Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem irigasi di Indonesia merupakan bagian dari sistem kehidupan sosial
masyarakat yang cukup tua keberadaannya. Dari sisi kesejahteraan sistem irigasi di
Indonesia sudah ada sejak zaman kerajaan sebelum penjajahan Belanda datang,
sehingga ketika ada phak yang membicarakan kebijakan sistem irigasi,siapapun
pihak tersebut, perlu selalu berpijak pada realitas sistem irigasi yang telah ada. Hal
ini dikarenakan irigasi sangat banyak berpengaruh bagi masyarakat khususnya para
petani yang berguna untuk mengairi lahan pertanian mereka.
Daerah irigasi Namu Sira-Sira digagas seak tahun 70-an. Studi kelayakannya
diselesaikan pada bulan maret 1978 yang didanai oleh pemerintah Inggris
(Overseas Development Administration), sedangkan desain tekniksnya selesai pada
tahun 1980. Kedua dokumen perencanaan tersebut dikaji ulang dan disempurnakan
pada tahun 1982. Pada tanggal 4 Juni 1992 Daerah Irigasi Namu Sira-Sira
diresmikan oleh presiden Soeharto di Bah Bolon. Sumber air irigasi Namu Sira-Sira
berasal dari sungai Bingai dan memiliki 2 saluran primer, yaitu saluran primer
kanan dan saluran primer kiri.
Bendung Namu Sira-Sira mempunyai luas area ± 6500 ha yang terbagi
menjadi 2 wilayah kerja, yaitu irigasi Namu Sira-Sira kanan dan irigasi Namu Sira-
Sira kiri. Bendung irigasi Namu Sira-Sira kanan mempunyai luas daerah potensial
± 4172,5 hektar. Daerah irigasi Namu Sira-Sira kiri mempunyai luas potensial ±
2327,5 hektar.
Berdasarkan data Meteorologi yang tercatat di Kabupaten Langkat,
Kecamatan Sei Bingai (LU 3,75o BT 98,45o) tinggi curah hujan tahunan didaerah
irigasi Namu Sira-Sira berkisar antara 79 – 295 mm, dengan tinggi kelembapan
rata-rata 82,1%, kecepatan angin 283,5 km per hari dan pancaran sinar matahari 3,3
jam perhari.
Daerah irigasi Namu Sira-Sira merupakan daerah irigasi yang
kewenangannya adalah kewenangan pemerintah pusat karena luas daerah irigasi

1
Namu Sira-Sira mencapai ± 6350 hektar, yang diperbantukan pada Dinas PSDA
Provinsi Sumatera Utara dan merupakan irigasi lintas Kabupaten Kota :
Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat
a. Desa Namu ukur utara;
b. Desa Pasar VI Kwala Mencirim;
c. Desa Emplasmen Kwala Mencirim;
d. Desa Durian Lingga;
e. Desa Pasar VIII Namu Terasi;
f. DesaPasar IV Namu terasi;
g. Desa Pasar II purwo Binangun;
Kecamatan Binjai Selatan, Kota Binjai:
a. Kelurahan Tanah Merah;
b. Kelurahan Bakti Karya;
c. Kelurahan Tanah Seribu;

B. Identifikasi Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang ada, maka penulis memberi
identifikasi dalam penulisan penelitian ini. Adapun lingkup pembahasannya
adalah :

 Ketersediaan air pada Daerah Irigasi Namu Sira-Sira

 Kebutuhan air pada Daerah Irigasi Namu Sira-Sira

C. Rumusan Masalah
 Berapa kebutuhan air yang diperlukan untuk Daerah Irigasi Namu
Sira – sira?
 Apa yang harus dievaluasi untuk kebutuhan air Daerah Irigasi Namu
Sira – sira?
 Bagaimana permasalahan umum daerah irigasi Namu Sira –Sira?
 Bagaimana profil daerah irigasi Namu Sira-Sira serta kondisi
Eksistingnya?

2
D. Tempat dan Waktu

 Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan Di Daerah irigasi bendung Namu Sira-Sira


terletak di jalan Namu Ukur Dusun VII Kecamatan Sei Bingai
Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

 Waktu Penelitian

Waktu penelitian di lakukan pada pukul 10.00-17.00 WIB pada hari kamis
tanggal 19 Maret 2018.

E. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuantitatif. Metode ini merupakan salah satu jenis penelitian yang
spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak
awal hingga pembuatan desain penelitiannya.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Irigasi
Irigasi adalah penambahan kekurangan kadar air tanah secara buatan
dengan cara menyalurkan air yang perlu untuk pertumbuhan tanaman ke
tanah yang diolah dan mendistribusikannya secara sistematis. Sebaliknya
pemberian air yang berlebih pada tanah yang diolah itu akan merusakkan
tanaman. Jika terjadi curah hujan yang lama yang disebabkan oleh curah
hujan yang deras, maka tanah yang diolah itu akan tergenang dan dibanjiri
air, yang kadang-kadang mengakibatkan kerusakan yang banyak. Daerah-
daerah yang rendah yang kurang baik drainasenya, selalu akan tergenang air.
Pada daerah-daerah demikian, pelapukan dan dekomposisi tanah tidak
berkembang, sehingga daerah itu tidak akan menjadi lingkungan yang baik
untuk pertumbuhan padi. Jadi di daerah-daerah demikian, kelebihan air itu
harus di drainase secara buatan.
Di daerah-daerah dengan distribusi curah hujan yang tidak merata,
meskipun curah hujannya itu banyak dengan kondisi meteorologi yang cocok
untuk pertumbuhan tanaman, diperlukan juga irigasi buatan, mengingat kadar
air tanah tidak dapat dipertahankan dalam interval kadar air efektif oleh curah
hujan saja. Pemberian air yang cukup adalah faktor utama yang sangat
dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman mencoba
mengabsorbsi kadar air secukupnya dari tanah untuk pertumbuhan.

B. Fungsi Irigasi
 Memasok kebutuhan air tanaman
 Menjamin ketersediaan air
 Menurunkan suhu tanah
 Mengurangi kerusakan akibat keretakan karena kekurangan air
 Melunakkan lapisan permukaan tanah saat pengolahan lahan
 Meningkatkan hasil produktivitis hasil pertanian

4
C. Sistem Irigasi
Sistem Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha untuk memberikan
air guna keperluan pertanian yang dilakukan dengan tertib dan teratur untuk
daerah pertanian yang membutuhkannya dan kemudian air itu dipergunakan
secara tertib dan teratur dan dibuang ke saluran pembuang. Pengairan
selanjutnya diartikan sebagai pemanfaatan serta pengaturan air dan sumber-
sumber air yang meliputi irigasi, pengembangan daerah rawa, pengendalian
dan pengaturan banjir, serta usaha perbaikan sungai, waduk dan penyediaan
air minum, air perkotaan dan air industri (Ambler, 1991).
Sebagian besar sumber air untuk irigasi adalah air permukaan yang
berasal dari air hujan dan pencairan salju. Air ini secara alami mengalir di
sungai-sungai yang membawanya ke laut. Jika dimanfaatkan untuk irigasi,
sungai dibendung dan dialirkan melalui saluran-saluran buatan ke daerah
pertanian atau air terlebih dahulu ditampung di dalam waduk yang
selanjutnya dialirkan secara teratur melalui jaringan irigasi ke daerah
pertanian. Adapun faktor-faktor yang menentukan pemilihan metode
pemberian air irigasi adalah distribusi musiman hujan, kemiringan lereng dan
bentuk permukaan lahan, suplai air, rotasi tanaman dan permeabilitas tanah
lapisan bawah.
Berdasarkan sudut pandangnya irigasi dikelompokan menjadi irigasi
aliran dan irigasi angkat yang lebih dikenal dengan sebutan irigasi pompa.
Irigasi aliran adalah tipe irigasi yang penyampaian airnya ke dalam pertanian
atau area persawahan dilakukan dengan cara pengaliran, sedangkan irigasi
angkat adalah tipe irigasi yang penyampaian airnya ke areal pertanaman
dilakukan dengan cara pemompaan, bangunan airnya berupa pompa bukan
bendungan atau waduk (Dumairy, 1992).
Jaringan Irigasi Pasandaran (1991) mengklasifikasikan sistem irigasi
menjadi empat jenis berdasarkan segi konstruksi jaringan irigasinya, yaitu:
 Irigasi sederhana adalah sistem irigasi yang sistem konstruksinya
dilakukan dengan sederhana, tidak dilengkapi dengan pintu pengatur dan
alat pengukur sehingga air irigasinya tidak teratur dan efisiensinya
rendah.

