Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Cedera merupakan salah satu momok yang menakutkan bagi setiap atlet.
Dimana banyak sekali kasus atlet yang mengalami cedera hingga memaksa atlet
tersebut pensiun dini. Karena penanganan yang tidak baik dalam menangani kasus
cederanya. Mulai dari cedera hamstring, cedera meniscus, cedera engkel, hingga
cedera anterior cruciate ligament atau yang biasa sering kita sebut cidera ACL.
Dari beragam macam jenis cedera diatas cedera ACL merupakan cedera yang
paling banyak ditakuti bagi setiap atlet, pasalnya cedera ini membutuhkan waktu
yang lama untuk penyembuhannya. Ligamentum anterior cruciated ligament
(ACL) adalah salah satu cedera yang paling umum terjadi pada ortopedi, terutama
pada populasi muda dan atlet. Mengingat pentingnya fungsi biomekaniknya, ACL
sering ditangani dengan operasi, Meskipun ada konsensus di antara ahli bedah
bahwa sebagian besar cedera ACL memerlukan pemeriksaan bedah, meskipun
masih ada kontroversi seputar aspek teknis rekonstruksi yang berbeda, seperti
pilihan graft. Penanganan cedera ini harus dilakukan dengan cara yang benar agar
proses penyembuhannya tidak memakan waktu yang lama. Karena jika
penanganan yang tepat oleh dokter yang tepat akan mengurangi resiko cedera
yang lebih serius. Penanganan yang tepat akan memberikan solusi medis yang
berkelanjutan untuk mendukung dan meningkatkan performa para atlet dan pelaku
olahraga untuk kembali ke aktivitas berolahraga dan meningkatkan gaya hidup
modern yang sehat dan berkualitas. Akan tetapi, tidak banyak atlet yang
sebelumnya menderita cedera ACL dapat kembali ke performa terbaiknya, karena
masalah lutut ini bisa menghabiskan waktu panjang mulai dari pemeriksaan,
pengobatan, proses rehabilitasi dan yang terakhir hingga membuat atlet kembali
pulih. Setelah pulih pun atlet tidak serta merta langsung dapat turun bermain,
melainkan harus mengembalikan performa pemain terlebih dahulu, dan yang
membuat proses menjadi lebih lama biasanya timbul karena alasan psikis. Yaitu
perasaan trauma setelah menderita cedera ACL, dan ini biasanya yang membuat
atlet lebih lama dalam mengembalikan performa terbaiknya seperti sebelum
menderita cedera ACL. Tetapi tidak semua atlet membutuhkan waktu yang lama
dalam proses penyembuhan ceder ACL, ada juga yang proses penyembuhannya
membutuhkan waktu yang cepat, karena penanganan cedera yang baik dan
keinginan yang besar dari atlet untuk sembuh. Pada artikel ini kita akan mengkaji
tentang proses rehabilitasi pasca cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) pada
atlet.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu cedera Anterior Cruciate Ligament ?
2. Bagaimana gejala cedera Anterior Cruciate Ligament ?
3. Bagaimana proses rehabilitasi Cedera Anterior Cruciate Ligaments ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Cedera Anterior Cruciate Ligaments (ACL)

