Anda di halaman 1dari 15

BAB I

RESUME KASUS
PRO JUSTITIA
Visum et Repertum No: 145/II/2016/Forensik

A. Surat Permintaan Visum et Repertum


Surat permintaan Visum et Repertum dari Kepolisian Negara Republik
Indonesia Daerah Sulawesi Selatan Resort Kota Besar Makassar Sektor Kota
Bringkanaya nomor : A.891/13/II/SEK PNK tertanggal 13 Februari 2016 yang
ditandatangani oleh oleh Azis Nurdin BRIPKA NRP 78090204, atas nama
Kapolsek Biringkanaya BA SPK “II”. Berdasarkan penjelasan yang tertulis dari
penyidik dalam Surat Permintaan Visum et Repertum, korban melapor ke Kantor
Polisi pada hari Sabtu, tanggal 13 Februari 2016 pukul 16.20 Waktu Indonesia
Tengah.
Surat Permintaan Visum et Repertum tersebut diterima oleh dokter muda
yang bertugas di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar tanggal 13 Februari 2016
pukul 19.51 Waktu Indonesia Tengah.
B. Identitas Korban
Berdasarkan Surat Permintaan Visum et Repertum nomor A.891/13/II/SEK
PNK Resort Kota Besar Makassar Sektor Kota Biringkanaya diperoleh
keterangan mengenai identitas korban :
Nama Korban : Pandi Ahmad.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Umur : 17 Tahun.
Pekerjaan : Pelajar.
Agama : Islam.
Alamat : BTN Permata Sudiang Raya.
C. Tempat dan Waktu dilakukan pemeriksaan :
Pemeriksaan dilakukan di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar,
Instalasi Kedokteran Forensik, hari Sabtu, tanggal 13 Februari 2016 pukul 19.51
Waktu Indonesia Tengah.

1
D. Hasil Pemeriksaan
Anamnesis :
Korban mengaku kejadian terjadi pada tanggal tiga belas bulan Februari
tahun dua ribu enam belas sekitar pukul tujuh belas lewat nol nol menit Waktu
Indonesia Tengah di Di Sekitar kompleks rumah korban (BTN Permata Sudiang
Raya). Pada waktu kejadian korban sedang mengendarai sepeda motor
(dibonceng oleh sepupu korban) dan pelaku datang dengan mengendarai motor
dan membawa busur. Pelaku kemudian mengejar korban dengan motor dan
memanah korban sebanyak tiga kali, namun dua kali meleset dan satu kali
mengenai kepala bagian belakang korban.
Pemeriksaan Fisik :
Status Vitalis : Denyut nadi tujuh puluh enam kali kali per menit,
pernapasan dua puluh kali per menit, tekanan darah Seratus sepuluh per tujuh
puluh millimeter air raksa dan suhu tubuh Tiga puluh enam koma tiga derajat
Celcius.
Status Lokalis : Telah dilakukan pemeriksaan berdasarkan SPV no.
A.891/13/II/SEK PNK pada seorang lak-laki umur Tujuh belas tahun menurut
SPV pada tanggal tiga belas Februari tahun dua ribu enam belas, pukul
sembilan belas lewat nol-nol menit Waktu Indonesia Tengah, tampak satu buah
luka tusuk pada kepala belakang bagian kanan. Pada garis teratas empat koma
tujuh sentimeter sebelah kanan melewati garis tengah tubuh dan dua koma
empat sentimeter sebelah kanan melewati garis tengah tubuh. Dan dua koma
satu sentimeter diatas garis mendatar yang menghubungkan bawah telinga dan
nol koma tiga diatas garis mendatar yang menghubungkan bawah telinga.
Bentuknya berupa luka tembus seperti celah dan ketika ditautkan rapat
membentuk garis lurus yang arahnya miring (obliq). Sebelum dirapatkan
panjangnya satu koma empat sentimeter, lebar satu koma satu sentimeter, dan
dalamnya kurang lebih tiga sentimeter. Ketika dirapatkan panjangnya menjadi
satu koma tujuh sentimeter. Garis batas luka bentuknya tidak teratur. Tebing
luka tidak rata terdiri atas kulit, jaringan ikat dan jaringan lemak. Tidak
ditemukan jembatan jaringan dan dasar luka tidak terlihat pada pemeriksaan

2
luar. Di sekitar garis batas luka tidak ada memar.

