Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS

REUMATOID

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID


A. PENGERTIAN ARTRITIS REUMATOID
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua,
itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan Reumatoid
arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki)
mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh
organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad
Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada
daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).
B. ETIOLOGI ARTRITIS REUMATOID
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa
menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi
virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid
adalah;
1. Jenis Kelamin. Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya
adalah 2-3:1.
2. Umur. Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun
penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
3. Riwayat Keluarga. Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis
Reumatoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.
4. Merokok. Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

C. KLASIFIKASI ARTRITIS REUMATOID


 Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Reumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
2. Reumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
3. Probable Reumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
4. Possible Reumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3
bulan.
 Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium sinovitis : Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial
yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun
istirahat, bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi : Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas : Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan
berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

D. PATOFISIOLOGI ARTRITIS REUMATOID


Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama
terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi.
Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran
sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan
degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare,
2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal,
terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk
pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan
granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan
kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau
tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen
jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang
sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama
dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang
cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus
(Long, 2011).

E. Pathway Artritis Reumatoid


F. TANDA DAN GEJALA ARTRITIS REUMATOID
 Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
- Nyeri persendian
- Bengkak (Reumatoid nodule)
- Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
- Terbatasnya pergerakan
- Sendi-sendi terasa panas
- Demam (pireksia)
- Anemia
- Berat badan menurun
- Kekuatan berkurang
- Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
- Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
- Pasien tampak anemik
 Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
- Gerakan menjadi terbatas
- Adanya nyeri tekan
- Deformitas bertambah pembengkakan
- Kelemahan
- Depresi
 Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis reumatoid.
Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh
karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan
demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan,
namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua
sendi diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi
pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan
selalu kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat
dilihat pada radiogram.
5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang
sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput
metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga
dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerak ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling sering
dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang
permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga
timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan
suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ
lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh
darah dapat rusak.

G. KOMPLIKASI ARTRITIS REUMATOID


1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya untuk
menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi
menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang

H. KRITERIA DIAGNOSTIK ARTRITIS REUMATOID


Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid, Revisi 2010.
No Kriteria Definisi
1 Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan
disekitarnya, sekurangnya selama 1 jam sebelum
perbaikan maksimal
2 Artritis pada 3 daerah Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau
lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada
sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan yang
diobservasi oleh seorang dokter. Dalam kriteria ini
terdapat 14 persendian yang memenuhi kriteria yaitu
PIP, MCP, pergelangan tangan, siku pergelangan kaki
dan MTP kiri dan kanan.
3 Artritis pada Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu
persendian tangan persendian tangan seperti yang tertera diatas.
4 Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang tertera
pada kriteria 2 pada kedua belah sisi, keterlibatan PIP,
MCP atau MTP bilateral dapat diterima walaupun
tidak mutlak bersifat simetris.
5 Nodul Reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juksta-artrikular
yang diobservasi oleh seorang dokter.
6 Faktor Reumatoid serum Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum
yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil
positif kurang dari 5% kelompok kontrol yang
diperiksa.
7 Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang radiologis khas
bagi arthritis reumotoid pada periksaan sinar X tangan
posteroanterior atau pergelangan tangan yang harus
menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang
yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang
berdekatan dengan sendi (perubahan akibat
osteoartritis saja tidak memenuhi persyaratan).

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG ARTRITIS REUMATOID


1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi
tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi;
cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental
dibanding cairan sendi yang normal.
J. PENATALAKSANAAN ARTRITIS REUMATOID
 Tujuan utama terapi adalah:
1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2. Memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
3. Mencegah atau memperbaiki deformitas
 Program terapi dasar terdiri dari lima komponen yang merupakan sarana pembantu untuk
mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1. Istirahat
2. Latihan fisik
3. Panas
4. Pengobatan
a. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang
diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b. Natrium meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapikolin dan
asetamenofen obat
c. Obat mengatasianti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600
mg/hari keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan
kebutuhan steroid yang diperlukan.
d. Garam emas
e. Kortikosteroid
5. Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih. Bila Reumatoid artritis
progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan dilakukan untuk
mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan indikasinya
sebagai berikut:
a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk
mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali
inflamasi.
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada
persendian.
ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID
A. PENGKAJIAN ARTRITIS REUMATOID
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna
kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
c. Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
d. Catat bila ada krepitasi
e. Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
- Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
f. Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
g. Ukur kekuatan otot
- Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
- Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
2. Riwayat Psiko Sosial
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi
akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya. Pengkajian 11
Pola Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
- Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
- Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
- Riwayat keluarga dengan RA
- Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
- Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2. Pola Nutrisi Metabolik
- Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
- Riwayat gangguan metabolic
3. Pola Eliminasi
- Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK
4. Pola Aktivitas dan Latihan
- Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
- Jenis aktivitas yang dilakukan
- Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
- Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5. Pola Istirahat dan Tidur
- Apakah ada gangguan tidur?
- Kebiasaan tidur sehari
- Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
- Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6. Pola Persepsi Kognitif
- Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
- Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
- Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
- Bagaimana hubungan dengan keluarga?
- Apakah ada perubahan peran pada klien?
9. Pola Reproduksi Seksualitas
- Adakah gangguan seksualitas?
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
- Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
11. Pola Sistem Kepercayaan
- Agama yang dianut?
- Adakah gangguan beribadah?
- Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/
proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan,
kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi informasi.