Cedera Anterior Cruciate Ligaments (ACL) bisa terjadi saat Anda terkena
benturan yang sangat keras pada bagian sisi lutut Anda, seperti ketika anda
terkena tackle saat bermain sepakbola. Cedera ini dapat terjadi ketika Anda
berhenti bergerak terlalu cepat dan berubah arah pada saat berlari, mendarat dari
melompat, atau berputar. Selain itu, terjadinya peregangan sendi lutut akibat jatuh
atau jatuh dari tangga juga dapat menyebabkan ACL. Cedera ACL sering terjadi
dengan cedera lainnya. Sebagai contoh, robeknya ACL juga sering terjadi
bersama dengan robeknya bagian lain dari ligamen lutut dan tulang rawan yang
menyerap goncangan di lutut. Jenis cedera seperti ini umum terjadi pada sepak
bola, ski, dan olahraga lainnya yang memiliki banyak gerakan stop-and-go,
melompat, atau berlari dengan arah berbelok-belok. Ruptur ACL adalah robeknya
atau koyaknya jaringan yang diakibatkan karena trauma (Dorland, 2002).Anterior
cruciatum ligament (ACL) adalah salah satu dari empat ligamentum utama
didalam lutut yang menghubungkan antara tulang tibia dan femur. Fungsi utama
dari ligamentum adalah untuk mencegahnya tulang tibia tersebut bergeser kearah
depan tulang femur dan untuk mengontrol gerakan rotasi lutut. Sekitar 15% dari
kasus rupture ACL menjalani Total Knee Replacement. (TKR) (Maguire et
al.,2012). ACL akan menilai suplai dari arteri Middle genuelate, sehingga jika
terjadi rupture ACL akan terjadi haemoarthosis. Namun, meskipun lokasinya
intra-artikuler, ACL adalah Ekstrasinovial karena tidak memiliki zat-zat
penyembuh luka, maka jika terjadi rupture ACL akan sulit sembuh dengan
sendirinya (Brukner & Khan, 2011). Berdasarkan penelitian Kaiser (Hewet &
Timothy, 2007) olahraga seperti sepakbola, baseball, basket terdapat hampir 78%
cidera ligament cruciatum anterior menghinggapi dalam kegiatan
olahraga.Tergantung pada tingkat keparahan cedera ACL, pengobatan dapat
mencakup operasi untuk mengganti ligamen yang robek diikuti dengan latihan
rehabilitasi untuk membantu memperoleh kembali kekuatan dan stabilitas.
Sebuah protokol rehabilitasi yang tepat sangat diperlukaan untuk
memungkinkan graft dalam proses penyembuhkan. Setidaknya 3% atlet
mempertahankan cedera ACL dalam periode olahraga 4 tahun. Pengobatan perlu
diputuskan untuk setiap pasien oleh ahli bedah berdasarkan berbagai faktor,
harapan, dan tuntutan pasien. Perlakuan standar pada lutut kekurangan ACL
adalah rekonstruksi intra-artikular, dimana graft hamstring empat kali lipat dan
cangkok tulang patela-tulang tendon adalah dua metode yang paling umum
digunakan (Biswal dan Kumar, 2017). Hasil fungsional pasca-ACL rekonstruksi
tergantung pada faktor demografi, psikologi, intraoperatif dan pasca operasi.
Biasanya, perawatan melibatkan latihan rehabilitasi berbasis rumah yang harus
dilakukan secara teratur untuk jangka waktu yang lama (misalnya 6 bulan), dan
setelah pemulihan atlet diharapkan dapat berhati-hati dalam mengelola cedera
lama mereka untuk mencegah kekambuhan. Sebagai tambahan, kejadian Cedera
ACL tinggi karena kurangnya kepatuhan terhadap tindakan pencegahan misalnya
karena rendahnya kesadaran, atau kerentanan terhadap, risiko, perkiraan rendah
dari tingkat keparahan cedera, dan kurangnya pengetahuan tentang tindakan
pencegahan .Terlepas dari apakah luka ACL terjadi atau tidak, penting bagi atlet
untuk merekomendasikan prosedur rehabilitasi, dan memperoleh pelatihan atau
pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang mengelola cedera
olahraga, jika tidak, efektivitas tindakan keselamatan atau manajemen cedera
dapat sangat terganggu. Namun demikian, kepatuhan terhadap pencegahan dan
rehabilitasi cedera olahraga memerlukan usaha dan komitmen dari para atlet, dan
laporan menunjukkan ketidakpatuhan atlet terhadap tindakan yang ditujukan
untuk rehabilitasi dan pencegahan cedera terkait olahraga.

B. Gejala Cedera Anterior Cruciate Ligaments (ACL)

Tanda-tanda dan gejala cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL)


biasanya akan terdengar suara keras saat terjadi cedera, Rasa sakit yang terasa
parah sehingga tidak bisa melanjutkan kegiatan, Dalam beberapa jam kemudian
terjadi pembengkakan, Kehilangan rentang gerak,Terasa tidak stabil dengan
bantalan berat dan, Pembengkakan lutut yang terjadi setelah beberapa jam
pertama setelah terjadinya cedera ini kemungkinan disebabkan karena adanya
pendarahan dalam lutut.

C. Rehabilitasi Cedera Anterior Cruciate Ligaments (ACL)

Proses rehabilitasi dapat dilakukan dengan beberapa cara untuk


mempercepat penyembuhan cedera Anterior Cruciate Ligament ACL pada atlet
yang menderita cedera yaitu dengan cara:

1. Tahap pertama : pra-operasi


 Tujuan :
- Mengurangi rasa sakit dan bengkak
- Mencapai ROM penuh
- Meningkatkan kekuata paha depan
 Fisioteapi
- Cryotherapy
- Tumit meluncur
- Paha isometrik
2. Tahap kedua : minggu 1 sampai 2 pasca operasi
 Tujuan
- Mengursngi pembengkakan dan sakit
- Mengembalikan ROM: 0 – 90
- Mengembalikan mobilitas patella
- Urat lutut dan kontrol otot lengan atas ke 4/5
 Fisioterapi
- ICE, Cryotherapy
- Tumit meluncur, fleksi lutut aktif/pasif, tiarap
menggantung, mencapai ekstensi lutut penuh
- Mobilita patella
- Paha isometrik, stim eliktris pada VMO, SLR, urat lutut
membentang

Hati hati terhadap; infeksi, kekauan, transplantasi peregangan


lebih, pendaraha, dan DVT.