E. Diagnosis Kerja:
Damage : Tampak satu buah luka tusuk yaitu
satu buah luka di kepala belakang
bagian kanan bawah
Penyebab langsung (A-1) : Kerusakan pada lapisan kulit
(epidermis, dermis dan subkutis).
Penyebab dasar (A-2) : Trauma benda tajam.

F. Pengobatan dan Tindakan:

Pemasangan Infus, pemberian obat anti nyeri, Extraksi Corpus alienum, Jahit
luka.
G. Prognosis dari penyakit/ damage:
Berdasarkan hasil pemeriksaan prognosis pasien baik dan dapat sembuh
sempurna.

3
4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Multiple Cause of Damage


Damage : Tampak satu buah luka tusuk yaitu satu buah
luka di kepala belakang bagian kanan bawah.
Penyebab langsung (A1) : Kerusakan pada lapisan kulit (epidermis, dermis
dan subkutis).
Penyebab dasar (A2) : Trauma benda tajam.
B. Hasil Pemeriksaan
Telah dilakukan pemeriksaan tampak satu buah luka tusuk pada kepala
belakang bagian kanan. Tiga koma tujuh sentimeter sebelah kanan melewati
garis tengah tubuh. Dan satu koma satu sentimeter diatas garis yang melewati
bawah telinga. Bentuknya berupa luka tembus seperti celah dan ketika ditautkan
rapat membentuk garis lurus yang arahnya miring (obliq). Sebelum dirapatkan
panjangnya satu koma empat sentimeter, lebar satu koma satu sentimeter, dan
dalamnya kurang lebih tiga sentimeter. Ketika dirapatkan panjangnya menjadi
satu koma tujuh sentimeter. Garis batas luka bentuknya tidak teratur. Tebing
luka tidak rata terdiri atas kulit, jaringan ikat dan jaringan lemak. Tidak
ditemukan jembatan jaringan dan dasar luka tidak terlihat pada pemeriksaan
luar. Di sekitar garis batas luka tidak ada memar.
C. Tinjauan Pustaka
Trauma benda tajam adalah bentuk luka yang mudah dikenali karena berciri
seperti garis batas luka yang teratur, tepinya rata, sudut lukanya tajam, tidak
adanya jembatan jaringan, tebing luka rata, bila ditautkan akan menjadi rapat
karena benda tersebut hanya memisahkan tidak menghilangkan jaringan dan
membentuk garis lurus atau melengkung, serta daerah di sekitar garis batas
luka tidak ada memar atau luka lecet. Benda-benda yang dapat mengakibatkan
luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda yang memiliki sisi tajam, baik
berupa garis maupun benda dengan ujung yang runcing, contohnya bervariasi
dari alat-alat seperti pisau, golok, dan sebagainya hingga keping kaca, gelas,

5
logam, bahkan tepi kertas ataupun rumput.1
Benda tajam adalah benda yang mempunyai sisi yang tajam minimal di
salah satu sisinya dan dapat memotong. Contoh yang popular adalah pisau,
dimana pisau merupakan senjata yang paling sering dianggap bertanggung
jawab atas terjadinya trauma akibat benda tajam, tetapi alat-alat lainnya
seperti pemecah es, kapak, pemotong, juga dapat mengakibatkan luka yang
dapat dikenali orang.1
Kulit memiliki elastisitas yang besar dan besarnya ketegangan kulit
tidak sama pada seluruh tubuh. Pada daerah dimana serat-serat elastiknya
sejajar yaitu pada lipatan-lipatan kulit, maka tusukan yang sejajar dengan
lipatan tersebut dapat mengakibatkan luka yang tertutup, sempit, dan
berbentuk celah. Akan tetapi bila tusukan pisau itu melintasi serta memotong
lipatan kulit, maka luka yang terjadi akibat pisau terseut kan terbuka lebar.1

