Anda di halaman 1dari 12

POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan

Etika Publik Pejabat Negara dalam


Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih
Ethics of Public Officials of the State in
Operation Clean GovernmentOperation Clean
Government
M. Nasir Djamil TB Massa Djafar
Universitas Nasional Universitas Nasional
nasirjamil240@yahoo.com tbmassadjafard@yahoo.com

Abstrak
Etika publik pejabat negara dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bersih memiliki kedudukan
dan peranan yang penting sebagai pedoman berperilaku yang baik dalam menjalankan tugasnya.
Terjadinya korupsi politik tidak hanya disebabkan oleh besarnya kewenangan yang dimiliki, namun
juga karena dilanggarnya etika pejabat negara. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif serta
pendekatan literatur tentang pelanggaran hukum yang berawal dari pelanggaran etika pejabat negara
--- melalui studi kasus Korupsi Politik Hambalang yang sedang ditangani KPK, betapa pelanggaran
etika pejabat negara terjadi mulai dari eksekutif dan legislatif. Pelanggaran etika pejabat negara
tersebut terjadi karena adanya pergulatan kepentingan dalam rangka pencarian sumber dana untuk
pemenangan kandidat calon ketua umum partai politik. Dalam melakukan tindak pidana korupsi, selain
melibatkan eksekutif dan legislatif, juga melibatkan pihak swasta. Celah hukum penyusunan APBN
dimanfaatkan untuk menaikkan nilai proyek Hambalang sehingga diperoleh anggaran dan keuntungan
yang besar, dan dana yang dikorupsi juga semakin besar. Studi kasus tersebut menunjukkan adanya
pelanggaran etika pejabat negara berupa perilaku tidak jujur, memanipulasi data dan tidak transparan
agar proyek Hambalang dapat disetujui. Pelanggaran etika tersebut diiringi pelanggaran hukum yang
berimplikasi pada penurunan kepercayaan publik terhadap upaya menciptakan pemerintahan yang
bersih, khususnya bagi para pejabat yang berasal dari partai politik.
.
Kata Kunci: Etika Publik Pejabat Negara, Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Bersih, Korupsi
Politik, Kasus Hambalang.

Abstract
The public ethics of state official in clean governance has an important position and role as a guide
to good behavior in carrying out their duties. Political corruption is not only caused by the size of
the authority possessed, but also because it violated the ethics of state officials. By using qualitative
research methods to approach the literature that examines the question of how writers are fenomologis
, which means how to collect data in the form of spoken words, and writing, speech, gestures, thoughts
and behaviors that need to be and can be observed, it is concluded that a violation of law begins with
ethics violations by state officials. Through case studies Hambalang Political Corruption are being
handled by the KPK, ethical violations occurred at the level of officials of the state executive and
legislative. Ethical violations of state officials is due to the struggle of interests in order to find sources
of funding for the winning candidate of a political party chairman. In addition to involving the executive
and the legislature, also involving the private sector in the political corruption. Budget preparation of
legal loopholes exploited to increase the value Hambalang project in order to obtain large budgets and
greater profits, so the fund of corruption is also getting bigger. The case studies show a violation of a
state ethics official dishonest behavior, manipulate data and non-transparent so that the project can be
approved Hambalang. The ethics violation accompanied by violation of law, which implies a decline in
public confidence in the efforts to create a clean governance, especially the official from the political
parties.

Keywords: The Public Ethics of State Office, Clean Governance , Political Corruption , Case Hambalang.

JURNAL POLITIK 1757 VOL. 12 No. 01. 2016


Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK

Pendahuluan terang-terangan oleh para pejabat negara. Gam-


Etika pejabat negara dalam penye- baran buruknya etika pejabat negara dapat
lenggaraan pemerintahan yang bersih mempunyai terlihat dari berbagai bentuk penyelewengan
kedudukan yang penting. Sebagai pedoman moral dalam pengadaan barang dan jasa publik, antara
dalam menyelenggarakan tertib pemerintahan, lain adalah (a) lelang tertutup yang meskipun
maka, etika pejabat negara menjadi rujukan terlihat seperti lelang terbuka, proses tersebut
dalam berperilaku sehingga upaya menciptakan sebenarnya bisa bersifat “tertutup”, dengan per-
pemerintahan yang bersih pun akan lebih mudah syaratan tender yang sudah diarahkan kepada
tercapai. Sebaliknya, pelanggaran terhadap etika penyedia barang tertentu; (b) mark-up terhadap
tersebut akan memunculkan perilaku buruk bahkan harga yang ditawarkan, yang seharusnya berupa
dapat menyebabkan terjadinya pelanggaran estimasi penawaran, berdasarkan rincian teknis
pidana. Dengan kata lain, praktik korupsi, kolusi pengadaan. Namun faktanya, harga dimanipulasi,
dan nepotisme (KKN) yang dilakukan oleh pejabat baik oleh si penyedia barang maupun pejabat
negara adalah merupakan pelanggaran etika. publik untuk meningkatkan keuntungan yang di-
Kebocoran ini dapat disebabkan oleh kon- peroleh penyedia barang; (c) tidak efisien karena
disi sosial ekonomi yang miskin, kondisi pelayanan perencanaan yang buruk, perencanaan proyek
publik yang buruk, kekuasaan sewenang-wenang sering sengaja dibuat dengan kualitas yang
dari para pejabat publik, hukum dan peraturan dipredikasi akan mengalami kerusakan dalam
yang bermacam-macam dengan penerapan lemah, waktu yang lebih cepat yang dilakukan dengan
minimnya lembaga pengawas, relasi patron- harapan adanya tender baru, yang berujung pa-
client, dan tidak adanya komitmen dan kehendak da pemakaian dana publik lebih banyak; dan
politik. Selain itu, kurangnya transparansi dan (d) suap yang biasanya terjadi sebelum tender
akuntabilitas juga disinyalir menjadi persoalan dimenangkan oleh salah satu penawar, bentuknya
terbesar sehingga terjadinya korupsi yang tidak dapat pembayaran yang illegal, seperti hadiah atau
hanya dilakukan pada tingkat individu dan bisnis, “success fee”.
bahkan politik. Apabila disidik lebih dalam, se- Fakta-fakta di atas menunjukkan buruknya
jatinya, korupsi terjadi karena pelanggaran etika etika pejabat negara dengan mengabaikan ke-
oleh penyelenggara negara. Oleh karenanya, ada wajibannya kepada negara dan rakyat. Perilaku
adagium yang menyatakan pelanggaran etika korupsi yang sangat berakar dalam lingkungan
belum tentu mengakibatkan pelanggaran hukum, sosial ekonomi masyarakat juga ditunjang dengan
namun pelanggaran hukum sudah pasti melanggar lemahnya penerapan berbagai aturan tentang
etika. etika pejabat negara dalam penyelenggaraan
Fakta bahwa pejabat negara tidak transparan pemerintahan sehingga mereka cenderung mem-
dalam setiap keputusan dan kebijakannya pun dapat perlakukan jabatan sebagai hak milik. Seba-
secara nyata terlihat dalam perimbangan alokasi gaimana Ryaas Rasyid (2007) menyatakan, setiap
anggaran untuk kepentingan publik dan birokrasi perilaku pejabat negara atau pejabat publik yang
yang mencapai 30:70 persen. Ketidakseimbangan tidak mendukung apalagi menghambat kepada pe-
ini menunjukkan prioritas pemerintah kepada layanan, pemberdayaan dan pembangunan, maka,
publik masih perlu dipertanyakan karena pada sudah dapat dikategorikan sebagai pelanggaran
negara-negara maju, alokasi anggaran publik etika.
dan birokrasi justru lebih banyak kepada publik Pelanggaran etika pejabat negara ini yang
dibanding ke birokrasi. Belanja keperluan publik membawa Indonesia belum bersih dari tindak
menyerap sekitar 30-40% dari anggaran belanja pidana korupsi. Namun harapan dan tekanan publik
negara (Rp 90 trilliun). untuk terciptanya pemerintahan atau negara yang
Muara dari semua ketimpangan bebas dari praktik korupsi juga semakin menguat.
penyelenggaran pemerintahan ini adalah tidak Berbagai peraturan perundang-undangan yang
adanya etika pejabat negara dalam mengemban menunjukkan sebuah kemauan politik untuk
tugas kenegaraan. Berbagai perilaku korup dila- menegakkan etika pejabat negara sebenarnya
kukan baik secara sembunyi-sembunyi maupun sudah cukup banyak. Dimulai dari Falsafah

