Anda di halaman 1dari 11

TUGAS SISTEM REPRODUKSI

ephyanto@yahoo.com

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1

ADRIANTO HERMAN
ANDI MILAWATI ARIF
AVIVA AS-SAHRA ANNABA
DARMAYANTI
EMING SAPUTRA
HANISA.C
HIDAYATUL AULIA
IRMAWATI
LINDA RUMPAK
MUSRIADI
NURHIDAYAH B
RABIB FAISAL
RISTA JUNIANTI
SATRIA WULANDARI
TITIN SAMPE PADANG
YURLIN MANASE

1
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN (STIKES)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
TAHUN 2017

HUBUNGAN PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM MEMBERIKAN


KONSELING KB DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA
PASANGAN USIA SUBUR DI PUSKESMAS RAFAE KABUPATEN BELU NUSA
TENGGARA TIMUR
Eurusia Ita Bria
Program Study S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C
Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031)5913752, 5913754, Fax. (031)5913257
Email: euro51a@yahoo.com

ABSTRACT
Family Planning program aimed to manage pregnancy. The role of health care provider
support government family planning program. One of the roles of health care provider is a family
planning counselor. The purpose of this study was to determine the role of health workers in
providing family planning counseling with the use of contraceptive device in women.
The study design was descriptive cross sectional analytic approach. The independent
variable in this study was the role of health workers in providing family planning counseling.
The dependent variable in this study was the use of contraception in women of childbearing age
couples. The samples were 56 women of reproductive age couples in health care center Rafae
(Puskesmas) based on inclusion criteria. Questionnaires given to respondent and assisted by the
researcher.
Based on the results of statistical tests in the study correlation Spearman Rho role of
health workers in providing family planning counseling with the use of contraceptives p=0.009
(α<0.05) means that H1 was accepted that there was a relationship between the role of health
workers in providing family planning counseling with the use of contraception in women at
Puskesmas Rafae. There was also found r= 0.348, which means the level of correlation between
the variables role of health workers in providing counseling of family planning with the use of
contraception in women have low cohesion.
Most of the respondents had a negative perception of the role of health workers in
providing family planning counseling. There were many choices of contraception but most of the
respondents in puskesmas Rafae only used hormonal contraception methods. The low correlation
between the role of health workers in providing counseling to the use of contraceptives indicated
of other factors to change the decision of using contraceptives both of the types or the mounts.

