Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab
= 0,1 N
c. Diketahui:
% CH3COOH = 25%
𝜌 CH3COOH = 1,048 gr/mL
Mr CH3COOH = 60 gr/mol
ƿ × 10 × % CH3COOH
M stok = Mr
gr
1,048 × 10 × 25%
mL
= 60 gr/mol
= 4,37 M
d. % kadar asam asetat
M1
% kadar CH3COOH =M stok × 99%
0,1 N
= 4,37 M × 99 %
= 2,26%
Jadi, kadar asam asetat dalam cuka adalah 2,26 %
H. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini memiliki 2 tujuan yaitu menentukan normalitas larutan
NaOH menggunakan larutan standar asam oksalat dan menetapkan kadar asam
cuka secara titrasi volumetri. Titrasi volumetri atau analisa volumetri yaitu
penentuan konsentrasi zat atau larutan dengan cara mereaksikannya secara
kuantitatif dengan menggunakan larutan lain pada konsentrasi tertentu (Tim
Dosen, 2018: 6). Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak
suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan
tersebut seringkali disebut konstituen atau analit (Day, 2001: 2).
1. Standarisasi larutan NaOH 0,1 N dengan larutan standar asam oksalat
Standarisasi adalah suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara
teliti konsentrasi suatu larutan. Larutan adalah sistem homogen yang mengandung
dua atau lebih zat (Oxtoby, 2001: 161). Untuk menentukan konsentrasi suatu
larutan asam-basa, diperlukan suatu larutan standar. Larutan standar adalah suatu
larutan yang telah diketahui konsentrasinya dan biasanya berupa larutan asam atau
larutan basa yang mantap (konsentrasinya tidak berubah. Sebagai contoh larutan
standar dapat dipakai larutan natrium hidroksida (Tim Dosen, 2018: 5).
Prinsip dasar standarisasi larutan yaitu, didasarkan pada reaksi netralisasi
asam basa. Prinsip kerjanya yaitu pencampuran dan penitrasian (proses titrasi).
Pada percobaan ini, buret dicuci terlebih dahulu dengan aquades lalu bilas dengan
larutan standar yaitu NaOH agar larutan NaOH yang akan dimasukkan ke dalam
buret tidak terkontaminasi atau bercampur dengan aquades. Larutan standar
primer yaitu asam oksalat dititrasi dengan NaOH. Larutan standar primer adalah
larutan dimana kadarnya dapat diketahui secara langsung karena didapatkan dari
hasil penimbangan, umumnya kadarnya dinyatakan dalam normalitas (Tim Dosen,
2018: 6). Sebelum dititrasi, asam oksalat ditambahkan dengan indikator
phenolftalein (PP). Indikator phenolftalein merupakan salah satu indikator yang
mengubah warna larutan menjadi merah muda bila larutan berubah dari asam ke
basa (Oxtoby, 2001: 162). Setelah ditambahkan indikator PP, warna larutan asam
oksalat masih bening yang menunjukkan bahwa larutan ini masih bersifat asam.
Dilakukan titrasi asam oksalat dengan NaOH sampai terjadi perubahan
warna dari bening menjadi merah muda. Perubahan warna menandakan bahwa
asam oksalat dan NaOH telah bereaksi. Titik pada saat indikator PP memberikan
perubahan disebut titik akhir titrasi, dan pada saat ini titrasi harus dihentikan.
Idealnya, bila indikator dan kondisi titrasi sesuai, maka titik akhir titrasi dan titik
ekivalen akan berimpit atau setidaknya hanya terdapat sedikit perbedaan. Pada
penambahan titran lebih lanjut pada titik ekivalen akan menyebabkan perubahan
pH yang cukup besar sehingga perubahan indikator asam-basa tergantung pada
pH titik ekivalen (Tim Dosen, 2018: 6). Proses titrasi ini dilakukan sebanyak tiga
kali dengan tujuan agar hasil titrasi lebih akurat. Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Day J.R. dan A.L. Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: PT. Gelora Pratama.
Fried, George H. dan George J. Hademenos. 2006. Biologi Edisi Kedua. Jakarta:
PT. Gelora Pratama.
Partana, Crys Fajar, Heru Pratomo Al, Karim Theresih dan Suharto. 2003.
Common Textbook (Edisi Revisi) Kimia Dasar 2. JICA: Yogyakarta.