Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

Pada praktikum kali ini, dibuat sediaan tablet dengan


menggunakan bahan aktif yaitu parasetamol atau asetominofen. Khasiat
dari parasetamol yaitu sebagai analgetis dan antipiretis, tetapi tidak
antiradang (Tan Hoan Tjay, 2007).

Dosis dari parasetamol untuk nyeri dan deman oral 2-3 dd 0,5-1 g,
maks 4 g/hari, pada penggunaan kronis maks. 2,5 g/hari. Anak–anak 4–6
dd 10 mg/kg, yakni rata–rata usia 3-12 bulan 60 mg, 1-4 tahun 240–360
mg, 4–5x sehari (Tan Hoan Tjay, 2007).

Dewasa ini dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga
untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek analgetisnya diperkuat
oleh kodein dan kofein dengan kira – kira 50%. Reabsorpsinya dari usus
cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. Dalam hati zat ini
diuraikan menjadi metabolit– metabolit toksis yang diekskresi dengan
kemih sebagai konyugat–glukuronida dan sulfat. Efek sampingnya tak
jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah.
Overdose dapat menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anoreksia.
Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama
laktasi walaupun mencapai air susu ibu. Interaksi pada dosis tinggi dapat
memperkuat efek antikoagulansia tetapi pada dosis biasa tidak interaktif.

Formula yang digunakan untuk pembuatan tablet parasetamol


adalah parasetamol 250 mg, pasta amilum (12,5%), amilum (10%), serta
avicel q.s. sebagai fase dalam, amilum (5%), talkum (2%), dan Mg Stearat
(1%) sebagai fase luar. Parasetamol merupakan zat aktif yang memiliki
khasiat sebagai analgesik dan antipiretik, avicel berfungsi sebagai zat
pengisi, amilum digunakan sebagai disintegran serta pasta amilum
digunakan sebagai zat pengikat pada fase dalam. Amilum berfungsi
sebagai disintegran untuk fase luar, talkum berfungsi sebagai pelincir
(glidan), sedangkan Mg stearat berfungsi sebagai lubrikan (mencegah
friksi serbuk dengan die).
Proses pembuatan tablet parasetamol pada praktikum ini dilakukan
dengan metode granulasi basah. Granulasi basah merupakan salah satu
cara pembuatan tablet kompresi yang paling banyak digunakan.
Granulasi merupakan perlakuan awal terhadap serbuk yang sukar untuk
dicetak menjadi massa yang dapat ditabletasi. granulasi adalah proses
peningkatan ukuran dimana partikel-partikel kecil digabungkan menjadi
partikel dengan ukuran lebih besar, membentuk aglomerat atau granul
stabil sehingga lebih mudah mengalir. Proses granulasi dilakukan karena
sebagian besar serbuk tidak dapat dibentuk menjadi tablet secara langsung
karena kohesivitasnya rendah, tidak memiliki sifat lubrikasi dan
disintegrasi yang diperlukan dalam proses tabletasi.

Sebelum dicetak menjadi tablet, granul yang diperoleh kemudian


ditimbang, dan dievaluasi. Evaluasi terhadap granul ini dilakukan dengan
menentukan distribusi ukuran granul, kandungan lembab, kerapatan nyata,
kerapatan mampat dan % kompresibilitas serta kecepatan aliran dan sudut
istirahat.

Laju alir granul memegang peranan penting dalam pembuatan


tablet. Apabila granul mudah mengalir, tablet yang dihasilkan mempunyai
keragaman bobot yang baik. Laju alir ini dapat ditentukan dengan
menentukan sudut istirahat dari granul dengan menggunakan metode
corong, sudut istirahat ini merupakan sudut yang dibentuk oleh tumpukan
serbuk terhadap bidang datar setelah serbuk atau granul tersebut mengalir
secara bebas melalui suatu celah sempit dalam hal ini adalah corong
(hopper). Jadi, sudut istirahat diperoleh dengan memasukkan sekitar 150 g
granul ke dalam corong yang ditutup, kemudian tutup tersebut dibuka, dan
dihitung waktu alir serta tinggi dan diameter dari tumpukan granul yang
dihasilkan. Dalam uji ini, granul yang dihasilkan dari formula 2 memiliki
hasil yang paling baik yaitu sudut istirahat granul sebesar 24,26040 dengan
kecepatan alir 125,4305 g/detik. Nilai ini menunjukkan bahwa granul yang
dihasilkan memiliki sifat laju alir yang baik karena pada umumnya granul
dikatakan mengalir baik (free flowing) apabila sudut diamnya lebih kecil
dari 250, sehingga granul dapat dicetak dan menghasilkan tablet yang
homogen.

