Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MAKALAH BIOKIMIA

SITEM HORMONAL DAN DNA PADA MANUSIA

OLEH:

GABRIELA ANGELINA PASARIBU


151524069
EKSTENSI 2015 A

PROGRAM STUDI S1 EKSTENSI 2016


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
SISTEM HORMONAL PADA TUBUH MANUSIA

Berasal dari sel-sel epitel yang melakukan poliferasi kea rah pengikat sel
epitel yang telah berpoliferasi dan membentuk sebuah kelenjar endokrin, tumbuh
dan berkembang dalam pembuluh kapiler. Zat yang dihasilkannya disebut hormon
mempunyai pengaturan sendiri sehingga kadarnya selalu dalam keadaan optimum
untuk menjaga kesetimbangan dalam organ yang berada di bawah pengaruhnya,
mekanisme pengaturan ini disebut system umpan balik negatif. Misalnya hipofise
terhadap hormon seks yang dihasilkan gonad, hipofise pars anterior menghasilkan
gonadotropin yang merangsang kelenjar gonad menghasilkan hormone seks.
Hormon yang dihasilkan kelenjar endokrin beberapa macam. Zat yang secara
fungsional dapat dikualisifikasikan sebagai hormon kimia dikategorikan sebagai
hormon organik.
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirimkan
hasil sekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan. Kelenjar
tanpa melewati duktus atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormon.
Beberapa dari organ endokrin ada yang menghasilkan satu macam hormon
(hormon tunggal). Di samping itu juga ada yang menghasilkan lebih dari satu
macam hormon atau ganda, misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar
lain (Syaifuddin, 2006).
Hormon yang bermolekul besar (polipeptida dan protein) tidak dapat
menembus sel dan bekerja pada permukaan sel. Hormone yang bermolekul kecil
(hormone steroid dan tiroid) mempunyai pengaruh terhadap spectrum sel-sel
sasaran yang lebih luas, menembus membrane sel berkaitan dengan reseptor
protein.
 Fungsi kelenjar endokrin:
 Menghasilkan hormon yang dialirkan ke dalam darah yang diperlukan oleh
jaringan dalam tubuh tertentu
 Mengontrol aktivitas kelenjar tubuh
 Merangsang aktivitas kelenjar tubuh
 Merangsang pertumbuhan jaringan
 Mengatur metabolisme, oksidasi, meningkatkan absorpsi glukosa pada usus
halus
 Memengaruhi metabolisme lemak, protein, hidrat arang, vitamin, mineral
dan air
1. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar ini terletak di setiap sisi kelenjar tiroid yang terdapat di dalam
leher, kelenjar ini berjumlah empat buah yang tersusun berpasangan yang
menghasilkan hormon paratiroksin. Kelenjar paratiroid berjumlah empat buah.
Masing-masing melekat pada bagian belakang kelenjar tiroid.
 Fungsi kelenjar paratiroid:
a. Memlihara konsentrasi ion kalsium yang tetap dalam plsma
b. Mengontrol ekskresi kalsium dan ion fosfat
c. Mempercepat absorpsi kalsium di intestine
d. Kalsium berkurang, hormon paratiroid menstimulasi resorpsi tulang
sehingga menambah kalsium dalam darah
e. Menstimulasi dan mentranspor kalsium dan fosfat melalui membrane sel
 Hiperparatiroidisme
Biasanya ada sangkut pautnya dengan pembesaran (tumor) kelenjar.
Keseimbangan distribusi kalsium terganggu, kalsium dikeluarkan kembali dari
tulang dengan dimasukkan kembali ke serum darah. Akibatnya terjadi penyakit
tulang dengan tanda-tanda khas beberapa bagian kropos. Disebut osteomielitis
fibrosa sistika karena terbentuk kristal pada tulang, kalsiumnya diedarkan di
dalam ginjal dan dapat menyebabkan batu ginjal dan kegagalan ginjal.
Hiperfungsi paratiroid terjadi karena kelenjar paratiroid memproduksi lebih
banyak hormon paratiroksin dari biasanya.
 Hiperparatiroidisme primer .
a. Berkurangnya kalsium dalam tulang, timbul fraktur spontan
b. Kelainan traktus urinarius: defek pada. tubuh' ginjal biasanya ham ginjal,
nefrokasinosis (deposisi kalsium dalam nefron).
c. Manifestasi dari sistem saraf sentral, misalnya depresi dan koma .
d. Kelemahan neuromuskular, tenaga otot berkurang, keletihan otot
e. Manifestasi gastrointestinal, kurang nafsu makan, mual, mantah
 Hiperparatiroidisme sekunder
a. Gagal ginjal kronis, glomerulonefritis, pielonefritis dan anomali kongenital
traktus umgenitalis pada anak
Kurang efektifnya PTH pada beberapa penyakit. Misalnya, defisiensi
vitamin D dan kelainan gastrointestinal
Hipoparatiroidisme
Terjadinya kekurangan kalsium di dalam darah atau hipokalsemia
mengakibatkan keadaan yang disebut tetani. Dengan gejala khas kejang,
khususnya pada tangan dan kaki disebut karpopedal spasmus. Gejala-gejala ini
dapat dlringankan dengan pemberian kalsium.
 Fisiologi kelenjar paratiroid
Diatur dan diawasi oleh kelenjar hipofise. Harmon paratiroksin (HP‘D
adalah konsentrasi ion-ion kalsium yang terdapat dalam cairan ekstraseluler.
Produksi PTH akan meningkat apabila kadar kalsium dalam plasma menurun.
Dalam keadaan fisioiogis kadar kalsium dalam plasma berada daiam pengawasan
homeostatik. Dalam batas yang sangat sempit dipengaruhi oleh perubahan diet
setiap hari dan penukaran mineral antara tulang dan darah.
Hambatan kerja paratiroid mengakibatkan penurunan kadar magnesium
dalam darah, konsentrasi magnesium sangat diperlukan bagi fungsi keienjar tiroid
agar menghasilkan hormon yang diperlukan tubuh.
 Fungsi ion kalsium:
a. Penting dalam cairan intersel dan ekstrasel
b. Komponen utama dalam tulang
c. Penting daiam pembekuan darah dan sistem enzim
d. Penglepasan kalsium intersel untuk mengaktifkan sel dan kontraksi otot
e. Kalsium ekstrasel mengadakan perubahan hipokalsemia yang menimbulkan
epilepsi dan tetani
 Fungsi hormon kalsitonin:
a. Menurunkan kadar kaisium dengan rnenghambat resorpsi tulang menekan
aktivitas osteobias dan menghambat pgrtumbuhan tulang
b. Menghambat peiepasan kalsium dari tulang. Vitamin D merupakan
metabolisme, hormon steroid menambah absorbsi kalsium
2. Kelenjar Tiroid
Terdiri atas dua buah lobus yang terletak di sebelah kanan trakea, diikat
bersama oleh jaringan tiroid dan yang melintasi trakea di sebelah depan. Kelenjar
ini merupakan kelenjar yang terdapat di dalam leher bagian depan bawah, melekat
pada dinding laring. Atas pengaruh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise
lobus anterior, kelenjar tiroid ini dapat memproduksi hormon tiroksin. Adapun
fungsi dari hormon tiroksin adalah mengatur pertukaran zat/ metabolisme dalam
tubuh dan mengatur pertumbuhan jasmani dan rohani.
Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel yang
dibatasi oleh epitelium silinder, disatukan oleh jaringan ikat. Sel-selnya
mengeluarkan sera, cairan yang bersifat lekat yaitu koloid tiroid yang
mengandung zat senyawa yodium dan dinamakan hormon tiroksin. Sekret ini
mengisi vesikel dan dari sini berjalan ke aliran darah baik langsung maupun
melalui saluran limfe.
Hipofungsi kelenjar ini menyebabkan penyakit kretinismus dan penyakit
miksedema. Hiperfungsi menyebabkan penyakit eksoftalmik goiter. Sekresi tiroid
diatur oleh sebuah hormon dari lobus anterior kelenjar hipofise yaitu oleh hormon
tirotropik.
Fungsi kelenjar tiroid sangat erat dengan kegiatan metabolik dalam hal:
 Pengaturan susunan kimia dan jaringan bekerja sebagai perangsang proses
oksidasi
 Mengatur penggunaan oksigen dan
 Mengatur pengeluaran karbon dioksida.
 Hiposekresi/ hipotiroidisme terjadi bila kelenjar tiroid kurang mengeluarkan
sekret pada waktu bayi, mengakibatkan suatu keadaan yang dikenal sebagai
kretinisme berupa hambatan pertumbuhan mental dan fisik.
Pada orang dewasa kekurangan sekresi menyebabkan miksedema, proses
metabolik mundur dan terdapat kecenderungan untuk bertambah berat, geraknya
lambat, cara berpikir dan berbicara lamban, kulit menjadi tebal danberkeringat,
rambut rontok, suhu badan di bawah normal dan denyut nadi melambat.
Hipertiroid dimana gejalanya merupakan kebalikan dari miksedema yaitu:
kecepatan metabolisme meningkat, suhu tubuh tinggi, berat badan turun, gelisah,
mudah marah, denyut nadi naik. Pengaruhnya pada vaskuler mencakup fibrilasi
atrium, kegagaian jantung. Pada keadaan yang dikenal sebagai penyakit trauma
atau gondok eksoltalmus, mata menonjol keluar. Efek ini disebabkan terlampau
aktifnya hormon tiroid, ada kalanya tidak hilang dengan pengobatan.
Fisiologi kelenjar tiroid
Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroksin yang memegang peranan
penting dalam mengatur metabolisme yang dihasilkannya, merangsang laju sel-sel
dalam tubuh melakukan oksidasi terhadap bahan makanan, memegang peranan
penting dalam pengawasan metabolisme secara keseluruhan. Hormon tiroid
memerlukan bantuan TSH (thyroid stimulating hormone) untuk endositosis koloid
oleh mikrovili, enzim proteolitik untuk memecahkan ikatan hormon T3
(triiodotironin) dan T4 (tetraiodotironin) dari triglobulin untuk melepaskan T3 dan
T4. Distribusi dalam plasma terikat pada protein plasma (protein bound iodine,
FBI). Sebagian besar PBI T4 dan sebagian PBI T3 terikat pada protein jaringan
yang bebas dan seimbang. Reaksi yang diperlukan untuk sintesis dan sekresi
hormon adalah:
a. Transpor aktif iodida (senyawa yodium) dari plasma dalam tiroid dan lumen
folikel dari folikel dibantu oleh TSH.
b. Dalam kelenjar tiroid iodida dioksidasi menjadi ionin aktif dibantu TSH.
c. lodin mengalami perubahan kondensasi oksidatif bantuan peroksidase.
d. Tahap terakhir pelepasan iodotironin yang bebas ke dalam darah.