C. PERENCANAAN ARTRITIS REUMATOID

DIAGNOSA
NOC NIC
KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan· Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan
dengan agen pencedera, tindakan keperawatan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor
distensi jaringan oleh selama 3x24 jam yang mempercepat dan tanda-tanda rasa
akumulasi cairan/ diharapkan tidak ada sakit non verbal
proses inflamasi, Keluhan nyeri, dengan· Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,.
destruksi sendi. kriteria : Tinggikan linen tempat tidur sesuai
ü Menunjukkan nyeri kebutuhan
hilang/ terkontrol · Tempatkan/ pantau penggunaan bantl,
ü Terlihat rileks, dapat karung pasir, gulungan trokhanter, bebat,
tidur/beristirahat dan brace.
berpartisipasi dalam· Dorong untuk sering mengubah posisi,.
aktivitas sesuai Bantu untuk bergerak di tempat tidur,
kemampuan. sokong sendi yang sakit di atas dan bawah,
ü Mengikuti program hindari gerakan yang menyentak.
farmakologis yang· Anjurkan pasien untuk mandi air hangat
diresepkan atau mandi pancuran pada waktu bangun
ü Menggabungkan dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap
keterampilan relaksasi hangat untuk mengompres sendi-sendi yang
dan aktivitas hiburan ke sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air
dalam program kontrol kompres, air mandi, dan sebagainya.
nyeri. · Berikan masase yang lembut
· Ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi,
distraksi, relaksasi progresif)
· Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang
direncanakan sesuai petunjuk.
· Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai
petunjuk (mis:asetil salisilat)
· Berikan kompres dingin jika dibutuhkan
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan· Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat
fisik berhubungan tindakan keperawatan inflamasi/ rasa sakit pada sendi
dengan deformitas selama 3x24 jam· Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk
skeletal, nyeri, diharapkan mobilitas jika diperlukan jadwal aktivitas untuk
penurunan, kekuatan fisik baik dengan kriteria memberikan periode istirahat yang terus
otot. : menerus dan tidur malam hari yang tidak
ü Mempertahankan fungsi terganmggu.
posisi dengan tidak· Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif,
hadirnya/ pembatasan demikiqan juga latihan resistif dan isometris
kontraktur. jika memungkinkan
ü Mempertahankan ataupun· Ubah posisi dengan sering dengan jumlah
meningkatkan kekuatan personel cukup. Demonstrasikan/ bantu
dan fungsi dari dan/ atau tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan
kompensasi bagian tubuh mobilitas, mis, trapeze
ü Mendemonstrasikan· Posisikan dengan bantal, kantung pasir,
tehnik/ perilaku yang gulungan trokanter, bebat, brace
memungkinkan · Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
melakukan aktivitas · Dorong pasien mempertahankan postur
tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan
· Berikan lingkungan yang aman, misalnya
menaikkan kursi, menggunakan pegangan
tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.
· Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
· Kolaborasi: Berikan matras busa/
pengubah tekanan.
· Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai
indikasi (steroid).
Gangguan Citra Tubuh Setelah dilakukan· Dorong pengungkapan mengenai masalah
/ Perubahan Penampilan tindakan keperawatan tentang proses penyakit, harapan masa
Peran berhubungan selama 3x24 jam depan.
dengan perubahan diharapkan gangguan· Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan
kemampuan untuk citra tubuh berkurang pada pasien/orang terdekat. Memastikan
melaksanakan tugas- dengan criteria: bagaimana pandangaqn pribadi pasien
tugas umum,
ü Mengungkapkan dalam memfungsikan gaya hidup sehari-
peningkatan peningkatan rasa percaya hari, termasuk aspek-aspek seksual.
penggunaan energi, diri dalam kemampuan· Diskusikan persepsi pasienmengenai
ketidakseimbangan untuk menghadapi bagaimana orang terdekat menerima
mobilitas. penyakit, perubahan keterbatasan.
pada gaya hidup, dan· Akui dan terima perasaan berduka,
kemungkinan bermusuhan, ketergantungan.
keterbatasan · Perhatikan perilaku menarik diri,
ü Menyusun rencana penggunaan menyangkal atau terlalu
realistis untuk masa memperhatikan perubahan
depan. · Susun batasan pada perilaku mal adaptif.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu
koping
· Ikut sertakan pasien dalam merencanakan
perawatan dan membuat jadwal aktivitas
· Bantu dalam kebutuhan perawatan yang
diperlukan
· Berikan bantuan positif bila perlu.
· Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri,
mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog.
· Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai
petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan
peningkat alam perasaan.
Defisit perawatan diri Setelah dilakukan· Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4)
berhubungan dengan tindakan keperawatan sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit
kerusakan selama 3x24 jam dan potensial perubahan yang sekarang
musculoskeletal, diharapkan klien dapat diantisipasi.
penurunan kekuatan, mengatur kegiatan· Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap
daya tahan, nyeri pada sehari-hari, dengan nyeri dan program latihan.
waktu bergerak, criteria hasil: · Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam
depresi. ü Melaksanakan aktivitas perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk
perawatan diri pada modifikasi lingkungan
tingkat yang konsisten· Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi
dengan kemampuan okupasi.
individual · Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di
ü Mendemonstrasikan rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi
perubahan teknik/ gaya setelahnya.
hidup untuk memenuhi· Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga
kebutuhan perawatan lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah,
diri. ahli nutrisi.
ü Mengidentifikasi sumber-
sumber pribadi/
komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi
11. Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC

Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis
MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange,
International Edition, Connecticut 2005, 729-32.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC. 2002.

Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7. Jakarta :
EGC

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA SELEKTA
KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius

Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar Penyakit
Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai