Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik
dan hidayah-Nya, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat
Banyak hal yang penulis dapatkan pada praktek kerja lapangan ini. Bukan
hanya ilmu tentang instrumentasi, tetapi juga wawasan mengenai dunia kerja dan
industri. Terselesaikannya laporan praktek kerja lapangan ini juga bukan tanpa
bantuan dari orang lain. Karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Allah SWT, atas nikmat serta kasih yang tak pernah surut dari-Nya
2. Tauladan kita, Nabi Muhammad SAW
3. Ayah dan Bunda yang selalu memberi support dan doa yang tak henti-
hentinya di panjatkan untuk penulis hingga dapat menyelesaikan tulisan
ini dengan baik.
4. Saudara-saudara kandung penulis yang senang tiasa memanjatkan doa
untuk penulis.
5. Pak Iwa selaku pihak HRD yang mengurus perihal Kerja Praktek.
6. Bapak Tukolip ST selaku section head di Lube Oil Complec I PT.
PERTAMINA (Persero) RU IV Cilacap
7. Bapak Mardi Ismana ST selaku pembimbing utama kerja praktek di Lube
Oil Complec I PT. PERTAMINA (Persero) RU IV Cilacap
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan.......................................................................................................... 2
Kata Pengantar ................................................................................................................. 3
Daftar Isi ............................................................................................................................ 5
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 7
Latar Belakang Masalah.................................................................................................. 7
Tujuan ............................................................................................................................. 8
Manfaat ........................................................................................................................... 8
BAB V PENUTUP........................................................................................................... 35
Kesimpulan ................................................................................................................... 35
Saran ............................................................................................................................. 35
BAB I
PENDAHULUAN
perpindahan panas. Perpindahan panas yang berlangsung terjadi akibat adanya perbedaan
temperatur antar media dengan sistem. Heat exchanger atau alat penukar panas
merupakan alat pendukung proses yang mempunyai peranan penting dalam usaha
penghematan atau efisiensi energi atau panas dalam suatu proses kimia.
Apabila heat exchanger telah digunakan dalam waktu yang lama, maka akan ada
endapan atau deposit di dalam dan di luar pipa yang akan menambah tahanan transfer
panas. Penambahan ini mengurangi nilai dari koefisien transfer panas dan panas yang
Pada Heat Exchanger yang ditinjau pada unit 22 (PDU I) yaitu HE 220 E-9 AB
merupakan jenis shell and tube heat exchanger. Pada HE 220 E-9 AB , terjadi pertukaran
panas antara hot oil dan asphalt mix (propane asphalt), dimana asphalt mix dipanaskan
dengan hot oil sebagai media pemanasnya.Asphalt mix yang berasal dari bottom Rotating
Disc Contactor (RDC) 220 C - 1 berada di tube side dan dipanaskan dengan hot oil
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi hanya dapat diubah
bentuknya dari suatu bentuk ke bentuk yang lain atau dapat dipindahkan dari satu tempat
ke tempat yang lain. Salah satu bentuk energi adalah panas. Dalam suatu proses, panas
dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu zat atau perubahan tekanan, reaksi
kimia, dan kelistrikan.
Heat Exchanger (penukar kalor) adalah alat untuk memindahkan energi dalam
bentuk panas anatara dua fluida yang berbeda temperaturnya, dimana fluida yang
memiliki suhu lebih tinggi akan memberikan panasnya pada fluida yang lebih rendah
suhunya. Fluida yang bertukaran energi dapat berupa fluida yang sama fasanya (cair ke
cair atau gas ke gas) atau dua fluida yang berbeda fasanya.
Alat penukar kalor sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dari keseluruhan
rangkaian proses pada suatu industri. Apabila terjadi kegagalan operasi pada peralatan ini
baik mekanikal maupun operasional dapat menyebabkan berhentinya unit operasi.Selain
itu dalam suatu kilang minyak, proses pertukaranpanas sangat penting dalam rangka
energi konservasi, keperluan proses, persyaratan keamanan dan perlindungan terhadap
lingkungan. Maka suatu alat penukar kalor (Heat Exchanger) dituntut untuk memiliki
kinerja yang baik agar diperoleh hasil yang maksimal serta dapat menunjang penuh
terhadap suatu unit operasi.
Perpindahan panas dapat berlangsung melalui tiga cara yaitu :
1. Perpindahan panas secara konduksi
Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling berdekatan
antara yang satu dengan yang lain dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul
tersebut secara fisik. Molekul-molekul benda yang panas bergetar lebih cepat
dibandingkan dengan molekul-molekul benda yang bergetar dalam keadaan dingin.
