Anda di halaman 1dari 16

Hubungan Antara Pengetahuan dengan Efikasi Diri Penderita

Tuberkulosis Paru di Balai Kesehatan Paru


Masyarakat Surakarta

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

Erni Herawati
J 210.141.028

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
Hubungan antara Pengetahuan dengan Efikasi Diri Penderita Tuberkulosis Paru di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta (Erni Herawati) 1

NASKAH PUBLIKASI

Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Efikasi Diri


Penderita Tuberkulosis Paru Di Balai Besar Kesehatan
Paru Masyarakat Surakarta

Erni Herawati*, Okti Sri Purwanti S.Kep., M.Kep., Ns., Sp.Kep.M.B**,


Sahuri Teguh K S.Kep., Ns, M.Kep**

*Mahasiswa Keperawatan FIK UMS


**Dosen Keperawatan FIK UMS

ABSTRAK

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang dapat menyerang berbagai


organ, terutama paru-paru. Penanganan terhadap tingginya prevalansi TB harus
dilakukan untuk mengendalikan penyakit TB Paru, salah satunya yaitu dengan
pengobatan. Pengobatan penyakit TB paru dilakukan selama enam sampai sembilan
bulan. Selain pengobatan untuk mencapai kesembuhan sangat penting bagi penderita
TB Paru memiliki pengetahuan tentang penyakitnya dan memiliki efikasi diri yang tinggi.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan angka kejadian TB paru di BBKPM Surakarta
mengalami peningkatan sebesar 1,06 % pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan
efikasi diri penderita TB paru di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta. Jenis
penelitian ini adalah Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Metode
yang digunakan adalah non probability sampling. Populasi penelitian ini adalah penderita
TB paru yang menjalani rawat jalan di Poliklinik TB BBKPM yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Sampel yang digunakan adalah 72 responden dengan teknik
pengambilan sampel yaitu menggunakan tehnik accidental sampling. Instrumen adalah
kuesioner pengetahuan dan efikasi diri yang telah diujicobakan pada 20 pasien TB paru.
Analisis data non parametrik menggunakan uji koefisien korelasi Spearman rho dengan
hasil menunujukkan sebagian besar pasien berada pada kategori pengetahuan cukup
dan sebagian besar memiliki efikasi diri yang tinggi dengan nilai p = 0,001 < α = 0,05 dan
nilai korelasi Spearman sebesar 0.381. Simpulan yaitu adanya hubungan yang positif
dan signifikan antara pengetahuan dengan efikasi diri penderita TB paru di BBKPM
Surakarta. Saran bagi penderita TB paru agar mampu mempertahankan efikasi diri yang
dimiliki yaitu dengan cara selalu berusaha untuk mencapai kesembuhan.

Kata kunci : Pengetahuan, efikasi diri, tuberkulosis.

Publikasi Ilmiah
Hubungan antara Pengetahuan dengan Efikasi Diri Penderita Tuberkulosis Paru di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta (Erni Herawati) 2