Kelainan tiroid
1. Hipertrofi atau hiperplasia fungsional:
a. Struma difosa toksik, hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi
oleh hormon tiroid yang bedebihan dalam darah
b. Struma difosa nontoksik
 Tipe endemik: kekurangan yodium kronik, air minum kurang
mengandung yodium disebut gondok endemik
 Tipe sporadik: pembesaran difusi dan struma di daerah endemis.
Penyebabnya suatu stimulus yang tidak diketahui
2. Hipotiroidisme, kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid sehingga
sintesis dari hormon tiroid menjadi insufisiensi atau berkurang, bila permanen
dan kompleks disebut atiroidisme:
a. Kretinisme, hipotiroidisme berat, pada anak lidah tampak tebal, mata
besar, suara serak, kulit tebal dan ekspresi seperti orang bodoh
b. Miksedema juvenil, terjadi pada anak sebeIum akil. balik, anak cebol
penumbuhan tulang terlambat dan kecerdasan kurang
c. Mikedema dewasa, gejalanya nonspesifik, timbulnya perlahan, konstipasi,
tidak tahan dingin dan otot tegang
3. Neoplasma (tumor jinak), adenoma tiroid bekerja secara otonom dan tidak
dipengaruhi oleh TSH. Bisa menjadi toksik adenoma dan karsinoma.
4. Tumor ganas (maligna), dimulai dari folikel tiroid dengan karakteristik
tersendiri yang memungkinkan terjadi lipoprofil (karsinoma) metastase.
Jenisnya: karsinoma papiler, karsinoma folikuler, katsinoma anaplastik.
Fungsi hormon tiroid:
 Memengaruhi pertumbuhan pematangan jaringan tubuh dan energi
 Mengatur kecepatan metabolism tubuh dan reaksi metabolic
 Menambah sintesis asam ribonukleat (RNA), metabolism meningkat
 Keseimbangan nitrogen negatif dan sintesis protein menurun
 Menambah produksi panas dan menyimpan energy
 Absorpsi intestinal terhadap glukosa, toleransi glukosa yang abnormal sering
ditemukan pada hipertiroidisme
3. Kelenjar pienalis
Kelenjar pienalis (epifise) ini terdapat di dalam otak (ventrikel) berbentuk
kecil merah sepeti sebuah cemara. Fungsinya belum diketahui dengan jelas.
Kelenjar ini menghasilkan sekresi interna dalam membantu pankreas dalam
menghambat kerja hormon yang sensitif terhadap lipase dan meningkatkan
sistesis lipid dan kelenjar kelamin.
4. Kelenjar Hipofise
Suatu kelenjar endokrin yang terletak di dasar tengkorak yang memegang
peranan panting dalam sekresi hormon dari semua organ-organ) endokrin. Dapat
dikatakan sebagai kelenjar pemimpin, sebab hormon-hormon yang dihasilkannya
dapat memengaruhi pekerjaan kelenjar lainnya. Kelenjar hipofise terdiri dari dua
lobus.
a. Lobus anterior
Lobus anterior (adenohipofise) yang menghasilkan sejumlah hormon yang
bekerja sebagai zat pengendali produksi dari semua organ endokrin yang lain.
5. Hormon somatotropik, mengendalikan pertumbuhan tubuh.
6. Hormon tirotropik, mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam
menghasilkan hormon tiroksin.
7. Hormon adrenokortikotropik (ACTH), mengendalikan kelenjar suprarenal
dalam menghasilkan kortisol yang berasai dari korteks kelenjar suprarenal.
8. Hormon gonadotropik berasal dari follicle stimulating hormone (FSH) yang
merangsang perkembangan folikel Graaf dalam ovarium dan pembentukan
spermatozoa dalam testis.
9. Luteinizing hormone (LH), mengendalikan sekresi estrogen dan progesteron
dalam ovarium dan testosteron dalam testis.
10. Interstitial cell stimulating hormone (ICSH).

b. Lobus posterior
Lobus posterior disebut juga neurohipofise, mengeluarkan 2 jenis hormon:
1. Hormon antidiuretik (ADH), mengatur jumlah air yang keluar melalui ginjal,
membuat kontraksi otot polos ADH disebut juga hormon pituitrin.
2. Hormon oksitoksin merangsang dan menguatkan kontraksi uterus sewaktu
melahirkan dan mengeluarkan air susu sewaktu menyusui. Kelenjar hipofise
terletak di dasar tengkorak, di dalam fosa hipofise tulang sfenoid.

