BAB. II
Adalah seluruh produk barang dan jasa dari hasil kegiatan ekonomi yang
diproduksi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya
berasal dari atau dimiliki oleh penduduk region tersebut. Yang dimaksud wilayah
DOMESTIK suatu region adalah meliputi wilayah yang berada di dalam batas geografis
region tersebut (propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa).
Adalah merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki
oleh penduduk suatu region atau produk domestik ditambah dengan pendapatan yang
diterima dari luar daerah / luar negeri dikurangi dengan pendapatan yang dibayar ke luar
daerah/ke luar negeri.
9
Adalah individu-individu atau anggota rumah tangga yang bertempat tinggal tetap
di wilayah domestik region (daerah) tersebut.
Kecuali:
Orang-orang tersebut di atas dianggap sebagai penduduk dari negara atau daerah di
mana dia biasanya bertempat tinggal.
Penduduk Pertengahan Tahun :Yaitu jumlah penduduk pada akhir bulan Juni
atau jumlah penduduk awal tahun ditambah penduduk akhir tahun dibagi dua.
Adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh
sektor perekonomian di suatu wilayah (region). Yang dimaksud Nilai Tambah yaitu
merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit
produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama
dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi.
10
Nilai Tambah Bruto (NTB) didapat dari Nilai Produksi (Output) dikurangi Biaya
Antara (BA). Dengan formulasi sebagai berikut :
b) Nilai Produksi (Output) adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu
periode waktu tertentu. Barang dan jasa yang dihasilkan meliputi :
- Produksi utama
- Produksi ikutan, maupun
- Produksi sampingan
c). Biaya Antara (BA) adalah jenis biaya yang terdiri dari barang tidak tahan lama dan
jasa yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan barang tidak tahan lama adalah
barang yang mempunyai suatu perkiraan umur penggunaan kurang dari 1 tahun.
Contoh :
- Barang baku dan penolong untuk menghasilkan output.
- Peralatan dan perlengkapan kerja karyawan.
- Pengeluaran jasa kesehatan, obat-obatan dan rekreasi.
- Perbaikan kecil dan penggantian suku cadang yang aus.
- Iklan, Riset pemasaran dan hubungan masyarakat.
- Biaya administrasi.
Perbedaan antara konsep Netto dan konsep Bruto di atas, ialah karena bruto
Penyusutan masih ada di dalamnya, sedangkan untuk nettonya penyusutan harus
dikeluarkan. Formulasinya sebagai berikut :
Adalah PDRN Adhb dikurangi pajak tidak langsung netto. Pajak tidak langsung
berupa pajak penjualan, bea ekspor/impor, cukai dan lain-lain pajak, kecuali pajak
pendapatan dan pajak perorangan.
PDRN Adbf sebenarnya merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor produksi yang
ikut serta dalam proses produksi di suatu region (daerah/wilayah). Jadi PDRN Adbf
merupakan jumlah dari pendapatan tanpa pajak dan penyusutan antara lain berupa :
Akan tetapi pendapatan yang dihasilkan tersebut diatas, tidak seluruhnya menjadi
milik / pendapatan penduduk region tersebut, sebab ada pendapatan yang diterima oleh
penduduk region lain.
Pendapatan Regional Netto adalah PDRN Adbf dikurangi dengan pendapatan yang
mengalir keluar region dan ditambah dengan pendapatan yang masuk dari region lain
(nett export). Dengan kata lain bahwa PRODUK REGIONAL NETTO
(PENDAPATAN REGIONAL) adalah jumlah pendapatan yang benar-benar diterima
oleh seluruh penduduk yang tinggal di region / wilayah / daerah di mana dia berdomisili.