JURNAL POLITIK 1758 VOL. 12 No. 01. 2016


POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan

Pancasila dan Konstitusi/UUD 1945 Negara RI; melalui Koordinator Divisi Investigasinya, Agus
kemudian TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Sunaryanto, justru mengkritik audit BPK dalam
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas kasus itu yang disebutnya executive minded.
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; lalu UU Nomor Menurutnya, pembahasan anggaran dan soal
28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara tanah tentu ada persinggungan dengan parlemen
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan di Komisi X, sehingga KPK pun harus turut
Nepotisme dan UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang menyidik pada tingkat parlemen (Fajar Online,
Perubahan Atas UU No. 8 Tahun 1974 Tentang “Hambalang Belum Sentuh Parlemen” dalam
Pokok-Pokok Kepegawaian ( LN No. 169 dan http://www.fajar.co.id/read-20121208100729-
Tambahan LN No. 3090 ); kemudian UU No. 32 hambalang-belum-sentuh-parlemen, Diakses pa-
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang da Sabtu, 08 Desember 2012). Indikasi lain dari
dirubah dengan UU Nomor 3 Tahun 2005 dan UU Kasus Hambalang adalah keterkaitannya dengan
No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah; Ketua Umum Partai Demokrat, karena, menurut
serta Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 tentang pengakuan Muhammad Nazaruddin uang tersebut
Disiplin Pegawai Negeri . mengalir ke Kongres Partai Demokrat untuk
Ironisnya, peraturan perundang-undangan memenangkan Anas Urbaningrum.
yang memuat ketentuan etika pejabat negara di Selain dugaan keterlibatan eksekutif,
atas cenderung dilanggar oleh mereka sendiri de- legislatif sebagai pejabat negara, juga aktor partai
ngan perbuatan melawan hukum, seperti korupsi politik, audit investigasi atas proyek Hambalang
yang dilatari oleh penyalahgunaan wewenang, oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) juga
persekongkolan untuk memperkaya diri sendiri, menemukan bahwa Proyek Pusat Olahraga ini
tidak efisien dalam mengelola keuangan negara, dilakukan tanpa mengikutsertakan studi Analisis
perbuatan yang merugikan keuangan negara, yang Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) oleh
berakibat terganggunya pelayanan publik dan Kementerian Pemuda dan Olahraga. Menurut
pemerintahan. Ketua BPK Hadi Purnomo, Bupati Bogor
Kurangnya etika pejabat publik dan bi- menandatangani site plan meskipun Kemenpora
rokrasi yang tidak transparan, mengabaikan belum/tidak melakukan studi AMDAL terhadap
kewajiban untuk kepentingan rakyat dan melayani Proyek Pembangunan Pusat Olahraga Hambalang,
dirinya sendiri, penyalahgunaan kewenangan sehingga diduga melanggar UU No. 32 Tahun 2009
dengan cara melawan hukum sebagaimana tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
digambarkan di atas, adalah merupakan pe- Hidup. Dengan demikian, Proyek Hambalang juga
nyebab dari timbulnya kasus hukum dalam diduga melanggar Peraturan Bupati Bogor No. 30
Pembangunan Proyek Kawasan Hambalang --- Tahun 2009 tentang Pengesahan Masterplan, Site
yakni Pembangunan Pusat Olahraga di Kabupaten Plan, dan Peta Situasi.
Bogor, Jawa Barat, yang melibatkan Kementerian Selain tidak adanya master plan,
Pemuda dan Olahraga sehingga menjadi berita penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
yang menyedot perhatian publik pada rentang proyek Hambalang juga menyalahi aturan. Ke-
2012 dan 2013. pala Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor
Mundurnya Menteri Pemuda dan Olahraga, juga menerbitkan IMB meski Kemenpora belum
Andi Alfian Mallarangeng menjadi salah satu melakukan studi AMDAL terhadap Proyek
bentuk pertanggungjawaban seorang menteri Pembangunan Pusat Olahraga Hambalang,
dalam mengusut kasus korupsi yang terjadi sehingga diduga melanggar Peraturan Daerah
di wilayah kewenangannya. Lolosnya alokasi Kabupaten Bogor No. 12 Tahun 2009 tentang
pendanaan Proyek Hambalang yang mencapai Bangunan Gedung. Lebih jauh, Direktur Penataan
Rp 2,5 triliun itu bukan saja menjadi tanggung Bangunan dan Lingkungan Kementerian Pekerjaan
jawab eksekutif, namun juga legislatif (Dewan Umum juga memberikan pendapat teknis sepu-
Perwakilan Rakyat, DPR) sebagai counterpart tar proyek Hambalang tanpa memperoleh pen-
dalam tiga fungsi yaitu legislasi, anggaran dan delegasian dari Menteri PU, sehingga diduga
pengawasan. Indonesian Corruption Watch melanggar Peraturan Menteri PU No. 45 Tahun

