyerhof (1963) menyarankan persamaan
berikut :
qu=cNcFcsFcdFci + qNqFqsFqdFqi +1/2 γBNγFγsFγdFγI (1.11)
Dimana : c = kohesi

q = tegangan efektif pada level dasar pondasi

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

γ = berat isi tanah

B = lebar pondasi

Fcs, Fqs , Fγs = Faktor bentuk

Fcd, Fqd , Fγd = Faktor kedalaman

Fci, Fqi , Fγi = Faktor inklinasi beban

Nc, Nq , Nγ = Faktor daya dukung

Persamaan dasar diturunkan dari kasus plane strain (pondasi menerus). Terzaghi
menganggap α mendekati Ø. Kenyataan empiris, α  45o + Ø/2, sehingga dikoreksi
menjadi :

 
N q  tan 2  45  e tan  (1.12) (Reissner, 1924)
 2

N c  ( N q  1) cot  (1.13) (Prandtl, 1921)

N  2( N q  1) tan  (1.14)(Caquor & Kerisel, 1953 and Vesic, 1973 )

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

Tabel 3. Terzaghi’s Bearing Capacity Factors

 Nc Nq Nγ  Nc Nq Nγ

0 5.70 1.00 0.00 26 27.09 14.21 9.84

1 6.00 1.10 0.01 27 29.24 15.90 11.60

2 6.30 1.22 0.04 28 31.16 17.81 16.72

3 6.62 1.35 0.05 29 34.24 19.98 16.18

4 6.97 1.49 0.10 30 37.16 22.46 19.13

5 7.34 1.64 0.14 31 40.41 25.28 22.65

6 7.73 1.81 0.20 32 44.04 28.52 26.87

7 8.15 2.00 0.27 33 48.09 32.23 31.94

8 8.60 2.21 0.35 34 52.64 36.50 38.04

9 9.09 2.44 0.44 35 57.75 41.44 45.41

10 9.61 2.69 0.56 36 63.53 47.16 54.36

11 10.16 2.98 0.69 37 70.01 53.80 65.27

12 10.76 3.29 0.85 38 77.50 61.55 78.61

13 11.41 3.63 1.04 39 85.97 70.61 95.03

14 12.11 4.02 1.26 40 95.66 81.27 115.31

15 12.86 4.45 1.52 41 106.81 93.85 140.51

16 13.68 4.92 1.82 42 119.67 108.75 171.99

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

17 14.60 5.45 2.18 43 134.58 126.50 211.56

18 15.12 6.04 2.59 44 151.95 147.74 261.60

19 16.56 6.70 3.07 45 172.28 173.28 325.34

20 17.69 7.44 3.64 46 196.22 204.19 407.11

21 18.92 8.26 4.31 47 224.55 241.80 512.84

22 20.27 9.19 5.09 48 258.28 287.85 650.67

23 21.75 10.23 6.00 49 298.71 344.63 831.99

24 23.36 11.40 7.08 50 347.50 415.14 1072.80

25 25.13 12.72 8.34

* Kumbhojkar (1993)

Sumber : Braja M. Das, General Bearing Equation

1.8 Pengaruh Air Terhadap Kapasitas Dukung Tanah


Air dapat mengurangi kapasitas dukung tanah hingga ½ nya (Terzaghi), untuk pasir
pendapat ini terlalu kecil dan untuk lempung pendapat ini terlalu besar. Berdasarkan elevasi
MAT terhadap pondasi nilai qult menjadi :
0 < D1<Df

q = D1 γb + D2 γ’ (1.15)

qult= c Nc + q Nq + ½ b γ’ Nγ (1.16)
γ’ = γsat - γw (1.17) Gambar 5. Bearing capacity equations for
water
D1 > Df,0< d < b Sumber Braja M Das (Principles of
Foundation Engineering) hal. 131

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

q = Df.γ (1.18)
qult= c Nc + q Nq + ½ b γ Nγ (1.19)
γ = 1/b [γ.d + γ’ (b-d)] (1.20)
γ’ = γsat - γw (1.21)
d>b Tidak ada pengaruh air.
Sebenarnya perlu juga koreksi nilai φ dan c senilai γ akibat adanya M.A.T. namun
dilapangan didapat nilai φ dan c terlemah.

