1, Agustus 2016
P - ISSN: 2528-3537; E - ISSN: 2528-5157
DOI: 10.24198/jp2.2016.vol1.1.01
Website: www.jurnal.unpad.ac.id/jp2
Karakteristik Roti Komposit Ubi Jalar Ungu dengan Penambahan α-amilase dan
Glukoamilase
Characteristic of Composite Bread with α-Amylase and Glucoamylase
memperbaiki kualitas roti. Di dalam terigu terkandung kontrol, pori-pori yang seragam, dan tingkat kekerasan
berbagai enzim yang sangat tergantung pada beberapa crumb yang rendah.
faktor seperti faktor selama produksi, umur panen, dan
kondisi penyimpanan. Aktivitas enzim tersebut, misalnya Bahan dan Metode
α-amilase, akan memengaruhi mutu terigu. Tujuan utama Bahan yang digunakan adalah bahan-bahan untuk
aplikasi enzim amilase adalah memperbaiki proses membuat roti tawar sesuai dengan formulasi dan ekstrak
fermentasi (dough leavening) dalam proses pembuatan enzim (-amilase dan glukoamilase) dari S. fibuligera
roti dan memperbaiki mutu simpannya (keeping quality) R-64 yang telah dipreparasi di Laboratorium Biokimia
dengan mempertahankan kesegaran yang lebih lama. Jurusan Kimia FMIPA Unpad. Alat yang digunakan
Penambahan glukoamilase dapat meningkatkan adalah peralatanpengolahan roti dan alat kaca serta
terbentuknya glukosa yang lebih cepat dapat instrument untukan alisis
dimanfaatkan oleh ragi, sehingga penambahan
glukoamilase dapat lebih mengaktifkan ragi dan Formulasi Bahan Baku Pembuatan Roti.
mempercepat proses fermentasi atau pengembangan
adonan (dough leavening) (Antara, 2010). Tabel 1. Formulasi Roti Tawar yang Digunakan Pada
Penambahan enzim dalam adonan roti komposit ini Percobaan Utama
menyebabkan hidrolisis secara enzimatis yang Komponen Jumlah
diharapkan dapat meningkatkan fungsionalitas Terigu + pasta ubi jalar ungu (g) 300 (70 : 30)
karbohidrat pada roti. Dalam hal pembuatan roti, Gula (g) 22,7
gelatinisasi adalah suatu peristiwa yang terjadi selama Garam (g) 7,5
pemanggangan, sementara selama proses penyimpanan, Ragi Roti Instan (g) 4,5
retrogradasi pati (amilopektin) biasanya diketahui untuk Susu Skim Bubuk (g) 15
menentukan banyaknya pengerasan (staling) pada roti Mentega Putih (g) 15
(Gray & BeMiller, 2003). Air Secukupnya
Berdasarkan beberapa keterangan yang telah
diungkapkan di atas, maka akan dilakukan penelitian Roti yang telah dibuat selanjutnya diuji volume
mengenai penentuan α-amilase dan glukoamilase dari ragi pengembangan adonan, volume pengembangan roti, kadar
S. fibuligera pada pembuatan roti pasta ubi jalar ungu dan air, kadar gula pereduksi dan kekerasan crumb. Roti
terigu (30 : 70). Roti tersebut diharapkan memiliki tersebut juga dideskripsikan untuk adonan, keseragaman
volume pengembangan roti yang besar sama dengan roti pori dan produk rotinya.
Pencampuran
FermentasiKe-1
sampai kalis (10 menit)
(suhukamar,
Fermentasi20 menit)
Ke-2
(suhukamar, 15menit)
Pembentukan Adonan dan Peletakan
dalam Loyang
(35°C - 40°C, 60
Pemanggangan
menit)
(190° C, 40 menit)
Roti Tawar
Hasil dan Pembahasan memengaruhi hidrasi dan gluten menjadi lebih lunak dan
Aktivitas α-amilase dan Glukoamilase elastis (Herschdoerfer, 1986 dikutip Marlon, 1994).
