Anda di halaman 1dari 11

KTI HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RSUD

GENTENG - BANYUWANGI TAHUN 2008 - 2009


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan sebagai penyebab kematian
ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum, perdarahan
antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua
persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang
belum jelas sumbernya (Sarwono, 2002 : 363).
Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih dari 35 tahun kira –
kira 2 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25
tahun, pada para 3 atau lebih yang berumur lebih dari 35 tahun kira – kira 3 kali lebih sering
dibandingkan para 3 atau lebih yang berumur kurang dari 25 tahun (Sarwono, 2002 : 368)
Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak normal, sehingga menutupi
seluruh atau sebagian ostium internum karena faktor predisposisi yang masih sulit dihindari,
prevalensinya masih tinggi serta punya andil besar dalam angka kematian maternal dan
perinatal yang merupakan parameter pelayanan kesehatanPrevalensi plasenta previa di negara
maju berkisar antara 0,26 - 2,00 % dari seluruh jumlah kehamilan. Sedangkan di Indonesia
dilaporkan oleh beberapa peneliti berkisar antara 2,4 - 3,56 % dari seluruh kehamilan, di
kabupaten banyuwangi pada tahun 2002 jumlah kelahiran hidup 32 per 100.000 dengan
komplikasi 50 % eklampsi, 37,5 % karena perdarahan dan 12,5 % karena penyebab lain.
Plasenta previa pada kehamilan prematur lebih bermasalah karena persalinan
terpaksa; sebagian kasus disebabkan oleh perdarahan hebat, sebagian lainnya oleh proses
persalinan. Prematuritas merupakan penyebab utama kematian perinatal sekalipun
penatalaksanaan plasenta previa sudah dilakukan dengan benar. Di samping masalah
prematuritas, perdarahan akibat plasenta previa akan fatal bagi ibu jika tidak ada persiapan
darah atau komponen darah dengan segera, upaya yang dilakukan oleh tenaga medis
melakukan konsultasi medik saat terjadi perdarahan pertama kali dan merujuk pasien saat
terdeteksi plasenta previa terhadap Kehamilan lanjut (Wheeler L, 2002, 123)
B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya sebatas tentang
plasenta previa
2. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
” Bagaimanakah hubungan paritas dengan kejadian plasenta previa di RSUD
Genteng – Banyuwangi “
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian plasenta previa di RSUD
Genteng – Banyuwangi
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tentang paritas ibu bersalin di RSUD Genteng – Banyuwangi
b. Mengidentifikasi tentang kejadian plasenta previa di RSUD Genteng –
Banyuwangi
c. Menganalisa hubungan paritas dengan kejadian plasenta previa di RSUD Genteng
– Banyuwangi
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Peneliti
Memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi peneliti tentang hubungan paritas
dengan kejadian plasenta previa
2. Manfaat Praktis
Memberikan kontribuasi bagi ilmu pengetahuan tentang hubungan paritas dengan
kejadian plasenta previa
3. Manfaat Teoritis
Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dan sumbangan pengembangan dan
penyempurnaan ilmu pengetahuan yang telah ada

