PENDAHULUAN
1
( seperti face mask, Laryngeal Mask Airway/LMA), (3) tehnik intubasi dan ekstubasi yang
benar, (4) rencana alternatif bila keadaan gawat darurat terjadi.
Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat darurat penting
dilakukan secara efektif dan efisien dan penatalaksanaan jalan nafas (airway management)
perlu dilakukan..
1.3. TUJUAN
2
BAB II
ISI
Ada dua gerbang untuk masuk ke jalan nafas pada manusia yaitu hidung yang menuju
nasofaring (pars nasalis), dan mulut yang menuju orofaring (pars oralis). Kedua bagian ini di
pisahkan oleh palatum pada bagian anteriornya, tapi kemudian bergabung di bagian posterior
dalam faring (gambar 1). Faring berbentuk U dengan struktur fibromuskuler yang memanjang
dari dasar tengkorak menuju kartilago krikoid pada jalan masuk ke esofagus. Bagian
depannya terbuka ke dalam rongga hidung, mulut, laring, nasofaring, orofaring dan
laringofaring (pars laryngeal). Nasofaring dipisahkan dari orofaring oleh garis imaginasi
mengarah ke posterior. Pada dasar lidah, secara fungsional epiglotis memisahkan orofaring
dari laringofaring (atau hipofaring). Epiglotis mencegah terjadinya aspirasi dengan menutup
glotis- gerbang laring- pada saat menelan. Laring adalah suatu rangka kartilago yang diikat
oleh ligamen dan otot. Laring disusun oleh 9 kartilago (gambar 2) : tiroid, krikoid, epiglotis,
dan (sepasang) aritenoid, kornikulata dan kuneiforme.
3
2.2. Pengertian Airway Management
Airway management ialah memastikan jalan napas terbuka. Tindakan paling penting
untuk keberhasilan resusitasi adalah segera melapangkan saluran pernapasan dengan tujuan
untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan
oksigenasi jaringan (American Society of Anesthesiologists, 2013).
Menurut Bingham (2008), airway management adalah prosedur medis yang dilakukan
untuk mencegah obstruksi jalan napas untuk memastikan jalur nafas terbuka antara paru-paru
pasien dan udara luar. Hal ini dilakukan dengan membuka jalan nafas atau mencegah
obstruksi jalan napas yang disebabkan oleh lidah, saluran udara itu sendiri, benda asing, atau
bahan dari tubuh sendiri, seperti darah dan cairan lambung yang teraspirasi.
4
Obstruksi jalan nafas berdasarkan penyebab:
Keadaan yang harus diwaspadai adalah :
a. Trauma
Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan, gantung diri, atau kasus
percobaan pembunuhan. Lokasi obstruksi biasanya terjadi di tulang rawan sekitar,
misalnya aritenoid, pita suara dll.
1. Trauma maksilofasial
Trauma pada wajah membutuhkan mekanisme pengelolaan airway
yang agresif. Contoh mekanisme penyebab cedera ini adalah
penumpang/pngemudi kendaraan yang tidak menggunakan sabuk pengaman
dan kemudian terlempar mengenai kaca depan dan dashboard. Trauma pada
daerah tengah wajah dapat menyebabkan fraktur-dislokasi dengan gangguan
pada nasofaring dan orofaring.
2. Trauma leher
Cedera tumpul atau tajam pada leher dapat menyebabkan kerusakan
pada laring atau trakhea yang kemudian meyebabkan sumbatan airway atau
perdarahan hebat pada sistem trakheobronkial sehingga sebegra memerlukan
airway definitif. Cedera leher dapat menyebabkan sumbatan airway parsial
karena kerusakan laring dan trakea atau penekanan pada airway akibat
perdarahan ke dalam jaringan lunak di leher.
3. Trauma laringeal
Meskipun fraktur laring merupakan cedera yang jarang terjadi, tetapi
hal ini daat menyebabkan sumbatan airway akut.
5
Benda asing di dalam trakea tidak dapat dikeluarkan, karena tersangkut di
dalam rima glotis dan akhirnya tersangkut dilaring dan menimbulkan gejala
obstruksi laring
Bronkus
Biasanya akan tersangkut pada bronkus kanan, oleh karena diameternya
lebih besar dan formasinya dilapisi oleh sekresi bronkhus.