Fisiologi kelenjar hipofise


Fungsi kelenjar hipofise dapat diatur oleh susunan saraf pusat melalui
hipotalamus. Pengaturan dilakukan oleh sejumlah hormon yang dihasilkan oleh
hipotalamus akibat rangsangan susunan saraf pusat. Pengaturan sekresi
hipotalamus diatur oleh hormon dan sinyal saraf yang berasal dari hipotalamus
kecepatan sekresi hormon berbeda-beda. Berbagai hormon yang ada dalam darah
dapat menghambat dan mempercepat rangsangan dari hipotalamus.
Hormon-hormon hipotalamus menghasilkan bermacam-macam hormon
yang masuk dalam darah dialirkan pembuluh darah di dalam tubuh untuk
mempercepat organ yang dituju. Sel-sel di dalam hipotalamus akan dipengaruhi
oleh kerja hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin lain.
5. Kelenjar Timus .
Terletak di dalam mediastinum di belakang as sternum, kelenjar timus
hanya dijumpai pada anak-anak di bawah 18 tahun. Kelenjar timus terletak di
daiam toraks kira-kira setinggi bifurkasi trakea, warnanya kemerah-merahan dan
terdiri atas 2 lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10
gram atau lebih sedikit. Ukurannya bertambah pada masa remaja dari 30-40 gram
kemudian berkerut lagi.
Fisiologi kelenjar timus
Suatu sumber dari sel yang mempunyai kemampuan imunologis. Sumber
hormon timus mempersiapkan proliferasi dan maturasi sel-sel yang mempunyal
kemampuan potensiai imunologis daiam jaringan lain sehingga pertumbuhan
meningkat masa bayi sampai remaja. Setelah dewasa penumbuhan akan berkurang
sehingga mengurangi aktivitas kelamin.
Fungsi kelenjar timus:
a. Mengaktifkan pertumbuhan badan
b. Mengurangi aktivitas kelenjar kelamin
Kelainan kelenjar timus
 Hiperplasi. Pada hiperplasi, terdapat limfoid folikel di dalam medulla, mem
pakan kelainan autoimun yang memenga'ruhi neuromuskular sehingga mudah
terserang penyakit dan daya imun kurang.
 Timona tumor. Neoplasma sel epitel ada yang jinak dan ada yang ganas,
menekan alat sekelilingnya dan menimbulkan sesak napas, batuk, sena nyeri
ketika menelan.
6. Kelenjar Kelamin
Kelenjar testis terdapat pada pria, terletak pada skrotum dan menghasilkan
hormon testosteron. Fungsi hormon testosteron menentukan sifat kejantanan,
misalnya adanya jenggot, kumis, jakun dan lain-lain, menghasilkan sel mani
(spermatozoid), serta mengontrol pekerjaan seks sekunder pada laki-laki.
Kelenjar ovarika terdapat pada wanita, terletak pada ovarium di samping
kiri dan kanan uterus. Kelenjar ini menghasilkan hormon progesteron dan
estrogen. Hormon ini dapat memengaruhi pekerjaan uterus serta memberikan sifat
kewanitaan, misalnya pinggul yang besar, bahu sempit dan lain-lain.

Fisiologi kelenjar testis


Fungsi endokrin testis:
a. Testis janin dapat turun pada trimister ke-3 kehamilan, minggu ke-6-8,
maksimum minggu ke-l 1-18, yang menghasilkan testosteron.
b. Pada janin, testosteron diperlukan untuk diferensiasi genitalia interna dan
eksterna laki-laki.
c. Pada pria dewasa untuk perkembangan dan mempenahankan mum sek;
sekunder pria serta spermatogenesis aktif setelah remaja (pubertas). Pengaruh
gonadotropin adenohipofise menyempurnakan maturasi sistem reproduksi.

Pengaturan fungsi endokrin testis:


a. LH/ ICTH adenohipofisis merangsang sekresi testosteron oleh sel Leydig,
pelepasan LH diatur oIeh Gn RH hipotalamus
b. Sebaliknya testosteron meialui mekanisme umpan bank negatif
mengendalikan pelepasan LH.

Pengaturan spermatogenesis:
a. FSH merangsang spermatogenesis
b. LH merangsang sekresi testosteron dan mempertahankan spermatogenesi
c. FSH dan testosteron bekerja merangsang sel sertoli membentuk senyawa yang
diperlukan dalam maturasi sperma. Sekresinya diatur oleh mekanisme umpan
balik negatif, yaitu meningkatkan sekresi dan sel serotinin.

Efek testosteron:
a. Pada janin, merangsang diferensiasi dan perkembangan alat genital ke arah
pria, pengaturan pola jantan, dan pengontrolan hipotalamus terhadap sekresi
gonadotropin setelah pubertas
b. Pada pubertas, memengaruhi sifal kelamin sekunder: berkembangnya bentuk
tubuh, perkembangan alat genital, distribusi rambut, pembesaran laring, dan
sifat agresif.

Fisiologi reproduksi wanita


Fungsi seksual dan reproduksi wanita dibagi dalam dua fase yaitu:
a. Persiapan tubula untuk konsepsi dan kehamilan
b. Periode kehamilan:
 Hormon releasing hipotalamus (LHRH): Hormon dari hipotalamus yang
dihasilkan di perikarion neuron hipolalamus terikat oIeh reseptor
gonadotropin yang merangsang produksi hormon luteinizing dan hormon
perangsang folikel dan penurunan produksi pelepasan gonodotropin.
 Hormon hipofise anterior (PSH dan LH): Disekresi akibat respons
terhadap releasing hormone di hipotalamus, memicu sintesis steroid di
ovarium. Selama proses ovulasi dalam sel granulosa terjadi perubahan
sintesis steroid dari estrogen menjadi progesteron dalam proses
pemecahan folikeli sampai terjadinya ovulasi.
 Hormon ovarium (estrogen dan progesteron): Disekresi oleh ovarium
akibat respons terhadap hormon estrogen dan progesteron dari kelenjar
hipofise. Korpus luteum membuat steroid estrogen dan progesterone
merangsang pertumbuhan dan diferensiasi saluran reproduksi wanita.

Thyrotropin releasing hormone (TRH) menghasiIkan prolaktin berupa


laktotrof. Hormon ini dijumpai dalam plasma wanita. Harmon hipofise
mengeluarkan prolaktin dalam bentuk sekrai dopamin ke dalam pembuluh portal.
Sekresi prolaktin dikendalikan oleh dopamin (hasil sekresi norepinefrin) yang
disekresi ke dalam pembuluh aorta. Rangsangan nsiologis prolaktin berasal dari
isapan bayi ketika menyusui, juga dirangsang oleh taktil pada puting yang
Mnimbulkan refleks neuroendokrin yang menyebabkan pengeluaran prolaktin.
Endokrinologi kehamilan
Pada kehamilan, korpus luteum akan dipenahankan oleh hormon chorion
gonadotropin (HCG) sampai 2 bulan kehamilan. Selajutnya fungsi korpus luteum
diambil alih oleh plasenta.
a. Estrogen: Kadarnya meningkat, dibentuk oleh set-sel trofoblast plasenta.
Plasenta tidak mempunyai enzim hidroksilase yang mengubah progesteron
meniadi estrogen sehingga diperiukan dehidroergotaminandrosteron (DHEA)
yang dibentuk oleh janin menjadi estrogen dan berfungsi untuk meningkatkan
aliran darah ke plasenta.
b. Progesteron: Dihasilkan oleh korpus luteum, pada kehamilan dihasilkan oleh
sel-sel trofoblast plasenta. Fungsinya menjaga miometrium dalam keadaan
istirahat, mencegah reaksi imunologik antigen asing.
c. HCG: Konsentrasi mencapai puncak pada minggu ke-10 dan menurun paling
rendah pada minggu ke 19-20 kehamilan. Fungsinya mengatur produksi
endrogen pada janin dan membentuk korpus luteum menstruasi menjadi
korpus luteum kehamilan.
7. Kelenjar Suprarenalis/ Adrenal
Kelenjar suprarenal jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas dari ginjal
kiri dan kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram. Kelenjar
suprarenal mi terbagi atas 2 bagian yaitu:
a. Bagian luar yang berwarna kekuningan menghasilkan kortisol yang disebut
korteks.
b. Bagian medula menghasilkan adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin
(norepinefrin).
Zat-zat tadi disekresikan di bawah pengendalian sistem persarafan
simpatis. Sekresinya bertambah dalam keadaan emosi seperti marah dan takut
serta dalam keadaan asfiksia dan kelaparan. Pengeluaran yang benambah itu
menaikkan tekanan darah guna melawan syok. Noradrenalin menaikan tekanan
darah dengan jalan merangsang serabut otot di dalam dinding pembuluh darah
untuk berkontraksi, adrenalin membantu metabolisme karbohidrat dengan jalan
menambah pengeluaran glukosa dari hati.
Beberapa horrnon terpenting yang disekresi oleh korteks adrenal adalah:
hidrokonison, aldosteron, dan kortikosteron. Semuanya bertalian erat dengan
metabolisme, penumbuhan fungsi ginjal, dan kondisi otot.
Pada insufisiensi adrenal (penyakit Addison) pasien menjadi kurus dan
nampak sakit paling lemah, terutama karena tidak adanya hormon ini. Sedangkan
ginjal gagal menyimpan natrium dalam jumlah terlampau banyak. Penyakit ini
diobati dengan kortison.
Hipofungsi menyebabkan penyakit Addison. Hiperfungsi adalah kelainan
yang timbul akibat hiperfungsi mirip dengan tumor suprarenal bagian koneks
dengan geiala pada wanita biasa terjadi gangguan pertumbuhan seks sekunder.