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Dasar Paritas
a. Definisi Paritas
Menurut Chapman (1999) paritas adalah jumlah kelahiran yang pernah
dialami ibu dengan mencapai viabilitas.
Sedangkan menurut Manuaba (1999) paritas atau para adalah wanita yang
pernah melahirkan dan di bagi menjadi beberapa istilah :
1) Primipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak satu kali
2) Multipara yaitu wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali, di
mana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali
3) Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari lima
kali
Ada pula sumber yang didapat dari wikipedia terdapat beberapa istilah
tentang paritas yaitu :
1) Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali atau
melahirkan untuk pertama kali
2) Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari satu kali
Paritas 2 – 3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian
maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal
(Winkjosastro, 2002).
b. Pengelompokan Paritas
Ditinjau dari tingkatannya paritas dikelompokkan menjadi tiga antara lain :
1) Paritas rendah atau primipara
Paritas rendah meliputi nullipara dan primipara
2) Paritas sedang atau multipara
Paritas sedang atau multipara digolongkan pada hamil dan bersalin dua sampai
empat kali. Pada paritas sedang ini, sudah masuk kategori rawan terutama pada
kasus-kasus obstetrik yang jelek, serta interval kehamilan yang terlalu dekat
kurang dari 2 tahun
3) Paritas tinggi
Kehamilan dan persalinan pada paritas tinggi atau grandemulti, adalah ibu hamil
dan melahirkan 5 kali atau lebih. Paritas tinggi merupakan paritas rawan oleh
karena paritas tinggi banyak kejadian-kejadian obstetri patologi yang bersumber
pada paritas tinggi, antara lain : plasenta previa, perdarahan postpartum, dan
lebih memungkinkan lagi terjadinya atonia uteri.
c. Komplikasi Paritas Tinggi
Menurut Manuaba (1999) Seorang wanita yang telah mengalami kehamilan
sebanyak 6 kali atau lebih, lebih mungkin mengalami:
1). Kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahimnya lemah)
2). Perdarahan setelah persalinan (karena otot rahimnya lemah)
3). Plasenta previa (plasenta letak rendah).
4). Pre eklampsi
2. Konsep Dasar Plasenta Previa
a. Definisi Plasenta Previa
Menurut Wiknjosostro ( 2005 ) plesenta previa adalah plasenta yang letaknya
abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir(www.http//yuwielueninet.wordpress.com/diakses
010609/plsenta previa).Plasenta previa didefinisikan sebagai suatu keadaan seluruh
atau sebagian plasenta ber-insersi di ostium uteri internum, sehingga menutupi
seluruh atau sebagian dari jalan lahir (www.http//PLASENTA PREVIA «
Yuwielueninet’s Weblog.htm,diakses 010609)
b. Etiologi
Belum diketahui pasti, namun diyakini plasenta previa meningkat pada
grandemultipara, primigravida tua, bekas seksio secarea, bekas aborsi, kelainan
janin, dan leiomioma uteri (Mansjoer, 2001 : 276 )
c. Klasifikasi
Plasenta previa melibatkan implantasi plasenta di atas mulut serviks bagian
dalam (internal cervical os). Berbagai varian termasuk :
1). Plasenta Previa totalis, apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan
Plasenta
2). Plasenta Previa Parsialis, apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan
Plasenta
3). Plasenta Previa Marginalis, apabila pinggir Plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan
4). Plasenta Letak Rendah, Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah
uterus tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm
dan tebal 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan dengan Plasenta
biasanya di tengah (insersio sentralis), Bila hubungan agak pinggir (insersio
lateralis), dan bila di pinggir Plasenta (insersio marginalis), kadang-kadang tali pusat
berada di luar Plasenta dan hubungan denganPlasenta melalui janin, jika demikian
disebut (insersio velmentosa)
d. Penyebab Plasenta Previa
1). Perdarahan (hemorrhaging), jika berhubungan dengan kehamilan (labor),
dapat sekunder ke dilatasi serviks dan gangguan (disruption) implantasi
plasenta dari servikas dan segmen bawah rahim (lower uterine segment).
Segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dan oleh karenanya tidak
dapat menekan/ mempersempit (constrict) pembuluh darah di korpus uterus,
menyebabkan perdarahan yang terus-menerus
2). Usia lebih dari 35 tahun
3). Multiparitas
4). Pengobatan infertilitas
5). Multiple gestation (larger surface area of the placenta)
6). Erythroblastosis
7). Riwayat operasi/ pembedahan uterus sebelumnya (prior uterine surgery)
8). Keguguran berulang (recurrent abortions)
9). Status sosioekonomi yang rendah
10). Jarak antar kehamilan yang pendek (short interpregnancy interval)
11). Merokok
12). Penggunaan kokain
13). Penyebab lainnya termasuk pemeriksaan dengan jari (digital exam),
abruption (pre-eklampsia, hipertensi kronis, penggunaan kokain, dll) dan
penyebab trauma
e. Faktor Predisposisi
1). Melebarkan pertumbuhan plasenta
a) Kehamilan kembar (gemelli)
b) Tumbuh kembang plasenta tipis
2). Kurang suburnya endometrium
a) Malnutrisi ibu hamil
b) Melebarnya plasenta karena gemelli
c) Sering dijumpai pada grandemultipara
3). Terlambat implantasi
a) Endometrium fundus kurang subur
b) Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk
blastula yang siap untuk nidasi
f. Patofisiologi
Perdarahan antepartum akibat Plasenta Previa terjadi sejak kehamilan 10
minggu saat segmen bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta menipis,
umumnya terjadi pada trismester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak
mengalami perubahan pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan servik
menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau
karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Pendarahan tidak dapat dihindarkan
karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
seperti pada plasenta letak normal (Mansjoer, 2001 : 276 )
g. Komplikasi
1). Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia
karena perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca persalinan.
2). Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti
Asfiksi berat.
( Mansjoer, 2001 : 277 )
h. Gambaran Klinik
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari Plasenta Previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau
bekerja biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan
berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya,
apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20
minggu segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan
serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada saat
ini dimulai terjadi perdarahan darah berwarna segar
Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya
plasenta dari dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak
mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan
perdarahan, tidak sebagai serabut otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala
III dengan plasenta yang letaknya normal makin rendah letak plasenta makin dini
perdarahan terjadi, oleh karena itu perdarahan pada Plasenta Previa Totalis akan
terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah
setelah persalinan mulai. (Winkonjosostro, 1999 : 368 )
i. Diagnosis
Pada setiap perdarahan antepartum, perlu dilakukan suatu pemeriksaan yang
akan menentukan suatu diagnosis. Dalam menentukkan suatu keadaan plasenta
previa perlu dilakukan suatu pemeriksaan sebagai berikut :
1). Anamnesis : perdarahan jalan lahir pada Kehamilan setelah 22 minggu
berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida
2). Pemeriksaan luar : bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul, apabila presentasi kepala, biasanya kepalanya masih terapung diatas
pintu atas panggul atau menolak ke samping, dan sukar dodorong ke dalam
pintu atas pangul tidak jarang terdapat kelainan letak janin, seperti letak
lintang atau letak sungsang
3). Pemeriksaan in spekulo : pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan
vagina, apabila perdarahan dari berasal dari ostium uteri eksternum, adanya
plasenta previa harus dicurigai
4). Penentuan letak plasenta tidak langsung : penentuan letak plasenta secara
tidak langsung dapat dilakukan dengan radiografi, radioisotope dan
ultrasonografi, nilai diagnostiknya cukup tinggi di tangan yang ahli, tapi
bahaya radiasi cukup tinggi pada ibu dan bayi, menyebabkan cara ini mulai
ditinggalkan
5). Ultarsonografi : penentuan letak plasenta ini dianggap tidak membahayakan
bagi ibu dan janin dan tidak menimbulkan rasa nyeri
6). Penentuan letak plasenta secara langsung : pemeriksaan dilakukan secara
langsung dengan meraba plasenta melalui kanalis servikalis, tapi hal ini dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak, pemeriksaan ini hanya dilakukan
apabila penanganan pasif ditinggalkan dan ditempuh penanganan aktif
7). Perabaan fornises : pemeriksaan ini hanya bermakna jika janin dalam
presentasi kepala, sambil mendorng sedikit kepala janin kearah pintu atas
panggul, perlahan – lahan seluruh fornises diraba dengan jari
8). Pemeriksaan melalui kanalis servikalis : apabila kanalis servikalis terbuka,
perlahan – lahan jari telunjuk dimasukkan ke dalam kanalis servikalis dengan
Tujuan kalau – kalau meraba kotiledon plasenta dan akan terasa padat
(keras)apabila antara jari dan kepala janin tidak terdapat plasenta
j. Penatalaksanaan
1). Terapi Ekspektif
a). Tujuan supaya janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis Syarat-syarat
terapi ekspektif :
(1). Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
(2). Belum ada tanda-tanda in partu.
(3). Keadaan umum ibu cukup baik.
(4). Janin masih hidup.
b). Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis.
c). Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta.
d). Berikan tokolitik bila ada kontraksi :
(1). MgS04 IV dosis awal tunggal dilanjutkan 4 gram setiap 6 jam.
(2). Nifedipin 3 x 20 mg perhari.
(3). Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
e). Uji pematangan paru janin dengan tes kocok dari hasil amniosentesis.
f). Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada
disekitar Ostium Uteri Interim.
Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,
pasien dapat dipulang untuk rawat jalan.
2). Terapi Aktif ( tindakan segera )
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervagina yang
aktif dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa
memandang moturitus janin. Lakukan PDMO yaitu melakukan perabaan
secara langsung melalui pembukaan serviks pada perdarahan yang sangat
banyak dan pada ibu dengan anemia berat,jika :
a). Infus 1 transfusi telah terpasang.
b). Kehamilan > 37 minggu ( Berat Badan > 2500 gram ) dan inpartu.
c). Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor,
seperti anesefali.
d). Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas
panggul ( 2/5 atau 3/5 pada palpasi luar ).
B. Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual adalah konsep yang dipakai sebagai landasan berfikir dalam
kegiatan ilmu ( Nursalam, 2003 : 59)
1). Multiparitas
Sumber :
Sarwono,
2002 : 367
Keterangan