Getaran-getaran yang cepat ini tenaganya dilimpahkan kepada molekul di sekelilingnya
sehingga menyebabkan getaran yang lebih cepat maka akan memberikan panas.
Alat perpindahan panas banyak digunakan untuk berbagai proses dalam industri,
alat ini berfungsi untuk memindahkan panas antara 2 fluida dimana fluida yang memiliki
suhu lebih tinggi akan memberikan panasnya pada fluida yang lebih rendah suhunya.
Tujuan perpindahan panas tersebut di dalam proses industri diantaranya adalah:
a). Memanaskan atau mendinginkan fludia hingga mencapai temperatur tententu yang
dapat memebuhi persyaratan untuk proses selanjutnya, seperti pemanasan reaktan,
pendinginan produk dan lain- lain.
b). Mengubah keadaan (fase) fludia : destilasi, evaporasi, kondesasi, dan lain- lain.
Pada penggunaan danfungsinya, alat perpindahan panas memiliki sebutan yang
berbeda-beda antara lain: pemanas (heater), pendingin (cooler), pengembun (condensor),
reboiler, chiller, dan lain-lain.
2.4.1 Tube
Diameter dalam tube merupakan diameter dalam aktual dalam ukuran inchi,
dengan toleransi yang sangat tepat.Tube dapat diubah dari berbagai jenis logam, seperti
besi, tembaga, muniz metal, perunggu, 70-30 tembaga-nikel, aluminium perunggu,
aluminium dan stainless steel.Ukuran ketebalan pipa berbeda-beda dan dinyatakan dalam
bilangan yang disebut Birmingham Wire Gage (BWG). Ukuran pipa yang secara umum
digunakan biasanya mengikuti ukuran-ukuran yang telah baku. Semakin besar bilangan
BWG, maka semakin tipis tubenya.
Lubang-lubang pipa pada penampang shell dan tube tidak disusun secara begitu
saja namun mengikuti aturan tertentu. Jumlah pipa dan ukurannya harus disesuaikan
dengan ukuran shell-nya, ketentuan ini mengikuti aturan baku dan lubang-lubang pipa
disusun berbentuk persegi atau segituga. Bentuk susunan lubang-lubang pipa secara
persegi dan segitiga ini disebut sebagai tube pitch.
Jenis-jenis tube pitch yang utama adalah :
Square pitch
Triangular pitch
Square pitch rotated
Triangular pitch with cleaning lanes
2.4.2 Shell
Biasanya, shell berbentuk bulat memanjang (silinder) yang berisi tube bundle
sekaligus sebagai wadah mengalirkan zat atau fluida.Untuk kemungkinan korosi, tebal
shell sering diberi kelebihan 1/8 in. Pembagian tipe shell dibagi berdasarkan front-end
stationary hea type, shell type, dan rear head type.
2.4.3 Baffle
Baffle merupakan bagian yang penting dari alat penukar panas. Kondisi
kecepatan aliran baik dalam shell maupun tube dapat diatur oleh baffle. Fungsi baffle ini
adalah untuk membuat aliran turbulen sehingga perpindahan panas menjadi lebih baik,
dimana harga koefisien perpindahan panas yang didapat besar. Luas baffle + 75% dari
penampungan shell. Spasi antar baffle tidak lebih dekat dari 1/5 diameter shell karena
apabila terlalu dekat akan didapat kehilangan tekanan yang besar.
Untuk tipe counter current flow ini memberikan panas yang lebih baik bila
dibandingkan dengan aliran searah atau paralel. Sedangkan pass (lintasan) juga
berpengaruh terhadap efektifitas dari alat penukar panas yang digunakan.
Pressure drop
Peletakan fluida dalam tube akan lebih mudah dalam pengkalkulasian
pressure drop.
Dalam penggunaan alat-alat perpindahan panas tersebut, ada dua hal yang perlu
diperhatikan dan ditetapkan batasnya yaitu:
a. Hal yang berkaitan dengan kemampuan alat untuk mengalihkan panas dari fluida
dingin lewat dinding tube.
b. Hal yang berkaitan dengan penurunan tekanan yang terjadi pada masing-masing
fluida ketika mengalir melalui alat tersebut.
Suatu alat perpindahan panas dinilai mampu berfungsi dengan baik dalam
penggunaannya apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Mampu memindahakan panas sesuai dengan kebutuhan proses operasi dalam
keadaan kotor (fouling factor atau Rd). Rd adalah gabungan maksimum terhadap
perpindahan panas yang diperlukan oleh kotoran yang menempel pada bagian permukaan
dinding shell dan tube apabila tidak dibersihkan akan mengurangi perpindahan panas
yang terjadi.