Keywords: family planning, counselors, counseling, contraception, women


2
PENDAHULUAN
Menurut Undang-undang No. 10 penting karena dapat mengatur angka
tahun 1992, KB merupakan upaya kelahiran dan jumlah anak dalam keluarga,
peningkatan kepedulian masyarakat dalam membantu pemerintah mengurangi resiko
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia ledakan penduduk, serta menjaga kesehatan
sejahtera. Keluarga Berencana (family wanita usia subur (Syaifuddin, 2006).
planning/planned parenthood) merupakan Sikap petugas kesehatan dalam
suatu usaha menjarangkan atau melakukan konseling KB (Yulifah, 2009):
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan memperlakukan klien dengan baik, interaksi
dengan menggunakan kontrasepsi antara petugas dan klien, memberikan
(Sulistyawati, 2013). Tujuan umum program informasi yang baik dan benar kepada klien,
KB adalah membentuk keluaga kecil sesuai menghindari pemberian informasi yang
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu berlebihan, membahas metode yang diingini
keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran klien,membantu klien untuk mengerti dan
anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia mengingat.
dan sejahtera yang dapat memenuhi Di puskesmas Rafae, tenaga
kebutuhan hidupnya. Program KB kesehatan telah berupaya memberikan
mempunyai kontribusi penting dalam upaya pendidikan kesehatan dan konseling kepada
meningkatkan kualitas penduduk. Program wanita pasangan usia subur secara informal
ini memerlukan tenaga kesehatan yang tetapi belum pernah dievaluasi dan belum
kompeten dan mampu bekerja secara ada penelitian sebelumnya. Wanita pasangan
maksimal dalam proses mensukseskan usia subur lebih mudah mendapat informasi
keluarga kecil bahagia sejahtera. Sasarannya tentang KB dari tetangga. Program KB
adalah keluarga produktif dengan fokus gratis di puskesmas Rafae sudah ada.
utama adalah wanita pasangan usia subur. Kenyataan ini tidak lepas dari peran tenaga
Wanita pasangan usia subur adalah wanita kesehatan sebagai konselor. Jumlah tenaga
sudah menikah yang keadaan organ kesehatan di puskesmas Rafae sudah
reproduksinya berfungsi dengan baik, memadai, kontrasepsi tersedia, jarak
berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun puskesmas terjangkau dan sudah ada tenaga
yang sudah menstruasi dan belum kesehatan yang mengikuti pelatihan
menopause. Banyak petugas yang konseling KB, tetapi masyarakat desa Rafae
memfasilitasi terlaksananya program belum sadar untuk berkonsultasi dengan
nasional ini, diantaranya adalah perawat dan tenaga kesehatan di puskesmas tentang
bidan. Peran tenaga kesehatan dalam penggunaan alat kontrasepsi. Selain wanita
merealisasikan program KB di tengah pasangan usia subur tidak sadar untuk
masyarakat salah satunya adalah sebagai menggunakan alat kontrasepsi, dari
konselor. Ketika tenaga kesehatan berperan puskesmas tidak ada target penggunaan KB
sebagai konselor diharapkan membimbing sehingga kenyataan yang terjadi di
wanita pasangan usia subur untuk puskesmas Rafae, sebagian besar wanita
mengetahui tentang KB dan membantu pasangan usia subur jumlah anak mereka
wanita pasangan usia subur untuk lebih dari 2 orang, jarak kehamilan dekat,
memutuskan alat kontrasepsi yang akan masih ada yang belum mengetahui tentang
digunakan. Penggunaan alat kontrasepsi KB dan sebagian besar belum menggunakan
pada wanita pasangan usia subur sangat alat kontrasepsi.

3
Tenaga kesehatan mempunyai peran penelitian ini adalah purposive sampling.
sebagai konselor. Seorang konselor Variabel independen dalam penelitian ini
melakukan konseling kepada wanita adalah Peran Tenaga Kesehatan. Variabel
pasangan usia subur agar perilaku wanita
dependen dalam penelitian ini adalah
usia subur dapat berubah yaitu wanita
pasangan usia subur mengetahui tentang KB penggunaan alat kontrasepsi pada wanita
dan menggunakan alat kontrasepsi. Green pasangan usia subur. Instrumen penelitian
(1980) dalam Notoatmodjo, 2010 menggunakan kuesioner. Untuk variabel
mengemukakan adanya dua determinan independen menggunakan kuesioner peran
masalah kesehatan, yaitu behavioral factor tenaga kesehatan dalam memberikan
(faktor perilaku) dan non behavioral factor konseling KB di kembangkan oleh peneliti
(faktor non perilaku). Faktor perilaku
dari buku Indrawati tahun 2013 yang
kesehatan wanita pasangan usia subur
dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu, berjudul komunikasi kebidanan, untuk skor
faktor predisposisi, faktor pemungkin dan 1 bernilai tidak pernah, skor 2 bernilai
faktor penguat. Ketiga faktor tersebut akan kadang-kadang, skor 3 bernilai sering dan
menjadi stimulus bagi wanita usia subur skor 4 bernilai sangat sering. Kriteria skor
untuk merubah perilaku mereka dalam Positif = > mean T (50) dan Negatif = ≤
menggunakan alat kontrasepsi. mean T (50). Untuk variabel dependen skor
1 bernilai menggunakan alat kontrasepsi dan
BAHAN DAN METODE skor 0 bernilai tidak menggunakan alat
kontrasepsi. Data yang diperoleh akan di
Jenis penelitian ini adalah penelitian Cross analisis dengan uji Spearman Rho
Sectional. Populasi dalam penelitian ini
Corelation dengan taraf signifikasi α ≤ 0,05.
adalah semua wanita pasangan usia subur di
Desa Rafae berjumlah 187 orang. Untuk Jika α ≤ 0,05 maka hipotesis diterima, jika α
memdapatkan jumlah sampel, peneliti ≥ 0,05 maka hipotesis ditolak.
menggunakan rumus n= 30% x N
(Arikunto, 2006), sehinggga didapatkan HASIL
jumlah sampel sebanyak 56 orang. Dalam
pemilihan sampel peneliti menetapkan Identifikasi peran tenaga kesehatan dalam
kriteria sampel sebagai berikut: memberikan konseling KB pada wanita
pasangan usia subur di Desa Rafae
Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur.
Kriteria Inklusi:

1) Wanita usia subur yang berusia 15- 60%


49 tahun. 50%
2) Wanita usia subur yang tinggal 40%
Positif Negatif
dengan suaminya.