NASKAH PUBLIKASI

Relationship Between Knowledge and Self Efficacy


Tuberculosis Pulmonary Patients at BBKPM of
Surakarta

Erni Herawati*, Okti Sri Purwanti S.Kep., M.Kep., Ns., Sp.Kep.M.B**,


Sahuri Teguh S.Kep., Ns, M.Kep**

ABSTRACT

Tuberculosis (TB) is a pulmonary infectious diseases that can attack the lungs. Handling
of the high prevalence of TB should be taken to control the disease Pulmonary TB , one
of which is the treatment. Treatment of pulmonary TB disease carried out for six to nine
months. In addition to treatment to achieve a cure is very important for patients with
pulmonary TB have the knowledge about the disease and have a high self-efficacy.
Based on the results of the preliminary study of the incidence of pulmonary tuberculosis
in Surakarta BBKPM increased by 1.06 % in 2014 compared to 2013. The purpose of this
study was to determine the relationship between knowledge and self-efficacy pulmonary
tuberculosis patients at the Center for Lung Health Society Surakarta. This research is a
quantitative research with cross sectional approach. The method used is non-probability
sampling.This research is pulmonary tuberculosis patients who underwent outpatient
Polyclinic BBKPM TB who met the inclusion criteria.The samples used were 72
respondents with a sampling technique that uses accidental sampling technique. The
instrument was a questionnaire of knowledge and self-efficacy has been tested on 20
patients with pulmonary tuberculosis. Non-parametric data analysis using the Spearman
rho correlation coefficient test with the results showed that most of the patients are in the
category of enough knowledge and most have high self-efficacy with p = 0.001 < α = 0.05
and Spearman correlation value for 0381. Conclusion that the existence of a positive and
significant relationship between knowledge and self-efficacy pulmonary tuberculosis
patients in Surakarta BBKPM. Suggestions for pulmonary tuberculosis patients to be able
to maintain the efficacy of self -owned namely by always trying to achieve a cure. .

.
Keywords: Knowledge, self-efficacy, tuberculosis.

Publikasi Ilmiah
Hubungan antara Pengetahuan dengan Efikasi Diri Penderita Tuberkulosis Paru di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta (Erni Herawati) 3

PENDAHULUAN tahap lanjutan (Kementrian


Tuberkulosis merupakan Kesehatan RI, 2010). Untuk
penyakit menular yang dapat mencapai kesembuhan sangat
menyerang berbagai organ, penting bagi penderita TB Paru
terutama paru-paru. TB diperkirakan memiliki pengetahuan tentang
sudah ada di dunia sejak 5000 tahun penyakitnya (Aditama & Aris,
sebelum masehi. Kemajuan dalam 2013). Pengetahuan tersebut dalam
penemuan dan pengendalian hal keteraturan, kelengkapan dan
penyakit TB Paru sudah ada sejak 2 kepatuhan dalam minum Obat Anti
abad terakhir (Pusat data dan Tuberkulosis (OAT). Sebaliknya, jika
Informasi KEMENKES Republik pengobatan tidak teratur dan
Indonesia, 2015). Walaupun kombinasi OAT yang tidak lengkap
demikian, sebagian besar negara- akan menimbulkan kegagalan
negara di dunia belum berhasil pengobatan sehingga
mengendalikan penyakit TB. Angka mengakibatkan Mycobacterium
kesakitan dan kematian akibat Tuberculosis menjadi kebal dan
penyakit TB cenderung menetap dan menimbulkan terjadinya kasus MDR
meningkat (Widoyono, 2011). (Multidrug Resistence) TB serta
WHO (2010) menunjukkan akan menjadi sumber penularan
bahwa ada 22 negara dengan untuk orang lain (Anugerah, 2007).
insiden terhadap TB (High Burden of Selain itu, untuk mencapai
TB Number) daya estimasi sebanyak kesembuhan, penderita juga harus
9,4 juta jiwa mengidap panyakit TB memiliki efikasi diri yang tinggi.
dan Indonesia menempati urutan Efikasi diri penderita yang rendah
kelima teratas. Total kejadian di akan berakibat pada kegagalan
Indonesia pada tahun 2009 pengobatan. Efikasi diri merupakan
mencapai 5000 dari total populasi keyakinanindividu dalam mengelolah
229.965 jiwa. perilaku-perilaku tertentu untuk
Departemen Kesehatan mencapai kesembuhan. Keyakinan
Republik Indonesia tahun 2007 diri penderita untuk sembuh dicapai
melaporkan bahwa angka kematian salah satunya dari kognitif atau
akibat TB ini diperkirakan 95% pengetahuan yang diberikan oleh
terjadi di negara yang sedang petugas kesehatan melalui konseling
berkembang. Di Indonesia, Jawa (Hendiani, Sakti & Widiyanti, 2013).
Tengah merupakan salah satu Berdasarkan data rekam
propinsi yang menempati urutan medik BBKPM Surakarta jumlah
kelima tertinggi prevalensi penyakit penderita tuberkulosis pada tahun
TB. Tahun 2012 prevalensi TB Paru 2013 yaitu sebanyak 928 orang
sebesar 10,64% per 100.000 meningkat pada tahun 2014 menjadi
penduduk (Dinas Kesehatan 938 orang atau sebesar 1,06%.
Provinsi Jawa Tengah, 2013). Studi pendahuluan yang
Penanganan terhadap dilakukan tanggal 19 Juni 2015 di
tingginya prevalansi TB tersebut BBKPM Surakarta, dengan
harus dilakukan untuk melakukan wawancara terhadap
mengendalikan penyakit TB Paru, lima pasien. Pernyataan tiap pasien
salah satunya dengan pengobatan. tersebut adalah mereka sudah
Pengobatan penyakit TB dapat diberikan konseling di Poliklinik TB.
dilakukan selama enam sampai Akan tetapi hanya tiga pasien
sembilan bulan dan diberikan dalam diantaranya cukup mengetahui
dua tahap yakni tahap awal dan tentang penyakit TB paru yang