Fungsi kelenjar suprarenalis (korteks):


a. Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam
b. Mengatur/ memengaruhi metabolism lemak, hidrat arang dan protein
c. Memengaruhi aktivitas jaringan limfoid
Fungsi kelenjar suprarenalis (medula):
a. Vasokonstriksi pembuluh darah perifer.
b. Relaksasi bronkus.
c. Kontraksi selaput lendir dan arteriole pada kulit sehingga berguna untuk
mengurangi perdarahan pada operasi kecil.

Fisiologi kelenjar suprarenal


1. Glukokortikoid, fungsinya:
a. Meningkatkan kegiatan metabolisme berbagai zat dalam tubuh -Meningkatkan
glikogenesis dan glukogenesis daiam sel hati
 Meningkatkan metabolisme protein terutama di otot dan tulang
 Meningkatkan sintesis DNA dan RNA dalam sel hati
 Menahan ion Na dan ion Cl, menmglcatkan sekresi ion K di ginjal
 Meningkatkan lipolisis jaringan perifier, deposit lemak
b. Menurunkan ambang rangsang susunan saraf pusat
c. Menggiatkan sekresi asam lambung
d. Menguatkan efek noradrenalin terhadap pembuluh darah dan merendahkan
permeabilitas dinding pembuluh darah
e. Menurunkan daya tahan terhadap infeksi dan menghambat pembentukan
antibody
f. Menghambat pelepasan histamin dalam reaksi alergi

Hipersekresi glukokortikoid:
 Hiperglikemia, peningkatan kadar gula dalam darah
 Otot rangka menjadi atrofi dan lemah
 Tangan dan kaki kurus, perut membesar .
 Luka sukar sembuh, protein tulang berkurang (osteoporosis)
 Retensi ion menyebabkan hipertensi

2. Mineralkortikoid
Meningkatkan retensi ekskresi ion K di ginjal (tubulus distal dan tubulus
koligentes), meningkatkan retensi Na di kelenjar keringat dan saluran pencernaan.
Pada ginjal aldosteron meningkat.
Pengaturan mineralokortikoid:
a. Renin-angiotensin, merangsang sel-sel zona glomerulus korteks adrenal
untuk melepaskan aldosteron, meningkatkan retensi Na, Cl dan air
b. Kadar ion Na, K_dan plasma. Apabila ion Na plasma mrun dan ion K plasma
naik, maka sekresi aldosteron meningkat
c. ACTH dalam dosis yang kecil. Perannya sangat kecil hanya dalam
konsentrasi yang tinggi merangsang pelepasan aldosteron

Kelainan mineralokortikoid:
a. lnsufisiensi adrenal, Na banyak terbuang, kadar ion K plasma meningkat,
volume plasma rendah, dan tekanan darah turun
b. Hiperaldosteron primer, aldosteron berlebihan déngan gejala hipernatremia:
hipertensi tanpa edema, hipokalemia, dan otot lemah

Efek pada hormon kelamin:


a. Androgen, terutama ketosteroid dehidroepialdosteron: maskulinisasi
meningkatkan anabolisme protein dan merangsang pertumbuhan
b. Estrogen pada keadaan fisiologis tidak mempunyai efek feminisasi
Kelainan fungsi korteks adrenal: hipofungsi, penyakii Addison
(kerusakan seluruh zona); hiperfungsi, sindrom Cushing, hiperaldosteron, dan
sindrom androgenital maskulin pada wanita, feminisasi pada laki-laki.
8. Kelenjar Pankreatika
Kelenjar ini terdapat di belakang lambung di depan vertebra lumbalis I dan
II terdiri dari sel-sel alfa dan beta. Sel alfa menghasilkan hormon glukagon
sedangkan sel-sel beta menghasilkan hormon insulin. Hormon yang diberikan
untuk pengobatan diabetes, insulin merupakan sebuah protein yang dapat turut
dicema oleh enzim-enzim pencernaan protein.
DNA MANUSIA
DNA merupakan molekul paling terkenal saat ini, karena molekul ini merupakan
substansi penurunan sifat. DNA merupakan suatu polimer heliks ganda yang
terdiri dari nukleotida, setiap nukleotida terdiri dari tiga komponen; satu basa
nitrogen, satu gula pentosa yang disebut deoksiribosa, dan satu gugus fosfat. Basa
nitrogennya bisa adenin (A), timin (T), guanin (G), atau sitosin (S). Adenin dan
dan guanin adalah purin, basa nitrogen dengan dua cincin organik. Sebaliknya,
sitosin dan timin adalah anggota famili basa nitrogen yang dikenal sebagai
pirimidin, yang mempunyai satu cincin tunggal.

DNA merupakan materi genetik sel, pernyataan ini telah dibuktikan dengan
berbagai percobaan. Bukti lainnya, sebelum mengalami mitosis, sel eukariotik
dengan tepat menggandakan kandungan DNA-nya, dan selama mitosis, DNA ini
akan terdistribusi tepat sama ke dua sel anaknya. Selain itu, kromosom diploid
mempunyai DNA dua kali lebih banyak daripada kromosom haploid yang
ditemukan di dalam gamet-gamet organisme yang sama. Bukti lainnya hasil
penelitian Erwin Chargaff, pada tahun 1947 ia melaporkan bahwa komposisi
DNA berbeda-beda antara satu spesies dengan spesies lainnya. Dalam spesies
apapun yang dipilih, banyaknya keempat basa nitrogen tidaklah sama tetapi hadir
dalam rasio yang khas. Chargaff juga menemukan adanya keteraturan yang agak
ganjil dalam rasio dari basa-basa nukelotida ini. Dalam DNA setiap spesies yang
dipelajarinya, jumlah adenine kurang lebih sama dengan jumlah timin, dan jumlah
guanin kurang lebih sama dengan sitosin. Contohnya, pada DNA manusia
keempat basa nitrogen hadir dalam persentase: A=30,9% dan T= 29,4%;
G=19,9% dan C=19,8%. Kesamaan A=T dan G=C yang kemudian dikenal
sebagai aturan Chargaff.