Pada penelitian pendahuluan digunakan
perbandingan pasta ubi jalar ungu : terigu (30 : 70)
dengan penambahan -amilase dan glukoamilase dari ragi
S. fibuligera yaitu 25 U/g tepung, 50 U/g tepung dan 75
U/g tepung,. Dari berbagai penambahan -amilase dan
glukoamilase menghasilkan adonan yang semakin
bertambah tingkat keelastisan dan kehalusannya. Untuk
adonan dengan penambahan -amilase dan glukoamilase
25 U/g tepung masih dihasilkan adonan yang agak kasar A B
sama dengan roti yang terbuat dari pasta ubi jalar ungu :
terigu (30 : 70) tanpa penambahan enzim. Adonan dengan
penambahan -amilase dan glukoamilase 50 U/g tepung
mulai terasa halus dan elastis, tetapi untuk adonan dengan
penambahan -amilase dan glukoamilase 75 U/g tepung
mulai terasa lengket.
Roti yang dihasilkan memiliki karakteristik yang
lebih padat, elastis, manis dan memiliki aroma khas ragi
yang semakin meningkat dengan bertambahnya -amilase
dan glukoamilase yang diberikan pada adonan.
Berdasarkan pembahasan di atas maka pada C D
percobaan utama dilakukan penambahan -amilase dan
glukoamilase dari ragi S. fibuligera dengan aktivitas 25 Gambar 3. Keseragaman Pori Roti
U/g tepung dan50 U/g tepung dengan perbandingan pasta
ubi jalar ungu : terigu (30:70). Dari Gambar 3, dapat dilihat bahwa semakin tinggi
aktivitas -amilase dan glukoamilase, maka semakin
A B tidak seragam dan besar pori-pori roti. Menurut Sultan
(1986), pori-pori besar dan rongga pada roti terbentuk
karena rusaknya struktur adonan selama pembentukan
adonan dan pemanggangan. Penambahan -amilase dan
glukoamilase akan mengalami proses liberasi granula pati
sehingga granula pati pasta ubi ungu dan terigu lebih
C D mengembang dan diharapkan dapat menggantikan kerja
gluten dalam memerangkap gas yang terbentuk selama
proses fermentasi. Bila gluten dan granula pasta ubi ungu
dan terigu yang terdapat dalam adonan cukup kuat maka
akan terbentuk lapisan film yang dapat menahan gas CO2
dengan baik sehingga terbentuk pori-pori yang
Gambar 2. Adonan-adonan Roti Perlakuan A, B, C, mempunyai gelembung udara yang seragam.
dan D Pori-pori roti yang baik adalah ukuran pori-pori
A: Tanpa penambahan -amilase dan glukoamilase; B: yang kecil dan seragam di seluruh bagian crumb (Aurand
et al., 1987). Menurut Sunandar (1994), pori-pori roti
Penambahan -amilase dan glukoamilase dengan
merupakan lapisan tipis yang terbentuk pada gluten yang
aktivitas 25 U/g tepung; C: Penambahan -amilase dan
berfungsi untuk memerangkap karbondioksida. Pori-pori
glukoamilase dengan aktivitas 50 U/g tepung dan D:
terbentuk pada proses fermentasi, pada saat itu aktivitas
Penambahan -amilase dan glukoamilase dengan
ragi mulai meningkat, adonan mengembang, volume
aktivitas 75 U/g tepung
adonan bertambah akibat produksi gas karbondioksida
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin tinggi
oleh ragi, gluten menjadi lebih lembut dan elastis akibat
aktivitas -amilase dan Elastisitas adonan tergantung pengaruh alkohol dan penurunan keasaman, dan gluten
pada tingginya kandungan gluten di dalam adonan. membentuk lapisan tipis yang dapat menahan gas.
Kandungan gluten dalam adonan roti komposit akan Menurut U.S. Wheat Associates (1981), pori-pori roti
menurun. Elastisitas adonan setelah fermentasi semakin yang kurang seragam disebabkan oleh formula roti yang
meningkat karena selama fermentasi terjadi pembentukan tidak seimbang, undermixing, overmixing, fermentasi
alkohol dan asam-asam seperti asam cuka oleh bakteri yang kurang atau berlebihan, pemukulan adonan yang
asam asetat dan asam laktat sehingga terjadi penurunan kurang merata, penggulungan adonan yang kurang baik
pH dari 5,3 menjadi 4,5. Penurunan pH tersebut
4 Endah Wulandari dan Elazmanawati Lembong
pada saat panning, proof-box terlalu panas, dan over karbondioksida yang lebih banyak mendorong roti untuk
proofing. mengembang. Tetapi, pada aktivitas -amilase dan
Bila dikaitkan dengan pengembangan volume glukoamilase 75 U/g tepung, terlihat roti menjadi kurang
adonan dan pengembangan volume roti, substitusi tepung mengembang. Hal ini dapat disebabkan pada saat awal
lain selain terigu akan menyebabkan berkurangnya proses pemanggangan terjadi penurunan viskositas
persentase gluten pada adonan yang mengakibatkan adonan dan terjadi peningkatan aktivitas enzim. Ketika
berkurang jumlah karbondioksida yang dapat suhu mencapai 56C, maka mulai terjadi gelatinisasi pati
terperangkap. Semakin tinggi aktivitas -amilase dan dan memudahkan terjadinya amilolisis. Hidrolisis pati
glukoamilase dapat menyebabkan volume roti yang yang tergelatinisasi akan membentuk dekstrin dan gula
kurang mengembang, pori yang terlalu kecil dan rapat, sederhana, dan pada saat yang bersamaan terjadi
terdapat pula pori yang besar di sebagian area. pelepasan air. Amilolisis pada penambahan -amilase dan
Penyebabnya adalah struktur yang dibentuknya tidak glukoamilase 25 U/g tepung dan 50 U/g tepung masih
kokoh, hingga gas dapat keluar dari struktur awal dan terbatas sehingga adonan tidak lengket dan memiliki
bergabung dengan struktur lainnya sehingga membentuk volume pengembangan yang cukup sedangkan
pori yang besar. penambahan -amilase dan glukoamilase 75 U/g tepung
Formula roti yang seimbang merupakan hal penting memiliki karakteristik adonan yang agak lengket sehingga
dalam menentukan keseragaman pori roti. Pori roti erat volume pengembangannya menjadi terhambat.
kaitannya dengan pengembangan adonan roti. Salah satu Menurut U.S. Wheat Associates (1981), faktor
faktor yang membuat adonan kurang mengembang adalah penting dalam pengembangan volume adonan adalah
kurangnya jumlah lemak yang ditambahkan untuk proses mixing. Proses mixing yang baik dapat menunjang
formula roti yang dibuat dengan penambahan -amilase proses pemerataan distribusi bahan pada adonan yang
dan glukoamilase. Menurut Bennion (1980), lemak dapat menyebabkan roti mengembang. Pada proses ini seluruh
meningkatkan keseragaman pori, melembutkan remah, bahan bisa bekerja optimal di seluruh area.
dan memudahkan pemotongan roti yang dihasilkan.
Proses saat penggulungan dan pembentukan adonan Volume Pengembangan Roti
perlu diperhatikan karena pada saat itu gas harus Pengaruh aktivitas α-amilase dan glukoamilase
dikeluarkan sepenuhnya dari adonan agar tidak terbentuk terhadap pengembangan volume roti disajikan pada
kantung-kantung udara yang besar. Penggulungan yang Gambar 5. Aktivitas -amilase dan glukoamilase 25 U/g
kurang sempurna memungkinkan adanya gas hasil tepung dan 50 U/g tepung terlihat volume pengembangan
fermentasi yang masih terperangkap, sehingga pada saat roti semakin besar. Hal ini diduga disebabkan adanya
fermentasi akhir dan pemanggangan tercipta pori-pori penambahan -amilase dan glukoamilase menyebabkan
yang besar pada roti (Sultan, 1986). hidrolisis pati yang menghasilkan dekstrin dan gula-gula
sederhana yang sangat diperlukan pada proses fermentasi,
selain itu penambahan glukoamilase dapat meningkatkan
terbentuknya glukosa yang lebih cepat dapat
dimanfaatkan oleh ragi sehingga mempercepat proses
fermentasi dan pengembangan adonan. Tetapi untuk
penambahan -amilase dan glukoamilase dengan aktivitas
75 U/g tepung, volume pengembangan menurun. Hal ini
dapat terjadi karena amilolisis yang terlalu intensif yang
menyebabkan adonan kehilangan air dan dekstrin yang
terbentuk terlalu banyak yang menyebabkan adonan
menjadi lengket sehingga tidak dapat mengembang
dengan baik (Antara, 2010).