A. Ciri Umum Luka Benda Tajam


Ciri umum luka benda tajam meliputi :1
1. Garis batas luka teratur, tepi luka rata dan sudutnya runcing.
2. Bla ditautkan akan menjadi rapat ( karena benda tersebut hanya
memisahkan, tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus
atau sedikit lengkung).
3. Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan
4. Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar

B. Klasifikasi Luka Akibat Benda Tajam

Ciri-ciri suatu luka dapat menunjukkan cara benda penyebabnya


digunakan. Hal ini tergantung dari jenis benda penyebab luka tersebut. Cara
penggunaan senjata tajam dapat dibedakan, yaitu diiriskan, ditusukan, dan
dibacokkan.2
1. Luka Iris
Luka iris merupakan luka yang terjadi jika benda tajam yang
mengenai tubuh hampir sejajar dengan permukaan tubuh. Luka iris dapat

6
ditandai dengan panjang luka lebih besar dari dalamnya, tepi rata,
disekitar luka umumnya tidak ditemukan memar dan luka lecet, dinding
luka tidak terdapat jembatan jaringan, dan sudut luka runcing.
Jenis luka ini umumnya lebih sering ditemukan pada kecelakaan
dan bunuh diri. Bila luka mengenai pembuluh darah besar, maka
kematian korban dapat disebabkan oleh perdarahan atau masuknya
udara kedalam pembuluh darah (emboli darah).
Pada bunuh diri sering ditemukan luka-luka sayat yang khas yang
disebut luka sayat percobaan. Lokasi luka percobaan hampir selalu pada
lengan-pergelangan tangan atau leher merupakan irisan-irisan yang
berkelompok dengan arah yang hampir sejajar.4
2. Luka Tusuk
Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk
atau korban yang terjatuh di atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan
bermata satu, maka salah satu sudut akan tajam, sedangkan sisi lainnya
tumpul atau hancur. Jika pisau bermata dua, maka kedua sudutnya
tajam.
Deskripsi luka tusuk pada umumnya sama dengan diskripsi luka
tusuk pada umumnya sama dengan deskripsi luka lainnya yaitu
berdasarkan jumlah, letak, bentuk, ukuran dan sifat.
Bentuk luka tusuk tidak sepenuhnya tergantuk bentuk senjata.
Jaringan elatis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai efek
yang sesuai dengan bentuk senjata. Harus dipahami bahwa jaringan
elastis berbentuk garis lengkung pada seluruh area tubuh, sehingga jika
ditusuk tegak lurus garis tersebut, maka lukanya akan lebar dan pendek.
Sedangkan bila ditusuk parallel dengan garis tersebut, luka yang terjadi
sempit dan panjang.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk,
salah satunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau pisau keluar,
dimana hal tersebut dapat menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu

7
khas. Manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan, juga akan
mempengaruhi bentuk luka tusuk, misalnya:
a. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian dan
kemudian ditusukan kembali melalui saluran yang berbeda. Pada
keadaan tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran biasanya
b. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarah ke salah
satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan
memberikan luka pada permukaan kulit seperti ekor.
c. Tusukan masuk kemudian saat masih di dalam ditusukkan ke arah
lain menyebabkan saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang
terlihat juga lebih luas dibandingkan dengan lebar senjata yang
digunakan.
d. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan menggunakan
titik terdalam sebagai landasan menyebabkan saluran luka sempit
pada titik terdalam dan terlebar pada bagian superfisial. Sehingga
luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata yang digunakan.
e. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka
berbentuk ireguler dan besar. Jika senjata digunakan dengan
kekuatan tambahan, dapat ditemukan kontusio minimal pada luka
tusuk tersebut. Hal ini juga dapat diindikasikan adanya pukulan.
Panjang saluran luka dapat mengindikasikan panjang minimum dari
senjata yang digunakan. Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat
ditusuk berbeda dengan saat autopsi. Memanipulasi tubuh sesuai
dengan posisi saat ditusuk sulit dilakukan atau bahkan tidak mungkin
mengingat berat dan adanya kaku mayat. Hal lain yang perlu
dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa anggota tubuh
pada saat penusukkan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya
ragu-ragu untuk menentukan jenis senjata yang digunakan.
Pisau yang ditusukan pada dinding dada dengan kekuatan tertentu
akan mengenai tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum.
Karakteristik senjata paling baik dilihat melalui trauma pada tulang.

8
Biasanya senjata yang tidak begitu kuat dapat rusak atau patah pada
ujungnya yang akan tertancap pada tulang. Sehingga dapat dicocokkan,
ujung pisau yang tertancap pada tulang dengan pasangannya.
3. Luka Bacok (Chop Wound)
Luka akibat benda tajam dapat pula disebabkan oleh benda tajam
yang ukurannya besar dan berat, seperti luka akibat golok, kapak, sabit
dan celurit. Luka yang disebabkan benda atau senjata yang ukurannya
besar akan lebih hebat dan berat, disebut sebagai luka bacok. Pada
dasarnya terletak pada bagaimana senjata atau benda tajam tersebut
mengenai tubuh, yaitu tepi tajam yang pertama kali mengenai tubuh serta
tenaga yang dipakai sedemikian besarnya.
Bila pada pisau digerakkan menusuk dengan ujung pisau, faktor
yang paling penting diperhatikan adalah faktor tenaga atau kekuatan
yang disertai serta faktor ketajaman bagian benda tajam yang mengenai
tubuh. Pada senjata seperti celurit, maka luka akan diperberat dengan
adanya gerakan untuk menarik clurit dari tubuh korban, selain faktor
gerakan dari korban sendiri.
Istilah ‘dibacokkan’ mengandung pengertian bahwa senjata yang
digunakan adalah senjata tajam yang ukurannya relatif besar dan
diayunkan dengan tenaga yang kuat sehingga mata tajam dari senjata
tersebut mengenai suatu bagian dari tubuh. Tulang-tulang di bawahnya
biasanya berfungsi sebagai bantalan sehingga ikut menderita luka.
Makin tajam instrumen makin tajam pula tepi luka. Sebagaimana
luka lecet yang dibuat oleh instrumen tajam yang lebih kecil, luka akibat
penapisan dapat terjadi pada tempat dimana bacokan dibuat. Abrasi
lanjutan dapat ditemukan pada sisi di seberang tempat penapisan, yang
disebabkan oleh hapusan bilah yang pipih. Pada instrumen pembacok
yang diarahkan pada kepala, sudut besaran bilah terkadang dapat dinilai
dari bentuk patahan tulang tengkorak. Sisi pipih bilah bias meninggalkan
cekungan pada salah satu sisi patahan, sementara sisi yang lain dapat
tajam atau menipis.