Publikasi Ilmiah
Hubungan antara Pengetahuan dengan Efikasi Diri Penderita Tuberkulosis Paru di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta (Erni Herawati) 4

meliputi: cara penularan, gejala, seperti menurunkan daya kerja atau


penatalaksanaan pengobatan, produktifitas kerja dan menularkan
pencegahan penularan serta mereka kepada orang lain. Pada penyakit
meyakini kesembuhan penyakitnya. tuberkulosis, jaringan yang paling
Dua pasien lainya hanya sering diserang adalah paru-paru.
mengetahui tentang cara Tuberkulosis dapat hidup bertahun-
pengobatan, penularan serta kurang tahun dalam lemari es. Hal ini dapat
yakin terhadap kesembuhan terjadi apabila kuman berada dalam
penyakitnya. sifat dormant (tidur). Artinya, suatu
Berdasarkan paparan diatas saat kuman tuberkulosis ini akan
dan mengingat pentingnya dapat bangkit lagi dan berkembang
keyakinan diri (efikasi diri) yang (Naga, 2013)
berdampak pada kesembuhan Tuberkulosis paru biasanya
penderita, sehingga membuat ditandai dengan demam tidak terlalu
peneliti tertarik untuk meneliti tinggi berlangsung lama, biasanya
“hubungan antara pengetahuan dirasakan malam hari disertai
dengan efikasi diri pada penderita keringat malam, demam disertai
TB paru di BBKPM Surakarta”. influenza dan bersifat hilang timbul,
berat badan menurun, nafsu makan
Tujuan Penelitian menurun, mengalami batuk-batuk
Mengetahui hubungan antara selama lebih dari 3 minggu dan
pengetahuan dengan efikasi diri mengeluarkan darah (Novel, 2011).
penderita TB paru di Balai Besar Pengobatan TB secara umum
Kesehatan Paru Masyarakat diberikan dalam dua tahap, tahap
(BBKPM) Surakarta. pertama diberikan setiap hari selama
2 bulan (INH, Rifampisin,
TINJAUAN PUSTAKA Pirazinamid, Etambutol) dan tahap
Tuberkulosis Paru kedua, obat diberikan 3 kali dalam
Tuberkulosis (TB) paru adalah seminggu selama 4 bulan (INH,
suatu penyakit yang disebabkan Rifampisin) (Widoyono, 2011).
oleh infeksi bakteri Mycobacterium Adapun efek samping OAT yaitu
Tuberculosis. Bakteri masuk dan warna kemerahan pada urine,
terkumpul di dalam paru-paru akan kesemutan sampai dengan rasa
berkembangbiak terutama pada terbakar di kaki, nyeri sendi, tidak
orang dengan daya tahan tubuh ada nafsu makan, mual, dan sakit
yang rendah dan menyebar melalui perut (Departemen Kesehatan RI,
pembuluh darah atau kelenjar getah 2009).
bening. Sehingga dapat menginfeksi Pengetahuan
organ tubuh, yaitu paru-paru (Novel, Pengetahuan merupakan hasil
2011). pengindraan manusia, serta hasil
Mikrobakteria penyebab dari tahu seseorang terhadap objek
tuberkulosis adalah bakteri aerob melalui indra penglihatan,
yang berbentuk batang, namun tidak penciuman, pendengaran dan
membentuk spora. Walaupun tidak sebagainya. Kemudian dengan
mudah diwarnai, namun jika telah sendirinya menghasilkan
diwarnai, bakteri ini tahan terhadap pengetahuan, hal tersebut sangat
peluntur warna (dekolarisasi) asam dipengaruhi oleh intensitas perhatian
atau alkohol. Jika seseorang telah dan persepsi terhadap objek
terjangkit bakteri penyebab (Notoatmodjo, 2014).
tuberkulosis, akan berakibat buruk,