LOOK:
Look untuk melihat apakah pasien agitasi/gelisah, mengalami penurunan kesadaran, atau
sianosis. Lihat juga apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan dan retraksi. Kaji
adanya deformitas maksilofasial, trauma leher trakea, dan debris jalan nafas seperti darah,
muntahan, dan gigi yang tanggal.
Kesadaran; “the talking patient” : pasien yang bisa bicara berarti airway bebas,
namun tetap perlu evaluasi berkala. Penurunan kesadaran memberi kesan adanya
hiperkarbia
Agitasi memberi kesan adanya hipoksia
Nafas cuping hidung
Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh kurangnya oksigenasi
dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku-kuku dan kulit sekitar mulut
Adanya retraksi dan penggunaan otot-otot napas tambahan yang merupakan bukti
adanya gangguan airway.
LISTEN:
Dengarkan suara nafas abnormal, seperti:
Snoring, akibat sumbatan sebagian jalan napas setinggi faring
Gurgling, (suara berkumur) menunjukkan adanya cairan/ benda asing
Stridor, dapat terjadi akibat sumbatan sebagian jalan napas jalan napas setinggi
larings (Stridor inspirasi) atau setinggi trakea (stridor ekspirasi)
Hoarseness, akibat sumbatan sebagian jalan napas setinggi faring
Afoni, pada pasien sadar merupakan petanda buruk, pasien yang membutuhkan
napas pendek untuk bicara menandakan telah terjadi gagal napas
6
FEEL:
Aliran udara dari mulut/ hidung
Posisi trakea terutama pada pasien trauma. Palpasi trakea untuk menentukan
apakah terjadi deviasi dari midline.
Palpasi apakah ada krepitasi
Ada tiga macam airway definitif, yaitu pipa oro tracheal, pipa naso tracheal, dan
airway surgical (Cricothyroidotomy).
1. Intubasi orotracheal
7
Pemasangan endotracheal tube (ETT) sebaiknya dilakukan oleh orang yg
berpengalaman, hal ini karena pemasangan harus dilakukan dalam waktu singkat agar
penderita tidak mengalami kekurangan oksigen akibat pemasangan yg terlalu lama.
2. Intubasi Nasotracheal
Intubasi nasotracheal adalah memasukkan pipa ETT kedalam trachea melalui hidung
penderita. Pemasangan pipa nasotracheal tanpa menggunakan alat bantu laringoskop, tetapi
dimasukkan secara manual dengan mengikuti irama nafas penderita. Oleh karena itu pipa
nasotracheal hanya dipasang pada penderita yg masih bernafas spontan. Pemasangan
nasotracheal tidak dianjurkan pada penderita dengan apnea, fraktur midface dan fraktur basis
cranii karena beresiko untuk masuk kedalam rongga tengkorak.
Apabila pemasangan intubasi gagal atau tidak bisa dilakukan (misalnya pada fraktur
mid face) maka tindakan alternatif yg dapat dilakukan adalah tindakan surgical. Tindakan
surgical yg dapat dilakukan dengan Cricothyroidotomy. Tindakan Cricothyroidotomy bagi
perawat hanya diperkenankan Needle Cricothyroidotomy yaitu penusukan jarum besar (IV
catheter no. 14) ke membrana krikotirodea untuk membuat jalan nafas dan melakukan
tindakan jet Ventilation. Tindakan ini merupakan tindakan sementara (maksimal 45 menit)
sebelum pemasangan tube Cricothyroidotomy oleh dokter. Tindakan jet Ventilation yg terlalu
lama mengakibatkan penumpukan CO² dalam tubuh penderita karena proses ekhalasi yg tidak
maksimal.
8
ASPEK LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN
9
yang merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi
sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu dari penulis.
6. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan
meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu penulis harus memiliki komitmen
menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.
7. Confidentiality (Kerahasiaan) penulis akan menjaga informasi Dokumentasi klien
tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan
peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus
dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa
tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda
tekecuali. Penulis menggunakan prinsip ini untuk memberikan jawaban kepada
otoritas yang lebih tinggi atas tindakan yang telah diberikan oleh penulis kepada
klien.
10
sebagai inti dari kegiatan yang dilakukan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian-
penelitian yang menunjang terhadap asuhan keperawatan, juga peningkatan pengetahuan dan
keterampilan serta sikap yang diperoleh melalui pendidikan dimana hal ini semua bertujuan
untuk keamanaan pemberian asuhan bagi pemberi pelayanan dan juga pasien selaku penerima
asuhan.