9
Berat senjata penting untuk menilai kemampuannya memotong
hingga tulang di bawah luka yang dibuatnya. Ketebalan tulang tengkorak
dapat dikalahkan dengan menggunakan instrument yang lebih berat.
Ketebalan tulang tengkorak dapat dikalahkan dengan menggunakan
instrument yang lebih berat. Perlu dicatat kemungkinan dilakukannya
pemelintiran setelah terjadi bacokan dan dalam upaya melepaskan
senjata. Gerakan tersebut, jika dilakukan dengan tekanan dapat
mengakibatkan pergeseran tulang, umumnya di dekat kaki-kaki luka
bacok.
Terdapat dua tipe luka yang dapat disebabkan oleh instrumen tajam
baik dengan benda atau senjata tajam yang dapat dikenal dengan baik
dan memiliki ciri yang dapat dikenali dari aksi korban. Yang pertama
merupakan “tanda percobaan”, yaitu insisi dangkal yang dibuat sebelum
luka yang fatal oleh individu yang berencana bunuh diri. Luka percobaan
tersebut seringkali terletak parallel dan terletak dekat dengan luka dalam
di daerah pergelangan tangan atau leher. Meskipun jarang sekali
dilaporkan, luka bacok superfisial ini di kepala dapat terjadi sebelum
ayunan yang keras dan menyebabkan kehilangan kesadaran dan/ atau
kematian. Bentuk lainnya merupakan “luka perawatan” yang dapat
ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan bawah (jarang di tempat lain)
dari korban sebagaimana ia berusaha melindungi diri dari ayunan
senjata, contohnya dengan menggenggam bilah dari instrument tajam.
Luka-luka yang merupakan luka bacok (chop wound) memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Ciri-ciri umum luka akibat benda tajam
b. Ukuran luka besar dan menganga
c. Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka
d. Biasanya tulang-tulang dibawahnya ikut menderita luka
e. Jika senjata yang digunakan tidak begitu tajam maka di sekitar garis
batas luka terdapat memar.

10
Kematian pada luka bacok biasanya terjadi pada kasus pembunuhan dan
kecelakaan. Sebab kematian pada luka bacok, yaitu perdarahan, rusaknya
organ vital, emboli udara, infeksi dan sepsis, dan refleks vagal pada luka bacok
di daerah leher
E. Diagnosis dan Pemeriksaan
Diagnosis dibuat berdasarkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan yang
dilakukan, setelah data – data yang dibutuhkan didapatkan kemudian dicoba
untuk ditarik satu kesimpulan atau beberapa assessment untuk membantu
terapi yang lebih efektif yang dibutuhkan oleh pasien.
Pada pasien ini diagnosis didapatkan dari anamnesis pada pasien
mengenai kronologi kejadian dan bagaimana pasien mendapat luka tersebut,
dimana pasien mengakui bahwa pasien diserang oleh pelaku dengan dipanah
sehingga pasien mendapat luka tersebut. Pada pasien pemeriksaan yang
dilakukan hanyalah pemeriksaan fisik luar saja tanpa pemeriksaan penunjang
lainnya, hal ini disebabkan karena luka pada tubuh pasien membutuhkan
pemeriksaan penunjang seperti foto x-ray. Dari hasil gabungan antara
anamnesis dan pemeriksaan fisik ditariklah beberapa kesimpulan antara lain
luka pada pasien didapatkan karena trauma benda tajam dan didapatkan pula
beberapa assessment yaitu luka tusuk pada kepala bagian kanan bawah.
F. Penatalaksanaan
Luka tusuk memerlukan pengobatan. Pengobatan awal apabila ada Ujung
senjata yang patah atau tertinggal dalam tubuh harus dikeluarkan.4,5
Pada pasien ini diberikaan pengobatan berupa Pemasangan Infus,
pemberian obat anti nyeri, Extraksi Corpus alienum dan juga Jahit luka.

G. Komplikasi
Umumnya pada luka tusuk akan membaik dalam waktu lebih dari 8 minggu,
sehingga tidak ada komplikasi serius yang terjadi terutama jika luka tersebut
ditangani dengan baik maka risiko komplikasi dari infeksi semakin bisa untuk
diminimalkan..3,4
Pada pasien ini tidak didapatkan adanya komplikasi.
H. Prognosis

11
Secara umum luka tusuk tanpa komplikasi dapat membaik dalam waktu
lebih dari dua belas minggu. Prognosis bagi pasien ini baik.3,4