Publikasi Ilmiah
Hubungan antara Pengetahuan dengan Efikasi Diri Penderita Tuberkulosis Paru di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta (Erni Herawati) 5

Efikasi Diri HASIL PENELITIAN


Efikasi diri bisa terbentuk Tabel 1. Distribusi karakteristik
melalui penilaian diri akan responden
kemampuan serta perasaan akan Karakteristik Frekue Prosenta
ancaman sehingga akan nsi se (%)
memunculkan motivasi untuk 1. jenis kelamin
Laki-laki 40 56%
mengatur tindakan (Bandura dalam Perempuan 32 44%
Hendiani, dkk, 2013). 2. umur
<55 th 68 94%
>55 th 4 6%
METODE PENELITIAN 3. pendidikan
SD 24 32%
SMP 22 30%
Rancangan Penelitian SMA 19 2%
Penelitian ini termasuk Perguruan 7
10%
penelitian dengan jenis penelitian Tinggi
kuantitatif dengan mengunakan 4. pekerjaan
Tidak bekerja 8 11%
pendekatan cross sectional IRT 4 6%
yaitumengobservasi serta dilakukan Petani 10 54%
sekaligus pada saat bersamaan Wiraswasta 39 6%
terhadap variabel independent yang Karyawan 4 10%
termasuk faktor resiko dan variabel 5. Lama
Pengobatan TB
dependent yang termasuk faktor <2 bulan 29 40%
efek (Imron, 2010). 3 – 6 bulan 43 60%
6. Mendapat
Populasi dan Sampel informasi
pemgobatan TB
Populasi dalam penelitian ini Tidak pernah 41 57%
adalah penderita TB paru yang Pernah 31 43%
menjalani rawat jalan di Poliklinik TB 7. sumber
BBPKM Surakarta yang masuk informasi
kriteria inklusi dan eksklusi, dengan pengobatan TB
Tidak 41 57%
jumlah sampel 72 responden. mendapatkan
Pengambilan sampel mengunakan Petugas 27 38%
Accidental sampling. kesehatan
Lain-lain 4 5%
8. Mengalami
Instrumen Penelitian
stress/cemas
Instrumen dalam pengumpulan selama
data yaitu kuesioner pengetahuan pengobatan
penderita TB Paru dan efikasi diri Ya 55 76%
penderita TB Paru. Tidak 17 24%
Total 72 100%
9. Mengetahui
Analisa Data orang lain berhasil
Analisa data yang dilakukan dalam
adalah analisa deskriptif (Univariat) pengobatan TB
Tidak pernah 31 43%
dengan tabel distribusi frekuensi dan
Pernah 41 57%
analisis Bivariat dengan uji koefisien 10. mengetahui
korelasi spearman rank (Rho). orang lain gagal
dalam
pengobatan TB
Tidak pernah 63 87%
Pernah 9 13%

Publikasi Ilmiah
Hubungan antara Pengetahuan dengan Efikasi Diri Penderita Tuberkulosis Paru di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta (Erni Herawati) 6