5
 Irigasi setengah teknis adalah suatu sistem irigasi dengan konstruksi pintu
pengatur dan alat pengukur pada bangunan pengambilan saja dengan
demikian efisiensinya sedang.
 Irigasi teknis adalah suatu sistem irigasi yang dilengkapi alat pengatur
dan pengukur air pada bangunan pengembalian, bangunan bagi dan
bangunan sadap sehingga air terukur dan teratur sampai bangunan bagi
dan sadap sehingga diharapkan efisiensinya tinggi.
 Irigasi teknis maju adalah suatu sistem irigasi yang airnya dapat diatur
dan teratur sampai bangunan bagi dan sadap sehingga diharapkan
efisiensinya tinggi.
Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional
pokok yakni :
 Bangunan-bangunan utama (head works) dimana air diambil dari
sumbernya, umumnya sungai atau waduk.
 Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air ke petak-petak
tersier.
 Petak-petak tersier dengan sistim pembagian air dan sistim pembuangan
kolektif; air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan
kelebihan air ditampung di dalam suatu sistim pembuangan dalam petak
tersier.
 Sistim pembuangan yang ada diluar daerah irigasi untuk membuang
kelebihan air ke sungai atau saluran-saluran alam.

D. Petak Irigasi
Untuk menghubungkan bagian-bagian dari suatu jaringan irigasi
dibuat suatu peta yang biasanya disebut peta petak. Peta petak ini dibuat
berdasarkan peta topografi yang dilengkapi dengan garis-garis kontur dengan
skala 1 : 2500, Peta petak tersebut memperlihatkan :
 Bangunan-bangunan utama
 Jaringan dan trase saluran irigasi
 Jaringan dan trase saluran pembuang

6
 Petak-petak primer, sekunder dan tersier
 Lokasi bangunan
 Batas-batas daerah irigasi
 Jaringan dan trase jalan
 Daerah-daerah yang tidak diairi (misal : desa-desa)
Petak irigasi Umumnya dibagi atas tiga bagian yaitu :
a. Petak Primer
Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya
langsung dari sumber air, biasanya sungai. Petak primer terdiri dari beberapa
petak sekunder yang mengambil air langsung dari saluran primer. Daerah-
daerah irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer, ini menghasilkan dua
petak primer.

b. Petak Sekunder
Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang
terletak di saluran primer atau sekunder. Petak sekunder terdiri dari beberapa
petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Batas-
batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas,
misal saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda-beda tergantung
pada situasi daerah.

c. Petak Tersier
Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada
bangunan sadap (off take) tersier. Petak tersier harus terletak langsung
berbatasan langsung dengan saluran sekunder atau saluran primer, kecuali
apabila petak-petas tersier tidak secara langsung terletak disepanjang jaringan
saluran irigasi utama. Petak tersier mempunyai batas-batas yang jelas
misalnya : parit, jalan, batas desa dan sesar medan.
Untuk menentukan layout, aspek-aspek berikut akan dipertimbangkan
 Luas petak tersier
 Luas petak persier
 Bentuk petak tersier yang optimal

7
E. Jenis Irigasi
Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Irigasi Sistem Gravitasi
Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama.
dikenal danditerapkan dalam kegiatan usaha tani. Dalam sistem irigasi
ini, sumber air diambil dari air yang ada di permukaan burni yaitu dari
sungai, waduk dan danau di dataran tinggi. Pengaturan dan pembagian
air irigasi menuju ke petak-petak yang membutuhkan, dilakukan
secara gravitatif.

2. Irigasi Sistem Pompa


Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan,apabila
pengambilan secara gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi
maupun teknik. Cara ini membutuhkan modal kecil, namun
memerlukan biaya ekspoitasi yang besar.
Sumber air yang dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat
diambil dari sungai, misalnya Stasiun Pompa Gambarsari dan
Pesangrahan (sebelum ada Bendung Gerak Serayu), atau dari air
tanah, seperti pompa air suplesi di DI Simo, Kabupaten Gunung
Kidul, Yogyakarta.

3. Irigasi Pasang-surut
Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah
suatu tipe irigasi yang memanfaatkan pengempangan air sungai akibat
peristiwa pasang-surut air laut.Areal yang direncanakan untuk tipe
irigasi ini adalah areal yang mendapat pengaruh langsung dari
peristiwa pasang-surut air laut. Untuk daerah Kalimantan misalnya,
daerah ini bisa mencapai panjang ± 30 - 50 km memanjang pantai dan
±10 - 15 km masuk ke darat. Air genangan yang berupa air tawar dari
sungai akan menekan dan mencuci kandungan tanah sulfat masam dan
akan dibuang pada saat air laut surut.