Definisi gen telah berevolusi sejalan dengan sejarah genetika. Pada konsep
Mendelian, suatu gen digambarkan sebagai unit penurunan sifat yang mempunyai
ciri-ciri tersendiri yang mempengaruhi karakter fenotipik. Morgan dan koleganya
menempatkan gengen seperti itu pada lokus-lokus tertentu di dalam kromosom
dan bahwa ahli-ahli genetic menggunakan lokus sebagai nama lain untuk gen.
Kemudian para ahli lainnya melihat suatu gen sebagai daerah urutan nukleotida
spesifik di sepanjang molekul DNA. Akhirnya para ahli menggunakan defenisi
fungsional dari gen sebagai urutan DNA yang mengkode rantai polipeptida
tertentu. adegium ‘sejenis menghasilkan sejenis.
Sebuah unit monomer DNA yang terdiri dari ketiga komponen tersebut
dinamakan nukleotida, sehingga DNA tergolong sebagai polinukleotida. Rantai
DNA memiliki lebar 22-24 Å, sementara panjang satu unit nukleotida 3,3 Å.
Walaupun unit monomer ini sangatlah kecil, DNA dapat memiliki jutaan
nukleotida yang terangkai seperti rantai. Rangka utama untai DNA terdiri dari
gugus fosfat dan gula yang berselang-seling. Gula pada DNA adalah gula pentosa
(berkarbon lima), yaitu 2-deoksiribosa. Dua gugus gula terhubung dengan fosfat
melalui ikatan fosfodiester antara atom karbon ketiga pada cincin satu gula dan
atom karbon kelima pada gula lainnya.
Struktur DNA
DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:
 Gugus fosfat
 Gula deoksiribosa

 Basa nitrogen, yang terdiri dari: Adenina (A), Guanina (G), Sitosina (C),
Timina (T)

DNA terdiri atas dua untai benang polinukleotida yang saling berpilin
membentuk struktur heliks ganda. Seutas polinukleotida pada molekul DNA
tersusun atas rangkaian nukleotida. Setiap nukleotida tersusun atas:
1. Gugusan gula deoksiribosa (gula pentosa yang kehilangan satu atom
2. Gugusan asam fosfat yang terikat pada atom C nomor 5 dari gula)
3. Gugusan basa nitrogen yang terikat pada atom C nomor 1 dari gula
Ketiga gugus tersebut saling terkait dan membentuk “tulang punggung”
yang sangat panjang bagi heliks ganda. Strukturnya dapat diibaratkan sebagai
tangga, dimana ibu tangganya adalah gula deoksiribosa dan anak tangganya
adalah susunan basa nitrogen. Sedangkan fosfat menghubungkan gula pada satu
nukleotida ke gula pada nukleotida berikutnya untuk membentuk polinukleotida.
Basa nitrogen penyusun DNA terdiri dari basa purin, yaitu adenin (A) dan
guanin (G), serta basa pirimidin yaitu sitosin atau cytosine (C) dan timin (T).
Ikatan antara gula pentosa dan basa nitrogen disebut nukleosida. Ada 4 macam
basa nukleosida yaitu :
 Ikatan A-gula disebut adenina atau adenosin deoksiribonukleosida
(deoksiadenosin)
 Ikatan G-gula disebut guanina atau guanosin deoksiribonukleosida
(deoksiguanosin)
 Ikatan C-gula disebut sitosina atau sitidin deoksiribonukleosida
(deoksisitidin)
 Ikatan T-gula disebut timina atau timidin deoksiribonukleosida
(deoksiribotimidin)

Ikatan asam-gula-fosfat disebut sebagai deoksiribonukleotida atau sering


disebut nukleotida. Ada 4 macam deoksiribonukleotida, yaitu adenosin
deoksiribonukleotida, timidin deoksiribonukleotida, sitidin deoksiribonukleotida,
timidin deoksiribonukleotida. Nukleotida-nukleotida itu membentuk rangkaian
yang disebut polinukleotida. DNA terbentuk dari dua utas poinukleotida yang
saling berpilin.

Basa-basa nitrogen pada utas yang satu memiliki pasangan yang tetap
dengan basa-basa nitrogen pada utas yang lain. Adenin berpasangan dengan timin
dan guanin berpasangan dengan sitosin. Pasangan basa nitrogen A dan T
dihubungkan oleh dua atom hidrogen (A=T). Adapun pasangan basa nitrogen C
dan G dihubungkan oleh tiga atom hidrogen (C≡G). Dengan demikian, kedua
polinukleotida pada satu DNA saling komplemen.
Struktur untai komplementer DNA menunjukkan pasangan basa (adenina dengan
timina dan guanina dengan sitosina) yang membentuk DNA beruntai ganda.

Tes DNA
Tes DNA adalah analisis terhadap pola DNA (profil genetik) seseorang.
Untuk keperluan tes DNA, sampel sel diambil dari jaringan tubuh (biasanya
kulit). DNA kemudian dimurnikan dari sel-sel tersebut dan pola variasinya dibaca
dengan mesin sekuensing DNA seperti pembacaan barcode. Hasil pembacaan
barcode DNA ini kemudian dianalisis.
DNA dari tubuh seseorang akan 100% sama, dari mana pun Anda
mengambil sampelnya. Setiap orang memiliki pola DNA yang unik, seperti
halnya sidik jari. Karena setengah dari pola DNA diwariskan dari ibu dan
setengah diwariskan dari ayah, setengah dari garis-garis dalam barcode DNA anak
akan berderet seperti pada DNA ayah, setengah lainnya seperti pada DNA ibu.
Bila tidak ada hubungan orangtua-anak, tidak akan terdapat 50% kesamaan
tersebut. DNA di antara saudara sekandung juga memiliki beberapa kesamaan,
namun tidak seperti pada orangtua-anak.
Dalam tes DNA post-mortem seperti pada korban kecelakaan pesawat
terbang, hasil tes digunakan untuk mengidentifikasi pemilik tubuh korban dan
menyatukan bagian-bagian tubuhnya yang terpisah.
Peristiwa mutasi dan implikasinya dalam Salingtemas
Mutasi adalah sebuah perubahan dalam jumlah atau struktur DNA dari
suatu organisme. Mutasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan genotip yang
dapat diturunkan melalui mitosis atau meiosis dari sel mutan. Mutasi dapat
menyebabkan terjadinya perubahan karakteristik dalam suatu populasi. Mutasi
yang terjadi pada sel-sel gamet yang dapat diturunkan, sedangkan yang terjadi
pada sel-sel somatik hanya diturunkan pada sel saudaranya melalui mitosis
(dikenal sebagai mutasi somatik).
Mutasi yang menghasilkan suatu perubahan dalam jumlah atau urutan
DNA disebut sebagai mutasi kromosom atau aberasi kromosom. Hasil mutasi
jenis ini, dengan teknik tertentu, dapat diamati di bawah mikroskop. Jenis mutasi
lainnya dikenal sebagai mutasi gen atau mutasi titik, perubahan di dalam struktur
DNA (kromosom) pada lokus tunggal.
Mutasi terjadi secara acak dan bersifat spontan, dengan kata lain suatu gen
dapat mengalami mutasi kapan saja. Laju mutasi terjadi bervariasi diantara
organisme. Penyebab terjadinya mutasi disebut mutagenik. Radiasi gelombang
elektromagnetik berenergi tinggi, seperti sinar X dan gamma, serta cahaya ultra
violet, secara nyata dapat meningkatkan terjadinya mutasi. Partikel berenergi
tinggi seperti partikel α dan β, neutron, dan radiasi cosmik termasuk mutagenik.
Berbagai substansi kimia termasuk gas mustard, kaffein, formaldehid, colchicine,
beberapa bagian dari tembakau, obat-obatan tertentu, pengawet makanan, dan
pestisida juga telah menunjukkan sebagai mutagenik. Dari berbagai sumber
mutagenik tersebut tampak sangat dekat dengan kita. Oleh karena itu, kita harus
ekstra hati-hati dengan sumber-sumber mutagenik tersebut.
Mutasi kromosom berpengaruh terhadap beberapa gen dan berdampak
terhadapfenotip. Perubahan jumlah kromosom terjadi akibat adanya gangguan
selama meiosis, walaupun demikian dapat juga terjadi pada mitosis. Perubahan
tersebut dapat terjadi melalui kehilangan atau bertambahnya satu kromosom,
keadaan seperti ini dinamakan aneuploidi, atau bertambahnya keseluruhan haploid
kromosom (memiliki lebih dari dua set kromosom lengkap), keadaan seperti ini
dinamakan euploidi (poliploidi). Salah satu penyebab terjadinya aneuploidi
adanya peristiwa nondisjungsi, pada peristiwa ini bagian dari sepasang kromosom
yang homolog tidak bergerak memisahkan diri sebagaimana mestinya pada waktu
meiosis I, atau dimana kromatid saudara gagal berpisah selama meiosis II.
Pada kasus ini, satu gamet menerima dua jenis kromosom yang sama dan
satu gamet yang lainnya tidak mendapat salinan sama sekali. Kromosom-
kromosom lainnya biasanya terdistribusi secara normal. Jika kromosom hadir
dalam bentuk rangkap tiga di dalam telur yang telah dibuahi (sehingga sel
mempunyai jumlah total kromosom 2n+1), jenis aneuploid ini disebut trisomi.
Jika satu kromosom hilang (sehingga sel memiliki jumlah kromosom 2n-1), jenis
aneuploid ini disebut monosomi. Kemudian mitosis akan meneruskan anomali ini
ke semua sel embrionik. Jika organisme tersebut bisa bertahan hidup, organisme
itu biasanya memperlihatkan sejumlah gejala yang disebabkan oleh abnormalnya
jumlah gen yang terletak pada kromosom tambahan atau kromosom yang hilang.
Nondisjungsi dapat juga terjadi selama mitosis. Jika kesalahan semacam
itu berlangsung di awal-awal perkembangan embrionik, maka kondisi aneuploid
ini akan diteruskan oleh mitosis kepada sejumlah besar sel dan ini bisa berdampak
besar bagi organisme tersebut.
Penggunaan DNA Dalam Teknologi
Banyak sekali manfaat DNA. Terutama dalam hal masalah
pengidentifikasi makhluk hidup. Seiring perkembangan teknologi, maka
penggunaan DNA juga semakin berkembang dan bermanfaat bagi kehidupan.