A B C D
200
Volum e pengembangan
100
(%)
Besar kecilnya pengembangan volume roti yang 40,76 %. Kadar air tersebut masih memenuhi syarat mutu
dihasilkan ditentukan oleh fermentasi yang dilakukan roti menurut SNI nomor 01-3945-1998, yaitu maksimum
sebelum adonan dipanggang. Apabila selama fermentasi 40% (Badan Standardisasi Nasional, 1998).
adonan mengembang dengan baik maka roti yang
dihasilkan memiliki pengembangan volume yang besar Kadar Gula Pereduksi
pula. Menurut Peckham (1964), oven spring adalah Pengaruh aktivitas α-amilase dan glukoamilase
peningkatan volume yang terjadi selama 10 menit terhadap kadar gula pereduksi roti disajikan pada Gambar
pertama pada saat pemanggangan. 7.Selama proses fermentasi, sebelum khamir merombak
Adanya perbedaan pengembangan volume terjadi gula menjadi alkohol dan karbondioksida, karbohidrat
pada saat proses pemanggangan. Pada proses yang tersedia mengalami perombakan menjadi jenis gula
pemanggangan terjadi restrukturisasi dari adonan menjadi sederhana. Buckle et. al.(1987) menyatakan bahwa
roti yang memiliki kulit di bagian luar atau biasa disebut karbohidrat terbanyak yaitu tepung roti diubah menjadi
crust dan bagian dalam yang lebih lembut disebut crumb. maltosa oleh enzim amilase yang ada pada tepung.
Perbedaan suhu pada saat proofing dan baking cukup Sukrosa diubah menjadi glukosa dan fruktosa oleh enzim
tinggi, adonan yang tidak memiliki struktur gluten yang invertase. Molekul maltosa, dengan bantuan enzim
kokoh yang disebabkan karena undermixing ataupun khamir maltase, terhidrolisis menjadi dua molekul
overproofing dapat mengalami penciutan (collapse) yang glukosa. Selanjutnya kompleks enzim zimase dari enzim-
drastis pada saat dilakukan proses pemanggangan atau enzim khamir menguraikan molekul glukosa atau fruktosa
baking karena gluten tidak mempunyai kemampuan untuk menjadi alkohol dan karbondioksida (Stear, 1990).
menahan gas dalam adonan (U.S. Wheat Associates,
6
1981).
Kadar gula pereduksi (%)
5
Kadar Air Crumb 4
Pengaruh aktivitas α-amilase dan glukoamilase 3
terhadap kadar air roti disajikan pada Gambar 6.Aktivitas 2
-amilase dan glukoamilase dari 25 sampai 75 U/g 1
tepung terlihat semakin tinggi kadar airnya. Hal ini 0
berkaitan erat dengan penambahan -amilase dan
1 2 3 4
glukoamilase akan meyebabkan hidrolisis pati yang
sangat penting perannya karena sejumlah air akan diikat Perlakuan
oleh pati yang terhidrolisis (amilosa terlarut). Hal inilah
yang menyebabkan kadar air roti yang ditambahkan - Gambar 7. Kadar Gula Pereduksi Roti(%)
amilase dan glukoamilase memiliki kadar air yang cukup
tinggi dibandingkan dengan roti tanpa penambahan - Kadar gula pereduksi dari roti ini berkisar antara
amilase dan glukoamilase. 3,00% - 5,20%, hal ini diduga karena laju reaksi
42 perombakan karbohidrat menjadi gula sederhana tidak
Kadar Air Crumb (%)
disebabkan penambahan -amilase dan glukoamilase and Bread Shelf-Life by Enzymes Combination.
akan menghasilkan dekstrin dan gula-gula sederhana yang Journal of Food Engineering 81 : 42-53.
dibutuhkan oleh ragi untuk merombak gula-gula tersebut Goesaert, H., Slade, L., Levine, H., & Declour, J.A. 2009.
menjadi alkohol dan CO2. Amylases and bread firming-an integrated view.
Substitusi terigu oleh sorgum akan menghasilkan Journal of Cereal Science. 50:345-52.
pengurangan keempukan roti akibat dari kadar gluten Gray, J.A. & J.N. BeMiller. 2003. Bread staling:
yang berkurang dan diperlukannya penambahan jumlah Molecular basis and control. Comprehensive
lemak agar roti yang dihasilkan memiliki keempukan Reviews in Food Science and Food Safety, 2: 1-20.
yang baik. Hostinova, E. 2002. Amylolytic enzymes produced by the
yeast Saccharomycopsis fibuligera. Biologia,
Bratislava, 57/Suppl. 11: 247-251.
700 Hugo, L.F., Rooney, L.W. & Taylor, R.N. 2000. Malted
Kekerasan crumb roti (gf)