JURNAL POLITIK 1759 VOL. 12 No. 01. 2016


Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK

2007. 2007).
Setelah pejabat eksekutif menjadi sasaran
penyidikan KPK, berbagai kalangan menuntut Etika Publik
agar KPK juga menyidik keterlibatan anggota Kasus Hambalang sesungguhnya meru-
DPR (pejabat legislatif) dalam dugaan korupsi pakan penyimpangan dari proses pengadaan
Proyek Pembangunan Pusat Olahraga Hambalang barang dan jasa pemerintah, yaitu penyimpangan
di Bogor, Jawa Barat. ICW misalnya secara khusus terhadap prinsip bahwa pengadaan barang dan jasa
menyatakan audit investigasi tahap I Badan merupakan upaya pemenuhan kebutuhan publik
Pemeriksaan Keuangan (BPK) masih memfokus yang bermanfaat bagi masyarakat luas, tersedia
pada proses di eksekutif --- selanjutnya pada dan dapat diakses oleh semua anggota masyarakat
audit tahap II, diharapkan BPK memfokuskan tanpa terkecuali. Penyimpangan ini muncul are-
proses di parlemen, khususnya di Komisi X na adanya kekuasaan dan kemampuan anggota
DPR. Keterlibatan pejabat legislatif bisa dilihat masyarakat tertentu dalam mencari keuntungan
ketika proses perencanaan proyek serta masalah bagi dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber
tanah. Dalam hal ini, Audit Badan Pemeriksa daya yang ada di masyarakat.
Keuangan (BPK) RI hanya menyebutkan peran Hal ini menunjuk pada paham utili-
seorang anggota DPR Komisi II dari Fraksi tarianisme sebagai paradigma individualisme ra-
Partai Demokrat, yakni Ignatius Mulyono terkait dikal, yang memandang individu sebagai aktor
sertifikasi tanah proyek Hambalang. Padahal, yang berusaha untuk memaksimalkan utilitasnya
untuk meloloskan megaproyek ini, pembahasan yang secara rasional memilih sarana yang terbaik
anggarannya harus terlebih dulu mendapatkan untuk melayani tujuan-tujuannya sendiri. Inti pan-
persetujuan para anggota dewan (Fajar Online, dangannya adalah, bahwa individu yang berdiri
“Hambalang Belum Sentuh Parlemen” dalam sendiri adalah unit yang mengambil keputusan,
http://www.fajar.co.id/read-20121208100729- yaitu yang memberikan keputusannya sendiri.
hambalang-belum-sentuh-parlemen, Diakses Selanjutnya, asumsinya adalah bahwa
pada Sabtu, 08 Desember 2012). orang berusaha untuk memaksimalkan utilitasnya
Lebih jauh, penanganan kasus dugaan (apakah berupa kesenangan, kebahagiaan,
korupsi pada proyek Hambalang juga disinyalir konsumsi, atau sekadar pendapat formal tentang
melibatkan pejabat di Kementerian Keuangan tujuan bersama), mengingat, tiap orang akan
RI (Kemenkeu). Dugaan yang muncul adalah mengejar sekurang-kurangnya dua “utilitas”
kemudahan yang diberikan oleh pejabat tinggi di yang tidak dapat direduksi dan mempunyai dua
Kemenkeu dalam mencairkan anggaran multiyear sumber penilaian, yaitu kesenangan dan moralitas.
proyek Hambalang. Berbagai kecurigaan atas Sehingga, dalam proses pengadaan barang dan
keterlibatan berbagai pihak ini membutuhkan jasa atau pemanfaatannya berpeluang untuk di-
suatu penelitian dan analisis yang cermat tentang manfaatkan untuk kepentingan diri sendiri dan
sistem penanganan korupsi di Indonesia. Apakah mengabaikan kepentingan yang lebih luas.
peran KPK cukup powerfull untuk menuntaskan Bagaimanapun, proses pengadaan ba-
kasus demi kasus terutama yang melibatkan rang dan jasa mempunyai dua dimensi, yaitu
pejabat tinggi negara. Mengingat, berbagai dimensi individual dan dimensi struktural, yang
kepentingan politik bisa terlibat, terlebih lagi keduanya tidak dapat saling meniadakan. Dimensi
dengan sistem pemilihan pemimpin bangsa individual memperlihatkan kecenderungan po-
yang terbuka lebar terutama bagi mereka yang tensi pribadinya untuk mengerahkan sumber daya
mempunyai kapital, cash flow yang kuat. Secara melalui jaringan sosialnya, dan berfokus pada
tegas dapat dikatakan, tingginya tingkat korupsi keuntungan individual. Pada dimensi ini, pe-
di Indonesia dibandingkan negara bangsa lain di ngadaan barang dan jasa dipahami sebagai koneksi
dunia menunjukkan adanya permasalahan krusial ke pihak lain dengan mempengaruhi kinerja eko-
yang belum mendapatkan perhatian. Dalam kajian nomi dan politik pada tingkatan birokrasi.
ini, penulis menggunakan metode penelitian Secara individual, nilai manfaat pengadaan
kualitatif serta pendekatan literatur (Moleong, barang dan jasa dipersepsi sebagai pendukung

