Oleh
Sinta Alvianti
1514121018
Kelompok 1
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
I. PENDAHULUAN
Curah hujan wilayah adalah curah hujan yang pengukurannya dilakukan di suatu
wilayah tertentu (wilayah regional). Curah hujan merupakan salah satu unsur
iklim yang cukup penting dan merupakan bagian dari daur hidrologi yang tidak
terpisahkan. Distribusi hujan akan berbeda-beda menurut ruang dan waktu
sebagai akibat dari pengaruh faktor cuaca lainnya seperti suhu, angin, radiasi
surya dan kelembaban serta kondisi topografi. Selanjutnya juga akan berpengaruh
atau menentukan jumlah peredaran air di bumi dalam siklus hidrologi. Data hujan
merupakan data yang mempunyai sifat fundamental dan sangat diperlukan untuk
keperluan perencanaan ataupun pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan
hidrologi seperti erosi tanah, pengendalian banjir, irigasi dan cadangan atau
ketersediaan air. Cara – cara perhitungan curah hujan dari pengamatan curah
hujan di beberapa titik misalnya cara rerata aljabar, cara polygon thiessen, cara
garis isohyets, cara garis potongan antara ( intersection line method), dan cara
dalam elevasi (depth-elevation method).
1.2 Tujuan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu penggaris, kertas, spidol, pena dan
pensil. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah peta wilayah.
Prosedur kerja pada praktikum ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dibuat 4 titik sembarang pada peta wilayah dan diberi nama A, B, C, D.
3. Dibuat garis disetiap titik untuk menghubungkan keempat titik tersebut.
4. Dibuat garis vertikal dan horizontal pada peta wilayah dengan jarak antar
garis sebesar 1 cm, sehingga terbentuk kotak 1 cm x 1 cm.
5. Dibuat kertas yang dilubangi dikedua tepi. Jarak antar lubang tersebut yaitu
lebih dari setengah jarak antar titik dipeta wilayah.
6. Diletakkan pensil pada setiap lubang dikertas. Kemudian pensil tersebut
diletakkan pada titik A dan dibuat lingkaran.
7. Dilakukan hal yang sama prosedur no.6 pada titik B, C dan D.
8. Ditarik garis dari perpotongan antar lingkaran. Garis ditarik dari satu tepi
sampai tepi yang lain dipeta.
9. Dihitung jumlah kotak yang masuk pada setiap daerah. Jumlah kotak dihitung
berdasarakan kategori kotak yaitu ukuran 1, ¾, ¼ dan ½ . Kotak yang
dihitung hanya kotak yang masuk wilayah daratan.
10. Dicatat data pada tabel yang telah disiapkan.
11. Dihitung luas setiap daerah dan dihitung distribusi curah hujan wilayahnya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
Distribusi curah hujan adalah berbeda – beda, sesuai dengan jangka waktu yang
ditinjau yakni curah hujan tahunan (jumlah curah hujan dalam setahun), curah
hujan bulanan (jumlah curah hujan sebulan), curah hujan harian (jumlah curah
hujan 24 jam), curah hujan perjam. Hal tersebut dapat digunakan untuk penentuan
prospek dikemudian hari dan akhirnya untuk perancangan sesuai dengan tujuan
yang dimaksud. Distribusi hujan yang jatuh di suatu wilayah dari waktu ke waktu
polanya tidak sama. Jatuhnya hujan terjadi menurut suatu pola dan suatu siklus
tertentu. Hanya kadang-kadang terjadi penyimpangan-penyimpangan pada pola
itu tetapi biasanya kembali lagi kepada pola yang teratur. Di dalam suatu seri data
curah hujan, terdapat fluktuasi-fluktuasi yang fase dan amplitudonya tidak teratur.
Dengan mengadakan perataan (smoothing) seperlunya bisa kitadapat kan variasi
yang tampaknya yang merupakan variasi siklis. Walaupun demikian, data curah
hujan yang tersedia umum nya tidak cukup panjang untuk menyatakan fluktuasi-
fluktuasi jangka panjang sedangkan variasi-variasi jangka pendek adalah demikan
tak teratur sehingga bisa di dapatkan banyak sekali siklus. Di antara variasi-variasi
terdapat apa yang kita kenal dengan variasi musiman. Distribusi hujan menurut
musiman ini bisa terjadi sebagai hujan konfektif yang disebabkan oleh naiknya
udara panas ketempat yang lebih dingin, atau sebagai hujan orografik yang di
sebabkan oleh naiknya udara karena adanya rintangan pengunungan atau sebagai
hujan cyclonic, terjadi dari naiknya udara yang terpusatkan di suatu daerah dengan
tekanan rendah. Sebagian besar hujan di Indonesia adalah dari tipe konfektif
(Tjasyono, 2008).
Metode poligon Thiessen memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun
yang mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap
bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun terdekat, sehingga
hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut. Metode ini
digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak merata.
Hitungan curah hujan rerata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh
dari setiap stasiun. Poligon Thiessen digunakan apabila dalam suatu wilayah
stasiun pengamatan curah hujannya tidak tersebar merata. Metode ini memberikan
proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk mengakomodasi
ketidakseragaman jarak. Meskipun belum dapat memberikan bobot yang tepat
sebagai sumbangan satu stasiun hujan untuk hujan daerah, metode ini telah
memberikan bobot tertentu kepada masing-masing stasiun sebagai fungsi jarak
stasiun hujan (Lashari, 2017).