Aspek Hukum
Tujuan pemeriksaan kedokteran forensik pada korban hidup adalah untuk
mengetahui penyebab luka atau sakit dan derajat parahnya luka atau sakit tersebut.
Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi rumusan delik dalam KUHP. Maka jelaslah
disini bahwa pemeriksaan kedokteran forensik tidak ditujukan untuk pengobatan. 5,6
Untuk memahami yang dimaksud dengan kualifikasi derajat luka sebaiknya
mempelajari terlebih dahulu pasal-pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, yang bersangkutan dengan penganiayaan. Pasal-pasal tersebut antara lain:
Pasal 3516
1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua
2. tahun delapan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus
3. rupiah
4. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat,dikenakan pidana
5. penjara lima tahun
6. Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara tujuh tahun
7. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan
8. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 3526
1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencaharian, diancam sebagai penganiayaan ringan, dengan
pidana penjara paling lama tiga bulan, atau denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang
melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi
bawahannya.
2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 3536
1. Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.

12
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan luka – luka berat, yang bersalah dikenakan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
3. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama Sembilan tahun.
Pasal 3546
1. Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan
penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama sepuluh tahun.
Pasal 3556
1. Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun
Pasal 906
Luka berat :
a. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
b. sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
c. Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
d. pekerjaan pencaharian;
e. Kehilangan salah satu panca indera;
f. Mendapat cacat berat;
g. Menderita sakit lumpuh;
h. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
i. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan
Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan terdapat tampak satu buah luka tusuk pada kepala
belakang bagian kanan. Tiga koma tujuh sentimeter sebelah kanan melewati garis
tengah tubuh. Dan satu koma satu sentimeter diatas garis yang melewati bawah
telinga. Bentuknya berupa luka tembus seperti celah dan ketika ditautkan rapat
membentuk garis lurus yang arahnya miring (obliq). Sebelum dirapatkan panjangnya

13
satu koma empat sentimeter, lebar satu koma satu sentimeter, dan dalamnya kurang
lebih tiga sentimeter. Ketika dirapatkan panjangnya menjadi satu koma tujuh
sentimeter. Garis batas luka bentuknya tidak teratur. Tebing luka tidak rata terdiri
atas kulit, jaringan ikat dan jaringan lemak. Tidak ditemukan jembatan jaringan dan
dasar luka tidak terlihat pada pemeriksaan luar. Di sekitar garis batas luka tidak ada
memar.
Perkiraan umur luka yaitu baru beberapa saat lebih dari 1 jam jika disesuaikan
dengan kesaksian korban.
Dari aspek medikolegal, orientasi dan paradigma yang digunakan dalam
merinci luka dan kecederaan adalah untuk dapat membantu merekonstruksi
peristiwa penyebab terjadinya luka dan memperkirakan derajat keparahan luka.
Luka tusuk pada korban tidak menganggu aktivitas dalam pekerjaan sehari-hari
serta luka tusuk tersebut dapat sembuh apabila ditangani dengan baik, sehingga
dapat digolongkan ke dalam derajat luka ringan.

14
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.scribd.com/doc/227857598/Trauma-Tajam.[diakses pada tanggal
1 Maret 2016 pukul 08.22 WITA]
2. http://endariandi.blogspot.co.id/2010/07/1.html.[diakses pada tanggal 1 Maret
2016 pukul 09.33 WITA]
3. https://www.scribd.com/doc/232774817/TRAUMA-TAJAM-forensik-doc
[diakses pada tanggal 1 Maret 2016 pukul 10.43 WITA]
4. http://www.agd118.org/media/file/Trauma%20Tajam%20Atau%20Tertusuk%
20Benda%20Tajam.pdf.[diakses pada tanggal 1 Maret 2016 pukul 10.43
WITA]
5. Idris, Abdul Mun’im. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.
Jakarta : Binarupa Aksaraa, 1997.
6. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Bab IX pasal 90 serta Bab XX
pasal 351 dan 352.

15

Anda mungkin juga menyukai