Evaluasi terhadap granul yang berikutnya adalah penentuan nilai


kompresibilitas dari granul dengan menentukan terlebih dahulu kerapatan
nyata dan kerapatan mampat granul. Sebanyak 50 g granul dimasukkan ke
dalam gelas ukur, kemudian dicatat volume awal nya sehingga diperoleh
data kerapatan nyata granul. Selanjutnya gelas ukur diketukkan sebanyak
10, 500 dan 1250 ketukan dan kemudian volume akhir nya dicatat
sehingga diperoleh data kerapatan mampat granul. Suatu granul yang baik
memiliki nilai % kompresibilitas dibawah 20%. Dari hasil pengujian dan
perhitungan, granul yang dihasilkan dari formula 2 memiliki nilai yang
paling baik dengan diperoleh nilai % kompresibilitas dari granul sebesar
7,3582%. Nilai ini menunjukan bahwa granul memiliki nilai
kompresibilitas yang baik.

Pengujian berikutnya adalah penentuan kandungan lembab


(moisture content) unutk menentukan kadar air yang terkandung dalam
granul. Sebanyak 2 g granul dimasukkan ke dalam cawaan uap kemudian
dikeringkan di dalam oven dengan suhu pengeringan 450C selama 60
menit. Dari hasil pengujian, granul dari formula 2 memiliki nilai yang
paling baik dengan diperoleh % MC atau kadar air yang terkandung dalam
granul sebesar 2,2693%. Nilai ini menujukan bahwa granul memiliki kadar
air yang baik, karena batas maksimum kadar air untuk granul adalah 3%.

Pengujian berikutnya adalah uji distribusi ukuran granul dengan


melewatkan 25 g granul pada ayakan mesh 12, 14, 40 dan 60 dan hasil
yang diperoleh dari setiap mesh adalah granul yang diuji memiliki
penyusutan bobot <5% sehingga granul (formula 1-4) yang diuji
dinyatakan memenuhi syarat dalam distribusi ukuran granul.

Setelah melakukan evaluasi granul, dapat dihitung jumlah tablet


yang dapat dihasilkan dengan cara menghitung bobot granul teoritis yang
sudah dikurangi % MC (2,2693%). Kelompok kami dengan menggunakan
formula 2 memperoleh bobot granul sebesar 159,6822 g dari bobot teoritis
sebesar 184 g. Dari hasil perhitungan, jumlah tablet yang dapat dibentuk
adalah sebanyak 428,4631 tablet dengan bobot per tablet 414,5024 mg.

Selanjutnya granul dipersiapkan untuk dicetak. Pertama, granul


dicampurkan dengan fase luar yang terdiri dari amilum 5%, talkum 2%,
dan Mg Stearat 1%. Fase luar dan granul dicampurkan hingga homogen
supaya distribusi fase luar merata dan homogen. Amilum berfungsi
sebagai disintegran fase luar. Lubrikan digunakan untuk menghilangkan
gesekan/friksi antara serbuk dengan die dari mesin pencetak tablet. Glidan
digunakan untuk memperbaiki laju alir hasil campuran fase luar dengan
granul (fase dalam) supaya memudahkan pengaliran granul saat
pencetakan tablet. Pengadukan pada fase luar tidak lebih dari 5 menit yaitu
sekitar 2–3 menit. Hal itu disebabkan karena salah satu zat yang
merupakan fase luar yaitu magnesium stearate sangat berpengaruh
terhadap disolusi dari tablet di saluran cerna. Jika proses mixing dilakukan
terlalu lama, maka kehomogenitasan magnesium stearate dengan bahan
lain menjadi tinggi dan menyebabkan granul dilapisi oleh magnesium
stearate yang memiliki sifat hidrofob (suka minyak). Sifat hidrofob yang
dihasilkan oleh magnesium stearate ini akan menyulitkan tablet melarut di
saluran cerna yang banyak mengandung air, sehingga dapat menyebabkan
disolusi tablet berkurang dan menyebabkan waktu mula kerja obat lambat.

Anda mungkin juga menyukai