JURNAL POLITIK 1760 VOL. 12 No. 01. 2016


POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan

kehidupan sosial yang merupakan entitas-entitas yang bersifat universal. Sehingga dalam berpolitik
yang berdiri sendiri, sehingga keberlangsungannya atau dalam menetapkan kebijakan diperlukan
sangat tergantung pada sifat-sifat maupun kegiatan etika, kendatipun sering dijumpai konflik antara
individu di dalam memenuhi kebutuhan mereka. etika dan politik --- namun, sebenarnya, konflik
Dengan kata lain, semua fenomena barang dan tersebut merupakan konflik antara tuntutan etik
jasa, terutama fungsionalisasi barang dan jasa yang berbeda terhadap politik. Konflik ini tidak
kepada seluruh pranata sosial, hendaknya selalu dapat dipahami dengan cara konvensional, yaitu
dipahami sebagai akibat dari upaya pemenuhan politik sebagai dunia kekuasaan murni, diatur oleh
kebutuhan, tindakan, sikap dari setiap individu asumsi-asumsi kebijakan, sedang etika sebagai
manusia. dunia prinsip murni yang diatur oleh imperatif-
Oleh sebab itu, kebutuhan dasar, kapasitas, imperatif moral (Dennis F. Thompson, 2002).
dan motivasi manusia terhadap barang dan Dalam kaitan pejabat negara ini ada
jasa muncul pada diri setiap manusia tanpa beberapa hal yang perlu direnungkan, terutama
mempedulikan sifat khusus kelompok atau in- hak publik terhadap kondisi pejabat negara, yaitu
teraksi sosialnya, sehingga, terdapat perbedaan
kemanfaatan secara individual dari barang dan ”Pertama, adakah akses masyarakat
terhadap proses pengambilan keputusan
jasa yang sama dan yang tersedia. Kendati tiap dan informasi terhadap perdebatan
individu itu berinteraksi satu sama lain, akan yang terjadi. Artinya, publik dapat
tetapi, pada dasarnya, tiap orang dianggap bersifat saja mempertanyakan etika bagi
mandiri dalam berbagai interaksi itu. Pemanfaatan para pembuat undang-undang.
individual diperoleh dari pandangan keluar Bagaimana menghindari kepentingan
jaringan dan pertalian sehingga dapat mengakses pribadi, kelompok dan golongan,
sehingga produk undang-undang yang
barang dan jasa dari luar kelompoknya sendiri. dirumuskan demi kesejahteraan rakyat
Pemanfaatan barang dan jasa secara individual banyak merupakan suatu hal yang
mempunyai dua manifestasi, yaitu pertama adalah memang penting untuk dirumuskan
akses oleh individu sebagai anggota dalam institusi secara demokratis. Kedua, dapatkah
sosial; dan kedua, adalah tingkatan kerjasama publik memiliki akses terhadap
(networking) yang terjadi dengan institusi sosial kehidupan pribadi para pejabat
negara, misalnya dengan mengetahui
lain yang mungkin memiliki kesamaan kebutuhan sumber kekayaan pribadinya. Konflik-
terhadap barang dan jasa tersebut. konflik etis yang di hadapi pejabat
Di pihak lain, terdapat dimensi struktural, negara muncul dari dua ciri umum
baik dalam pemenuhan kebutuhan ataupun proses jabatan pemerintahan, yaitu sifat
pengadaan barang dan jasa melalui penetapan representasional dan organisasionalnya.
aturan-aturan moral yang berupaya untuk mem- Para pejabat bertindak untuk publik,
dan mereka bertindak dengan orang
batasi sifat mementingkan diri sendiri dalam lain. Ciri pertama melahirkan konflik
diri manusia. Dimensi ini menempatkan etika antara prinsip-prinsip tindakan; sedang
pejabat negara dalam kerangka moral kolektif ciri kedua melakhirkan konflik antara
yang terwujud dalam bentuk norma-norma ber- prinsip-prinsip tanggung jawab ”
sama, pengetahuan umum, dan penggunaan (Dennis F. Thompson, 2002).
hukum-hukum. Terbangunnya etika pejabat
negara, sudah barang tentu dapat memberikan Karena pejabat negara bertindak atas nama
harapan meningkatnya kepercayaan dalam tiap orang lain, sehingga diandaikan mereka me-
proses pemenuhan kebutuhan publik. Dalam miliki hak dan kewajiban yang tidak dimiliki
sebuah negara yang demokratis, maka, pejabat oleh warga negara pada umumnya. Sebagai
negara dituntut dapat mempertanggungjawabkan alat negara, para pejabat dinilai dengan prinsip-
kebijakan dan tindakan politisnya kepada prinsip yang berbeda, atau prinsip-prinsip yang
masyarakat. diinterpretasikan secara berbeda, dibanding de-
Sejatinya, pejabat negara terikat oleh ngan prinsip-prinsip yang berlaku bagi orang-
noma-norma hukum dan nilai-nilai kemanusiaan orang yang bertindak bagi diri mereka sendiri dan

