Makalah Pengadilan Internasional
Makalah Pengadilan Internasional
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem peradilan internasional adalah salah satu proses yang menjelaskan tentang
hubungan peradilan yang bekerja sama secara luas dengan bangsa lain. Karena sistem
peradilan internasional bersikap luas, maka masyarakat pun juga mengambil andil di dalam
pelaksanaannya.
Tujuan utama, yakni mengetahui peradilan internasional secara luas. Selain itu Negara
Indonesia juga bisa mengambil contoh peradilan di negara-negara lain. Namun, seiring
dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman, hukum di negara Indonesia menjadi
lemah atau tidak menjunjung tinggi keadilan di dalam hukum.
C. Mahkamah Internasional
MI adalah organ utama lembaga kehakiman PBB, yang kedudukan di Den Haag,
Belanda. Didirikan pada tahun 1945 berdasarkan piagam PBB, berfungsi sejak tahun 1946
sebagai pengganti dari Mahkamah Internasional Permanen. Fungsi utama MI adalah untuk
menjelaskan kasus-kasus persengkataan intersional yang subjeknya adalah negara. Statuta
adalah hukum-hukum yang terkandung.
Pasal 9 Statuta MI menjelaskan, komposisi MI terdiri dari 15 hakim, dua merangkap
ketua dan wakil ketua dengan masa jabatan 9 tahun.. Ke-15 calon hakim tersebut direkrut dari
warga negara anggota yang dinilai cakap dibidang hukum internasional, untuk memilih
anggota mahkamah dilakukan pemungutan suara secara independen oleh Majelis Umum
(MU) dan Dewan Keamanan (Cina, Rusia, Amerika serikat, Inggris dan Prancis.). Biasanya 5
hakim MI berasal dari anggota tetap DK PBB, tugasnya untuk memeriksa dan memutuskan
perkara yang disidangkan baik yang bersifat sengketa maupun yang bersikap nasihat.
1. Fungsi Mahkamah Internasional:
Adalah menyelesaikan kasus-kasus persengketaan internasional yang subyeknya adalah
Negara. Ada 3 kategori Negara, yaitu :
Negara anggota PBB, otomatis dapat mengajukan kasusnya ke Mahkamah Internasional.
Negara bukan anggota PBB yang menjadi wilayah kerja Mahkamah internasional. Dan
yang bukan wilayah kerja Mahkamah Internasional boleh mengajukan kasusnya ke
Mahkamah internasional dengan syarat yang ditentukan dewan keamanan PBB.
Negara bukan wilayah kerja (statute) Mahkamah internasional, harus membuat deklarasi
untuk tunduk pada ketentuan Mahkamah internasional dan Piagam PBB.
Mekanisme Khusus :
1. Keberatan awal karena ada keberatan dari pihak sengketa Karena mahkamah internasional
dianggap tidak memiliki yuridiksi atau kewenangan atas kasus tersebut.
2. Ketidak hadiran salah satu pihak yang bersengketa, biasanya dilakukan oleh Negara tergugat
atau respondent karena menolak yuridiksi Mahkamah Internasional.
3. Keputusan sela, untuk memberikan perlindungan terhadap subyek persidangan, supaya pihak
sengketa tidak melakukan hal-hal yang mengancah efektivitas persidangan Mahkamah
internasional.
4. Beracara bersama, beberapa pihak disatukan untuk mengadakan sidang bersama karena
materi sama terhadap lawan yang sama.
5. Intervensi, mahkamah internasional memberikan hak kepada Negara lain yang tidak terlibat
dalam sengketa untuk melakukan intervensi atas sengketa yangsedang disidangkan bahwa
dengan keputusan Mahkamah internasional ada kemungkinan Negara tersebut dirugikan.
Contoh Keputusan/kasus Mahkamah Internasional :
Pemerintah Rwanda terhadap etniks Hutu : Selama tiga bulan di tahun 1994 antara
500 sampai 1 juta orang etnis Hutu dan Tutsi telah dibunuh oleh pemerintah Rwanda. PBB
menggelar pengadilan kejahatan perang di Arusha Tanzania dan hanya menyeret 29 penjahat
perangnya.
