Kajian Pembuatan Nanotube Karbon Dengan PDF
Kajian Pembuatan Nanotube Karbon Dengan PDF
Fatimah A. Noor1), Lizi L. Zaenufar, Yulkifli, Mikrajuddin Abdullah, Sukirno, dan Khairurrijal2)
Kelompok Keahlian Fisika Material Elektronik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesa 10, Bandung 40132, Indonesia
E-mail: 1)fatimah@students.itb.ac.id
2)
krijal@fi.itb.ac.id
Abstrak
Dalam penelitian ini, nanotube karbon dibuat dengan menggunakan metode spray pyrolysis tanpa menggunakan gas
pembawa pada temperatur 850°C. Metode ini merupakan metode yang sering digunakan dalam sintesis nanotube karbon
karena dapat menghasilkan nanotube karbon dengan kualitas yang baik dengan biaya produksi yang murah. Dalam spray
pyrolysis, benzene sebagai sumber karbon terdekomposisi secara termal dengan bantuan ferrocene yang berperan sebagai
katalis dalam menghasilkan nanotube karbon. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan massa ferrocene dan waktu
pemanasan. Dari hasil karakterisasi SEM dan EDX diketahui bahwa perubahan struktur dan diameter nanotube karbon
dipengaruhi oleh massa ferrocene yang dilarutkan dalam benzene. Juga diketahui bahwa penambahan waktu pemanasan
tidak berpengaruh pada perbaikan struktur nanotube karbon.
Kata Kunci: nanotube karbon, spray pyrolysis, benzene, ferrocene.
1. Pendahuluan
Sejak ditemukan oleh Iijima [1], nanotube karbon pyrolysis merupakan metode yang sederhana dalam
(CNT) mulai menarik perhatian para peneliti untuk menghasilkan CNT dengan kualitas yang baik, biaya
mengembangkannya karena mempunyai sifat mekanik, produksi yang murah, dan dapat diproduksi dalam skala
magnetik dan elektronik yang unik [2]. Karena keunikan besar [11].
sifat-sifat tersebut menjadikan CNT mempunyai
keunggulan dan potensi yang besar untuk diaplikasikan di 2. Metode eksperimen
berbagai bidang diantaranya: divais nanoelektronik [3], Penelitian dilakukan dengan menggunakan sistem
penyimpan hidrogen [4], superkapasitor [5], dan lain- reaktor spray pyrolisis seperti yang ditampilkan pada Gbr
lain. 1.
Beberapa metode dikembangkan untuk
menghasilkan nanotube karbon dengan kualitas yang
unggul di antaranya electric arc discharge [6], laser
ablation [7], dan catalytic chemical vapour deposition
(CCVD) [8]. Aplikasi CNT dalam Industri memerlukan
produksi CNT dalam skala besar sehingga sangat
diharapkan CNT dapat diproduksi dengan biaya murah.
Pembuatan CNT dengan menggunakan metode arc
discharge dan laser ablation menghasilkan kualitas yang
baik dan kemurnian yang tinggi namun memerlukan biaya
yang besar dalam proses produksinya sehingga tidak
efektif untuk diproduksi dalam jumlah besar dalam skala
industri [9]. Dari hasil beberapa penelitian, dilaporkan
bahwa pembuatan CNT dengan menggunakan metode
CCVD dapat menghasilkan nanotube karbon dengan
kualitas yang baik dan biaya produksi yang murah [8,9].
Prinsip penumbuhan nanotube karbon dengan metode Gambar 1. Sistem reaktor spray pyrolysis yang digunakan
CCVD adalah dekomposisi termal senyawa hidrokarbon dalam eksperimen.