DNA Dalam Barang Bukti Forensik


Seorang penjahat tanpa disadari pasti akan meninggalkan sesuatu (jejak),
sehingga ketika polisi dipanggil ke tempat kejadian serius, tempat kejadian
perkara (TKP) segera ditutup dengan pita kuning police line untuk mencegah
pencemaran buktibukti penting. Ahli forensik harus bergegas ke tempat kejadian
sebelum bukti penting yang mungkin membantu mengungkap kejadian
hilang/dirusak. Barang bukti forensic yang ditemukan harus diambil sampelnya
untuk diperiksa di laboratorium demi mendapatkan data pelengkap dan
pendukung. Salah satu pemeriksaan yang penting dan hasilnya bisa didapat
dengan cepat adalah tes sidik DNA. Tes sidik DNA dalam kasus forensik
utamanya dilakukan untuk tujuan identifikasi korban walaupun sekarang tes sidik
DNA juga bisa dilakukan untuk melacak pelaku kejahatan. Pelacakan
identitas forensik akan dilakukan dengan mencocokkan antara DNA korban
dengan terduga keluarga korban. Hampir semua sampel biologis tubuh dapat
digunakan untuk sampel tes siik DNA, tetapi yang sering digunakan adalah darah,
rambut, usapan mulut pada pipi bagian dalam (buccal swab), dan kuku. Untuk
kasuskasus forensik, sperma, daging, tulang, kulit, air liur atau sampel biologis
apa saja yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dapat dijadikan sampel
tes sidik DNA.

Identifikasi Forensik dengan Tes Sidik DNA


Pemeriksaan identifikasi forensik merupakan pemeriksaan yang pertama
kali dilakukan, terutama pada kasus tindak kejahatan yang korbannya tidak
dikenal walaupun identifikasi juga bisa dilakukan pada kasus non kriminal seperti
kecelakaan, korban bencana alam dan perang, serta kasus paternitas (menentukan
orang tua). Secara biologis, pemeriksaan identifikasi korban bisa dilakukan
dengan odontologi (gigi-geligi), anthropologi (ciri tubuh), golongan darah serta
sidik DNA.
Sidik DNA merupakan gambaran pola potongan DNA dari setiap individu.
Seperti halnya sidik jari (fingerprint) yang telah lama digunakan oleh detektif dan
laboratorium kepolisian sejak tahun 1930. Pada tahun 1980, Alec Jeffreys dengan
teknologi DNA berhasil mendemonstrasikan bahwa DNA memiliki bagian-bagian
pengulangan (sekuen) yang bervariasi. Hal ini dinamakan polimorfisme, yang
dapat digunakan sebagai sarana identifikasi spesifik (individual) dari seseorang.
Perbedaan sidik DNA setiap orang atau individu layaknya sidik jari, sidik
DNA ini juga bisa dibaca. Tidak seperti sidik jari pada ujung jari seseorang yang
dapat diubah dengan operasi, sidik DNA tidak dapat dirubah oleh siapapun dan
dengan alat apapun. Bahkan, sidik DNA mempunyai kesamaan pada setiap sel,
jaringan dan organ pada setiap individu. Oleh karena itu sidik DNA menjadi suatu
metode identifikasi yang sangat akurat.
Hanya sekitar 3 juta basa DNA yang berbeda antara satu orang dengan
orang lain. Para ahli menggunakan daerah yang berbeda ini untuk menghasilkan
profil DNA dari seseorang individu, menggunakan sampel dari darah, tulang,
rambut atau jaringan tubuh yang lain. Pada kasus kriminal, biasanya melibatkan
sampel dari barang bukti dan tersangka, mengekstrak DNAnya, dan
menganalisanya untuk melihat suatu daerah khusus pada DNA (marker). Para
ilmuwan telah menemukan marker di dalam sampel
DNA dengan mendesain sepotong kecil DNA (probe) yang masing-masing akan
mencari dan berikatan dengan sekuen DNA pasangan/komplementernya pada
sampel DNA. Satu seri probe akan berikatan dengan DNA sampel dan
menghasilkan pola yang berbeda antara satu individu dengan individu yang lain.
Para ahli forensik membandingkan profil DNA ini untuk menentukan
apakah sampel dari tersangka cocok dengan sampel pada bukti. Marker sendiri
biasanya tidak bersifat khusus untuk setiap individu, jika dua sampel DNA mirip
pada empat atau lima daerah, sampel tersebut mungkin berasal dari individu yang
sama. jika profil sampel tidak sama, berarti seseorang tersebut bukan pemilik
DNA yang ditemukan pada lokasi kriminalitas. Jika pola yang ditemukan sama,
tersangka tersebut kemungkinan memiliki DNA pada sampel bukti.
DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah DNA mitokondria dan DNA
inti sel. DNA yang paling akurat untuk tes adalah DNA inti sel karena inti sel
tidak bisa berubah sedangkan DNA dalam mitokondria dapat berubah karena
berasal dari garis keturunan ibu, yang dapat berubah seiring dengan perkawinan
keturunannya. Kasus-kasus kriminal, penggunaan kedua tes DNA di atas,
bergantung pada barang bukti apa yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara
(TKP). Seperti jika ditemukan puntung rokok, maka yang diperiksa adalah DNA
inti sel yang terdapat dalam epitel bibir karena ketika rokok ihisap dalam mulut,
epitel dalam bibir ada yang tertinggal di puntung rokok. Epitel ini masih
menggandung unsur DNA yang dapat dilacak.
Misalnya dalam kasus korban ledakan bom, serpihan tubuh para korban
yang sulit dikenali diambil sekuens genetikanya. Bentuk sidik DNA berupa garis-
garis yang mirip seperti bar-code dikemasan makanan atau minuman.
Membandingkan kode garis-garis DNA, antara 30 sampai 100 sekuens rantai kode
genetika, dengan DNA anggota keluarga terdekatnya, biasanya ayah atau saudara
kandungnya, maka identifikasi korban forensik atau kecelakaan yang hancur
masih dapat dilacak. Untuk kasus pemerkosaan diperiksa spermanya tetapi yang
lebih utama adalah kepala spermatozoanya yang terdapat DNA inti sel di
dalamnya. Jika di TKP ditemukan satu helai rambut maka sampel ini dapat
diperiksa asal ada akarnya. Namun untuk DNA mitokondria tidak harus ada akar,
cukup potongan rambut karena diketahui bahwa pada ujung rambut terdapat DNA
mitokondria sedangkan akar rambut terdapat DNA inti sel.
Teknologi DNA memiliki keunggulan mencolok dalam hal potensi
diskriminasinya dan sensitifitasnya maka tes sidik DNA menjadi pilihan dalam
penyelidikan kasus-kasus forensik dibanding teknologi konvensional seperti
serologi dan elektroforesis. Kedua tes ini hanya mampu menganalisis perbedaan
ekspresi protein dan membutuhkan sampel dengan jumlah relatif besar.
Tes sidik DNA sebaliknya hanya membutuhkan sampel yang relatif sedikit
Semua ibu memiliki DNA mitokondria yang sama dengan anak perempuannya
karena mitokondria pada masing-masing embrio yang baru berasal dari sel telur
ibunya. Sperma ayah hanya berkontribusi memberikan DNA inti sel (nukleus).
Membandingkan profil mtDNA dari seseorang yang tidak teridentifikasi dengan
profil seseorang yang kemungkinan adalah ibunya merupakan teknik yang penting
dalam investigasi orang hilang atau temuan kerangka yang sudah berusia puluhan
tahun DNA mitokondria manusia diturunkan secara maternal, sehingga setiap
individu pada garis keturunan ibu yang sama memiliki tipe DNA mitokondria
yang identik. Karakteristik DNA mitokondria ini dapat digunakan untuk
penyelidikan kasus orang hilang atau menentukan identitas
seseorang dengan membandingkan DNA mitokondria korban terhadap DNA
mitokondria saudaranya yang segaris keturunan ibu.