Metode yang digunakan dalam perhitungan curah hujan rata-rata wilayah daerah
aliran sungai (DAS) ada tiga metode, yaitu metode rata-rata aritmatik (aljabar),
metode poligon Thiessen dan metode Isohyet.
1. Metode rata-rata aritmatik (aljabar)
Metode ini paling sederhana, pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun
dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi jumlah stasiun.
Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan adalah yang berada dalam DAS,
tetapi stasiun di luar DAS tangkapan yang masih berdekatan juga bisa
diperhitungkan. Metode rata-rata aljabar memberikan hasil yang baik apabila :
• Stasiun hujan tersebar secara merata di DAS.
• Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS.
2. Metode Isohyet
Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan
yang sama. Pada metode Isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu daerah di
antara dua garis Isohyet adalah merata dan sama dengan nilai rata-rata dari kedua
garis Isohyet tersebut. Metode Isohyet merupakan cara paling teliti untuk
menghitung kedalaman hujan rata-rata di suatu daerah, pada metode ini stasiun
hujan harus banyak dan tersebar merata, metode Isohyet membutuhkan pekerjaan
dan perhatian yang lebih banyak dibanding dua metode lainnya (Triatmodjo,
2013).
Data menunjukkan bahwa pada masing daerah memiliki luas wilayah yang
berbeda-beda. Luas daerah A yaitu 26.812.500 m2 dengan curah hujan 200 mm,
luas daerah B yaitu 35.625.000 m2 dengan curah hujan 210 mm, luas daerah C
yaitu 4.437.500 m2 dengan curah hujan 220 mm, dan luas derah D yaitu
23.562.500 m2 dengan curah hujan 230 mm. Curah hujan yang tidak merata ini
dapat menjadi acuan bahwa distribusi curah hujan dapat dihitung menggunakan
metode poligon Thiessen. Curah hujan yang ada dikalikan dengan masing-masing
luas daerah, kemudian dijumlah dan dibagi dengan luas total keseluruhan daerah.
Sehingga diperoleh distribusi curah hujan sebesar 212,73 mm. Luas daerah
ditentukan dengan cara membuat garis poligon dan menghitung jumlah kotak
yang masuk kedalam daerah tersebut.
IV. KESIMPULAN
Ningsih, D.H.U. 2012. Metode thiessen polygon untuk ramalan sebaran curah
hujan periode tertentu pada wilayah yang tidak memiliki data curah hujan
Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Vol 17 (2) : 154-163.
Diketahui Skala Peta 1 : 50.000 cm Jadi petak pada peta memiliki luas
Jadi setiap 1 cm pada peta, luas wilayah sebenarnya yaitu :
wilayah sebenarnya itu 50.000 cm = 1 cm x 1 cm
Ukuran Petak pada Peta 1 cm x 1 cm. = 50.000 cm x 50.000 cm
= 500 m x 500 m
= 250.000 m2
Wilayah A Wilayah C
Penuh Penuh
= 95x 1 x 250.000 m2 = 10 x 1 x 250.000 m2
= 23.750.000 m2 = 2.500.000m2
Tiga perempat Tiga perempat
= 12x 0,75 x 250.000 m2 = 3 x 0,75 x 250.000 m2
=2.250.000m2 = 562.500 m2
Setengah Setengah
= 1 x 0,5 x 250.000 m2 = 4 x 0,5 x 250.000 m2
= 125.000 m2 = 500.000 m2
Seperempat Seperempat
= 11 x 0,25 x 250.000 m2 = 14 x 0,25 x 250.000 m2
= 687.500 m2 = 875.000 m2
LT = 26.812.500 LT = 4.437.500
Wilayah B Wilayah D
Penuh Penuh
= 130 x 1 x 250.000 m2 = 80 x 1 x 250.000 m2
= 3.2500.000 m2 = 20.000.000 m2
Tiga perempat Tiga perempat
= 13 x 0,75 x 250.000 m2 = 19 x 0,75 x 250.000 m2
= 2.437.500 = 3.562.500 m2
Setengah Setengah
= 0 x 0,5 x 250.000 m2 = 0 x 0,5 x 250.000 m2
= 0 m2 = 0 m2
Seperempat Seperempat
= 11 x 0,25 x 250.000 m2 = 0 x 0,25 x 250.000 m2
=687.500 m2 = 0 m2
LT = 35.625.000 LT = 23.562.500
Luas Total Wilayah A, B, C, D
=90.437.500
CH A = 200 mm CH C = 220 mm
CH B = 210 mm CH D = 230 mm
5.362.500.000 + 𝟕. 𝟒𝟖𝟏. 𝟐𝟓𝟎. 𝟎𝟎𝟎 + 𝟗𝟕𝟔. 𝟐𝟓𝟎. 𝟎𝟎𝟎 + 𝟓. 𝟒𝟏𝟗. 𝟑𝟕𝟓. 𝟎𝟎𝟎
=
90.437.500 𝐦𝟐
𝟏𝟗.𝟐𝟑𝟗.𝟑𝟕𝟓.𝟎𝟎 𝐦𝟐.𝐦𝐦
=
𝟗𝟎.𝟒𝟑𝟕.𝟓𝟎𝟎 𝐦𝟐
= 212,73 mm