8
F. Klasifikasi Jaringan Irigasi
Adapun klasifikasi jaringa irigasi bila ditinjau dari cara pengaturan,
cara pengukuran aliran air dan fasilitasnya, dibedakan atas tiga tingkatan,
yaitu :
a. Jaringan Irigasi Sederhana
Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak
diukur atau diatur sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang.
Persediaan air biasanya berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang
dan curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang
sulit untuk pembagian air.
Jaringan irigasi ini walaupun mudah diorganisir namun memiliki
kelemahankelemahan serius yakni :
 Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di
daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai
daerah rendah yang subur.
 Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya
dari penduduk karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan
sendiri-sendiri.
 Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap, maka
umumya pendek.

b. Jaringan Irigasi Semi Teknis


Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan
antara saluran irigasi/pembawa dan saluran pembuang. Ini berarti bahwa
baik saluran pembawa maupun saluran pembuang bekerja sesuai dengan
fungsinya masing-masing. Saluran pembawa mengalirkan air irigasi ke
sawah - sawah dan saluran pembuang mengalirkan kelebihan air dari
sawah - sawah ke saluran pembuang.
Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi
teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas

9
keseluruhan yang umumnya berkisar antara ±50 - 100 ha kadang-kadang
sampai 150 ha.
Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah.
Kelebihan air ditampung didalam suatu jaringan saluran pembuang tersier
dan kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang sekunder dan
kuarter.
Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsi di atas
adalah cara pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan
waktu – waktu merosotnya persediaan air serta kebutuhan petani.
Jaringan irigasi teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran
aliran, pembagian air irigasi dan pembuangan air lebih secara efisien. Jika
petak tersier hanya memperoleh air pada satu tempat saja dari jaringan
utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit di
saluran primer, ekspoitasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebih
murah. Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga tidak
akan mempengaruhi pembagian air di jaringan utama.

G. Kebutuhan Air Irigasi


Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan evapontranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk
tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui
hujan dan kontribusi air tanah.

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman.


a. Topografi
Keadaan topografi mempengaruhi kebutuhan air tanaman. Untuk
lahan yang miring membutuhkan air yang lebih banyak dari pada lahan
yang datar, karena air akan lebih cepat mengalir menjadi aliran permukaan
dan hanya sedikit yang mengalami infiltrasi, dengan kata lain kehilangan
air di lahan miring akan lebih besar.

10
b. Hidrologi
Jumlah contoh hujan mempengaruhi kebutuhan air makin banyak
curah hujannya, maka makin sedikit kebutuhan air tanaman, hal ini di
karenakan hujan efektif akan menjadi besar.

c. Klimatologi
Keadaan cuaca adalah salah satu syarat yang penting untuk
pengelolaan pertanian.Tanaman tidak dapat bertahan dalam keadaan cuaca
buruk. Dengan memperhatikan keadaan cuaca dan cara pemanfaatannya,
maka dapat dilaksanakan penanaman tanaman yang tepat untuk periode
yang tepat dan sesuai dengan keadaan tanah. Cuaca dapat digunakan untuk
rasionalisasi penentuan laju evaporasi dan evapotranspirasi, hal ini sangat
bergantung pada jumlah jam penyinaran matahari dan radiasi matahari.
Untuk penentuan tahun/periode dasar bagi rancangan irigasi harus
dikumpulkan data curah hujan dengan jangka waktu yang sepanjang
mungkin.Disamping data curah hujan diperlukan juga penyelidikan
evapotranspirasi, kecepatan angin, arah angin, suhu udara, jumlah jam
penyinaran matahari, kelembaban.

d. Tekstur tanah
Selain membutuhkan air, tanaman juga membutuhkan tempat untuk
tumbuh, yang dalam tehnik irigasi dinamakan tanah. Tanah yang baik
untuk usaha pertanian ialah tanah yang mudah dikerjakan dan bersifat
produktif serta subur.
Tanah yang baik tersebut memberi kesempatan pada akar tanaman
untuk tumbuh dengan mudah, menjamin sirkulasi air dan udara serta baik
pada zona perakaran dan secara relatif memiliki persediaan hara dan
kelembaban tanah yang cukup.