dengan bantuan katalis partikel metal [10]. Spray
pyrolysis merupakan salah satu tipe dalam metode CCVD Reaktor terdiri dari tungku pemanas dengan
dimana sumber karbon dalam bentuk hidrokarbon cair panjang 39 cm yang dilengkapi dengan lapisan keramik
berperan sebagai pelarut katalis yang kemudian larutan dengan diameter 6,5 cm, pipa stainless steel dengan
tersebut diinjeksikan ke dalam tungku pemanas. Spray panjang 143 cm dan lebar 2 cm. Alat suntik digunakan
16
J. Nano Saintek. Vol. 2 No. 1, Feb 2009 17
(a)
terbentuk didominasi oleh kumpulan granula. Hal ini secara termal kemudian akan terjadi beberapa reaksi
menunjukkan bahwa pemberian sedikit massa ferrocene diantaranya dehidrogenasi, kondensasi cincin benzene dan
menyebabkan tidak terbentuknya nanotube karbon. cyclopentadiene, pembukaan cincin benzene dan
Serbuk nanotube karbon dengan diameter 40-90 nm cyclopentadiene, agglomerasi atom Fe satu sama lain
diperoleh dengan penambahan ferrocene dengan massa yang kemudian membentuk cluster yang ukurannya dapat
0,6 gram dalam 10 ml benzene seperti yang ditunjukkan bertambah selama proses penumbuhan. Ion Fe+2 akan
pada Gbr. 2c. Diketahui bahwa partikel katalis memiliki tereduksi menjadi logam Fe dimana akan mengkatalisasi
peranan penting dalam penumbuhan nanotube karbon proses dehidrogenasi benzene. Molekul-molekul benzene
[14]. Ukuran partikel katalis sangat berpengaruh pada yang terdehidrogenasi tersebut akan berikatan dengan
diameter nanotube karbon yang terbentuk dimana molekul benzene terdehidrogenasi lainnya membentuk
diameter nanotube karbon yang terbentuk semakin lapisan grafit di permukaan cluster yang kemudian cluster
membesar seiring dengan penambahan konsentrasi akan bergerak membentuk formasi silinder dan berakhir
ferrocene [15]. Hal ini dapat dilihat pada Gbr. 2d dan 2e. di ujung silinder sampai diameter silinder yang terbentuk
Dari gambar terlihat bahwa semakin besar massa sama dengan dimeter cluster. Kondisi ini berlangsung
ferrocene yang ditambahkan pada 10 ml benzene, pada fasa uap. Ketika temperatur diturunkan terjadilah
semakin besar pula diameter nanotube karbon yang perubahan fasa menjadi padat dalam bentuk nanotube
terbentuk hingga mencapai di atas 100 nm. Hasil yang karbon. Mekanisme penumbuhan nanotube karbon
didapat menegaskan bahwa atom Fe dalam ferrocene tersebut ditunjukkan pada Gbr. 3.
adalah kunci yang memegang peranan penting dalam
proses pembentukan nanotube karbon [16].
Dalam pembentukan nanotube karbon dengan
metode CCVD, katalis memiliki peranan penting di
antaranya mengkatalisasi proses dehidrogenasi molekul
benzene sehingga menghasilkan ikatan heksagonal yang
terdiri dari atom C. Ferrocene dengan sifatnya sebagai
katalis diketahui dapat menambah jumlah nanotube
karbon yang terbentuk [17,18].) Selain itu ferrocene larut
dalam senyawa non polar sehingga menjadikan ferrocene
sebagai kandidat utama katalis dalam pembentukan
nanotube karbon. Ferrocene akan terdekomposisi menjadi
nanopartikel Fe dimana akan berperan sebagai awal mula
membentuk struktur tubular pada nanotube karbon.
Dalam metode spray pyrolysis, nanotube karbon Gambar 3. Mekanisme pembentukan nanotube karbon.
terbentuk dengan adanya proses dekomposisi senyawa
hidrokarbon sebagai sumber karbon dengan bantuan metal
transisi sebagai katalis. Senyawa hidrokarbon merupakan Tabel 1. Hasil karakterisasi EDX pada variasi massa
senyawa yang paling sering digunakan sebagai sumber ferrocene
karbon dalam pembuatan nanotube karbon dengan Massa
menggunakan metode CCVD. Senyawa hidrokarbon ferrocene Persentase atom (%)
pertama kali digunakan oleh Endo dkk. dalam pembuatan dalam 10 ml
nanotube karbon dengan metode CCVD dengan benzene C Fe Lainnya
menggunakan benzene sebagai sumber karbon [20]. (gram)
Benzene dengan struktur kimia berbentuk heksagonal 0,2 88,49±0,57 3,17±3,71 8,35±5,69
menjadikan senyawa ini menjadi senyawa yang sering 0,4 88,42±0.53 5,49±3,31 0
digunakan dalam membuat nanotube karbon 0,6 93,72±6,28 6,28±3,54 0
dibandingkan dengan senyawa hidrokarbon lainnya. 0,8 94,25±0,59 5,75±3,77 0
Kumpulan heksagon-heksagon ini nantinya akan 1 96,40±0,64 3,60±5,00 0
membentuk lembaran grafit yang kemudian tergulung
membentuk nanotube karbon.