Berdasarkan undang-undang kesehatan yang diturunkan dalam Kepmenkes 1239 dan
Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010, terdapat beberapa hal yang berhubungan
dengan kegiatan keperawatan. Adapun kegiatan yang secara langsung dapat berhubungan
dengan aspek legalisasi keperawatan :
1. Proses Keperawatan
2. Tindakan keperawatan
3. Informed Consent
Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu
ditetapkan dengan jelas apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak terjadi
kesalahan dalam melakukan tugasnya serta memberikan suatu kepastian hukum,
perlindungan tenaga perawat. Hak dan kewajiban perawat ditentukan dalam Kepmenkes
1239/2001 dan Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor Y.M.00.03.2.6.956
Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga negara.
Setiap orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum untuk menanggung
denda atau hukuman penjara. Beberapa situasi yang perlu dihindari seorang perawat :
1. Kelalaian
Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan cara tidak
melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak melakukan tugas dengan
hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.
11
2. Pencurian
Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena mencuri.
Jika anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak berharga sekalipun
dapat dianggap sebagai pencurian.
3. Fitnah
Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan orang tersebut,
anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda menyatakan secara verbal
atau tertulis.
4. False imprisonment
enahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran hukum
atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan mengancam akan
melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga termasuk dalam false imprisonment.
Penyokong dan restrein harus digunakan sesuai dengan perintah dokter
Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh orang lain
atau bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti secara nyata menyentuh
orang lain tanpa ijin.Perawatan yang kita berikan selalu atas ijin pasien atau informed
consent. Ini berarti pasien harus mengetahui dan menyetujui apa yang kita rencanakan dan
kita lakukan.
6. Pelanggaran privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya. Pelanggaran
terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah tindakan yang melawan
hukum.
7. Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda terikat secara
hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat untuk tidak
melakukan sesuatu yang membahayakan pasien. Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya
orang tua dan anak-anaklah yang paling rentan. Biasanya, pemberi layanan atau keluargalah
12
yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa
seseorang menganiaya orang lain yang lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa
orang merasa puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan
berawal dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu menjaga
keamanan dan keselamatan pasiennya.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pengelolaan jalan nafas atau airway management adalah prosedur medis yang
dilakukan untuk mencegah obstruksi jalan napas untuk memastikan jalur nafas terbuka antara
paru-paru pasien dan udara luar. Hal ini dilakukan dengan membuka jalan nafas atau
mencegah obstruksi jalan napas yang disebabkan oleh lidah, saluran udara itu sendiri, benda
asing, atau bahan dari tubuh sendiri, seperti darah dan cairan lambung yang teraspirasi.
Obstruksi jalan nafas terbagi menjadi 2 yaitu obstruksi total dan parsial. Ada dua gerbang
untuk masuk ke jalan nafas pada manusia yaitu hidung yang menuju nasofaring (pars nasalis),
dan mulut yang menuju orofaring (pars oralis). Hilangnya tonus otot jalan nafas bagian atas
(misalnya kelemahan dari otot genioglosus) pada pasien yang dianestesi menyebabkan lidah
dan epiglotis jatuh kebelakang kearah dinding posterior faring. Pemasangan oral airway
kadang-kadang difasilitasi dengan penekanan refleks jalan nafas dan kadang-kadang dengan
menekan lidah dengan spatel lidah.
3.2. SARAN
Manajemen jalan nafas atau airway management merupakan tatalaksana pasien yang
sangat penting untuk diperhatikan dan dilakukan dengan tepat sehingga penatalaksanaan pada
pasien yang mengalami gangguan pada jalan nafas dapat teratasi. Diperlukan keterampilan
dari pemberi pertolongan dan pemberi pelayanan primer terutama di ruang gawat darurat dan
ruang intensif. Pelatihan mengenai tatalaksana jalan nafas sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan keterampilan dalam penanganan pasien.
14
DAFTAR PUSTAKA
Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. 2009. Petunjuk Praktis Anestesiologi 2nd ed. Jakarta:
FKUI.
Morgan GE et al. 2006.Clinical Anesthesiology. 4th edition. New York: Lange Medical Book.
Prasenohadi. 2010. Manajemen Jalan Napas; Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat
Napas. Jakarta: FK UI.
Wilson WC, Grande CM, Heyt DB. 2007. Trauma Emergency Resuscitation Perioprative
Anesthesia Surgical Management Volume 1. New York: Informa Health Care.
15