Penurunan tekanan yang terjadi pada masing-masing aliran berbeda dalam batas-
batas yang diijinkan, yaitu:
Untuk aliran uap dan gas : ∆P tidak melebihi 0,5-2,0 psi
Untuk aliran cairan : ∆P tidak melebihi 5-10 psi
Kedua ketentuan tersebut harus diperhatikan baik dalam melaksanakan evaluasi
maupun analisis performance suatu alat perpindahan panas.
𝑄
UD = ( )
𝐴 . ∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷
3. Heat balance
Bila panas yang diterima fluida lebih kecil daripada panas yang dilepaskan fluida
panas berarti panas yang hilang lebih besar dan ini mengurangi performance suatu
Heat Exchanger.
4. Fouling factor
Rd atau Fouling factor merupakan resistance dan heat exchanger yang
dimaksudkan untuk mereduksi korosifitas akibat dari interaksi antara fluida dengan
dinding pipa heat exchanger, tetapi setelah digunakan beberapa lama Rd akan
mengalami akumulasi (deposited), hal ini tidak baik untuk Heat Exchanger karena
Rd yang besar akan menghambat laju perpindahan panas antara hot fluid dan cold
fluid.
Jika fouling tidak dapat dicegah, dibutuhkan pembersihan secara periodik.
Beberapa cara pembersihan yaitu secara kimia contohnya pembersihan endapan
karbonat dan klorinasi, secara mekanis contohnya dengan mengikis atau penyikatan
dan dengan penyemprotan semprotan air dengan kecepatan sangat
tinggi.Pembersihan ini membutuhkan waktu yang tidak singkat sehingga terkadang
operasi produksi harus dihentikan.
𝑈𝑐 − 𝑈𝑑
Rd =
𝑈𝑐 𝑥 𝑈𝑑
𝐿𝑁𝑝 𝐺𝑡 2
∆𝑃 = 4𝑓
𝑑𝑖 2𝜌
Dimana
Gt = laju aliran massa per satuaan luas dalam tube.
BAB III
METODOLOGI
Q = W . Cp . (T1-T2)
Dimana:
Q= Jumlah panas yang dipindahkan (Btu/hr)
W= Laju alir (lbm/hr)
Cp= Specific heat fluida (Btu/lb0F)
t= Perbedaan temperatur yang masuk dan keluar ( 0F)
3.2.2 Menghitung Log Mean Temperature Difference (LMTD)
Aliran fluida masuk ke 23 E-5B dengan sistim counter current flow.
T1 = o F Hot Oil
T2 = o F
t2 = o F
t1 = o F
Asphalt Mix
t 2 T1 t 2 t 1 T2 t 1
t 2 t 1
LMTD
ln t 2 / t 1
(𝑇1 − 𝑡2 )−(𝑇2 − 𝑡1 )
LMTD = (𝑇 − 𝑡 )
𝑙𝑛 (𝑇1 − 𝑡 2)
2 1
Dengan :
t1= Beda temperatur yang rendah (0F)
t2= Beda temperatur yang tinggi (0F)
Tc = T2 + Fc (T1 – T2)
Keterangan :
Tc = Temperatur kalorik dalam shell ( 0F )
Fc = Friction Factor
Keterangan :
Tc = Temperatur kalorik dalam shell ( 0F )
Fc = Friction Factor
a. Pada Shell
𝐼𝐷 𝑥 𝐶 𝑥 𝐵
as =
144 x Pt
Dengan :
as= Luas Penampang shell (ft2)
ID= Inside diameter shell (in)
b. Pada Tube
𝑁𝑡 x 𝑎′ 𝑡2
at =
144 x n
Dengan :
at = Luas Permukaan tube (ft2)
Nt = Jumlah Tube side
a’t = Luas bagian di tube tiap passnya (inc2)
n = Jumlah Pass
Dimana:
Gs = Massa velocity per cross section area shell side (lb/hr ft2)
Ws = Massa flow pada shell side (lb/hr)
as = Flow area shell side (ft2)
3.2.6 Menghitung Bilangan Reynold (Re)
𝐷𝑒 𝑥 𝐺𝑠
Res =
𝜇
Dimana:
Res = Bilangan Reynold fluida dalam shell
De = Diameter ekuivalent shell side
Gs = Massa velocity per cross section area shell side (lb/hr ft2)