Tabel 1 menunjukkan bahwa Tabel 3 menunjukkan bahwa


mayoritas responden laki-laki (56%), mayoritas responden memiliki efikasi
berusia <55 tahun (94%), pendidikan diri yang tinggi (63%).
SD (32%), bekerja sebagai
wiraswasta (54%), menjalani Tabel 4. Tabel hubungan
pengobatan TB 3-6 bulan (60%). pengetahuan dengan efikasi diri

Berdasarkan pengobatan TB Pengetahuan Efikasi Diri


menunjukkan sebagian besar Cukup Tinggi
menyatakan tidak pernah mendapat n % N %
Kurang 7 50 7 50
informasi pengobatan TB (57%),
Cukup 18 55 15 45
kemudian responden yang pernah Baik 2 8 23 92
mendapat informasi pengobatan Total 27 37 45 63
sebagian besar informasi berasal
dari petugas kesehatan (38%), dan
sebagian besar tidak mengalami Tabel 4 menunjukkan
stress atau kecemasan (76%), responden dengan pengetahuan
terdapat 57% mengetahui terdapat kurang diperoleh efikasi diri cukup
orang lain atau saudara yang dengan presentase 50% dan efikasi
mengalami keberhasilan pengobatan diri tinggi 50%. Sedangkan
TB dan 14% responden pernah pengetahuan cukup diperoleh efikasi
mengetahui terdapat orang lain atau diri cukup dengan presentase 55%
saudara yang mengalami tidak dan efikasi diri tinggi 45% kemudian
berhasil dalam pengobatan TB. dari pengetahuan baik diperoleh
efikasi diri cukup dengan presentase
Tabel 2. Distribusi frekuensi 8% dan efikasi diri tinggi 92%.
pengetahuan
Tabel 5. Hasil analisis hubungan
Pengetahuan Frekuensi Prosent pengetahuan dengan efikasi diri
ase (%)
Kurang 14 19% Hubungan p α
Cukup 33 46%
Baik 25 35% Pengetahuan 0,001 0,05
Total 72 100% dengan
efikasi diri

Tabel 2 menunjukkan bahwa


mayoritas responden memiliki Tabel 5 menunjukkan nilai p
pengetahuan yang cukup (46%).. 0,001 < α = 0,05 yang menunjukkan
bahwa ada hubungan antara
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Efikasi pengetahuan dengan efikasi diri
Diri penderita TB paru di BBKPM
Surakarta. Nilai koefisien korelasi
Efikasi diri Frekuensi Prosent
ase (%) Spearman sebesar 0,381
Rendah 0 0% menunjukkan nilai korelasi positif
Cukup 27 37% dan searah dengan kekuatan
Tinggi 45 63% korelasi rendah.
Total 72 100%

Publikasi Ilmiah
Hubungan antara Pengetahuan dengan Efikasi Diri Penderita Tuberkulosis Paru di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta (Erni Herawati) 7