JURNAL POLITIK 1761 VOL. 12 No. 01. 2016


Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK

bagi kelompok yang tidak terlalu inklusif. tentang nilai-nilai ajaran moral. Dalam pengertian
Namun, para pejabat negara juga memiliki yang sebenarnya berarti filsafat mengenai bidang
hak dan kewajiban yang sama yang dimiliki oleh moral. Sehingga, etika adalah merupakan ilmu
semua warga negara. Sebagai manusia, mereka bukan sebuah ajaran; yakni refleksi sistematik
dinilai oleh prinsip yang sama yang mengatur mengenai pendapat-pendapat, dan istilah-istilah
semua hubungan moral. Dengan kata lain, moral.
semua pejabat negara mempunyai hak pribadi Etika politik adalah filsafat moral tentang
yang sama sebagai warga negara, akan tetapi, dimensi politis kehidupan manusia, sehingga,
mereka sering mengorbankan hak itu demi etika politik berarti suatu standar nilai yang
kepentingan pemerintahan yang demokratis. disarikan dari nilai-nilai kemanusiaan untuk di-
Dalam mempromosikan kesejahteraan negara, jadikan sebagai kerangka acuan teoritik dalam
maka, para pejabat mungkin harus bertindak mempersoalkan dan menjelaskan legitimasi politik
secara paternalistik dengan melanggar kebebasan serta budaya politik masyarakat. Dengan demikian,
warga negara yang sama. Demikian pula dalam etika politik mempertanyakan tanggungjawab dan
melaksanakan eksperimen sosial --- dengan kewajiban manusia sebagai manusia, dan bukan
mengejar kebijakan sosial, kadang, para pejabat hanya sebagai warga terhadap negara, hukum
harus menggunakan warga negara sebagai yang berlaku dan sebagainya (Franz Magnis Su-
sarananya. seno, 1993a).
Selanjutnya, sifat organisasional dari Oleh sebab itu, fungsi etika politik dalam
jabatan negara menciptakan seperangkat masalah masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat
etis yang berbeda. Thompson (dalam Dennis F. teoritis untuk mempertanyakan serta men-
Thompson, 2002) menyatakan, bahwa jelaskan legitimasi politik secara bertanggung-
jawab. Jadi tidak berdasarkan emosi, prasangka,
”... etika politik mengandaikan bahwa dan apriori, melainkan secara rasional, objektif
pribadi-pribadi yang dinilai dapat
dan argumentatif. Sehingga, etika politik tidak
bertanggung jawab atas tindakan-
tindakan mereka. Namun, struktur dapat langsung mencampuri politik praktis,
jabatan menilai sebaliknya, karena sebagaimana etika pada umumnya tidak dapat
seorang pejabat bertindak bersama menetapkan apa yang harus dilakukan seseorang.
dengan para pejabat lain di dalam Di sini, tugas etika politik adalah subsider;
sebuah organisasi. Artinya, publik tidak membantu agar pemahaman masalah-masalah
dapat meminta tanggung jawab moral
ideologis dapat dijalankan secara objektif, ar-
kepada siapapun atas konsekuensi
keputusan dan kebijakan pemerintah.” tinya berdasarkan argumen-argumen yang da-
pat dipahami dan ditanggapi oleh semua yang
Menurut Franz Magnis Suseno (1993a), mengerti permasalahan. Etika politik tidak dapat
secara terminologi etika adalah filsafat mengenai mengkhotbahi para politikus, namun, dapat mem-
bidang moral, etika merupakan ilmu atau berikan patokan-patokan orientasi dan pegangan-
refleksi sistematik mengenai pendapat-pendapat, pegangan normatif bagi mereka yang memang
norma dan istilah moral. Dalam arti luas se- mau menilai tatanan dan kehidupan politik
bagai keseluruhan norma dan penilaian yang dengan tolok ukur martabat manusia (Franz Mag-
dipergunakan oleh masyarakat untuk mengetahui nis Suseno, 1993a).
bagaimana manusia seharusnya menjalankan Menurut Aristoteles sebagaimana
kehidupannya. dikutip Franz Magnis Suseno dalam Etika Po-
Kemudian, masih menurut Franz Magnis litik Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan,
Suseno (1993b), etika dibedakan dari ajaran menuliskan bahwa identitas manusia yang baik
moral. Ajaran moral langsung mengajarkan dan warga negara yang baik hanya terdapat
bagaimana orang harus hidup, berupa rumusan apabila negara sendiri baik. Apabila negara itu
sistematis terhadap anggapan-anggapan tentang buruk, maka, orang yang baik sebagai warga
apa yang bernilai serta kewajiban-kewajiban negara yang dalam kehidupannya selalu sesuai
manusia. Sementara, etika merupakan ilmu dengan aturan negara yang buruk adalah buruk.