µ = Viscocity fluida shell side pada temperatur Tc (lb/hr ft)
Dimana :
hio = Koreksi koefisien perpindahan panas (Btu/ hr.ft2 .0F)
φ = Viskositas rasio fluida dalam shell / tube
Dimana:
hio = Koefisien perpindahan panas konveksi inside (Btu/hr ft2 °F)
ho = Koefisien perpindahan panas konveksi outside (Btu/hr ft2 °F)
Dimana
ΔT = LMTD terkoreksi (°F)
A = Luas permukaan perpindahan panas (ft2)
Harga A dapat diketahui melalui data desain atau dengan rumus:
A = a”. L . N
Dimana:
N = Jumlah tube
L = Panjang tube
a’’ = Luas permukaan luar tube (ft2/ft)
Dimana:
Rd = Dirt factor (hr ft2 °F/Btu)
Uc = Clean Overall Heat Transfer Coefficient (Btu/hr ft2 °F)
UD = Design Overall Heta Transfer Coefficient (Btu/hr ft2 °F)
3.2.13 Menghitung Pressure Drop (ΔP)
- Pada sisi shell:
𝑓 𝑥 𝐺𝑠2 𝑥 𝐷𝑠 𝑥 (𝑁+1)
ΔPs =
5,22 𝑥 1010 𝑥 𝐷𝑒 𝑥 𝑠 𝑥 𝜑𝑠
Dimana:
ΔPs = Pressure drop shell (psi)
F = Friction factor (ft2/in2)
S = Specific gravity
N+1 = Jumlah Cross
Ds = Diameter dalam shell (ft)
De = Diameter ekuivalent (ft)
𝑓 𝑥 𝐺𝑡 2 𝑥 𝐿 𝑥 𝑁
ΔPt =
5,22 𝑥 1010 𝑥 𝐷 𝑥 𝑠 𝑥 𝜑𝑡
4𝑛 𝑉2
ΔPr = .
𝑠 2.𝑔
Dimana:
ΔPt = Pressure drop tube (psi)
F = Friction factor (ft2/in2)
S = Specific gravity
D = Diameter dalam tube (ft)
L = Panjang tube
n = Jumlah lintasan tube (pass)
V = Velocity fps
ΔPT = Pressure drop total tube (psi)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Design Actual
Shell Tube Shell Tube
Flow Rate (lb/hr) 174.195 40.516,80 159.891,165 38.587,50
Inlet Shell Inlet Tube Inlet Shell Inlet Tube
608 236 554 104
Temperatur (°F)
Outlet Shell Outlet Tube Outlet Shell Outlet Tube
598 500 464 455
Rd (hr ft2°F/Btu) 0,0004 0,0010 0,278 0,278
ΔP (Kg/Cm2) 0,75 1,6 4,92 6,86
4.2 Pembahasan
Dari perhitungan dapat diketahui bahwa dirt factor (Rd) actual pada sisi shell HE
21 E-4 A/B/C/D (0,278 hr ft2°F/Btu), lebih besar daripada dirt factor (Rd) allowable
design pada sisi shell HE 21 E-4A/B/C/D yaitu (0,0004 hr ft2°F/Btu) dan (Rd) actual pada
sisi tube HE 21 E-4 A/B/C/D (0,278 hr ft2°F/Btu),lebih besar daripada dirt factor (Rd)
allowable design pada sisi tube HE 21 E-4A/B/C/D yaitu (0,0010 hr ft2°F/Btu) yang mana
menyebabkan Δt pada HE 21 E-4A/B/C/D menurun, sehingga perlu dibersihkan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan, sebagai berikut:
1. Harga Rd di shell dan tube dari hasil perhitungan adalah 0,278 hr ft2°F/Btu lebih
besar daripada harga Rd desain di shell dan tube yaitu 0,0004 dan 0,0010 hr
ft2°F/Btu
2. Pressure drop (ΔP) di shell dan tube dari hasil perhitungan 4,92 dan 6,86 kg/cm2,
lebih besar dari pressure drop di shell dan tube yang diizinkan yaitu 0,75 dan 1,6
kg/cm2.
3. Faktor kekotoran (Rd) di shell dan tube telah melebihi batas yang diizinkan
sehingga HE sebaiknya segera dibersihkan, namun harga pressure drop masih di
bawah pressure drop yang diizinkan sehingga HE masih dapat digunakan.
5.2 Saran
1. Untuk mendapatkan hasil pertukaran panas yang maksimal sebaiknya HE segera
dibersihkan.