3. Tahap ketiga: minggu 2 sampai 6 urat lutu dan kontrol otot lengan atas
 Tujuan
- Terus mengurangi pembengkakan dan peradangan
- Meningkatkan ROM 0 sampai 130
- Pola kipra normal dalam FWB
- Meningkatkan urat lutut dan kontrol otot lengan atas
- Memulai kerja ‘proprioceptive’
 Fisioterapi
- Cryotherapy
- Tumit Meluncu, aktif/pasif ROM, Tiarap
Menggantung, Tumit menopang
- Pelatihan kiprah, latihan renang
- Kontraksi-sama Paha/Urat Lutut, Urat lutut ikal, menekan
kaki, penguatan pinggul, langkah naik/turun, bersepeda
stasioner, terjang miniJongkok dinding hingga 70 derajat
fleksi lutut
- Latihan keseimbangan statis, maju ke goyah papan atau pad
keseimbangan, trampolin.
4. Tahap keempat: minggu 6 sampai 12 Proprioception
 Tujuan
- ROM Penuh
- Kekuatan paha 85% lutut yang tidak terluka
- Peningkatan kontrol neuromuskular dan ‘proprioception’
- Meningkatkan kekuatan urat otot
 Fisioterapi
- Bisa duduk di tumit tanpa sakit
- Latihan penguatan progresif di gym dan kolam renang,
Memulai pelatihan ketahanan
- Mulai berjalan di treadmill – datar dan perlahan-lahan
meningkat menjadi 12 derajat miring, Maju ke joging di garis
lurus, Latihan bola Swiss, Renang – Tendangan ringan, tidak
ada gaya dada, Latihan keseimbangan dinamis dengan pad
keseimbangan, papan goyangan.
- Meningkatkan berat badan dan pengulangan ikal urat otot,
Bersepeda di jalan
5. Tahap kelima: 3 sampai 4 bulan
 Tujuan
- Persiapan untuk kembali ke olahraga. Meningkatkan tingkat
kemampuan.
- Meningkatkan kelincahan dan reaksi latihan waktu
- Meningkatkan kekuatan total kaki dan kebugaran
 Fisioterapi
- Latihan olahraga-spesifik fungsional dalam situasi terkontrol
(tidak berputar)
- Latihan kelincahan canggih (latihan Angka 8, mulai-berhenti,
mengubah arah maju dan mundur, pemotongan kecepatan
rendah), ‘Plyometric’ – melompat-lompat
- Maju ke program kekuatan dan pengkondisian
- Tes ‘Isokinetic’
6. Tahap keenam: 5 sampai 6 bulan kembali keolahraga
 Tujuan
- Kembali ke kelincahan penuh. Uji fungsional 80% dari kaki
yang tidak operatif. ‘Prioprioception’ 100% pada kaki yang
tidak operatif.
- Kembali ke olahraga
 Fisioterapi
- Meningkatkan kecepatan dengan latihan Anka 8, lari mulai-
berhenti, mengubah permukaan, melompat bilateral dan secara
sepihak dengan peningkatan tinggi dan permukaan.
- Latihan olahraga-khusus – latihan dengan peralatan di
permukaan olahraga-khusus, pelatihan tidak terikat, bermain
pertandingan.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Problematika cedera anterior cruciatum ligament (ACL) menjadi momok


yang paling ditakuti bagi setiap olahragawan. Cedera yang memakan waktu lama
baik dari proses cedra sampai proses rehabilitasinya. Namum dalam proses
pemulihannya, dapat diminimalisir waktu penyembuhannya apabila semua
tahapan dari proses rehabilitasi dapat dilakukan dengan baik, maka cedera ini
dapat disembuhkan dengan waktu yang cepat. Mulai dari pra-operasi, pasca-
operasi, urat lutut dan kontrol lengan atas, Proprioception, kegiatan olahraga
spesifik, dan kembali lagi berolahraga. Sehingga dengan semua tahapan yang
dilakukan proses rehabilitasi maka seorang atlet akan cepat beradaptasi kembali
setelah mengalami cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL).
Daftar pustaka

Biswal UK, et, al. 2017. Does Age, Time Since Injury And Meniscal Injury Affect
Short Term Functional Outcomes In Arthroscopic Single Bundle Anterior
Cruciate Ligament Reconstruction. Chienes. Chinese Journal of
Traumatology.

Chan Chung DK, et, al. 2017. Social Psychological Aspects Of ACL Injury
Prevention And Rehabilitation: An Integrated Model For Behavioral
Adherence. Hong Kong. Asia-Pacific Journal Of Sports Medicine,
Arthroscopy, Rehabilitation And Technology. Volume 10

Chang HC. 2015. Orthopaedic surgery your partner in sport. Singapure :


orthopedic doctor

Frank Rachel M, et, al. 2017. Anterior Cruciate Ligament Reconstruction Basics:
Bone–Patellar Tendon–Bone Autograft Harvest.USA.journal Arthroscopy
Techniques. Volume 6

Gustavo Vinagre, et, al. 2017. Hamstring Graft Biological Preparation for
Anterior Cruciate Ligament Reconstruction.USA.journal Arthroscopy
Techniques. Volume 6.

Mcmillan, S. 2013. Anterior Cruciate Ligament Reconstruction. Burlington:


Lourdes Medical Associates Professional Orthopaedics.

Anda mungkin juga menyukai