PEMBAHASAN memungkinkan terjadi penularan TB


paru.
Karakteristik Responden Berdasarkan pendidikan
Hasil analisis karakteristik responden sebagian besar adalah
responden menunjukkan bahwa SD. Hal ini sesuai dengan temuan
sampel yang diteliti pada penderita Rukmini (2011) bahwa tingkat
TB di BBKPM Surakarta mayoritas pendidikan rendah, angka kejadian
adalahberjenis kelamin laki-laki. Hal TB Paru lebih tinggi (57,3%) bila
ini sejalan dengan penelitian dibandingkan dengan pendidikan
Rukmini (2011) didapatkan bahwa tinggi 7,8%. Hal ini sesuai dengan
penderita TB paru pada responden hasil Riskesdas 2007, bahwa
laki-laki lebih besar dibandingkan prevalensi TB paru empat kali lebih
responden perempuan yaitu sebesar tinggi pada pendidikan rendah
61,3%. Hiswani (2009) menyatakan dibandingkan dengan pendidikan
bahwa pada jenis kelamin laki-laki tinggi. Departemen Kesehatan
penyakit ini lebih tinggi hal ini Republik Indonesia tahun 2009
disebabkan karena rata-rata laki-laki menyatakan bahwa kondisi
merokok sehingga dapat pendidikan merupakan salah satu
menurunkan sistem pertahanan indikator yang kerap ditelaah untuk
tubuh, sehingga lebih mudah untuk mengukur tingkat pembangunan
terpapar dengan agent penyebab TB manusia suatu negara karena
paru. Hal ini terbukti dari wawancara melalui pengetahuan serta
peneliti dengan 40 responden laki- pendidikan berkontribusi terhadap
laki, terdapat 35 orang menyatakan perilaku kesehatan. Pengetahuan
bahwa mereka memiliki riwayat yang dipengaruhi oleh tingkat
merokok. pendidikan adalah salah satu faktor
Berdasarkan hasil penelitian pencetus yang dapat berperan
tabel 1 sebagian besar umur mempengaruhi keputusan
responden penelitian adalah <55 seseorang untuk berprilaku sehat.
tahun. Hal ini sejalan dengan Berdasarkan karakteristik
penelitian Helper (2010) bahwa pekerjaan responden, sebagian
penyakit TB paru paling sering besar bekerja sebagai wiraswasta.
ditemukan pada usia produktif yaitu Hal ini sejalan dengan penelitian
usia 15-55 tahun. Demikian yang dilakukan oleh Puspitasari
penelitian yang dilakukan oleh (2014) bahwa pekerjaan terbanyak
Rikha, Arie & Dwi (2012) di adalah wiraswasta yakni sebesar
Semarang menunjukkan bahwa 36,5%. Menurut Pertiwi (2012)
umur 15-55 tahun mempunyai resiko pekerjaan wiraswasta sangat rentan
terkena TB Paru sebesar 0,667 kali terkena TB karena disebabkan oleh
lebih besar dibandingkan umur >55 lingkungan pekerjaan, sehingga
tahun. Menurut pertiwi (2012) terlalu sering berinteraksi dengan
penderita TB paru banyak diusia orang lain dapat mempengaruhi
produktif disebabkan pada usia tingkat penularan akibat adanya
produktif akan sangat mudah tertular kontak dengan orang yang
penyakit TB paru karena usia menderita TB.
tersebut banyak berinteraksi dan Lama responden menjalani
bersosialisasi dengan orang lain pengobatan di BBKPM Surakarta
atau lingkungan sekitar, sehingga yaitu sebagian besar 3-6 bulan.
dari mobilitas yang tinggi Sedangkan menurut Kementrian
Kesehatan Tahun 2010 Pengobatan

Publikasi Ilmiah
Hubungan antara Pengetahuan dengan Efikasi Diri Penderita Tuberkulosis Paru di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta (Erni Herawati) 8