DNA Dalam Komputasi


DNA memainkan peran penting dalam ilmu komputer, baik sebagai
masalah riset dan sebagai sebuah cara komputasi. Riset dalam algoritma pencarian
string, yang menemukan kejadian dari urutan huruf di dalam urutan huruf yang
lebih besar, dimotivasi sebagian oleh riset DNA, dimana algoritma ini digunakan
untuk mencari urutan tertentu dari nukleotida dalam sebuah urutan yang besar.
Dalam aplikasi lainnya seperti editor text, bahkan algoritma sederhana untuk
masalah ini biasanya mencukupi, tetapi urutan DNA menyebabkan algoritma-
algoritma ini untuk menunjukkan sifat kasus-mendekati-terburuk dikarenakan
jumlah kecil dari karakter yang berbeda.
Replikasi DNA

Replikasi merupakan proses pelipatgandaan DNA. Proses replikasi ini


diperlukan ketika sel akan membelah diri. Pada setiap sel, kecuali sel gamet,
pembelahan diri harus disertai dengan replikasi DNA supaya semua sel turunan
memiliki informasi genetik yang sama. Pada dasarnya, proses replikasi
memanfaatkan fakta bahwa DNA terdiri dari dua rantai dan rantai yang satu
merupakan "konjugat" dari rantai pasangannya. Dengan kata lain, dengan
mengetahui susunan satu rantai, maka susunan rantai pasangan dapat dengan
mudah dibentuk.
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan bagaimana proses replikasi
DNA ini terjadi. Salah satu teori yang paling populer menyatakan bahwa pada
masing-masing DNA baru yang diperoleh pada akhir proses replikasi; satu rantai
tunggal merupakan rantai DNA dari rantai DNA sebelumnya, sedangkan rantai
pasangannya merupakan rantai yang baru disintesis. Rantai tunggal yang
diperoleh dari DNA sebelumnya tersebut bertindak sebagai "cetakan" untuk
membuat rantai pasangannya.
Proses replikasi memerlukan protein atau enzim pembantu; salah satu
yang terpenting dikenal dengan nama DNA polimerase, yang merupakan enzim
pembantu pembentukan rantai DNA baru yang merupakan suatu polimer. Proses
replikasi diawali dengan pembukaan untaian ganda DNA pada titik-titik tertentu
di sepanjang rantai DNA. Proses pembukaan rantai DNA ini dibantu oleh enzim
helikase yang dapat mengenali titik-titik tersebut, dan enzim girase yang mampu
membuka pilinan rantai DNA.
Setelah cukup ruang terbentuk akibat pembukaan untaian ganda ini, DNA
polimerase masuk dan mengikat diri pada kedua rantai DNA yang sudah terbuka
secara lokal tersebut. Proses pembukaan rantai ganda tersebut berlangsung disertai
dengan pergeseran DNA polimerase mengikuti arah membukanya rantai ganda.
Monomer DNA ditambahkan di kedua sisi rantai yang membuka setiap kali DNA
polimerase bergeser. Hal ini berlanjut sampai seluruh rantai telah benar-benar
terpisah.

Proses replikasi DNA ini merupakan proses yang rumit namun teliti.
Proses sintesis rantai DNA baru memiliki suatu mekanisme yang mencegah
terjadinya kesalahan pemasukan monomer yang dapat berakibat fatal. Karena
mekanisme inilah kemungkinan terjadinya kesalahan sintesis amatlah kecil.

Pada replikasi DNA, rantai DNA baru dibentuk berdasarkan urutan nukleotida
pada DNA yang digandakan.
SINTESIS PROTEIN
Sintesis protein merupakan suatu proses yang kompleks termasuk
didalamnya proses penerjemahan kodon-kodon pada mRNA menjadi polipeptida.
Sintesis protein melibatkan DNA, mRNA, tRNA, Ribosom, asam amino dan
beberapa enzim.
Ribosom terdiri dari molekul-molekul protein dan rRNA yang berfungsi
dalam sintesis protein. Reaksi sintesis protein merupakan perpaduan antara kodon
yang terdapat di mRNA dapat berpasangan dengan anti kodon yang terdapat pada
tRNA.
Dikirimnya mRNA ke sitoplasma, maka terjadi pengaktifan asam amino
dan asam amino diesterfikasi tRNA terbentuk Amino-asil-tRNA. Ribosom
mempunyai tiga tempat ikat molekul-molekul RNA, yaitu satu mengikat mRNA
dan dua buah untuk tRNA. Tempat-tempat untuk mengikat tRNA-peptidil
dinamakan tempat P dan tempat pengikat tRNA-amino-asil dinamakan tempat A.
Enam puluh empat kodon (penyandi) pada sebuah molekul mRNA merupakan
kodon penghenti (stop), yang menghentikan proses penterjemahan.
1. tRNA (ARN-t)
RNA penerjemahan atau tRNA adalah satu jenis RNA yang mempunyai
fungsi menerjemahkan sandi-sandi genetik yang berupa rangkaian kodon mRNA
menjadi rangkaian asam amino. TRNA juga berfungsi sebagai RNA primer proses
transkripsi balik (pembentukan DNA dengan menggunakan RNA sebagai model
cetakan) dalam pembiakan retrovirus.
Struktur tRNA :
a. Bentuk umum seperti daun semanggi
b. Urutan basa terminal yang sama, yaitu basa 51 – SSA – 31 dari nukleotida
tRNA yang bersangkutan. Asam amino menempel pada basa A (Adenin)
yang terletak paling ujung.
c. Mempunyai bagian yang melengkung yang disebut lengan T. Pada lengan
ini terdapat tujuh basa yang tidak berpasangan termasuk pseudouridin ( )
pada urutan TSG.
d. Mempunyai bagan yang disebut lengan dihidrouridin (DHU) yang
mengandung 8-12 basa yang tidak berpasangan.
e. Mempunyai bagian nukleotida yang basa-basanya komplementer dengan
kodon yang terdapat pada molekul mRNA. Nukleotida-nukleotida
tersebut dinamakan antikodon. Jika kodon pada mRNA dengan urutan
basa UUS, maka antikodon pada tRNA mempunyai urutan basa AAG.
2. mRNA (ARN, d)
mRNA pada sel eukariotik hanya mengandung sebuah kodon permulaan
(AUG) sehingga dinamakan monosistronik. Pada sel prokariotik semua jenis ARN
ditranskripsikan dengan bantuan enzim yang sama, yaitu RNA-polimerase.
MRNA pada bakteri sering mengandung kodon-kodon untuk menyusun beberapa
rantai polipeptida sehingga ukuran molekulnya cukup panjang.
RNA tersebut dinamakan polisistronik, yang pada kodon permukaan
terdapat beberapa kodon (AUG).