11
2. Efisiensi Irigasi.
Air yang diambil dari sumber air atau sungai yang di alirkan ke areal
irigasi tidak semuanya dimanfaatkan oleh tanaman. Dalam praktek irigasi
terjadi kehilangan air.
Kehilangan air tersebut dapat berupa penguapan di saluran irigasi,
rembesan dari saluran atau untuk keperluan lain (rumah tangga).

a. Efisiensi pengaliran
Jumlah air yang dilepaskan dari bangunan sadap ke areal
irigasi mengalami kehilangan air selama pengalirannya.Kehilanganair
ini menentukan besarnya efisiensi pengaliran.
EPNG =(Asa / Adb) x 100%
dengan :
EPNG = Efisiensi pengairan
Asa = Air yang sampai di irigasi
Adb = Air yang diambil dari bangunan sadap

b. Efisiensi pemakaian
Efisiensi pemakaian adalah perbandingan antara air yang dapat
ditahan pada zone perakaran dalam periode pemberian air, dengan air
yang diberikan pada areal irigasi.
EPMK =(Adzp/ Asa) x 100%
dengan :
EPMK = Efisiensi pemakai
Adzp = Air yang dapat ditahan pada zona perakaran
Asa = Air yang diberikan (sampai) diareal irigasi

12
H. Saluran Irigasi

a. Jaringan Saluran Irigasi Utama


Saluran primer membawa air dari jaringan utama ke saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran
primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir
Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-
petas tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas
saluran sekunder adalah pada bangunan sadap terakhir. Saluran
pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan sumber
yang memberi air pada bangunan utama)
.

b. Jaringan Saluran Irigasi Tersier.


Saluran irigasi tersier membawa air dari bangunan sadap tersier
di jaringan utama ke dalam petak tersier lalu di saluran kuarter. Batas
ujung saluran ini adalah box bagi kuarter yang terakhir. Saluran
kuarter membawa air dari box bagi kuarter melalui bangunan sadap
tersier atau parit sawah ke sawah.

c. Jaringan Saluran Pembuang Utama


Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran
pembuang sekunder keluar daerah irigasi. Saluran pembuang primer
sering berupa saluran pembuang alam yang mengalirkan kelebihan air
ke sungai, anak sungai atau ke laut. Saluran pembuang sekunder
menampung air dari jaringan pembuang tersir dan membuang air
tersebut ke pembuang primer atau langsung ke pembuang alam dan
keluar daerah irigasi.

13
d. Jaringan Saluran Pembuang Tersier
Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petek
tersier yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sarna
danmenampung air, baik dari pembuangan kuarter maupun dari
sawah-sawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan pembuang
sekunder. Saluran pembuang sekunder menerima buangan air dari
saluran pembuang kuarter yang menampung air langsung dari sawah.

I. Standar Tata Nama


Nama-nama yang diberikan untuk petak, saluran, bangunan dan
daerah irigasi harus jelas, pendek dan tidak mempunyai tafsiran ganda,
sedemikan sehingga jika dibuat bangunan baru kita tidak perlu mengubah
semua nama yang sudah ada.

a. Daerah Irigasi
Nama yang diberikan sesuai dengan nama daerah setempat, atau
desa terdekat dengan jaringan bangunan utama atau sungai yang aimya
diambil untuk keperluan irigasi.
Apabila ada dua pengambilan atau lebih maka daerah irigasi
tersebut sebaiknya diberi nama sesuai dengan desa - desa terdekat didaerah
layanan setempat .

b. Jaringan Irigasi Utama


Saluran irigasi primer sebaiknya diberi nama sesuai dengan daerah
irigasi yang dilayani. Saluran irigasi sekunder diberi nama sesuai dengan
nama desa yang terletak di petak sekunder. Petak sekunder sebaiknya
diberi nama sesuai dengan nama saluran sekundernya.

c. Jaringan Irigasi Tersier


Petak tersier diberi nama sesuai bangunan sadap tersier dari
jaringan utama. Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama
box yang terletak diantara kedua box. Box tersier diberi kode T, diikuti