Indonesia dengan Malaysia terhadap kasus Pulau sipadan dan Ligitan, dan
Mahkamah internasional memenangkan pihak Malaysia pada tahun 2003. Malaysia adalah
pemilik ke dua pulau tersebut. Indonesia menghormati keputusan tersebut.
Kasus Timor-Timur diselesaikan secara Internasional dengan referendum. Dan
sejak tahun 1999 Timor-Timur berdiri sebagai sebuah Negara bernama Republik Tomor
Lorosae /Timor Leste.
Kasus internasional dianggap selesai apabila :
a) Para pihak mencapai kesepakatan
b) Para pihak menarik diri dari proses persidangan Mahkamah internasional.
c) Mahkamah internasional telah memutus kasus tersebut berdasarkan pertimbangan dan telah
dilakukan sesuai proses hukum internasional yang berlaku.
Sumber hukum internasional formal terdapat dalam pasal 38 Piagam Mahkamah
Internasional Permanen 1920, sebagai berikut :
1. Perjanjian Internasional (traktat), adalah perjanjian yang diadakan antaranggota masyarakat
bangsa-bangsa dan mengakibatkan hukum baru.
2. Kebiasaan Internasional yang diterima sebagai hukum, jadi tidak semua kebiasaan
internasional menjadi sumber hukum. Syaratnya adalah kebiasann itu harus bersifat umum
dan diterima sebagai hukum.
3. Asas-asas hukum umum yang diakui oleh bangsa beradab, adalah asas hukum yang
mendasari system hukum modern. Sistem hukum modern, adalah system hukum positif yang
didasarkan pada lembaga hukum barat yang berdasarkan sebagian besar pada asas hukum
Romawi.
4. Keputusan-keputusan hakim dan ajaran para ahli hukum Internasional,adalah sumber hukum
tambahan (subsider), artinya dapat dipakai untuk membuktikan adanya kaidah hukum
internasional mengenai suatu persoalan yang didasarkan pada sumber hukum primer atau
utama yaitu Perjanjian internasional, kebiasaan internasional, dan asas hukum umum.
BAB II
PEMBAHASAN
komponen lembaga peradilan internasional yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu kesatuan dalam rangka mencapai keadilan internasional. Komponen-
kompenen tersebut terdiri dari mahkamah internasional, mahkamah pidana internasional dan
panel khusus dan spesial pidana internasional.
Setiap sistem hukum menunjukkan empat unsur dasar, yaitu: pranata peraturan, proses
penyelenggaraan hukum, prosedur pemberian keputusan oleh pengadilan dan lembaga
penegakan hukum. Dalam hal ini pendekatan pengembangan terhadap sistem hukum
menekankan pada beberapa hal, yaitu: bertambah meningkatnya diferensiasi internal dari
keempat unsur dasar system hukum tersebut, menyangkut perangkat peraturan, penerapan
peraturan, pengadilan dan penegakan hukum serta pengaruh diferensiasi lembaga dalam
masyarakat terhadap unsur-unsur dasar tersebut.
Dengan demikian tinjauan perkembangan hukum difokuskan pada hubungan timbal
balik antara diferensiasi hukum dengan diferensiasi sosial yang dimungkinkan untuk
menggarap kembali peraturan-peraturan, kemampuan membentuk hukum, keadilan dan
institusi penegak hukum. Diferensiasi itu sendiri merupakan ciri yang melekat pada
Menurut Wolfgang Friedmann masyarakat yang tengah mengalami perkembangan.
Melalui diferensiasi ini suatu masyarakat terurai ke dalam bidang spesialisasi yang masing-
masing sedikit banyak mendapatkan kedudukan yang otonom.Perkembangan demikian ini
menyebabkan susunan masyarakat menjadi semakin komplek. Dengan diferensiasi
dimungkinkan untuk menimbulkan daya adaptasi masyarakat yang lebih besar terhadap
lingkungannya.