Bahwa jumlah wanita pasangan usia subur


yang masuk pada kriteria inklusi pada bulan Gambar 1. Diagram Distribusi peran tenaga
Desember 2013 adalah sebanyak 56 orang. kesehatan Berdasarkan persepsi Wanita
Teknik sampling yang digunakan dalam

2
Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Rafae, Hubungan peran tenaga kesehatan dalam
Kabupaten Belu, Januari 2014. memberikan konseling KB dengan
Penggunaan alat kontrasepsi pada wanita
Pada gambar 1 menjelaskan bahwa sebagian pasangan usia subur di puskesmas Rafae.
besar wanita pasangan usia subur
mempunyai persepsi negative terhadap Tabel 1. Hubungan Pengetahuan Tentang
peran tenaga kesehatan yaitu 30 orang Kesehatan dalam memberikan konseling KB
(54%). dengan penggunaan alat kontrasepsi pada
wanita pasangan usia subur di Puskesmas
Rafae, Januari 2014.
Identifikasi penggunaan alat kontrasepsi
pada wanita pasangan usia subur di Desa
Rafae Kabupaten Belu Nusa Tenggara Persepsi Penggunaan alat Total %
Timur. peran kontrasepsi
tenaga Tidak Mengg
kesehatan menggu unakan
dalam nakan alat
80%
memberik alat kontras
an kontras epsi
60% konseling epsi
KB
40% Negatif 9 21 30 54
(16 %) (38%)
20%
Positif 10 16 26 46
0% (18%) (28 %)
Menggunakan Tidak Total 19 35 56 10
Alat Menggunakan 0
Kontrasepsi Alat Spearman Rho
Kontrasepsi
p = 0,009, koefisien korelasi (r)= 0,348

Gambar 2. Diagram Distribusi penggunaan Pada tabel 1. memberi gambaran bahwa dari
alat kontrasepsi pada Wanita Pasangan Usia 56 responden yang memiliki persepsi negatif
Subur Di Puskesmas Rafae, Kabupaten terhadap peran tenaga kesehatan dalam
Belu, Januari 2014. memberikan konseling KB tetapi
menggunakan kontrasepsi sebanyak 21
Pada gambar 2 menunjukan bahwa bahwa orang (38%), wanita pasangan usia subur
yang berpersepsi negatif dan tidak
wanita pasangan usia subur menggunakan
menggunakan alat kontrasepsi 9 orang
alat kontrasepsi yaitu 37 orang (66%) dan (16%), wanita pasangan usia subur yang
yang tidak menggunakan alat kontrasepsi berpersepsi positif dan menggunakan alat
yaitu 19 orang (34%). kontrasepsi sebanyak 16 orang (28%) dan
wanita pasangan usia subur yang berpersepsi
positif tetapi tidak menggunakan alat
kontrasepsi sebanyak 10 orang (18%).

