Anda di halaman 1dari 2

1. Kaitan APS dengan Abortus?

Antiphospholipid syndrome (APS) atau Hughes syndrome adalah suatu kumpulan kondisi
yang ditandai dengan trombosis vaskuler (arteri dan atau vena), dan keguguran (abortus)
berulang. Karakteristik laboratorium dari APS adalah adanya antibodi antiphospholipid
(aPL), yaitu lupus anticoagulant (LA), antibodi anticardiolipin (aCL),
antiphosphatidylserine atau beta-2 glycoprotein I / B2GPI (apolipoprotein H) (Tektonidou,
2004; Keeling et al., 2012). APS merupakan salah satu penyebab terjadinya abortus (Branch
and Khamashta, 2003).
Anti Phospholipid Syndrome (APS), merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan
adanya antibodi antiphospholipid dan mengalami gejala trombosis (darah di pembuluh
darah vena/arteri mudah membeku) atau mengalami keguguran berulang. Sindrom antibodi
antifosfolipid (APS) didefinisikan terjadinya antifosfolipid antibodi secara berulang
terjadinya tromboemboli pada vena atau arteri selama kehamilan.
Sindrom antibodi antifosfolipid merupakan gangguan autoimun yang ditandai dengan
antibodi dalam sirkulasi yang melawan fosfolipid membran dan setidaknya memperlihatkan
satu sindrom klinis spesifik (keguguran berulang, thrombosis yang tidak dapat dijelaskan,
kematian janin)

2. Perbedaan salpingostomi dan salpingektomi?


Salpingostomi Salpingektomi
Tindakan ini digunakan untuk mengangkat Reseksi tuba mungkin dilakukan untuk
kehamilan kecil yang panjangnya biasanya kehamilan ektopik rupture dan tak ruptur.
kurang dari 2 cm dan terletak di sepertiga Ketika mengeluarkan uterina, perlu
distal tuba uterina. Dibuat sebuah insisi dilakukan eksisi baji di sepertiga atau
linear 10 sampai 15 mm dengan kuater kurang bagian interstisium tuba. Tindakan
jarum unipolar ditepi antimesenterik di atas yang disebut sebagai seresi kornu
kehamilan. Hasil kehamilan biasanya akan dilakukan sebagai upaya untuk
menyembul diatas insisi dan mudah meminimalkan angka kekambuhan
dikeluarkan atau dibilas dengan kehamilan di puntung tuba. Namun bahkan
menggunakan irigasi bertekanan tinggi dengan reseksi kornu, kehamilan
yang menghilangkan jaringan trofoblastik interstisium berikutnya tidak dapat dicegah
secara lebih bersih (Al-Sunaldi dan (Kalchman dan Meltzer, 1996).
Tulandi, 2007). Perdarahan ringan
dikontrol dengan elektrokoagulasi atau
laser, dan insisi dibiarkan tidak dijahit agar
sembuh dengan secondary intention. Natale
dkk. (2003) melaporkan bahwa kadar β-
hCG serum >6000 mIU/ mL berkaitan
dengan peningkatan resiko implantasi
dimuskularis dan karenanya terjadi
kerusakan tuba yang lebih berat.

3. Kapan KET boleh diterapi dengan metrotreksade?


Menurut American Academy of Family Physicians, satu obat yang umum untuk tujuan ini
adalah methotrexate. Metotreksat adalah obat yang menghentikan pertumbuhan sel-sel yang
membelah dengan cepat, seperti sel-sel massa ektopik. Atetapi harus dilakukan tes darah
rutin untuk memastikan bahwa obat ini bekerja efektif. Ketika obat ini bekerja efektif, maka
akan muncul gejala-gejala yang mirip dengan keguguran, termasuk kram perut, perdarahan,
dan jaringan yang keluar dari jalan lahir. Operasi lebih lanjut jarang diperlukan setelah hal
ini terjadi.
Antagonis asam folat ini sangat efektif terhadap trofoblas yang cepat berproliferasi dan telah
di gunakan selama lebih dari 40 tahun untuk mengobati penyakit trofoblastik
gestasional. Obat ini juga digunakan untuk mangakhiri kehamilan dini. Tanaka dkk.(1982)
pertama kali menggunakan methotrexate untuk mengobati kehamilan interstisium dan sejak
itu obat ini berhasil digunakan untuk berbagai variasi kehamilan ektopik. Dalam suatu
penelitian terbesar di astu pusat, Lipscomd dkk.(1999) melaporkan angka keberhasilan 91%
pada 350 wanita yang diberi terapi methottexate, selain itu 80% dari para wanita ini hanya
memerlukan satu dosis.

4. Definisi dari teori Plasenta Akreta, Inkreta, Pakreta, Inkarserata?


- Plasenta Akreta : Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan
miometrium.Plasenta akreta merupakan implantasi abnormal plasenta pada dinding
uterus atau yang disebut dengan istilah plasenta adherent, dan berkomplikasi sekitar
0,9% pada semua kehamilan.1 Sekitar 75% dari plasenta adherent adalah plasenta
akreta, 18% inkreta, dan 7% adalah plasenta perkreta.2 Plasenta akreta adalah keadaan
vili plasenta yang menginvasi langsung ke miometrium; plasenta inkreta adalah
keadaan vili plasenta yang menginvasi ke dalam miometrium; plasenta perkreta adalah
keadaan vili plasenta yang menginvasi lebih dalam dari miometrium hingga ke serosa
bahkan sampai ke organ intraabdomen lainnya seperti kandung kemih. Plasenta akreta
dapat dibagi lagi menjadi plasenta akreta total, plasenta akreta parsial, dan plasenta
akreta fokal berdasarkan jumlah jaringan plasenta yang terlibat dalam invasi ke
miometrium.
- Plasenta Inkreta : Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga
mencapai lapisan serosa dinding uterus.
- Plasenta Prekreta : Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan serosa
dinding uterus hingga ke peritonium
- Plasenta Inkarserata : Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri disebabkan oleh
konstriksi ostium uteri. (Sarwono, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
2002:178).

Anda mungkin juga menyukai