(51) AUG ….. NAA AUG …… UAA AUG…….. UAA (31)

Protein I Protein II Protein III

Sel-sel prokariotik semua jenis ARN ditranskripsikan dengan bantuan


enzim yang sama, yaitu RNA-polimerase. Ukuran molekul mRNA pada sel-sel
prokariot pendek-pendek dan terjadi degradasi bahkan bila terjadi sebelum
pembentukannya selesai.
Sel eukariot mRNA dibentuk dalam nukleus. Sebelum bertemu dengan
ribosom mRNA keluar menuju sitoplasma lewat porous. Umur mRNA sel
eukariotik lebih panjang daripada sel prokariotik dan lebih stabil.
Pada sel-sel eukariot ada tiga jenis enzim RNA-polimerase, yaitu : a)
RNA-polimerase I yang terdapat pada nukleus dan berfungsi dalam pembentukan
rRNA (ARN-ribosom), b) RNA polimerase II, yang terdapat pada nukleoplasma
dan berfungsi dalam pembentukan mRNA, c) RNA- polimerase III terdapat dalam
nukleoplasma yang berfungsi dalam pembentukan tRNA.
3. rRNA = Ribosomal RNA
Pada eukariot dengan ribosom 80S terdiri dari sub unit kecil 40S dan sub
unit besar 60S. Sedangkan pada prokariot ribosomnya 70S yang terdiri dari sub
unit kecil 30S dan sub unit besar 50S.
Ribosom pada sel-sel prokariot mengandung 3 jenis rRNA yaitu pada sub
unit kecil terdapat rRNA 16S, sedangkan pada sub unit besar terdapat rRNA 23S
dan 5S. Pada sel eukariot terdapat empat jenis rRNA, pada sub unit kecil terdapat
rRNA 18S, sedangkan pada sub unit besar terdapat rRNA 28S, 5,8S dan 5S.
Fungsi ribosom pada sel-sel prokariot dapat dihambat oleh anti biotik
kloranfenikol, sedangkan pada sel eukariot anti biotik tersebut tidak berpengaruh.
Sintesis protein pada eukariot dipengaruhi antibiotik yang lain, yaitu
sikloheksamida.
Pembentukan ribosom pada sel-sel eukariot untuk rRNA 28S, 18S dan
5,8S dibentuk didalam nukleolus, rRNA 5S dibentuk didalam kromosom,
sedangkan proteinnya dibentuk di sitoplasma.

Langkah-langkah proses Sintesis Protein


Secara garis besar, ADN sebagai bahan genetis mengendalikan sifat
individu melalui proses sintesis protein. Ada dua kelompok protein yang dibuat
ADN, yaitu protein struktural dan protein katalis. Protein struktural akan
membentuk sel, jaringan, dan organ hingga penampakan fisik suatu individu.
Inilah yang menyebabkan ciri fisik tiap orang berbeda satu sama lain. Protein
katalis akan membentuk enzim dan hormon yang berpengaruh besar terhadap
proses metabolisme, dan akhirnya berpengaruh terhadap sifat psikis, emosi,
kepribadian, atau kecerdasan seseorang.

Proses sintesis protein dapat dibedakan menjadi dua tahap. Tahap pertama
adalah transkripsi yaitu pencetakan ARNd oleh ADN yang berlangsung di dalam
inti sel. ARNd inilah yang akan membawa kode genetik dari ADN. Tahap kedua
adalah translasi yaitu penerjemahan kode genetik yang dibawa ARNd oleh ARNt.
Langkah sintesis protein Transkripsi dan Translasi
Tempat berlangsung Ribosom
Perancang jenis protein ADN
Pelaksana proses sintesis ARNd, ARNt, dan ARNr
Sumber energi Adenosin Tri Phosphat (ATP)
Bahan sintesis protein asam amino

Enzim yang diperlukan untuk transkripsi ARN polimerase

A. Transkripsi
Langkah transkripsi berlangsung sebagai berikut:
1. Sebagian rantai ADN membuka, kemudian disusul oleh pembentukan
rantai ARNd. Rantai ADN yang mencetak ARNd disebut
rantai sense/template. Pasangan rantai sense yang tidak mencetak ARNd
disebut rantai antisense.
2. Pada rantai sense ADN didapati pasangan tiga basa nitrogen (triplet) yang
disebut kodogen. Triplet ini akan mencetak triplet pada rantai ARNd yang
disebut kodon. Kodon inilah yang disebut kode genetika yang berfungsi
mengkodekan jenis asam amino tertentu yang diperlukan dalam sintesis
protein. Selanjutnya boleh dikatakan bahwa ARNd atau kodon itulah yang
merupakan kode genetika. Lihat daftar kodon dan asam amino yang
dikodekannya di bawah ini.
3. Setelah terbentuk, ARNd keluar dari inti sel melalui pori-pori membran
inti menuju ke ribosom dalam sitoplasma.
Untuk setiap satu molekul protein yang dibentuk akan selalu
dimulai dengan kodon inisiasi atau kodon start yaitu AUG yang mengkodekan
asam amino metionin. Jika satu molekul protein telah terbentuk akan selalu
diakhiri dengan tanda berupa kodon stop atau kodon terminasi, yaitu UGA, UAA,
atau UAG (lihat daftar di atas).

B. Translasi

ARNt memiliki triplet yang merupakan pasangan kodon dan


disebut antikodon. Setiap ARNt hanya dapat mengikat satu jenis asam amino
sesuai yang dikodekan oleh kodon. Jadi dalam translasi terjadi penerjemahan kode
genetik yang dibawa ARNd (kodon) oleh ARNt (antikodon) dengan cara ARNt
mengikat satu asam amino yang sesuai.
Setelah ARNd keluar dari dalam inti, selanjutnya ia bergabung dengan
ribosom dalam sitoplasma. Langkah berikutnya adalah penerjemahan kode
genetik (kodon) yang dilakukan oleh ARNt. Caranya, ARNt akan mengikat asam
amino tertentu sesuai yang dikodekan oleh kodon, lalu membawa asam amino
tersebut dan bergabung dengan ARNd yang telah ada di ribosom. Langkah
tersebut dilakukan secara bergantian oleh banyak ARNt yang masing-masing
mengikat satu jenis asam amino yang lain.
Mungkinkah ARNt keliru membawakan jenis asam amino sehingga tidak
sesuai dengan kodon? Kecuali terjadi mutasi, kemungkinan hal ini sangat kecil
terjadi. Karena setiap ARNt yang membawa asam amino akan berpasangan tepat
sama dengan ARNd membentuk pasangan kodon – antikodon. Dengan cara
demikian kecil kemungkinan ARNt ‘salah membawa’ asam amino.
Setelah asam amino dibawa ARNt bergabung dengan ARNd di ribosom,
selanjutnya akan terjadi ikatan antar asam amino membentuk polipeptida. Protein
akan terbentuk setelah berlangsung proses polimerisasi.

Anda mungkin juga menyukai