JURNAL POLITIK 1762 VOL. 12 No. 01. 2016


POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan

Atau bisa dikatakan sebagai manusia jahat. Akan kepada Menpora, Andi Alfian Mallarangeng.
tetapi, sebaliknya, dalam negara buruk, manusia Analisis korupsi Hambalang dapat dimulai
yang baik sebagai manusia dalam artian manusia dari definisi umum yang dipakai, yaitu korupsi
yang benar-benar bertanggung jawab akan men- sebagai penyalahgunaan sumber daya publik untuk
jadi warga negara yang buruk, karena tidak dapat keuntungan pribadi. Berdasarkan karakteristik
hidup sesuai dengan aturan negara yang buruk tempat korupsi terjadi, maka, pendekatan po-
(Franz Magnis Suseno, 1993a). litik dipakai untuk melihat bagaimana peran
Dengan demikian etika politik menuntut negara dalam menyediakan kondisi-kondisi bagi
agar segala klaim atas hak untuk menata masya- terciptanya korupsi sehingga mempengaruhi
rakat dipertanggungjawabkan pada prinsip- perilaku para pemegang jabatan publik. Korupsi
prinsip moral dasar. Karena berfungsi sebagai merupakan ekses dari seluruh proses pembuatan
sarana kritik ideologi, maka, etika politik bersifat suatu kebijakan. Dengan pendekatan ekonomi-
reflektif, membahas bagaimana masalah-masalah politik, maka, korupsi yang digunakan sebagai
kehidupan dapat di hadapi, serta membantu usaha alat analisis muncul dari premis, yaitu adanya
masyarakat dalam mengejawantahkan ideologi ketidakcocokan secara substansial antara sistem
negara yang luhur ke dalam realitas politik yang politik dengan sistem ekonomi yang dalam ter-
nyata. Semisal merefleksikan apa inti keadilan minologi ilmu sosial: tekanan-tekanan yang saling
sosial, apa dasar etis kerakyatan, bagaimana bersaing (kontradiksi) antara kapitalisme dan
kekuasaan harus ditangani supaya sesuai de- demokrasi (John Girling, 1997).
ngan martabat manusia dan sebagainya (Franz Untuk mengatasi ketegangan-ketegangan
Magnis Suseno, 1993a). tersebut, atau ‘untuk membuat sistem tetap
berjalan’, maka, para politisi atau para pemegang
Implikasi Politik Atas Pelanggaran Etika jabatan publik melalui sarana kelembagaan
Pejabat Negara dalam Kasus Proyek berkolusi dengan pelaku bisnis atau masyarakat
Hambalang pada umumnya untuk mencapai keuntungan
Kasus korupsi Proyek Hambalang mulai bersama. Dalam pandangan teoritis institusionalis,
terkuak ketika Koordinator Anggaran Komisi dua faktor yang diduga secara signifikan turut me-
X DPR RI yang juga Bendahara Umum Partai nyumbangkan kondisi tersebut adalah lemahnya
Demokrat, Muhammad Nazaruddin, ditangkap. keberadaan faksionalisasi partai politik, dan
Nazar mulai mengungkap pelbagai aktivitas korupsi ketiadaan, serta ketidakmatangan birokrasi pe-
yang melibatkannya, salah satunya korupsi pada merintahan yang profesional dalam pemahaman
Proyek Hambalang yang ternyata juga melibatkan Weberian (John Girling, 1997).
koleganya di Partai Demokrat, di antaranya Menggunakan dimensi analitis John
Anas Urbaningrum, Andi Alfian Mallarangeng, Girling (1997), penyebaran korupsi pada kasus
dan Angelina Sondakh. Selanjutnya, Nazar juga Hambalang dapat dikatakan sudah dalam kondisi
mengungkapkan keterlibatan pihak Kementerian sistemik sosial, yakni korupsi sudah menyerang
Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) serta pihak seluruh lapisan serta sistem kemasyarakatan
swasta, yakni PT Adi Karya dan PT Wijaya Karya sehingga korupsi menjadi rutin dan diterima
(Wika). sebagai alat untuk melakukan transaksi sehari-
Informasi tentang adanya korupsi Hambang hari. Hal semacam ini disebut dengan korupsi
mulai diselidiki oleh Komisi Pemberantasan sistemik karena sudah mempengaruhi secara
Korupsi (KPK) pada 1 Agustus 2011. Pada 8 kelembagaan dan mempengaruhi tingkah laku
Februari 2012, Nazar kembali memberikan ke- individu pada semua tingkatan sistem politik,
saksiannya di KPK. Nazar mengungkapkan bahwa sosial, dan ekonomi. Korupsi jenis ini mempunyai
ada uang Rp 100 miliar hasil dari korupsi pro- beberapa ciri, yaitu :
yek Hambalang yang dibagi-bagi. Rp 50 miliar • Inklusif dengan lingkungan sosial-
digunakan untuk pemenangan Anas sebagai Ketua budayanya sehingga diterima sebagai
Umum Partai Demokrat; sisanya Rp 50 miliar kenyataan pada konteks sosial-budaya ma-
dibagi-bagi kepada anggota DPR RI, termasuk syarakat itu sendiri.

JURNAL POLITIK 1763 VOL. 12 No. 01. 2016


Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK

• Cenderung monopolistik dalam hal ini 2. Korupsi ekstortif yaitu korupsi yang
korupsi sudah menguasai semua sistem menyertakan bentuk-bentuk tertentu,
kerja masyarakat itu sehingga masyarakat yakni pihak pemberi dipaksa untuk
sulit untuk mendapatkan atau menentukan menyuap untuk mencegah kerugian yang
sistem kemasyarakatan yang wajar tanpa mengancam diri, kepentingan, orang-
korupsi. orangnya, atau hal-hal yang dihargainya.
• Terorganisasi dan sulit dihindari karena 3. Korupsi investif yaitu korupsi yang
korupsi sudah menjadi proses rutin dalam melibatkan suatu penawaran barang atau
kehidupan sosio-ekonomi sehingga korupsi jasa tanpa adanya pertalian langsung
itu sendiri menjadi terorganisasi baik secara dengan keuntungan tertentu yang di-
sadar atau tidak di dalam seluruh sistem peroleh pemberi, selain keuntungan yang
perilaku individu. diharapkan akan diperoleh di masa datang.
Jika ditinjau dari locus atau perilaku 4. Korupsi nepotistik yaitu korupsi berupa
korupsi, fungsi dari pejabat publik, berdasarkan pemberian perlakuan khusus kepada
orientasi pelaksanaan fungsi institusi tersebut pertemanan atau yang mempunyai ke-
menjadi pelayan bagi kepentingan partai yang dekatan hubungan dalam rangka men-
berkuasa. Jika ditinjau berdasarkan relasi antara duduki jabatan publik. Dengan kata lain
kepentingan publik dan kekuasaan, maka, dapat perlakuan pengutamaan dalam segala
dikatakan terjadi pengabaian atas kewajiban bentuk yang bertentangan dengan norma
pemegang jabatan publik. Karena, korupsi terjadi atau peraturan yang berlaku.
dengan mengendarai kepentingan publik. 5. Korupsi autogenik yaitu korupsi yang
Dalam hal ini, John Girling (1997), dilakukan individu karena mempunyai
mengatakan bahwa korupsi merupakan titik kul- kesempatan untuk memperoleh keuntungan
minasi dari proses hubungan kolusi yang sistemik dari pengetahuan dan pemahamannya atas
antara pelaku institusi politik (baik politikus atau sesuatu yang hanya diketahuinya seorang
birokrat) dengan pelaku ekonomi (swasta) yang diri.
relatif kontinyu sehingga menghasilkan semacam 6. Korupsi suportif yaitu korupsi yang
situasi dilematis (reconfusion) dalam menentukan mengacu pada penciptaan suasana yang
batas-batas ruang lingkup ‘publik’ dan ‘privat’. kondusif untuk melindungi atau mem-
Kata kolusi di atas merujuk pada pengertian pertahankan keberadaan tindak korupsi.
adanya kesepakatan rahasia untuk kepentingan 7. Korupsi defensif yaitu suatu tindak korupsi
kedua belah pihak yang biasanya bersifat ilegal yang terpaksa dilakukan dalam rangka
atau pemalsuan.. Artinya, kolusi adalah pre-kondisi mempertahankan diri dari pemerasan.
bagi kemunculan korupsi karena kolusi biasanya Beranjak dari tipologi korupsi tersebut,
dirasionalkan agar sistem yang sudah ada tetap maka, dapat diidentifikasi bahwa kasus korupsi
berjalan baik di sektor publik maupun bisnis. Hambalang adalah merupakan (a) pengkhianatan
Sebagai alat untuk membantu melihat tipe terhadap kepercayaan publik, (b) penipuan
pola korupsi Hambalang, maka, tipologi korupsi terhadap badan pemerintah, lembaga swasta, dan
yang digunakan pada penelitian ini didasarkan masyarakat pada umumnya, (c) dengan sengaja
pada tipologi yang dikemukakan oleh Syed melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan
Hussein Alatas (1987) yang mengembangkan dan khusus, (d) dilakukan dengan rahasia, kecuali
mengidentifikasikan korupsi dari definisinya yang dalam keadaan di mana orang-orang yang berkuasa
terlihat minimalis ke dalam beberapa tipe, yaitu: atau bawahannya menganggap tidak perlu, (e)
1. Korupsi transaktif yaitu korupsi yang melibatkan lebih dari satu orang atau pihak, (f)
menunjukkan adanya kesepakatan timbal adanya kewajiban atau keuntungan bersama
balik antara pihak yang memberi dan dalam bentuk uang atau yang lain, (g) berpusat
menerima demi keuntungan bersama pada mereka yang menghendaki keputusan yang
dengan kedua belah pihak sama-sama aktif pasti dan mereka yang dapat mempengaruhinya,
menjalankan perbuatan tersebut. dan (h) adanya usaha untuk menutupi perbuatan

