Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

PERANCANGAN PROYEK INDUSTRI

“Realco Powder”

Disusun Oleh:

Ayu Trianingrum

155100300111057

Absen

Kelas I

Dosen Pengampu: Dr. Ir. Endah Rahayu Lestari, MS

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Konsep Produk

Produk “Realco Powder” merupakan produk diversifikasi dari bubuk

cokelat yang telah banyak ditemukan dipasaran. Produk ini berupa serbuk

dengan ukuran 80 mesh yang diolah dari bubuk cokelat dicampurkan dengan

bubuk aneka buah-buahan. Partikel yang berukuran kecil tersebut bertujuan

untuk mempermudah proses pelarutan bubuk didalam air sehingga proses

penyajian produk “Realco Powder” lebih singkat dan mudah. Penambahan

aneka buah-buahan adalah bentuk inovasi produk cokelat bubuk dengan

harapan menciptakan variasi produk baru dipasar dan meningkatkan

konsumsi produk oleh konsumen.

Realco Powder termasuk dalam minuman cepat saji dengan sensasi

rasa cokelat bercampur buah. Secara kimiawi, produk ini mengandung

protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, antioksidan, zat besi dan

berbagai macam vitamin dari varian buah yang dicampurkan. Jumlah

kandungan energi yang didapatkan dari konsumsi cokelat bubuk adalah 2,98

kkal/gram.

Kemasan yang digunakan Realco Powder terdiri atas kemasan primer,

sekunder dan tersier. Kemasan primer tersebut berupa sachet dari

alumunium foil dengan berat bersih 25 gram per sachet. Kemasan sekunder

berupa kardus folding box yang berisikan 5 produk kemasan primer. Karton

bergelombang digunakan sebagai kemasan tersier dengan kapasitas 24

kemasan sekunder.

Produk Realco Powder dibandingkan produk sejenis memiliki

keunggulan dalam segi varian rasa yang ditawarkan. Kompetitor yang ada
dipasaran masih terbatas menawarkan produk minuman cokelat dengan rasa

original ataupun perpaduan dengan matcha. Dengan adanya keunikan rasa

produk tersebut, Realco Powder hadir sebagai pilihan alternatif konsumen

terhadap produk minuman cokelat bubuk.

1.2. Tujuan

Tujuan dari diversifikasi produk “Realco Powder” ini adalah sebagai

berikut:

1. Meningkatkan konsumsi cokelat masyarakat

2. Memanfaatkan produksi kakao yang melimpah di Indonesia

3. Menciptakan variasi produk baru dipasar

4. Meningkatkan nilai ekonomis produk olahan kakao


BAB II

KONSEP PRODUK
BAB III

ASPEK PASAR

2.1 Potensi Produk

Indonesia merupkan salah satu negara dengan tingkat produktivitas kakao

yang cukup tinggi. Data Badan Pusat Statistika yang diolah Kementrian

Perdagangan menyatakan bahwa produksi biji kakao nasional mencapai 577.000

ton per tahun. Dengan tingkat produktifitas tersebut, Indonesia mampu menjadi

produsen kakao terbesar ke tiga di dunia (Halim dkk, 2013).

Biji kakao yang dihasilkan di Indonesia hampir 93% diekspor ke

mancanegara dalam bentuk mentah. Kondisi biji yang tidak difermentasi

menjadikan harga jual biji kakao dari Indonesia terbilang cukup rendah di pasar

dunia. Berdasarkan permasalahan tersebut, pemerintah Indonesia membuat

kebijakan dalam rangka hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah kakao

Indonesia. Sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan bea keluar atas ekspor biji

kakao melalui Peraturan Menteri Keuangan No 67/PMK.011/2010 pada 1 April

2010, semakin menurunnya volume ekspor biji kakao sementara ekspor kakao

olahan terus mengalami peningkatan.

Perkembangan trend konsumsi masyarakat Indonesia terhadap olahan

pangan yang mempertimbangkan segi kesehatan dan kebugaran merupakan

potensi besar pengolahan kakao. Buah kakao mengandung senyawa polifenol

yang erat kaitannya dengan kapasitas antioksidan. Kandungan fenol dan

kapasitas antioksidan kakao lebih tinggi dibandingkan dengan anggur maupun

teh. Konsumsi kakao yang kaya flavonoid akan meningkatkan aktivitas

antiradikal bebas dalam darah setelah dua jam (Erniati dkk, 2012).