PLASENTA PREVIA
: Garis berhubungan yang dilakukan penelitian
: Garis berhubungan yang tidak dilakukan penelitian

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual hubungan paritas dengan kejadian plasenta


previa

: Variabel/ sub veriabel yang dilakukan penelitian


BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Rancang Bangun Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang
telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses
penelitian ( Nursalam, 2003 : 81 ). Berdasarkan tujuan penelitian yaitu mengetahui hubungan
paritas dengan kejadian plasenta previa di RSUD Genteng – Banyuwangi, maka jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian Cross Sectionaladalah suatu penelitian dimana
variabel – variabel yang termasuk resiko dan variabel – variabel yang termasuk afek
observasi sekaligus pada waktu yang sama ( Notoadmodjo, 2002 : 145)
B. Variable
1. Jenis Variabel
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian
tersebut misalnya : umur, jenis kelamin, status perkawinan, dll (Notoatmodjo, 2002 :
70). Variabel dalam penelitian ini adalah paritas dengan kejadian plasenta previa
2. Definisi Operasional variabel
Definisi operasional dari variabel yang diteliti dapat dilihat dari tabel berikut
ini :
No VARIABEL DEFINISI OPERASINAL KRITERIA SKALA
1. Paritas Jumlah kelahiran yang pernah Primipara Ordinal
2. Plasenta previa dialami ibu dengan mencapai Multipara Nominal
viabilitas Grandemulti
Suatu keadaan seluruh atau - Ya (+)
sebagian plasenta ber-insersi di - Tidak (-)
ostium uteri internum, sehingga
menutupi seluruh atau sebagian
dari jalan lahir

Tabel 3.1 : Definisi operasional hubungan paritas dengan kejadian plasenta


previa
C. Populasi
Populasi merupakan seluruh subyek / obyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan
hanya subyek / obyek yang di pelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subyek atau
obyek tertentu ( Aziz
Alimul, 2003 : 35 ).
Dalam penelitian ini yang
menjadi populasi adalah
semua ibu bersalin yang
tercatat dalam rekam
medik tahun 2008 – 2009
D. Sampel
Sample adalah
sebagian dari seluruh

1. UGD 14. Poli paru 27. Ruang dokter individu yang menjadi

2. Apotik 15. Poli bedah 28. Radiology obyek penelitian

3. Wartel 16. Poli paru 29. Ruang anak (Arikunto, 2002 : 109).

4. Koperasi 17. Poli anak 30. Kantor diklat Sampel yang digunakan

5. Kantor kep 18. Loket pembayaran 31. Perinatologi adalah semua ibu bersalin

6. Loket pendaftaran 19. Poli syaraf 32. Ruang bersalin yang mengalami plaseta

7. Rekam medik 20. Poli andrologi 33. Poli kandungan previa dan telah tercatat

8. Poli fisioterapi 21. Kantor TU 34. Gudang dalam rekam medik

9. Poli Paritas Kejadian plasenta previa Jumlah RSUD Genteng –


mataT 22. MusholaB 35. Tempat cucian
Ya Tidak responden
10. Poli kulit 23.(f)Kamar operasi Banyuwangi mulai
(%) (f) 36. (%)
Kamar mayat
Primipara
11. Poli gigi 24.5Ruang interna
16,7 1 17 37. Kantin
68 23 Tahun 2008 – 2009.
Multipara 25 83,3 8 32 32 Teknik sampling, yang
12.Grandemultipara
Poli tht 25. -Ruang interna
- 2 - 38. Mini- market -
U digunakan dalam
13. PoliJumlah
interna 26.30Ruang bedah
100 25 39. 100
Paviliun rengganis
55

Anda mungkin juga menyukai