JURNAL POLITIK 1764 VOL. 12 No. 01. 2016


POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan

korup dalam bentuk-bentuk pengesahan hukum. norma etika (Wahyudi Kumorotomo,


Kemudian, korupsi sistemik terjadi di 2005).
bidang sosial, ekonomi, dan politik di bangsa ini. Dennis F.Thompson (dalam Yeremias T
Tidak berfungsinya lembaga penegakkan hukum Keban, 2005), menyatakan bahwa permasalahan
dan lembaga perwakilan membuat masyarakat etika memang semakin meluas, tidak saja di-
kian skeptis terhadap penegakkan hukum di sebabkan oleh semakin banyaknya aturan yang
bangsa ini. Apalagi upaya pemberantasan korupsi membatasi moral pejabat tetapi juga oleh semakin
semakin diintervensi oleh elit-elit politik. banyaknya tuntutan publik agar para pejabat
Selanjutnya, berdasarkan aktor yang me- mengikuti nilai-nilai dasar yang mereka tuntut.
libatkan pejabat publik, maka, menurut penulis Konflik-konflik etis yang di hadapi pejabat publik
terjadi pelanggaran etika oleh pejabat publik. muncul dari dua ciri umum jabatan pemerintahan,
Etika menjadi sangat penting dan mendasar karena yaitu sifat representasional, artinya mereka
merupakan landasan bagi manusia dan organisasi memiliki hak dan kewajiban demi kepentingan
dalam menentukan dan melaksanakan tujuan warga negara yang diwakilinya, dengan kata
(Feisal Tamin, 2004). Adapun, beberapa bentuk lain mereka bertindak untuk kita. Kedua, adalah
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh sifat organisasionalnya, yakni bertindak bagi
seorang pejabat publik dalam kasus Hambalang perwakilan dari mana mereka berasal (kelompok
adalah. pendukung) artinya mereka akan bertindak
1. Ketidakjujuran (dishonesty); pejabat dengan orang lain. Jadi, dalam tugasnya, pejabat
publik melakukan tindakan-tindakan yang publik adalah melayani konstituen mereka serta di
tidak jujur dalam tugas-tugasnya. pihak lain harus melayani pula kepentingan publik
2. Perilaku yang buruk; dengan menerima (masyarakat).
uang suap. Sehingga, menjadi sangat ambigu jika
3. Konflik kepentingan; pejabat publik harus menilai tanggung jawab etis dari seorang
seringkali dihadapkan pada posisi yang pejabat publik. Di satu sisi para pejabat tersebut
dipenuhi oleh konflik kepentingan. mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan
4. Melanggar peraturan perundangan; yang dimiliki oleh semua warga negara sehingga
seorang pejabat mungkin tidak pernah mereka akan dinilai oleh prinsip yang sama yang
menerima uang sogok, uang pelicin dan mengatur semua hubungan moral, sementara,
sebagainya. Akan tetapi, sangat boleh jadi di sisi lain, karena pejabat bertindak bersama-
bahwa tanpa sadar ia telah bertindak tanpa sama dengan banyak pejabat lain dalam sebuah
wewenang yang sah. Ia tidak melakukan organisasi maka publik akan mengalami kesulitan
tindakan-tindakan yang buruk, namun, untuk meminta tanggung jawab moral tersebut. Hal
telah melanggar peraturan perundangan ini yang terlihat dalam kasus korupsi Hambalang.
yang berlaku. Selanjutnya, krisis legitimasi merupakan
5. Melakukan inefisiensi atau pemborosan; sebuah proses yang diawali dengan krisis yang
padahal, pemborosan dana atau sumber- terjadi pada sistem ekonomi dan sistem politik
sumber daya milik publik tanpa alasan yang kemudian mengakibatkan hilangnya
yang dapat dipertanggungjawabkan adalah orientasi nilai dalam sistem sosio-kultural
tindakan yang tidak dapat dibenarkan. karena sistem nilai yang digunakan sebagai
6. Menutup-nutupi kesalahan; dalam hal referensi makna dalam kehidupan bersama juga
ini pejabat publik seringkali menolak berubah. Sistem politik gagal mengelola loyalitas
untuk memberikan keterangan yang se- massa dan sistem ekonomi gagal mengelola
sungguhnya kepada badan-badan legislatif. benturan kepentingan antara pemilik modal
Dalam organisasi, mungkin telah terjadi dan kepentingan massa. Oleh sebab itu, krisis
penyelewengan-penyelewengan berat, legitimasi terhadap pemimpin pada ujungnya
akan tetapi, si pejabat bisa saja menutup bermuara pada menurunnya kepercayaan terhadap
mata dari penyelewengan tersebut. Hal ini pemimpin. Kepercayaan terhadap pemimpin akan
jelas merupakan tindakan yang melanggar terjamin karena watak, kemampuan, kekuatan dan

JURNAL POLITIK 1765 VOL. 12 No. 01. 2016


Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK

kebenaran seseorang atau sesuatu. Kepercayaan terasa bagi Partai Demokrat, karena citra partai
menjadi faktor penentu di masyarakat. Masyarakat bersih yang dibangun sejak 2004 seketika runtuh.
akan memberi kepercayaan secara sukarela Selain itu, implikasi politik secara kuantitatif juga
manakala sudah sangat yakin bahwa jalan yang mungkin dirasakan oleh partai politik lain yang
ditempuh pemimpin adalah jalan yang benar, menjadi peserta Pemilu Legislatif 2014.
selalu melindungi dan dapat menjadi tempat Terdapat implikasi politis lain yang tidak bisa
bersandar. Semua ini dtentukan oleh ucapan dan dihitung secara kuantitatif, yaitu berkurangnya
tindakan pemimpin semata. kepercayaan masyarakat terhadap politisi muda
Bergulirnya kasus Hambalang yang untuk mengemban amanah sebagai pejabat publik.
menyeret beberapa kader sehingga menimbulkan Kasus Hambalang juga menunjukkan bahwa
perpecahan di tubuh Partai Demokrat. Anas terdapat persekongkolan jahat antara pejabat
Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat, publik dan pihak swasta untuk menggerogoti dana
yang terpilih dalam Kongres Bandung pada 2010, proyek negara yang bersumber dari APBN.
akhirnya mengundurkan diri. Hal ini sejalan
dengan penetapan dirinya menjadi tersangka oleh Simpulan
KPK. Gonjang-ganjing diinternal Partai Demokrat Bentuk pergulatan kepentingan politik
mencerminkan dua kubu yang bertikai; yakni kubu dalam kasus Proyek Hambalang melibatkan
SBY dan kubu Anas. Kongres Luar Biasa (KLB) eksekutif dan legislatif terutama dari salah satu fraksi
Partai Demokrat 30--31 Maret 2013 akhirnya di DPR memicu terjadinya perbuatan melanggar
menunjuk SBY yang sebelumnya menjadi Dewan etika pejabat negara yang juga melibatkan swasta
Pembina Partai, menjadi Ketua Umum Partai untuk bersama-sama mengorupsi uang negara.
Demokrat. Pergulatan kepentingan politik dengan tujuan
Perpecahan di Partai Demokrat me- memperoleh sumber keuangan tersebut membuat
nyebabkan tingkat elektabilitas Partai Demokrat oknum eksekutif maupun legislatif melakukan
menurun. Hasil Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pelanggaran etika pejabat negara berupa tindakan
pada 12 September - 5 Oktober 2013, elektabilitas tidak jujur, memanipulasi data dan mengabaikan
Partai Demokrat telah berada di 9,8 persen. Hal ini prinsip pemerintahan yang baik dan transparan,
menunjukkan elektabilitas Partai Demokrat terus professional serta akuntabel. Selanjutnya,
merosot dari waktu ke waktu. implikasi politik yang ditimbulkan oleh kasus
Perpecahan internal dan kasus korupsi korupsi dalam pelaksanaan Proyek Hambalang
yang melanda sejumlah petinggi Demokrat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang
menjadi faktor utama merosotnya elektabilitas bersih menunjukkan bahwa keberadaan partai
Partai Demokrat. Kampanye Demokrat pada 2009 politik dalam lingkup kekuasaan sangat mudah
yang menyuarakan anti korupsi nyatanya menjadi untuk melakukan tindakan korupsi. Secara mikro,
kontradiksi dengan terlibatnya petinggi Demokrat implikasi politisnya adalah penurunan suara
dalam kasus korupsi. Partai Demokrat dalam Pemilu Legislatif 2014,
Terbongkarnya skandal Hambalang sedang secara makro implikasi politisnya adalah
menjelang Pemilu 2014, sangat berpengaruh penurunan kepercayaan masyarakat terhadap
terhadap perolehan suara Partai Demokrat. partai politik.
Terlebih pemberitaan media yang menyorot partai
ini dengan tajam dan cenderung negatif. Fenomena
penurunan suara Partai Demokrat adalah salah
satu implikasi politis dari pelanggaran etika
pejabat publik dalam skandal P3SON Hambalang.
Implikasi ini dapat dihitung secara kuantitatif
berdasar dari jumlah suara Partai Demokrat yang Kepustakaan
hilang jika dibandingkan dengan Pemilu Legislatif
2009. Alatas, Syed Hussein. 1987. Korupsi: Sifat, Sebab,
Implikasi politis kasus ini memang paling dan Fungsi. Jakarta: LP3ES.

JURNAL POLITIK 1766 VOL. 12 No. 01. 2016


POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan

Fajar Online. 2012. “Hambalang Belum Sentuh


Parlemen” dalam http://www.fajar.co.id/
read-20121208100729-hambalang-
belum-sentuh-parlemen. Diakses pada
Sabtu, 08 Desember 2012

Girling, John. 1997. Corruption, Capitalism, and


Democracy. London: Routledge.

Keban, Yeremias T. 2005. Enam Dimensi Strategis


Administrasi Publik: Konsep, Teori dan
Isu. Yogyakarta: Gava Media.

Kumorotomo, Wahyudi. 2005. Etika Administrasi


Negara. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian


Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rasyid, Ryaas. 2007. Makna Pemerintahan:


Tinjauan dari Segi Etika dan Kepemimpian.
Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

Suseno, Franz Magnis. 1993a. Etika Dasar (cet.


6). Jakarta: Kanisius.

_____________. 1993b. Filsafat Sebagai Ilmu


Kritis. Jakarta: Gramedia.

Tamin, Feisal. 2004. Reformasi Birokrasi:Analisis


Pendayagunaan Aparatur Negara. Jakarta:
Blantika.

Thompson, Dennis F. 2002. Etika Pejabat Negara


(terj. Benyamin Molan). Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.

JURNAL POLITIK 1767 VOL. 12 No. 01. 2016


Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK

JURNAL POLITIK 1768 VOL. 12 No. 01. 2016

Anda mungkin juga menyukai