Bubuk cokelat menjadi salah satu olahan kakao yang memiliki potensi besar

untuk dikembangkan karena proses pembuatan yang relatif mudah dengan

investasi awal rendah. Bubuk cokelat yang dihasilkan dapat dijadikan bahan
baku utama minuman serbuk instan ataupun bahan baku makanan lain.

Pembuatan minuman serbuk cokelat ini akan mempermudah cara penyajian

kakao juga menambah nilai ekonomisnya. Selain itu, konsumen yang mulai

sadar pentingnya kesehatan tentu akan mendorong mereka untuk

mengkonsumsi bahan pangan yang memberikan manfaat bagi tubuh. Banyaknya

penelitian dan bukti riset akan manfaat antioksidan kakao turut mendorong

meningkatnya konsumsi cokelat di Indonesia. Oleh karena itu, Realco Powder

hadir sebagai salah satu minuman serbuk instan yang menawarkan manfaat

antioksidan cokelat sekaligus sebagai pengembangan industri hilir kakao

Indonesia.

2.2 Segmentasi, Targeting, Positioning

Segmentasi, targeting dan positioning adalah tahap awal yang paling penting

untuk mengidentifikasi pasar. Stategi pemasaran yang telah ditentukan akan

menjadi dasar perencanaan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan

mempertimbangkan keunggulan pesaing dan melayani pasar sasaran. Berikut

merupakan segmentasi, targeting dan positioning produk Realco Powder:

a) Segementasi Pasar

Segmentasi pasar produk Realco Powder terfokus pada pasar dalam

negeri dan pasar ekspor. Produk untuk pasar ekspor memiliki kandungan

gula yang lebih rendah dibandingkan dengan produk yang akan

dipasarkan di dalam negeri. Selain itu, produk untuk pasar ekpor lebih

sedikit jumlahnya karena adanya prioritas pemenuhan permintaan pasar

dalam negeri.

Pada segementasi demografis, Realco Powder membagi pasar

berdasarkan pendapatan dan kelas sosial. Produk ini ditujuakan untuk

kelas bawah sampai menengah untuk meningkatkan konsumsi cokelat.


Oleh karena itu, konsumen yang ingin membeli Realco Powder tidak

harus memiliki pendapatan besar.

b) Penetapan Pasar Sasaran

Penetapan pasar sasaran untuk produk Realco Powder

menggunakan strategi Undiferentiated Marketing. Strategi ini tidak

membedakan target pasar tertentu melainkan dengan penanaman brand

image yang kuat terhadap konsumen. Target utama Realco Powder

adalah pasar dalam negeri. Hal ini berkaitan dnegan misi perusahaan

untuk meningkatkan konsumsi cokelat masyarakat Indonesia dan turut

mengembangkan industri hilirisasi kakao.

c) Penentuan Posisi Pasar

Penentuan posisi pasar merupakan tindakan untuk menentukan

posisi bersaing produk di pasar dengan bauran pemasaran yang tepat.

Produk Realco Powder termasuk ke dalma market follower. Hal ini

dikarenakan ada produk sejenis yang sudah ada dipasar.

Minuman instan Realco Powder dapat dikatakan produk diversifikasi

dari minuman cokelat yang sudah ada dipasar. Pengembangan produk

dilakukan dari segi rasa dan nilai gizi yang ditawarkan. Realco Powder

memiliki berbagai varian rasa buah juga nilai gizi tambahan dari buah-

buahan tersebut.