3
Selanjutnya dari hasil uji Spearman’s rho penelitian ini menunjukan bahwa pada tahap
didapatkan nilai p = 0,009 yang lebih kecil pertama yaitu membina hubungan baik
dari α = 0,05 sehingga H1 diterima yang dengan wanita pasangan usia subur,
berarti ada hubungan antara peran tenaga konselor sudah melaksanakan dengan baik
kesehatan dalam memberikan konseling KB dan ramah, dilihat dari sebagian besar
dengan penggunaan alat kontrasepsi pada responden menjawab sering. Pada tahap
wanita pasangan usia subur di puskesmas ketiga yaitu tindak lanjut pertemuan,
Rafae. Juga didapatkan koefisien korelasi r konselor sudah melakukan dengan baik dan
= 0,348 yang berarti tingkat hubungan sesuai dengan teori. Namun pada tahap
antara variabel peran tenaga kesehatan kedua yaitu pengambilan keputusan dan
dalam memberikan konseling KB dengan pelayanan KB, sebagian besar responden
penggunaan alat kontrasepsi pada wanita menjawab tidak pernah pada beberapa
pasangan usia subur memiliki keeratan yang pernyataan yaitu: tenaga kesehatan
rendah. Koefisien korelasi yang bertanda menggunakan alat bantu (pamflet/leaflet)
positif (+) berarti bahwa semakin negatif dalam menjelaskan tentang KB, tenaga
sikap tenaga kesehatan dalam memberikan kesehatan mengenalkan semua alat
konseling KB maka semakin berkurang kontrasepsi pada wanita pasangan usia
pengguna alat kontrasepsi. subur, tenaga kesehatan melibatkan
pasangan calon akseptor untuk memutuskan
jenis kontrasepsi yang akan digunakan dan
PEMBAHASAN yang paling banyak jawaban tidak pernah
pada pernyataan tenaga kesehatan
Hasil penelitian menunjukan bahwa
memberikan surat persetujuan untuk
sebagian besar responden berpersepsi
ditandatangani akseptor sebelum melayani
negatif terhadap peran tenaga kesehatan
KB. Berdasarkan teori diatas maka peneliti
dalam memberikan koseling KB yaitu 30
mengambil kesimpulan bahwa persepsi
orang (54%).
wanita pasangan usia subur terhadap peran
Berdasarkan Hasil penelitian Imroni, tenaga kesehatan dalam memberikan
et.al (2009), yang berjudul Faktor-faktor konseling KB negatif karena masyarakat
yang berhubungan dengan penggunaan alat merasa tenaga kesehatan tidak pernah
kontrasepsi di desa Parit kecamatan menggali masalah kesehatan klien atau
Indralaya Utara kabupaten Ogan Ilir, masalah tentang KB. Selain itu, masyarakat
menunjukkan persepsi responden terhadap juga menganggap tenaga kesehatan tidak
peran tenaga kesehatan dalam memberikan pernah membantu memecah masalah
konseling KB dengan penggunaan alat kesehatan pasien khususnya dalam ber KB.
kontrasepsi negatif. Hal tersebut Proses pemeriksaan kesehatan yang singkat
dikarenakan konselor tidak menggali membuat waktu interaksi antara tenaga
masalah kesehatan klien atau masalah kesehatan dan pasien menjadi sempit. Selain
tentang KB. itu, tidak adanya inisiatif antara perawat
maupun pasien untuk melakukan konseling
Indrawati (2003), menjelaskan ada 3 di luar puskesmas atau di luar jam kerja
tahap dalam melakukan konseling KB yaitu tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan lebih
membina hubungan baik dengan ibu, sering membiarkan klien memecahkan
pengambilan keputusan dan pelayanan KB, masalahnya sendiri sehingga klien
serta tindak lanjut pertemuan. Pada cenderung enggan mendiskusikan
penelitian ini, peneliti menggunakan 3 tahap permasalahannya kepada tenaga kesehatan.
tersebut dalam pembuatan kuesioner. Hasil
4
Sesuai dengan data demografi dimana menopause, jika tidak terdapat faktor risiko
mayoritas pekerjaan wanita pasangan usia lain. Sasaran pemakai alat kontrasepsi
subur adalah petani maka mereka lebih adalah pasangan usia subur yaitu semua
banyak menghabiskan waktu di kebun. pasangan usia subur yang ingin menunda,
Dilihat dari tingkat pendidikan yang menjarangkan kehamilan dan mengatur
sebagian besar adalah lulusan SD dimana jumlah anak, ibu yang mempunyai banyak
tingkat pemahaman mereka kurang, maka anak dianjurkan memakai kontrasepsi untuk
peran tenaga kesehatan dalam memberikan menurunkan angka kematian ibu dan angka
konseling KB sangat dibutuhkan. Tenaga kematian bayi yang disebabkan karena
kesehatan harus memberikan konseling faktor multiparitas (banyak melahirkan
menggunakan alat bantu sehingga anak) dan ibu yang mempunyai resiko tinggi
mempermudah wanita pasangan usia subur terhadap kehamilan yaitu ibu yang
untuk cepat mengerti dan mengingat mempunyai penyakit yang bisa
penjelasan dari tenaga kesehatan. Hal ini membahayakan keselamatan jiwanya jika
menunjukan bahwa kurang optimal pemberi dia hamil.
layanan konseling KB di puskesmas oleh Sesuai dengan teori diatas maka
tenaga kesehatan maka akan membentuk masyarakat desa Rafae sebagian besar sudah
persepsi yang negative terhadap tenaga menggunakan alat kontrasepsi. Tetapi
kesehatan. kontrasepsi yang digunakan sebatas
kontrasepsi hormonal saja. Sebagian besar
Hasil penelitian menunjukan bahwa wanita pasangan usia subur di desa Rafae
dari 56 responden, 37 orang (66%) wanita menggunakan kontrasepsi suntik sedangkan
pasangan usia subur menggunakan alat pilihan terhadap alat kontrasepsi lainnya
kontrasepsi. Metode yang digunakan wanita masih sangat terbatas. Alasan wanita
pasangan usia subur di Desa Rafae adalah pasangan usia subur di desa Rafae banyak
metode hormonal. Jenis kontrasepsi yang yang memilih kontrasepsi suntik karena
paling banyak digunakan adalah kontrasepsi mereka menganggap lebih praktis dan
suntik yaitu 29 orang (52%). suntiknya bisa sekali dalam sebulan (KB 1
bulan) ataupun sekali dalam tiga bulan (KB
Menurut Prawirohardjo (2011),
3 bulan). Ada juga faktor lain yang
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah
mempengaruhi wanita pasangan usia subur
terjadinya kehamilan, upaya itu dapat
memilih kontrasepsi suntik yaitu faktor
bersifat sementara, dapat pula bersifat
lingkungan di mana pengalaman
permanen. Penggunaan kontrasepsi
penggunaan alat kontrasepsi antar wanita
merupakan salah satu variabel yang
pasangan usia subur sangat mempengaruhi.
mempengaruhi fertilitas. Jenis-jenis metode
Hal ini bisa dikaitkan dengan data
kontrasepsi modern yaitu: kontrasepsi
demografi, dimana mayoritas profesi
hormonal (suntik, pil dan implan), Intra
responden adalah petani yang memiliki
Uterine Devices (IUD,AKDR), kontrasepsi
kesempatan berinteraksi lebih sering karena
mantap (MOP dan MOW). Perempuan
sistem bertani yang ada di desa Rafae adalah
berusia lebih dari 35 tahun memerlukan
sistem kelompok. Intensitas komunikasi
kontrasepsi yang aman dan efektif karena
yang lebih sering mengakibatkan wanita
kelompok ini mempunyai resiko apabila
pasangan usia subur saling mempengaruhi
hamil. Beberapa bukti terakhir menunjukan
untuk memilih alat kontrasepsi suntik.
bahwa baik pil kombinasi maupun suntikan
Sedangkan penggunaan alat kontrasepsi lain
kombinasi dapat digunakan dengan aman
selain kontrasepsi suntik hanya sedikit saja
oleh klien usia >35 tahun sampai masa