2. Sebaiknya pembersihan HE dilakukan secara periodik dalam jangka waktu
tertentu.
Lampiran
Tav
T1 T2
2
Tav
554 464 o F 509F
2
Pada suhu 509 ºF, ºAPI 23,33 dari Fig. 4 DQ Kern (lampiran 1)
Perbedaan suhu ( Δt ) = T2 – T1
QHO Ws x Cp x Δt
= 9.641.437,25 Btu / hr
t av
t 1 t 2
2
t av
455 104 o F 279,5F
2
Pada suhu 279,5 ºF, º API = 1,128 dari Fig.4.DQ Kern (lampiran 1)
Perbedaan suhu ( Δt ) = T2 – T1
Q Asp W x Cp x Δt
T2 = 464 oF
t2 = 455 oF
t1 = 104 oF
Asphalt Mix
t 2 T1 t 2 = (554 – 455) ºF = 99 ºF
t 2 t 1
LMTD
ln t 2 / t 1
(99 360) o F
LMTD = 202,171 oF
ln (99 / 360) o F
Heat Exchanger 22 E-9 AB merupakan tipe counter current dengan 1 pass shell
T1 T2 (554 464)F
R = = = 0,256
t 2 t1 (445 104)F
t 2 t1 (351)F
S = = = 0,78
T1 t 1 (450)F
t c t1 360 o F
Dari 3,63 dan Kc = 0,52 Fig.17 DQ.Kern
t h t 2 99 o F
Tc = T2 + Fc (T1 – T2)
= 514,4 ºF
t c t
Dari 1 3,63 dan Kc =2 Fig.17 DQ.Kern (lampiran 4)
t h t 2
tc = t1 + Fc (t2 – t1)
= 279,5 ºF
4. Flow Area
n (jumlah pass) = 6
Dari Tabel 10 DQ. Kern (lampiran 5) didapat a’t (luas bagian tube
N t a' t
2
202 0,479 inc 2
at = = = 0,112 ft2
144 n 144 6
ws 159.891,165lb / hr
Gs 2
15.779,252lb / hr. ft 2
as 10,133 ft
(0,028 ft)
μ Asphalt = 4 Cst
= 8,905 lb/ft.hr
Untuk Ret = 2.630,898 dan L/D = 303,658 dari Fig 24 DQ.Kern (lampiran
13) didapat JH = 6
ho k 1/3
= JH . D . (Pr)
s e
JH = 6
K = 0,062 Btu / hr. ft 2 F / ft
Bilangan Prandtl (Pr) = 74,69
Diameter Dalam ( ID ) = 0,068 ft
hi k
= JH . . (Pr)1/3
t ID
= 23,038 Btu/hr.ft2.oF
h io h i ID
x OD
t t
ho / s
tw = t c + x (Tc – tc)
ho / s hio / t
= 0,802 lb / hr ft
0,14 0,14
0,5445lb / hr. ft
φs =
w 0,802 lb / hr. ft
= 0,947
= 37,8972 lb/ft.hr
0,14 0,14
8,905 lb / ft.hr
φt =
w 37,8972 lb / ft.hr
= 0,816
ho
= 34,854 Btu/hr ft ºF dan φs = 0,947
2
s
hi
= 23,038 Btu/hr ft ºF dan φt = 0,816
2
t
h io
= 18.874 Btu/hr ft ºF dan φt = 0,816
2
t
Maka didapat hio = 18.874 Btu/hr ft2 ºF x 0,816 = 15.401 Btu/hr ft2 ºF
ho = 36,968 Btu/hr ft 2 º F
= 10.871Btu/hr ft2 ºF
Adalah hantaran perpindahan panas heat exchanger menurut design atau heat
Diketahui :
A = N x L x a”
= 13.168,0614 ft2
QE
Ud =
A LMTD koreksi
7.042.990,5 Btu / hr
Ud =
13.168,0164 ft 2 198,127 º F
Uc Ud
Rd =
Uc Ud
= 12 x 303,658 ft / inc
= 3.643,896
Gs = 17.671,433 lb/hr.ft2
Ds = 19 inc = 1,583 ft
φs = 0,947
f G s Ds ( N 1)
2
Ps
5,22 1010 De S s
= 31,31 psi
= 4,92 kg/cm2
f Gt L n
2
Pt 10
5,22 10 Di S t
= 26,305 psi
4n V 2 62,5 4 6
∆Pr = psi = x 0,14psi
S 2g 144 0,92
= 18,19 psi
= 44,68 psi
= 44,68 x 0,0703 kg/cm2
= 12,86 kg/cm2