2.3 Marketing Mix

Pengenalan produk di pasar dilakukan dengan pelaksanaan marketing mix

meliputi product, price, place dan promotion. Berikut merupakan penjabaran dari

4P tersebut:
a) Produk

Realco Powder merupakan produk minuman instan berkualitas

karena kedisiplinan perusahaan dalam menjaga keamanan dan kualitas

proses produksi. Dengan kedisiplinan tersebut, kandungan gizi dari kakao

maupun buah tambahan sebagai varian rasa dapat dijaga dan

dipertahankan sampai produk berada ditangan konsumen. Realco

Powder memiliki keunggulan daripada produk kompetitor di segmentasi

pasar yang sama, dari segi varian rasa dan kualitas bubuk kakao yang

digunakan.

b) Harga

Penetapan harga pokok produk Realco Powder disesuaikan dengan

segmentas demografisnya. Setiap satu kemasan produk ini dijual dengan

kisaran harga 2500-5000 untuk satu folding box berisi 5 kemasan sachet.

Meskipun dijual dengan harga yang relatif murah, Realco Powder tidak

mengesampingkan kualitas produk yang ditawarkan.

c) Tempat

Pendistribusian produk dilakukan menggunakan saluran distribusi

two level channel yaitu produsen-agen-retail-konsumen. Pengiriman

produk ke setiap kota di Indonesia menempuh jalur darat untuk sam[ai ke

setiap agen yang telah bekerjasama. Selain itu, perusahaan yang

berlokasi di Kota Malang, Jawa Timur ikut mendorong kecepatan

pendistribusian produk karena sarana dan prasarana distribusi yang

memadai.
d) Promosi

Perusahaan melakukan kegiatan promosi melalui iklan, promosi

penjualan dan pameran. Iklan Realco Powder difokuskan pada media

elektronik dan juga media sosial. Sedangkan pameran dilakukan dengan

membuka kedai di berbagai acara/event tertentu. Kegiatan promosi

penjualan Realco Powder dilakukan dengan membuka jasa penerimaan

kunjungan dari masyarakat ke pabrik untuk melihat proses produksi

dengan harapan dapat meyakinkan konsumen akan kualitas produk yang

ditawarkan.
BAB IV

ASPEK TEKNIS TEKNOLOGIS

3.1 Kapasitas Produksi

Data dari Departemen Perindustrian (2007) menunjukkan bahwa Indonesia

merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia dengan produksi biji kakao

sebanyak 456.000 ton per tahun. Luas lahan tanaman kakao di Indonesia yang

berukuran 992.448 hektar memiliki tingkat produktivitas rata-rata sekitar 900 kg

per hektar. Ketersediaan bahan baku yang melimpah menjadi salah satu

pertimbangan penentuan kapasitas produksi Realco Powder. Kapasitas

produksi dari Realco Powder sendiri adalah 87,5 ton per tahun atau 700.000

folding box (isi 5 sachet) per tahun. Proses produksi Realco Powder dalam

sehari berlangsung dua kali shift dimana masing-masing shiftnya menghasilkan

1400 kemasan folding box. Total hari kerja dalam setahun adalah 250 hari

dengan setiap shiftnya selama 7 jam kerja dan 1 jam istirahat. Tingkat produksi

ini juga disesuaikan dengan jumlah target pasarnya yaitu semua kalangan

masyarakat.

3.2 Pengadaan Bahan Baku

Bubuk kakao yang menjadi bahan utama Realco Powder diperoleh langsung

dari petani kakao di beberapa kota di Jawa timur untuk menjaga kualitas bahan.

Dalam rangka mendapatkan kualitas bahan baku yang baik, perusahaan melalui

perwakilan secara langsung memberikan pengarahan pada petani yang

bekerjasama berkaitan dengan pembibitan, penanaman, perawatan sampai

pengolahan awal pasca panen. Sedangkan untuk serbuk buah sebagai varian

rasa didapatkan dari produsen pengolahan serbuk buah. Meskipun melibatkan

pihak lain, perusahaan telah melakukan kesepakatan lebih dulu untuk menjaga
kualitas. Bahan baku tambahan lain seperti krimer dan gula diperoleh dari suplier

besar yang memiliki kualitas baik.

Kontinyuitas bahan baku Realco Powder dapat dipastikan setiap saat.

Tingkat produksi buah kakao Indonesia yang termasuk ke dalam tiga besar dunia

dianggap mampu menjamin ketersediaan kakao. Disamping itu pertumbuhan

kakao tidak begitu terpengaruh dengan musim ataupun cuaca. Untuk

mendapatkan pasokan kakao yang tepat waktu, perusahaan akan bekerjasama

dengan beberapa petani sekaligus, terutama petani kakao yang berada di

kawasan Jawa Timur.