14
nomor urut menurut arah jarum jam, mulai dari box pertama dihilir
bangunan sadap tersier, dst.
Petak kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi, diikuti
dengan nomor urut menurut jarum jam. Diberi kode A, B, C, dst. Box
kuarteri diberi kode K, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum jam
(KI, K2, dst). Saluran kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter
yang dilayani tetapi dengan huruf kecil (aI, a2, dst)

d. Jaringan Pembuang
Pada umumnya pembuang primer berupa sungai-sungai alamiah
yang kesemuanya akan diberi nama. Apabila ada saluran-saluran
pembuang primer baru yang akan dibuat, maka saluran-saluran itu harud
diberi nama tersendiri.
Jika saluran pembuang dibagi menjadi ruas-ruas maka masing-
masing ruas akan diberi nama mulai dari ujung hilir. Pembuang sekunder
pada umumnya bempa sungai atau anak sungai yang lebih kecil. Beberapa
diantaranya sudah mempunyai nama yang tetap bisa dipakai, jika tidak
sungai tersebut akan ditunjukan dengan sebuah huruf d (d =drainase).
Pembuang tersier adalah pembuang kategori terkecil dan akan
dibagi-bagi menjadi mas-mas dengan debit seragam, masing-masing diberi
nomor seri sendiri-sendiri.

15
BAB III
HASIL SURVEI

Data Irigasi Bendung Namu Sira-Sira


1) Irigation system
Jaringan irigasi Namu Sira-Sira terdiri dari dua daerah irigasi, yaitu :
a. Daerah irigasi kiri yang terletak di 3 kecamatan yaitu, Kecamatan
Sei Bingai, Kecamatan Kuala, dan Kecamatan Selesai yang
meliputi 2182 ha air air irigasi dialirkan melalui saluran induk
sepanjang 2,93 km dan saluran sekunder sepanjang 29,026 km;
b. Daerah irigasi kanan terletak di 2 kecamatan yaitu, Kecamatan
Sei Bingai dan Kecamatan Binjai Selatan, yang meliputi 4098 ha air
irigasi dialirkan melalui saluran induk sepanjang 2,648 km dan
saluran sekunder sepanjang 46,75 km;
c. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) : 67 P3A dan 5 Sub
Gabungan.
2) Kapasitas Pengambilan Air
Sungai Bingai melalui bendung Namu Sira-Sira yang dibangun tahun
1982, bentang bendung dengan kapasitas pengambilan kiri 2,975 m3/dtk
dan pengambilan kanan 4.999 m3/dtk.
3) Data Khusus Irigasi
A. Namu Sira-Sira Kanan
 Secara teknis di Namu sira-sira kanan mempuyai data sebagai berikut:
a. Luas potensial : 4.172,5 ha;
b. Debit air yang di butuhkan : 4,999 m³/s;
c. Pintu pengambilan (intake) : 2 unit;
d. Pintu pembilas di bendung : 1 unit;
e. Pintu penguras kantong lumpur : 2 unit;
f. Bangunan bagi sadap : 8 unit;
g. Bangunan sadap : 30 unit;
h. Bangunan terjun : 231 unit;

16
i. Bangunan jembatan : 24 unit;
j. Bangunan jembatan orang : 14 unit;
k. Bangunan pelimpah samping : 5 unit;
l. Bangunan gorong gorong : 26 unit
m. Bangunan gorong gorong melintang : 12 unit;
n. Bangunan tangga cuci : 46 unit;
o. Bangunan talang : 8 unit;
p. Panjang saluran primer : 2.648,13 m;
q. Panjang saluran sekunder : 47.819,5 m;
r. Panjang saluran suplesi : 5.350 m;
s. Petak tersier : 65 unit;
t. Pintu sekunder : 45 unit;
u. Pintu sadap ( tersier ) : 65 unit;
 Petugas Operasi dan Pemeliharaan Daerah Irigasi Namu Sira-Sira kanan:
a. Kepala unit Pelaksana Lapangan : 1 orang;
b. Staf Umum : 1 orang;
c. Staf Operasi : 1 orang;
d. Staf Pemeliharaan : 1 orang;
e. Juru Pengairan : 4 orang;
f. Penjaga Pintu Air : 10 orang;
g. Pekerja Saluran : 6 orang;

B. Namu Sira-Sira Kiri


 Secara teknis di Namu sira-sira kiri mempuyai data sebagai berikut:
a. Luas potensial : 2.327,5 ha;
b. Debit air yang di butuhkan : 2,975 m³/s;
c. Pintu pengambilan (intake) : 2 unit;
d. Pintu pembilas di bendung : 1 unit;
e. Pintu penguras kantong lumpur : 2 unit;
f. Bangunan bagi sadap : 25 unit;

17
g. Bangunan sadap : 5 unit;
h. Bangunan terjun : 83 unit;
i. Bangunan jembatan : 29 unit;
j. Bangunan jembatan orang : 12 unit;
k. Bangunan pelimpah samping : 3 unit;
l. Bangunan gorong gorong : 12 unit
m. Bangunan gorong gorong melintang : 9 unit;
n. Bangunan tangga cuci : 41 unit;
o. Bangunan talang : 5 unit;
p. Panjang saluran primer : 6.929,60 m;
q. Panjang saluran sekunder : 28.623,77 m;
r. Panjang saluran suplesi : 5.350 m;
s. Petak tersier : 47 unit;
t. Pintu sekunder : 37 unit;
u. Pintu sadap ( tersier ) : 52 unit;
 Petugas Operasi dan Pemeliharaan Daerah Irigasi Namu Sira-Sira kiri:
a. Kepala unit Pelaksana Lapangan : 1 orang;
b. Staf Umum : 1 orang;
c. Staf Operasi : 1 orang;
d. Staf Pemeliharaan : 1 orang;
e. Juru Pengairan : 43 orang;
f. Penjaga Pintu Air : 8 orang;
g. Pekerja Saluran : 6 orang;
4) Profil Daerah Irigasi Namu Sira-Sira
a. Letak Geografis
Letak geografis daerah Namu Sira-Sira berada pada kisaran 3,75o LU
dan 98,75o BT. Mencakup 4 bagian kecamatan yaitu Kecamatan Sei Bingai,
Kecamatan Sei Kuala, Kecamatan Selesai, dan Kecamatan Binjai Selatan.
Kecamatan yang paling luas mendapat pelayanan dari irigasi Namu Sira-Sira
adalah Kecamatan Sei Bingai.

18
b. Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kanan
Saluran Primer Kanan memiliki dua cabang utama saluran sekunder
yaitu Saluran Sekunder Namu Tating san Saluran Sekunder Namu Ukur
Kanan.Saluran Namu Tating memiliki 1 cabang yaitu Saluran Sekunder
Sampai Gunung. Saluran Sekunder Namu Ukur Kanan memiliki 2 cabang
yaitu Saluran Sekunder Sei Bingai dan Saluran Sekunder Lao Tengis, Saluran
Sekunder Sei Bingai ini mempunyai 1 cabang lagi yaitu Saluran Marcapada
sedangkan Saluran Sekunder Lao Tengis memiliki 2 buah cabang saluran
sekunder.
Pada saat perencanaan di Saluran Primer Kanan, terdapat Petak Tersier
seluas 4097,5 ha yang terbagi dalam 65 petak tersier. Deskripsi penyebaran
petak tersier yang terdapat pada Saluran Primer Kanan adalah :
- Saluran Sekunder Namu Ukur Kanan : 20 petak tersier
- Saluran Sekunder Namu Tating : 12 petak tersier
- Saluran Sekunder Sampai Gunung : 11 petak tersier
- Saluran Sekunder Sei Bingei : 10 petak tersier
- Saluran Sekunder Marcapada : 7 petak tersier
- Saluran Sekunder Lao Tengis : 5 petak tersier
c. Inventarisasi jaringan pada daerah irigasi Namu Sira-Sira Kanan
- Bangunan Sadap : 30 Unit
- Bangunan Bagi Sadap :8 Unit
- Talang :8 Unit
- Sypon :1 Unit
- Gorong-gorong : 26 Unit
- Jembatan : 24 Unit
- Bangunan Terjun : 231 Unit
- Gorong-gorong Miring : 14 Unit
- Pelimpah :5 Unit
- Alur Pembuang : 13 Unit
- Bangunan tempat cuci : 46 Unit