PDRB Adhb
a. PDRB Adhb Perkapita =
Jumlah penduduk pertengahan tahun
PDRB Adhk
b. PDRB Adhk Perkapita =
Jumlah penduduk pertengahan tahun
Pendapatan Regional
c. INCOME PERKAPITA =
Jumlah penduduk pertengahan tahun
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Adhk dari tahun ke tahun
menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume
produksi barang dan jasa yang dihasilkan serta perubahan tingkat harganya. Sedangkan
untuk dapat mengukur perubahan volume produk atau perkembangan produktifitas secara
nyata, faktor pengaruh perubahan harga perlu dihilangkan,sehingga sering disebut
PDRB riil yaitu dengan cara menghitung PDRB Atas Dasar Harga Konstan.
Penghitungan atas dasar harga konstan ini, hasilnya dapat dipergunakan untuk
perencanaan ekonomi, proyeksi dan untuk menilai pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan maupun sektoral. Dalam penghitungan atas dasar harga konstan ini, selalu
berkaitan dengan harga-harga pada tahun dasar. Sebab harga-harga pada tahun dasar
tersebut digunakan untuk menentukan angka indeks dasar yang besarnya = 100 %, dan
difungsikan sebagai pembanding harga-harga pada tahun-tahun tertentu yang akan
diselidiki.
Pada buku publikasi PDRB pada tahun 1993 sampai dengan tahun 2000 masih
memakai tahun dasar 1993 = 100 untuk dasar penghitungan PDRB atas dasar harga
konstan. Hal ini sejalan dengan penghitungan Pendapatan Nasional (PDB) yang
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) baik Pusat maupun daerah.
Konsep/definisi dan metode penghitungan PDRB secara nasional sama, maka data
PDRB Kabupaten dapat dibandingkan dengan daerah lain.Pergeseran tahun dasar
merupakan suatu hal yang secara reguler dilakukan oleh semua negara yang menyusun
penghitungan PDB berdasarkan The System of National Account (SNA) yang
direkomendasikan oleh PBB untuk menjadi pegangan bagi semua negara anggota.
13
Beberapa alasan BPS dan BAPPENAS menggeser tahun dasar 1993 menjadi 2000
adalah sebagai berikut :
1. Perekonomian Indonesia selama tahun 2000 dipandang relatif stabil dengan laju
pertumbuhan PDB sebesar 4,92 % dan inflasi pada posisi 9,35 %. Jawa Tengah
pada tahun 2000 mengalami pertumbuhan 3,93 % dan inflasi 8,73 %, sedangkan
untuk Kab. Boyolali pertumbuhan 2,19 % dan inflasi 7,92 %. Hal itu bisa diberi
makna sebagai awal berjalannya proses pemulihan ekonomi setelah keterpurukan
akibat krisis ekonomi yang membuat PDRB Boyolali merosot sampai pada tingkat
minus (- 9,51 %) dan inflasi sebesar 71,95 % di tahun 1998.
2. Perkembangan ekonomi dunia dalam kurun waktu 1993 – 2000 yang diwarnai oleh
globalisasi sangat berpengaruh kepada perekonomian regional / domestik. Pada
pertengahan tahun 1997 hadirnya krisis ekonomi juga berdampak kepada
perubahan struktur perekonomian Indonesia. Untuk itu, pemutakhiran tahun dasar
penghitungan PDRB dari tahun 1993 ke tahun 2000 perlu dilakukan agar hasil
PDRB sektoral maupun penggunaannya akan menjadi realistik.
3. Ketersediaan data dasar (row data) baik harga maupun volume (quantum) tahun
2000 secara rinci masing-masing sektor ekonomi relatif lebih lengkap dan
berkelanjutan dibandingkan kondisi pada tahun 1993. Hal itu dimungkinkan karena
Dinas / Instansi Pemerintah juga ikut membangun statistik bagi keperluan
perencanaan sektoralnya masing-masing. Dengan dukungan data-data tersebut,
diharapkan estimasi PDRB dengan tahun dasar 2000 dapat disusun lebih akurat dan
konsisten.
4. Menurut rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagaimana tertuang
dalam buku panduan yang baru “Sistem Neraca Nasional” dinyatakan bahwa
estimasi PDB / PDRB atas dasar harga konstan sebaiknya dimutakhirkan secara
periodik dengan menggunakan tahun referensi yang berakhiran 0 dan 5. Hal itu
dimaksudkan agar besaran angka-angka PDB dapat diperbandingkan antar negara
dan PDRB bisa dibandingkan dengan antar daerah, guna keperluan analisis kinerja
perekonomian dunia / nasional / wilayah.
5. Pada tahun 2000, BPS Jawa Tengah telah menyusun Tabel Input-Output 2000.
Tabel I-O tersebut dipakai sebagai salah satu rejukan bagi penyusunan series baru
pernghitungan PDRB baik secara sektoral maupun penggunaan. Selain itu dalam
waktu bersamaan, Indek Harga Perdagangan Besar (IHPB) maupun Indek Harga
Konsumen (IHK) juga menggunakan tahun dasar yang baru yaitu tahun 2000, yang
akan digunakan sebagai deflator dalam penghitungan PDRB sektoral maupun
penggunaan.
14
Secara konsep nilai atas dasar harga konstan dapat juga mencerminkan kuantum
Produksi pada tahun yang berjalan yang di nilai atas dasar harga pada tahun dasar. Dari
segi metode statistik, suatu nilai atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan
beberapa cara, sedangkan pemakaiannya sangat tergantung dari data yang tersedia di
masing – masing sektor / sub sektornya.
Cara yang lazim digunakan antara lain :
a. Revaluasi
b. Ekstrapolasi
c. Deflasi
d. Deflasi berganda
a. REVALUASI
Revaluasi diartikan menilai kembali produksi (kuantum) tahun berjalan dikalikan
dengan harga tahun dasar, akan menghasilkan nilai produksi atas dasar harga konstan.
Dimana :
Qny = Jumlah kuantum komoditi y pada tahun berjalan (tn).
Po = Harga komoditi y pada tahun dasar (to)
b. EKSTRAPOLASI
Qn x Po
________________
IK LASPAYERS =
Qo x Po
Nilai Tambah Bruto tahun berjalan (tn) Adhk adalah sebagai berikut :
IKny
y
NTB Adhk = NTBoy x ___________
100
Dimana :
15
NTB Adhky = Nilai Tambah Bruto komoditi y pada tahun berjalan (tn).
NTBoy = Nilai Tambah Bruto komoditi y pada tahun dasar (to).
IKny = Indeks kuantum Laspayers y pada tahun berjalan (tn).
Qn = Jumlah / kuantum pada tahun berjalan (tn).
Qo = Jumlah / kuantum pada tahun berjalan (to).
Po = Harga pada tahun dasar.
c. DEFLASI
NTB Adhk yang diperoleh dengan cara ini ialah dengan mendeflate NTB Adhb
dengan indeks harga dari barang yang bersangkutan.
Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan MENDELFATE adalah
membagi nilai tambah Adhb dengan indeks harga dari masing-masing sektor atau
subsektor. Sehingga NTB Adhk tahun berjalan komoditi y adalah :
NTB Adhbyn
y _____________
NTB Adhk = x 100
IHyn
Dimana :
NTB Adhky = Nilai Tambah Bruto Atas dasar harga konstan komoditi y
pada tahun berjalan (tn).
NTB Adhbyn = Nilai Tambah Bruto Atas dasar harga berlaku komoditi y
pada tahun berjalan (tn).
IHyn = Indeks Harga komoditi y pada tahun berjalan (tn).
d. DEFLASI BERGANDA.
Selisih antara nomor 1 dan 2 diatas merupakan nilai tambah bruto atas dasar harga
konstan. Dengan formulasi sebagai berikut :
Q y × P y Q ny × Pn Ay
NTBAdhk n
y
= n y n − Py
× 100
IH n IH n
Atau :
16
Dimana :
NTB Adhkyn = Nilai Tambah Bruto Atas dasar harga konstan komoditi y
pada tahun berjalan (tn).
NPky = Nilai Produksi Atas dasar harga konstan komoditi y.
NBAky = Nilai Biaya Antara Atas dasar harga konstan komoditi y.