5
responden yang menggunakan, hal ini akseptor KB. Konselor hanya membantu
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan menentukan pilihan yang tepat dan sesuai
responden yang sebagian besar hanya bagi mereka. Menurut Indrawati (2003), ada
berpendidikan Sekolah Dasar (SD), tiga tahap dalam memberikan konseling KB
sehingga mereka tidak paham apa yang yaitu membina hubungan baik dengan ibu
dijelaskan oleh tenaga kesehatan dan juga dengan cara menciptakan kontak serta
mereka tidak mengetahui tentang pengumpulan data klien untuk untuk
kontrasepsi lain selain kontrasepsi mencari tahu penyebabnya, pengambilan
hormonal. Hal ini menunjukan jika akseptor keputusan dan pelayanan KB dan
mempunyai persepsi yang negative terhadap penyimpulan dari seluruh aspek kegiatan
peran tenaga kesehatan dalam memberikan konseling KB dan merupakan tahap
konseling KB, maka penggunaan berbagai penutupan serta tindak lanjut pertemuan.
jenis alat kontrasepsi dapat berkurang. Menurut Bertrand (1980) faktor-faktor yang
Hasil analisis menggunakan uji mempengaruhi penggunaan kontrasepsi
Spearman Rho didapatkan hasil signifikan adalah sebagai berikut: Faktor sosio-
yang berarti ada hubungan antara peran demografi adalah pendidikan, pendapatan
tenaga kesehatan dalam memberikan keluarga, status pekerjaan, jenis rumah dan
konseling KB dengan penggunaan alat status gizi. Indikator lain adalah umur, suku
kontrasepsi pada wanita pasangan usia subur dan agama. Faktor sosio-psikologi adalah
di puskesmas Rafae. Juga didapatkan ukuran keluarga ideal, pentingnya nilai anak
koefisien korelasi (tingkat hubungan) antara laki-laki, sikap terhadap keluarga berencana,
variabel peran tenaga kesehatan dalam komunikasi suami-istri dan persepsi
memberikan konseling KB dengan terhadap kematian anak. Faktor yang
penggunaan alat kontrasepsi pada wanita berhubungan dengan pelayanan kesehatan
pasangan usia subur memiliki keeratan yang antara lain pengetahuan tentang sumber
rendah. kontrasepsi, jarak ke pusat pelayanan dan
Hasil penelitian yang dilakukan keterlibatan dengan media massa.
Zuhriyah, Lailatuz, (2012) dengan judul Pada penelitian ini terdapat
Revitalisasi Peran Petugas Lapangan hubungan antara peran tenaga kesehatan
Keluarga Berencana (PLKB) Dalam dalam memberikan konseling KB dengan
Meningkatkan Peserta Kelurga Berencana penggunaan alat kontrasepsi signifikan
(KB) bahwa ada hubungan yang signifikan namun keeratannya rendah. Sesuai
antara peran tenaga kesehatan dalam pengamatan peneliti, tenaga kesehatan
memberikan konseling KB dengan puskesmas Rafae sudah berusaha
penggunaan alat kontrasepsi. Dijelaskan memberikan pelayanan konseling KB
bahwa salah satu penyebab mengapa PUS kepada wanita pasangan usia subur, namun
tidak mau menggunakan alat kontrasepsi ada beberapa kendala dalam memberikan
adalah belum dilaksanakan pelayanan konseling KB yaitu pemahaman masyarakat
konseling oleh pemberi pelayanan KB. terhadap pelayanan KB terbatas pada
Konseling perlu dilakukan karena dapat tindakan pemberian atau pemasangan KB.
membantu para calon peserta memperoleh Peran tenaga kesehatan dalam pelayanan
gambaran tentang berbagai cara kontrasepsi konseling KB hanya bersifat teknis tanpa
yang kemudian menghasilkan kepuasan atas memberi pemahaman yang lebih rinci
pilihannya. Meskipun pelayanan konseling kepada pasien. Pelayanan teknis ini
KB telah diberikan, tetapi keputusan menunjukkan bahwa peran tenaga kesehatan
penggunaan alat kontrasepsi tergantung pada tidak bersifat proaktif untuk memberi