Beberapa peneliti telah memodelkan mekanisme Keberadaan atom Fe dalam cluster pada
penumbuhan nanotube karbon meskipun demikian pembentukkan nanotube karbon tersebut didukung oleh
mekanisme penumbuhan nanotube karbon masih belum hasil karakterisasi EDX seperti yang ditampilkan pada
dapat dipahami secara mendalam meskipun sudah banyak Tabel I dimana semua serbuk yang diperoleh
kemajuan dalam penelitian nanotube karbon [21]. mengandung atom Fe. Hasil EDX untuk pemberian massa
Dalam spray pyrolysis, larutan benzene-ferrocene ferrocene yang rendah (0,2 gram dan 0,4 gram)
masuk ke dalam tungku pemanas dalam fasa cair berupa menunjukkan bahwa semua serbuk mengandung atom C
droplet kemudian berubah menjadi fasa uap karena di bawah 90% sedangkan untuk serbuk dengan massa
adanya proses pemanasan di dalam tungku. Selama ferrocene 0,6 gram, 0,8 gram, dan 1 gram, persentase
larutan benzene-ferrocene dipanaskan di dalam tungku, atom karbon mencapai di atas 90%. Hal ini menunjukkan
molekul-molekul ferrocene dan benzene akan putus bahwa penambahan massa ferrocene berpengaruh pada
J. Nano Saintek. Vol. 2 No. 1, Feb 2009 19
(a)
(a) (e)
(b)
4. Kesimpulan
Penumbuhan serbuk nanotube karbon telah
dilakukan dengan metode spray pyrolysis tanpa
menggunakan gas pembawa. Eksperimen dilakukan
dengan mengamati pengaruh massa ferrocene dalam 10
ml benzene dan waktu pemanasan. Dari hasil karakterisasi
SEM dan EDX diperoleh bahwa besarnya massa
ferrocene yang dilarutkan dalam benzene berpengaruh
Gambar 4. Citra SEM nanotube karbon pada waktu pada perubahan struktur dan diameter nanotube karbon
pemanasan 30 menit (a), 60 menit (b), 90 menit (c), 120 yang terbentuk. Diperoleh pula bahwa penambahan waktu
menit (d), dan 150 menit (e). pemanasan tidak berpengaruh dalam perbaikan struktur
nanotube karbon.
Referensi
[1] S. Iijima, Nature 354, 56 (1991).
[2] H. Dai, A. G. Rinzler, P. Nikolaev, A. Thess, D. T.
Colbert, R. E. Smalley, Chem. Phys. Lett. 260, 471
(1996).
[3] V. Dericke, R. Martel, J. Appenzeller, P. Avouris,
Nano Lett. 1, 453 (2001).
[4] P. Chen, X. Wu, J. Lin, K. L. Tan, Science 285, 91
(1999).
[5] Y. Honda, T. Haramoto, M. Takashige, H. Shiozaki,
T. Kitamura, M. Ishikawa, Electrochem. Solid-State
Lett. 10, A106 (2007).
[6] T. W. Ebbesen, P. M. Ajayan, Nature 358, 220
(1992).
[7] A. Thess, R. Lee, P. Nikolaev, H. Dai, P. Petit, J.
Robert, C. Xu, Y. H. Lee, S. G. Kim, A. G. Rinzler,
D. T. Colbert, G. E. Scuseria, D. Tomanek, J. Fischer,
R. E. Smalley, Science 273, 483 (1996).
[8] Al. Darabont, P. Nemes-Incze, K. Kertész, L.
Tapasztó , A. A. Koós , Z. Osváth , Zs. Sárközi, Z.
Vértesy , Z. E. Horváth , L. P. Biró, J. Optoelectron.
Adv. Mater. 7, 631 (2005).
[9] L. P. Biró, Z. E. Horváth, A. A. Koós, Z. Osváth, Z.
Vértesy, Al. Darabont, K. Kertész, C. Neamtu, Zs.
Sárközi, L. Tapasztó, J. Optoelectron. Adv. Mater. 5,
661 (2003).
[10] P. Mahanandia, K. K. Nanda, Nanotechnology 19, 1
(2008).
[11] K. M. Samant, S. K. Haram, S. Kapoor, Indian Acad.
Sci. (Pramana J. Phys.) 68, 51 (2007).
[12] S. Maruyama, R. Kojima, Y. Miyauchi, S. Chiashi,
M. Kohno, Chem. Phys. Lett. 360, 229 (2002).
[13] P. Nikolaev, M. J. Bronikowski, R. K. Bradley, F.
Rohmund, D. T. Colbert, K. A. Smith, R. E. Smalley,
Chem. Phys. Lett. 313, 91 (1999).
[14] Y. Y. Wei, G. Eres, V. I. Merkulov, D. H. Lowndes,
Appl. Phys. Lett. 78, 1394 (2001).
[15] L. Tapasztó, K. Kertész, Z. Vértesy, Z. E. Horváth, A.
A. Koós, Z . Osváth, Zs. Sárközi, Al. Darabont, L. P.
Biró, Carbon 43, 970 (2005).
[16] A. Aguilar-Elguézabal, W. Antứnuz, G. Alonso, F. P.
Delgado, F. Espinosa, M. Miki-Yoshida, Diamond
Relat. Mater. 15, 1329 (2005).
[17] C. N. R. Rao, R. Sen, B. C. Satishkumar, A.
Govindaraj, Chem. Comm. 15, 1525 (1998).
[18] H. Hou, A. K. Schaper, F. Weller, A. Greiner, Chem.
Mater. 14, 3990 (2002).
[19] M. S. Mohlala, X. -Y Liu, J. M. Robinson, N. J.
Coville, Organometallics 24, 972 (2005).
[20] M. Endo, K. Takeuchi, S. Igarashi, K. Kobori, M.
Shiraishi and H. Kroto, J. Phys. Chem. Solids 54,
1841 (1993).
[21] F. Din, K. Bolton, A. Rosén, J. Phys. Chem. B 108,
17369 (2004).