1.9 Definisi Faktor Keamanan (FS)


Nilai FS tidak ada batasannya,namun karna banyak ketidakpastian nilai φ dan c, maka
secara umum FS diambil minimum = 3 dengan pertimbangan tanah tidak homogen, dan tidak
isotropis. Tiga definisi kapasitas dukung izin pada pondasi dangkal:
1.9.1 Gross Allowable Bearing Capacity.
qall = qult / FS
Diharapkan tidak akan terjadi kegagalan bearing capacity (bukan kegagalan
settlement), beban yang bekerja pada pondasi :
 Beban Hidup (WL)
 Beban Mati ( WD )
 Berat sendiri pondasi ( WS )
 Berat tanah di atas pondasi ( WS )

( WS + WD + WF + WS ) ≤ qall
(1.22)
A

1.9.2 Net Allowable Bearing Capacity.


Beban tambahan yang di ijinkan persatuan luas selain berat sendiri tanah (tegangan
yang telah ada) pada level dasar pondasi
qult (NET) = qult – q
qall (NET ) / FS

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

Dalam praktek qall (NET) digunakan terhadap beban bangun diatas saja, berat pondasi
dan tanah diatasnya dianggap berat tanah saja.
( WL + WD ) ≤ qall (NET)
(1.23)
A
Secara teoritis jika Wbangunan = Wtanah yang digali, maka penurunan tidak terjadi.

1.9.3 Gross Allowable Bearing Capacity (rarely)


Dengan faktor aman pada kuat geser tanah hanya untuk memuaskan dan jarang
digunakan
Cd = C / FS (1.24)
Tan φ d = tan φ / FS (1.25)
qall = Cd Nc + q Nq + ½ by Nγ (1.26)
FS pada penyelesaian ini antara 2-3 kira – kira sama dengan hasil SF 3-4 untuk dua
metode sebelumnya.
Catatan :
 qult belum memperhatikan settlement, jari FS biasa 4,5,…. Untuk Mengcover
settlement.
 Jika menggunakan rumus qult settlement yang terjadi 5-25 % x b untuk tanah
pasir dan 3 – 15 % pada tanah lempung. Pondasi mat / raft memiliki settlement
relatif besar karena b besar.

1.10 Penurunan Pada Tanah


Penambahan beban di atas suatu permukaan tanah dapat menyebabkan lapisan tanah
di bawahnya mengalami pemampatan. Pemampatan tersebut disebabkan oleh adanya
deformasi partikel tanah, relokasi tanah, keluarnya air atau udara dari dalam pori. Secara
umum, penurunan pada tanah yang disebabkan oleh pembebanan yaitu :
1. Penurunan Konsolidasi (Consolidation Settlement), yang merupakan hasil dari penurunan
volume tanah jenuh air sebagai akibat dari keluarnya air yang menempati pori-pori tanah.

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

𝐶𝑠𝐻 𝑃𝑜+ ∆𝑃
𝑆𝑐 = 1+𝑒
log 𝑃𝑜 (1.27)

2. Penurunan Segera (immediate Settlement), yang merupakan akibat dari deformasi elastik
tanah kering, basah, dan jenuh air tanpa adanya perubahan kadar air. Perhitungan
penurunan segera umumnya didasarkan pada penurunan yang diturunkan dari teori
elastisitas.
(1.28)

1.11 Pondasi Dengan Beban Eksentris


Selain mendapat beban vertikal, Pondasi juga menderita Momen, sehingga distribusi
tekanan pada tanah akibat pondasi, tidak seragam. Maka, distribusi tekanannya adalah :

(1.29)

(1.30)

Gambar 6. Eccentrically load foundations

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

Sumber Braja M Das (Principles of Foundation Engineering) hal. 146

Dimana : Q = Beban Vertikal Total


M = Momen Pada Pondasi

Meyerhof (1953) menyarankan cara menghitung FS pada Pondasi yang mengalami


Pembebanan seperti ini, yang diketahui sebagai ‘Cara Luas Efektif’.
1. Jarak e adalah eksentrisitas

(1.31)

(1.32)

Dan,

(1.33)

2. Menghitung Dimensi Efektif Pondasi


B’ = lebar efektif = 6 – 2e
L’ = panjang efektif = L
Jika e pada arah panjang, maka L’ = L – 2e, B’ = B. nilai B yang terkecil dari
keduanya adalah lebar efektif pondasi.

1.12 Langkah Kerja Perhitungan


a. Menentukan nilai dimensi Df dan B dengan coba-coba
b. Menghitung nilai qu
qult = c’ Nc Fcs Fcd Fci + qNq Fqs Fqd Fqi + ½γBNγFγsFγdFγi
dimana,
Nc,Nq, Nγ =Diperoleh dari tabel factor daya dukung tanah Terzaghi

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

1.12.1 Bentuk

1.12.2 Kedalaman Ø > 1 dan

1.12.3 Inklinasi

1.12.4 Menghitung qmaks

1.12.5 Menentukan nilai Faktor Keamanan

1.12.6 Menghitung Penurunan yang terjadi pada pondasi


Penurunan Segera

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

Dimana,

μ = Diperoleh dari tabel angka poisson

α = Diperoleh dari tabel faktor pengaruh untuk pondasi kaku

Es = Diperoleh dari tabel perkiraan Modulus Elastisitas

Penurunan Konsolidasi

Dimana,

Maka, Penurunan total yang terjadi yaitu : S = Si + Sc

Penurunan yang diizinkan (Sijin) yaitu ≤ 1 inci (2,54 cm), dimensi pondasi diperbesar
jika penurunan yang terjadi melebuhi penurunan yang diizinkan.

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

Tabel 4. Perkiraan Angka Poison ( μ )

Macam Tanah μ

Lempung Jenuh 0,4 - 0,5

Lempung Tak Jenuh 0,1 – 0,3

Lempung Berpasir 0,2 – 0,3

Lanau 0,3 – 0,35

Pasir Padat 0,2 – 0,4

Pasir Kasar ( angka pori, e = 0,4 – 0,7) 0,15

Pasir Halus ( angka pori, e = 0,4 – 0,7 ) 0,25

Batu ( agak tergantung dari macamnya ) 0,1 – 0,4

Loess 0,1 – 0,3

Sumber: Teknik Pondasi I, Hary Christady Hardiyatmo

Tabel 5. Faktor Pengaruh Ip dan Im

Bentuk Pondasi Fleksibel Kaku

Pusat Sudut Rata - rata Ip Im

Lingkaran 1,00 0,64 0,85 0,88

Bujur Sangkar 1,12 0,36 0,95 0,82 3,70

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

Empat Persegi Panjang

L/B = 1,5 1,36 0,68 1,20 1,06 4,12

2,0 1,53 0,77 1,31 1,20 4,38

5,0 2,10 1,05 1,83 1,70 4,82

10,0 2,52 1,26 2,25 2,10 4,93

100,0 3,38 1,69 2,96 3,40 5,06

Sumber : Teknik Pondasi I, Hary Christady Hardiyatmo

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016


Rekayasa Pondasi I Civil Engineering’16

Tabel 6. Perkiraan Modulus Elastisitas

Jenis Tanah E ( kN/m2 )

Lempung

Sangat Lunak 300 – 3000

Lunak 2000 – 4000

Sedang 4500 – 9000

Keras 7000 – 20000

Berpasir 30000 – 42500

Pasir

Berlanau 5000 – 20000

tidak padat 10000 – 25000

padat 50000 - 100000

Pasir dan Kerikil

Padat 80000 - 200000

Tidak padat 50000 - 140000

Lanau 200 – 20000

Loess 15000 – 60000

Serpih 140000 - 1400000

Sumber : Teknik Pondasi I, Hary Christady Hardiyatmo

SETYO AJI IMAM MALIKI / F 111 16 016

Anda mungkin juga menyukai