Serbuk buah yang menjadi bahan tambahan juga termasuk bahan yang

memiliki kontinyuitas tinggi. Hal ini berdasarkan tingkat produksi buah-buahan di

Indonesia yang cukup melimpah. Seperti halnya dengan buah kakao,

perusahaan juga bekerjasama dengan beberapa suplier serbuk buah untuk

mencegah keterlambatan pasokan.

Gula dan Krimer yang menjadi pelengkap juga didapatkan dari pihak suplier.

Khusus untuk gula, perusahaan menggunakan gula rafinosa dimana gula

tersebut hanya digunakan untuk kegiatan produksi skala pabrik.

3.3 Teknologi Proses

Proses produksi Realco Powder dimulai dari buah kakao segar sampai

menjadi bubuk kakao dan dilanjutkan dengan proses dry mixing untuk

mendapatkan minuman instan. Proses yang dimulai dari kakao segar ini

bertujuan untuk menjamin kualitas bubuk cokelat yang dihasilkan.

Pencampuran kering atau dry mixing dipilih karena keseluruhan bahan

pembuatan minuman instan Realco Powder berbentuk serbuk atau powder.

Pencampuran dalam bentuk serbuk ini dinilai lebih efektif dan efisien. Selain itu,
dari segi ekonomi proses pencampuran ini juga lebih murah dan mudah dalam

penanganannya.

Kakao segar yang baru datang langsung disortasi untuk memisahkan buah

sesuai gradenya. Setelah itu buah akan dipecah untuk mendapatkan biji kakao

basah. Proses pemecahan biji dilakukan secara manual dan mesin. Proses

pemecahan manual dilakukan untuk buah kakao yang sudah mengalami cacat

fisik akibat benturan ataupun gesekan selama proses transportasi. Sedangkan

pemecahan mesin dilakukan untuk buah kakao yang masih utuh dan tidak ada

cacat fisik.

Penambahan gula, krimer dan perisa serbuk buah dilakukan setelah bubuk

cokelat selesai dibuat. Proses penambahan ini dilakukan sesuai komposisi yang

telah disepakati oleh bagian produksi dan RnD. Khusus untuk produk yang

diekspor, bubuk cokelatnya lebih banyak dan gulanya lebih sedikit. Hal ini

dilakukan karena penyesuaian dengan permintaan pasar ekspor dimana mereka

lebih menyukai minuman tidak terlalu manis dan rasa khas cokelat yang lebih

kuat.

Berikut merupakan diagran alir dari pembuatan Realco Powder:


3.4 Mesin Produksi
Kebutuhan mesin dan peralatan yang digunakan selama proses produksi

adalah sebagai berikut :

Jenis Mesin Spesifikasi

Mesin Sortasi Model:

Motor listrik 3 HP, 3 Phase

Bahan Bakar:

Solar

Dimensi:

Pangang 350 cm, Lebar 80

cm, Tinggi 200 cm

Kapasitas Kerja:

1200 Kg/jam

Mesin Pemisah Biji Model:

Motor bensin 5,5 HP

Bahan Bakar:

Bensin

Dimensi:

Pangang 230 cm, Lebar

125 cm, Tinggi 215 cm

Kapasitas Kerja:

1000 Kg/jam
Mesin Pemisah Lendir Model:

Motor bensin 5,5 HP

Bahan Bakar:

Bensin

Dimensi:

Pangang 190 cm, Lebar 80

cm, Tinggi 148 cm

Kapasitas Kerja:

1000 Kg/jam

Mesin Pressing Model:

Elektro Motor 220 V

Bahan Bakar:

Listrik

Mesin Pengayak Model:

Elektro motor 220 V

Bahan Bakar:

Listrik

Dimensi:

Pangang 140 cm, Lebar 60

cm, Tinggi 84 cm

Kapasitas Kerja:

100 Kg/jam
Mesin Mixing Model:

MIPO-500

Kapasitas Kerja:

100 Kg/jam

Mesin Winnowing Model:

Motor listrik 1 PK, 3

Phase, 380 V

Bahan Bakar:

Minyak atau gas

Kapasitas Kerja:

120 Kg/jam

Mesin Pemasta Model:

Elektro Motor 220 V

Bahan Bakar:

Listrik

Kapasitas Kerja:

20-25 Kg/jam
Oven Model:

Motor bensin 5,5 PK

Bahan Bakar:

Bensin

Dimensi:

Pangang 430 cm, Lebar

118 cm, Tinggi 106 cm

Kapasitas Kerja:

75 Kg/jam

Mesin Penepungan Model:

Motor listrik 1 HP

Bahan Bakar:

Solar

Dimensi:

Pangang 67 cm, Lebar 60

cm, Tinggi 70 cm

Kapasitas Kerja:

120 Kg/jam

Mesin Roasting Model:

Motor listrik 2 Pk, 3 Phase,

380 V

Bahan Bakar:

Minyak atau gas

Dimensi:

Pangang 140 cm, Lebar 90


cm, Tinggi 160 cm

Kapasitas Kerja:

25 Kg/jam

Mesin Filling Kapasitas Kerja:

1000 sachet/jam

3.5 Tata Letak Fasilitas

Tata letak yang dimiliki pabrik Realco Powder termasuk ke dalam jenis

product layout dimana fasilitas diletakkan berdasarkan aliran produk. Tipe layout

ini digunakan karena meminimalkan biaya material handling, pengendalian

produksi lebih sederhana dengan variasi produk rendah dan aliran bahan yang

sudah jelas. Pola aliran bahan dalam proses produksi Realco Powder cenderung

mengikuti pola zig zag dengan tujuan mengurangi luas area pabrik. Layout dan
pola aliran bahan pabrk Realco Powder dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan

Gambar 4.2

Gambar 4.1 Layout RP

Gambar 4.2 Pola Aliran Bahan RP


3.6 Lokasi Industri

Penentuan lokasi pabrik produksi Realco Powder dilakukan berdasarakan

pertimbangan beberapa faktor yaitu ketersediaan bahan baku, kedekatan

dengan pasar, jumlah tenaga kerja yang tersedia, sarana transportasi dan

infrastruktur. Ketersediaan bahan baku menjadi faktor utama yang

dipertimbangkan mengingat kakao merupakan bahan baku utama dalam produk

Realco Powder sehingga pendirian pabrik harus pada lokasi yang memiliki

produktivitas kakao tinggi. Daerah yang menjadi pilihan adalah Yogyakarta,

Makasar dan Trenggalek. Berdasarkan perhitungan dengan metode factor rating

diperole kesimpulan bahwa daerah yang terpilih sebagai lokasi pabrik adalah

Yogyakarta. Hasil metode factor rating secara detailapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil Metode Factor Rating

Yogyakarta Makasar Trenggalek


Faktor Bobot
Nilai Nilai Nilai
Bahan Baku 35 75 26,25 100 35 80 28
Pasar 20 90 18 55 11 70 14
Tenaga Kerja 20 85 17 85 17 100 20
Transportasi 15 100 15 80 12 65 9,75
Infrastruktur 10 95 9,5 85 8,5 60 6
Jumlah 100 85,75 83,5 77,75
BAB V

ASPEK MANAJEMEN DAN ORGANISASI

5.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang diterapkan pada PT. Kakao Sejahtera adalah

tipe lini dan staff.

Produk realco dibuat oleh PT. Kakao Sejahtera sejak tahu

5.2 Deskripsi Tugas dan Tanggung Jawab

5.3 Kebutuhan dan Kualifikasi Tenaga Kerja

5.4 Aspek Legal Yuridis


BAB VI

ASPEK LINGKUNGAN
BAB VII

ASPEK EKONOMI FINANSIAL

4.1 Asumsi Dasar

Asumsi dasar yang digunakan dalam perhitungan aspek ekonomi dan

finansial meliputi suku bunga, biaya pemeliharaan dan penyusutan. Suku

bunga peminjaman 10,50%, suku bunga pengembalian 11% dan biaya

pemeliharaan sebesar Rp 5.000.000 per bulan. Asumsi tambahan yang

digunakan adalah peningkatan kapasitas produksi Realco Powder sebesar

0,1% setiap tahunnya.

4.2 Kapasitas Produksi

Kapsitas produksi dari Realco Powder adalah 87,5 ton per tahun atau

700.000 folding box (isi 5 sachet) per tahun. Proses produksi Realco Powder

dalam sehari berlangsung dua kali shift dimana masing-masing shiftnya

menghasilkan 1400 kemasan folding box. Total hari kerja dalam setahun adalah

250 hari dengan setiap shiftnya selama 7 jam kerja dan 1 jam istirahat.

4.3 Analisis Biaya

Biaya produksi merupakan salah satu faktor penting dalam pedirian sebuah

industri. Dengan perhitungan secara ekonomis maka akan dapat diketahui

apakah produk tersebut layak secara ekonomi atau tidak. Berikut merupakan

rincian biaya yang diperlukan untuk proses produksi Realco Powder :

Tabel 1. Biaya Bahan Baku

Bahan Baku Jumlah Satuan Harga Total biaya Produksi

(per Satuan (Rp)

hari) Per hari Per tahun


Buah Kakao 1500 Kg 17.700 26.550.000 318.600.000

Serbuk Buah 90 Kg 40.000 21.000.000 252.000.000

Gula 35 Kg 12.000 900.000 10.800.000

Krimer 20 Kg 17.000 2.550.000 30.600.000

Kemasan sachet 20000 Sachet 1200 10.500.000 126.000.000

Kemasan 3000 box 3500


8.400.000 100.800.000
Sekunder

Total Biaya Bahan Baku 69.900.000 838.800.000

Berdasarkan rincian biaya bahan baku maka dapat diketahui bahwa biaya

bahan baku per harinya adalah sebesar Rp 69.900.000 atau Rp 838.800.000

per tahunnya. Selanjutnya perhitungan biaya umur ekonomis mesin dan

peralatan pada Tabel 2.

Tabel 2. Biaya Umur Ekonomis Mesin dan Peralatan

Mesin Harga (Rp) Umur Nilai Sisa Penyusutan

Ekonomis % Rp

(Tahun)

Mesin Sortasi 13.500.000 5 10 1.350.000 2.430.000

Mesin Pemisah 15.000.000 5 10


1.500.000 2.700.000
Lendir

Mesin Pemisah 12.000.000 5 10


1.200.000 2.160.000
Biji

Mesin Pressing 18.000.000 5 10 1.800.000 3.240.000

Mesin 15.000.000 5 10
1.500.000 2.700.000
Pengayak
Mesin Mixing 8.000.000 5 10 800.000 1.440.000

Mesin 35.000.000 5 10
3.500.000 6.300.000
Winnowing

Mesin Pemasta 26.000.000 5 10 2.600.000 4.680.000

Oven 15.000.000 5 10 1.500.000 2.700.000

Mesin 13.000.000 5 10
1.300.000 2.340.000
Penepungan

Mesin Roasting 35.000.000 5 10 3.500.000 6.300.000

Mesin Filling 54.000.000 10 10 5.400.000 4.860.000

Bangunan 300.000.000 10 10 30.000.000 27.000.000

Distribusi 250.000.000 5 10

kendaraan 25.000.000 45.000.000

bermotor

Total Biaya 809.500.000 80.950.000 113.850.000

Pada perhitungan biaya investasi didapatkan biaya penyusutan yang

dikeluarkan dalam proses produksi Realco Powder adalah Rp 113.850.000 per

tahun. Selanjutnya dilakukan perhitungan biaya overhead pabrik pada Tabel 3.

Tabel 3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya
Komponen Jumlah
Per bulan Per tahun

Gaji Karyawan 60 120.000.000 1.440.000.000

Pemeliharaan - 5.000.000 60.000.000

Listrik - 2.500.000 30.000.000

Air - 250.000 3.000.000


Total Biaya 130.000.000 1.560.000.000

Biaya overhead yang dikeluarkan untuk produksi Reakco Powder adalah Rp

1.560.000.000 per tahun. Karyawan yang ada berjumlah 60 orang dimana

keseluruhan karyawan tersebut dibagi menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok

beranggotakan 15 orang dengan sistem pembagian shift kerja rolling. Biaya

pemeliharaan yang dikeluarkan adalah biaya-biaya yang digunakan untuk

tindakan perawatan mesin maupun peralatan produksi.

4.4 Harga Produk

Penentuan harga produk dilakukan dengan perhitungan harga pokok

produk. Harga pokok produk Realco Powder secara rinci dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5. Harga Pokok Produk

Total Biaya per Tahun Kapasitas HPP

Produksi per (Rp/sachet)

tahun (folding

box – kemasan

sekunder)

Rumus (Biaya bahan baku + (Kapasitas (total biaya per

biaya penyusutan + produksi per hari tahun:

biaya overhead) x jumlah hari kapasitas

kerja dalam produksi per

setahun) tahun)

Perhitungan (838.800.000+113.850. (2800 x 250)

000 +1.560.000.000)
Hasil 2.512.650.000 700.000 3589,5

Harga pokok produksi untuk satu kemasan folding box berisikan 5 sachet produk

Realco Powder adalah Rp 3589,5. Setiap satu kemasan folding box dijual

dengan harga Rp 6000 dengan keuntungan 67,15 %. Harga tersebut merupakan

harga yang dianjurkan oleh perusahaan kepada para agen/distributor ataupun

toko retail. Dengan kisaran harga tersebut diharapkan konsumen dari kelas

menengah kebawah dapat ikut mengkonsumsi cokelat yang kaya akan

kandungan antioksidan. Peningkatan konsumsi cokelat dalam negeri ini akan

mendorong adanya peningkatan kesejahteraan petani kakao di Indoensia yang

selama ini terpuruk karena harga biji kakao yang rendah. Biji kakao asal

Indonesia selalu dihargai dibawah harga pasar dunia karena biji yang tidak

melalui fermentasi terlebih dahulu. Oleh karena itu Realco Powder menjadi salah

satu produk diversifikasi olahan kakao untuk meningkatkan konsumsi cokelat

dalam negeri sekaligus meningkatkan nilai ekonominya.


4.5 Prakiraan Rugi Laba

Uraian Tahun ke 1 Tahun ke 2 Tahun ke 3 Tahun ke 4 Tahun ke 5

Jumlah Produksi
700.000 700.700 700.700 701.400 701.400
a (Kemasan)

Harga jual
6000 6000 6000 6000 6000
b (Rp/Kemasan)

c Hasil Penjualan (Rp) 4.200.000.000 4.204.200.000 4.204.200.000 4.208.400.000 4.208.400.000

d PPn (10%) 420000000 420420000 420420000 420840000 420840000

e Penjualan Bersih 3.780.000.000 3.783.780.000 3.783.780.000 3.787.560.000 3.787.560.000

f HPP (Rp/Kemasan) 3589,5 3589,5 3589,5 3589,5 3589,5

Total Biaya Produksi


2.512.650.000 2.512.650.000 2.512.650.000 2.512.650.000 2.512.650.000
g (Rp)

1.271.130.000,0
1.267.350.000,00 1.271.130.000,00 1.274.910.000,00 1.274.910.000,00
h Pendapatan bersih 0

i Depresiasi 113.850.000,00 113.850.000,00 113.850.000,00 113.850.000,00 113.850.000,00

j Laba kotor (EBT) 1.153.500.000 1.153.500.000 1.153.500.000 1.153.500.000 1.153.500.000

k PPh:

l 0-50 juta (10%) 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000

m 50-100 juta (15%) 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000


Uraian Tahun ke 1 Tahun ke 2 Tahun ke 3 Tahun ke 4 Tahun ke 5

n >100 juta (30%) 301.050.000 302.184.000 302.184.000 303.318.000 303.318.000

o Total PPh (Rp) 321.050.000 322.184.000 322.184.000 323.318.000 323.318.000

p EAT 832.450.000,00 835.096.000,00 835.096.000,00 837.742.000,00 837.742.000,00

i Depresiasi 113.850.000,00 113.850.000,00 113.850.000,00 113.850.000,00 113.850.000,00

q Net Cash 946.300.000,00 948.946.000,00 948.946.000,00 951.592.000,00 951.592.000,00

4.6 Kelayakan Investasi


 NPV
Tahun Net Cash Flow Faktor diskonto (P/F; 11%) Discount Cash Flow

1 946.300.000 0,9009 852.521.670

2 948.946.000 0,8116 770.164.573,60

3 948.946.000 0,7312 693.869.315,20

4 951.592.000 0,6587 626.813.650,40

5 951.592.000 0,5935 564.769.852,00

PV Net Cash 350.813.9061,20

PV Initial Investment 3.148.300.000

NPV 359.839.061,20
 IRR

Net Cash Flow Faktor Diskonto (P/F; 11%) Discount Cash Flow Faktor Diskonto (P/F; 20%,n) Discount Cash Flow)

946.300.000 0,9009 852.521.670 0,8333 788.551.790

948.946.000 0,8116 770.164.573,60 0,6944 658.948.102,4

948.946.000 0,7312 693.869.315,20 0,5787 549.155.050,2

951.592.000 0,6587 626.813.650,40 0,4823 458.952.821,6

951.592.000 0,5935 564.769.852,00 0,4019 382.444.824,8

PV Net Cash 3.508.139.061,20 PV Net Cash 2.838.052.589

PV Initial Investment 3.148.300.000 PV Initial Investment 3.148.300.000

NPV 359.839.061,20 NPV -310.247.411

IRR 15,83%
4.7 Analisis Sensitivitas

 Jika Harga Bahan Baku Naik 10%

Tahun Net Cash Flow Faktor diskonto (P/F; 11%) Discount Cash Flow faktor diskonto (P/F; 20%,n) Discount Cash Flow

1 887.584.000 0,9009 799.624.425,60 0,8333 739.623.747,2

2 890.230.000 0,8116 722.510.668,00 0,6944 618.175.712

3 890.230.000 0,7312 650.936.176,00 0,5787 515.176.101

4 892.876.000 0,6587 588.137.421,20 0,4823 430.634.094,8

5 892.876.000 0,5935 529.921.906,00 0,4019 358.846.864,4

PV Net Cash 3.291.130.596,80 PV Net Cash 2.662.456.519

PV Initial Investment 3.232.180.000 PV Initial Investment 3.232.180.000

NPV 58.950.596,80 NPV -569.723.480,6

IRR 11,84%
 Jika Hraga Bahan Baku Turun 10%

Discount Cash
Tahun Net Cash Flow Faktor diskonto (P/F; 11%) Flow faktor diskonto (P/F; 20%,n) Discount Cash Flow

1 1.005.016.000 0,9009 905.418.914,40 0,8333 837.479.832,8

2 1.007.662.000 0,8116 817.818.479,20 0,6944 699.720.492,8

3 1.007.662.000 0,7312 736.802.454,40 0,5787 583.133.999,4

4 1.010.308.000 0,6587 665.489.879,60 0,4823 487.271.548,4

5 1.010.308.000 0,5935 599.617.798,00 0,4019 406.042.785,2

PV Net Cash 3.725.147.525,60 PV Net Cash 3.013.648.659

PV Initial Investment 3.064.420.000 PV Initial Investment 3.064.420.000

NPV 660.727.525,60 NPV -50.771.341,4

IRR 19,36%
BAB VIII

PENDIRIAN USAHA
BAB IX

PENUTUP
Daftar Pustaka

Erniati, Frasiskan RZ dan Bambang PP. 2012. Efek Konsumsi Minuman Bubuk

Kakao (Theobroma cacao L) Bebas Lemak terhadap Sifat Antioksidan

Limfosit Subyek Perempuan. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 13(1):

82-85

Halim, FY, Yustinus M dan Maria MS. 201. Identifikasi Potensi Antioksidan

Dalam Minuman Cokelat dari Kakao Lindak (Theobroma cacao L) dengan

Berbagai Cara Preparasi: Metode Ferric Reducing Antioxidant Power

(FRAP). Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi 12 (1):10-16

Anda mungkin juga menyukai