Sebagai salah satu sub-sistem dalam masyarakat, hukum tidak terlepas dari
perubahan-perubahan yang terjadi masyarakat. Hukum disamping mempunyai kepentingan
sendiri untuk mewujudkan nilai-nilai tertentu di dalam masyarakat terikat pada bahan-bahan
yang disediakan oleh masyarakatnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hukum sangat
dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di sekelilingnya.
perubahan hukum dalam masyarakat yang sedang berubah meliputi perubahan hukum
tidak tertulis (common law), perubahan di dalam menafsirkan hukum perundang-undangan,
perubahan konsepsi mengenai hak milik umpamanya dalam masyarakat industri moderen,
perubahan pembatasan hak milik yang bersifat publik, perubahan fungsi dari perjanjian
kontrak, peralihan tanggung jawab dari tuntutan ganti rugi ke ansuransi, perubahan dalam
jangkauan ruang lingkup hukum internasional dan perubahan-perubahan lain.
2. Mahkamah Internasional
Berkedudukan di Den Haag, Belanda dan sebagai organ utama PBB untuk mengadili
dan mengahakimi setiap Negara yang bersengketa, oleh karena itu setiap Negara yang
bersengketa harus tunduk pada yuridiksi pengadilan sebelum kasus mereka didengar.
Mahkamah internasional ini telah didirikan tahun 1945 dan mulai berfungsi pada tahun 1946 .
Fungsi dari Pengadilan Pengadilan memiliki peran ganda: untuk menetap sesuai dengan
hukum internasional sengketa hukum itu diserahkan kepada oleh Negara, dan memberikan
pendapat konsultasi mengenai pertanyaan hukum dimaksud dengan internasional organ dan
lembaga yang berwenang sebagaimana mestinya.
Mahkamah internasional adalah sebuah lembaga internasional yang bergerak di
bidang penegakan hukum internasional. Lembaga ini berkantor di Den Haag, Belanda.
Kedudukan Mahkamah Internasional sendiri berada di bawah lembaga Persatuan Bangsa-
Bangsa atau PBB.
Tugas dari Mahkamah Internasional sendiri adalah untuk menyerahkan sebuah masalah atau
sengketa hukum dari pihak-pihak atau lembaga yang berada di bawah organisasi PBB.
Dengan kata lain, lembaga ini merupakan lembaga tertinggi yang berposisi sebagai badan
kehakiman dalam struktur organisasi dunia.
Mahkamah Internasional atau yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai International Court
of Justice atau ICJ, akan menangani semua permasalahan atau sengketa hukum yang
sebelumnya ditangani oleh Dewan Keamanan PBB yang bertugas menjaga keamanan dan
perdamaian dunia.
a. Indonesia
Indonesia sendiri pernah memanfaatkan jasa Mahkamah Internasional ini. Salah satu kasus
internasional yang melibatkan Mahkamah Internasional adalah sengketa pulau Sipadan
Ligitan dengan negara Malaysia. Dalam sidang yang dilakukan oleh Mahkamah
Internasional, Indonesia dinyatakan kalah dan harus merelakan kedua pulau kaya minyak
tersebut jatuh ke tangan Malaysia.
Selain masalah Sipadan Ligitan, Indonesia pernah pula menghadapi seruan dari
Mahkamah Internasional. Seruan ini terkait dengan pelaksanaan hukum cambuk sebagai
bagian dari penetapan syariat Islam di wilayah Nanggroe Aceh Darusalam. Menurut
pandangan Mahkamah Internasional, pelaksanaan hukum cambuk tidaklah sesuai dengan
ketentuan Hak Azasi Manusia dan bersifat kejam.
Namun, pemangku kuasa wilayah Nanggroe Aceh Darusalam menganggap pernyataan dan
seruan dari Mahkamah Internasional ini merupakan bukti, bahwa lembaga ini tidak
memahami permasalahan. Sebab, pelaksanaan hukum cambuk di Aceh, tidaklah bersifat
menyiksa. Melainkan lebih mengedepankan hukuman moral, karena pelaksanaan
pencambukan itu sendiri dilakukan tidak dengan menggunakan kekuatan sebagaimana hukum
cambuk jaman kuno. Hukum cambuk yang dilakukan hanya menggunakan lecutan kecil yang
bahkan dilarang sampai menimbulkan bekas luka pada pihak yang harus menjalani hukuman
cambuk tersebut.