6
pemahaman yang baik kepada masyarakat. orang), umur mereka masih memungkinkan
Hubungan yang rendah ini tidak semestinya untuk punya anak dan juga pendidikan
dibebankan secara sepenuhnya kepada tinggi. Peran tenaga kesehatan yang kurang
petugas medis, namun perlu dilihat faktor optimal disertai dengan pemahaman wanita
lain yang mempengaruhi hubungan tersebut. pasangan usia subur tentang kontrasepsi
Berdasarkan data demografi yang ada di yang kurang maka akan menurunkan
desa Rafae memiliki keterbatasan- penggunaan variasi kontrasepsi.
keterbatasan tertentu. Tingkat pendidikan
responden yang masih rendah yakni
sebagian besar memiliki ijazah Sekolah KESIMPULAN DAN SARAN
Dasar (SD) menjadi salah satu kendala yang Kesimpulan
dihadapi oleh petugas medis untuk memberi Sebagian besar wanita pasangan usia subur
pemahaman yang lebih utuh. Faktor usia mempunyai persepsi negatif terhadap peran
dalam data demografi desa Rafae di mana tenaga kesehatan dalam memberikan
mayoritas responden termasuk dalam konseling KB. Wanita pasangan usia subur
kelompok usia 36-49 tahun (41%) di puskesmas Rafae sebagian besar sudah
mengindikasi bahwa kebutuhan akan menggunakan alat kontrasepsi namun
konseling KB menjadi sangat berarti terbatas pada metode KB hormonal yaitu
mengingat pada umumnya wanita yang kontrasepsi suntik. Peran tenaga kesehatan
sudah memasuki usia 35 tahun memiliki dalam memberikan konseling KB dapat
risiko kehamilan yang lebih besar. Faktor meningkatkan penggunaan kontrasepsi pada
lain yang mempengaruhi keeratan hubungan wanita pasangan usia subur di puskesmas
peran tenaga kesehatan dalam memberikan Rafae.
konseling KB dengan penggunaan alat
kontrasepsi menjadi rendah antara lain Saran
pengetahuan responden tentang kontrasepsi
Bagi puskesmas Rafae Kabupaten Belu agar
yang kurang, bisa dilihat dari tingkat
dapat meningkatkan motivasi tenaga
pendidikan yang hanya SD, jarak ke
kesehatan untuk melakukan konseling KB
puskesmas jauh, transportasi tidak lancar,
dan juga mengirim tenaga kesehatan untuk
sudah mengetahui KB dari sesama wanita
mengikuti pelatihan konseling KB. Bagi
pasangan usia subur yang sudah
petugas Kesehatan diharapkan tenaga
menggunakan alat kontrasepsi dan adanya
kesehatan lebih memaksimalkan perannya
media elektronik (televisi) sehingga
sebagai konselor KB dalam memberikan
responden merasa tidak perlu berkonsultasi
konseling. Dalam memberikan konseling,
lagi tentang KB di tenaga kesehatan
diharapkan tenaga kesehatan menggunakan
sehingga mereka berpersepsi negative
alat bantu berupa leaflet ataupun poster agar
terhadap peran tenaga kesehatan dalam
memudahkan wanita pasangan usia subur
memberikan konseling KB. Sedangkan
untuk memahami tentang KB. Tenaga
responden yang tidak menggunakan alat
kesehatan harus melibatkan pasangan
kontrasepsi ada yang berpersepsi positif
akseptor dalam memutuskan jenis
terhadap peran tenaga kesehatan dalam
kontrasepsi yang akan digunakan agar
memberikan konseling KB, alasannya
mendapatkan dukungan dari pasangan. Bagi
mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi
wanita pasangan usia subur diharapkan lebih
bukan karena tidak ada konseling dari
aktif mengunjungi puskesmas untuk
tenaga kesehatan tetapi karena mereka
berkonsultasi tentang KB agar dapat
masih ingin mempunyai anak (anak baru 2