19
d. Daerah irigasi Namu Sira-Sira Kiri
Saluran primer kiri memiliki 2 saluran sekunder utama yaitu Saluran
Sekunder Raja Tengah dan Saluran Sekunder Namu Ukur Kiri. Saluran
Sekunder Namu Ukur Kiri memiliki 2 cabang saluran sekunder yaitu saluran
Bela Rakyat dan Saluran Sekunder Suka Tani. Saluran Sekunder Bela Rakyat
memiliki beberapa cabang saluran sekunder berukuran pendek dan 1 cabang
berukuran panjang yaitu Saluran Sekunder Tumaninah
Pada saat perencanaan di Saluran Primer Kiri terdapat petak tersier
seluas 2.182 ha yang terbagi dalam 47 petak tersier. Deskripsi penyebaran
petak tersier yang terdapat pada Saluran Primer Kiri adalah :
- Saluran Sekunder Raja Tengah : 8 petak tersier
- Saluran Sekunder Namu Ukur Kiri : 7 petak tersier
- Saluran Sekunder Bela Rakyat : 14 petak tersier
- Saluran Sekunder Tumaninah : 6 petak tersier
- Saluran Sekunder Balai Kasih : 3 petak tersier
- Saluran Sekunder Suka Tani : 9 petak tersier
e. Inventarisasi jaringan pada daerah irigasi Namu Sira-Sira Kiri
- Bangunan Bendung :1 Unit
- Bangunan Bagi :5 Unit
- Bangunan Bagi Sadap : 25 Unit
- Talang :5 Unit
- Sypon :6 Unit
- Gorong-gorong : 12 Unit
- Jembatan : 29 Unit
- Bangunan Terjun : 83 Unit
- Got Miring :1 Unit
- Pelimpah :9 Unit
5) Permasalahan Umum Daerah Irigasi Namu Sira-Sira
Secara umum permasalahan yang terjadi berdasarkan
pengamatan meliputi 4 aspek, yaitu :

20
1. Aspek Kelembagaan
P3A yang sudah terbentuk umumnya tidak berfungsi (beberapa
bahkan sudah mati) atau peran P3A belum optimal sesuai dengan
tugas dan fungsinya. Kepengurusan tidak lengkap serta kapasitas
pengurus yang terbatas, legallitas P3A sudah kadaluarsa terjadi
masalah moralitas dan kriminalitas pengurus, air tidak tersedia,
jaringan tidak berfungsi, serta partisipasi/keswadayaan anggota
masih minim.
2. Aspek Teknik Irigasi
Kondisi saluran primer dan sekunder sebahagian dalam kondisi
rusak dan kurang terawat, adanya sadap liar yang tidak terukur
dalam saluran irigasi.
3. Aspek Usaha Tani
Rendahnya efisiensi ekonomi usaha tani dan terjadinya alih jenis
komoditi di daerah Namu Sira-Sira.
4. Aspek Pembiayaan
Pembiayaan iuran penggunaan air irigasi tidak berjalan dengan
lancar.

21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Irigasi adalah penambahan kekurangan kadar air tanah secara buatan
dengan cara menyalurkan air yang perlu untuk pertumbuhan tanaman ke
tanah yang diolah dan mendistribusikannya secara sistematis.
Bendung Namu Sira-Sira mempunyai luas area ± 6500 ha yang terbagi
menjadi 2 wilayah kerja, yaitu irigasi Namu Sira-Sira kanan dan irigasi Namu
Sira-Sira kiri. Bendung irigasi Namu Sira-Sira kanan mempunyai luas daerah
potensial ± 4172,5 hektar. Daerah irigasi Namu Sira-Sira kiri mempunyai luas
potensial ± 2327,5 hektar.
Berdasarkan data Meteorologi yang tercatat di Kabupaten Langkat,
Kecamatan Sei Bingai (LU 3,75o BT 98,45o) tinggi curah hujan tahunan
didaerah irigasi Namu Sira-Sira berkisar antara 79 – 295 mm, dengan tinggi
kelembapan rata-rata 82,1%, kecepatan angin 283,5 km per hari dan pancaran
sinar matahari 3,3 jam perhari.
B. SARAN
Bendungan irigasi Namu Sira-Sira harus tetap dijaga
kelestariannya agar sistem irigasinya tidak rusak, sehingga orang-orang
dapat memanfaatkan airnya untuk proses pertanian

22
DAFTAR PUSTAKA

Desain Hidraulik Bendung Tetap. Bandung: CV. Alfabeta.

Erman Mawardi, Drs. Dipl. AIT. dan Moch. Memed, Ir. Dipl. HE. APU. 2010.

http//:www.google.com

http//:www.wikipedia.com

23
DOKUMENTASI

Bangunan terjun saluran primer kiri

Saluran primer kanan pintu air

24
Mercusuar wawancara dengan petugas

Sumber air gorong-gorong

25
Bangunan bagi sadap bangunan intake

Bersama narasumber saluran sekunder

26
Bangunan petak tersier saluran tersier

27

Anda mungkin juga menyukai