7
memilih jenis alat kontrasepsi yang sesuai
dengan keadaan wanita pasangan usia subur.

KEPUSTAKAAN
Arikunto S., (2006). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bertand, J., (1980). Audience Reasearch for
Improving Family Planning
Communication Program. The
Community and Family Study
Centre: Chicago.
Imroni, Medias et, al. (2009), Faktor-faktor
yang berhubungan dengan
penggunaan alat kontrasepsi implan
di desa Parit kecamatan Indralaya
Utara kabupaten Ogan Ilir. Jurnal
Kesehatan, http://eprints.unsri.
ac.id/1879/, diunduh 27 Januari
2014.
Indrawati et, al., (2003). Komunikasi
Kebidanan. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, (2010). Ilmu Perilaku
Kesehata., Jakarta: Rineka Cipta.
Prawirohardjo, et.al., (2011). Buku Panduan
praktis Pelayanan Kontrasepsi
(Edisi 3), Jakarta: Sagung Seto.
Sulistyawati, (2013). Pelayanan Keluarga
Berencana. Jakarta: Salemba Medika
Syaifuddin, Abdul Bari, (2006). Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka-SP.
Yulifah, Rita, Tri Johan Agus Yuswanto,
(2009). Komunikasi dan Konseling
dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Zuhriyah, Lailatuz, (2012). Revitalisasi
Peran Petugas Lapangan Keluarga
Berencana (PLKB) Dalam
Meningkatkan Peserta Kelurga
Berencana (KB). Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Volume 1, Nomor 2.

8
9

Anda mungkin juga menyukai