TB paru dilakukan selama enam berhasil terhadap pengobatan TB


sampai sembilan bulan. Adapun paru. Menurut Bandura dalam
faktor-faktor yang berkontribusi Hamidah (2011) pengalaman
terhadap pengobatan menurut keberhasilan orang lain yang
Erawatyningsih (2009) yakni riwayat memiliki kesamaan dengan individu
pengobatan, efek samping obat, seperti keberhasilan dalam
pasien, obat, program nasional TB, pengobatan TB paru, maka akan
terapi yang tidak adekuat, resistensi meningkatkan efikasi diri orang
terhadap OAT, motivasi penderita tersebut untuk mencapai
yang rendah, jarak fasilitas kesembuhan.
kesehatan dari rumah pasien, jenuh
dalam pengobatan dan biaya selama Pengetahuan
pengobatan. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar
Selanjutnya karakteristik responden memiliki pengetahuan
responden tentang pengobatan TB yang cukup. Adapun tingkat
menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan dipengaruhi oleh umur,
responden tidak pernah pendidikan, pekerjaan, faktor
mendapatkan informasi pengobatan lingkungan dan sosial budaya
TB paru. Menurut Aditama & Aris (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan
(2013) dalam mencapai merupakan hasil tahu, dan hal ini
kesembuhan maka sangat penting bisa terjadi setelah orang melakukan
untuk penderita TB paru memiliki pengamatan. Pengindraan terhadap
pengetahuan tentang penyakitnya. suatu objek yang telah dilihatnya.
Selama menderita TB responden Pengetahuan merupakan domain
sebagian besar tidak mengalami yang mendasari terbentuknya
stress atau kecemasan. Menurut tindakan seseorang (ovent
Lustman dalam Wu Tahun 2007 behavior). Sebagian besar
menyatakan bahwa responden yang pengetahuan dapat diperoleh dari
tidak mengalami stress atau depresi mata dan telinga. Apabila seseorang
berarti memiliki keyakinan untuk semakin cukup umur, maka akan
memotivasi diri sendiri dan lebih matang dalam berfikir dan
berprilaku sesuai dengan tujuan bekerja (Wawan & Dewi, 2010).
yang diharapkan, sebaliknya dengan Sebagian besar responden
adanya stress atau depresi berpengetahuan cukup tentang
merupakan faktor internal yang penyakit TB paru dalam hal ini
dapat berkontribusi terhadap dibuktikan dari pasien cukup
penurunan fungsi fisik dan mental mengerti tentang pengertian,
yang menyebabkan pasien penyebab penularan, tanda dan
kehilangan motivasi untuk gejala, pencegahan, pengobatan,
melakukan perawatan diri harian Pengawas Menelan Obat (PMO),
maupun pengobatan dan beresiko pemantauan pengobatan,
terjadi komplikasi lebih lanjut tatalaksana pengobatan dan efek
terhadap penyakitnya. samping obat. Adapun hal ini
didukung sebagaimana dari
Sebagian besar responden kuesioner bahwa penderita
mengetahui terdapat orang lain atau mendapat informasi tentang TB paru
saudara yang mengalami sebesar 38% dari petugas
keberhasilan dalam pengobatan dan kesehatan yakni berupa
responden juga sebagian besar tidak mendengarkan pengarahan yang
pernah mengetahui yang tidak diberikan oleh petugas kesehatan

Publikasi Ilmiah
Hubungan antara Pengetahuan dengan Efikasi Diri Penderita Tuberkulosis Paru di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta (Erni Herawati) 9

baik dokter maupun perawat saat menghindari asap rokok dan


mereka melakukan kontrol menjaga kebersihan rumah.
pengobatan atau saat konseling TB
paru dan 5 % dari media lain yang Menurut Bandura dalam
terdapat dilingkungan mereka, Masraroh (2012) proses
seperti koran/majalah, internet, dari terbentuknya efikasi diri salah
tetangga maupun keluarga dan dari satunya dari kognitif atau
poster-poster yang terpasang di pengetahuan. Dalam hal ini tindakan
dinding-dinding Poliklinik TB BBKPM yang dilakukan seseorang yang
Surakarta. berasal dari pikirannya. Kemudian
pemikiran tersebut memberi arahan
Efikasi Diri bagi tindakan yang dilakukan. Jika
Berdasarkan hasil penelitian semakin tinggi pengetahuan, tingkat
dari 72 responden menunjukkan pendidikan, dan pekerjaan yang
bahwa tidak ada responden yang dimiliki akan memberikan konstribusi
memiliki efikasi diri rendah hal ini terhadap terbentuknya efikasi diri
dikarenakan pasien memiliki yang tinggi dan efikasi diri yang
keyakinan untuk sembuh sehingga tinggi tidak dapat lepas dari adanya
mereka datang untuk berobat, faktor-faktor yang mempengaruhi
kemudian hasil lain didapatkan seperti pengalaman individu
bahwa sebagian besar responden sebelumnya, pengalaman orang lain
mempunyai efikasi diri tinggi. Efikasi yang sama, persuasi sosial maupun
diri yang tinggi dalam penelitian ini keadaan fisiologis dan emosional.
terdiri dari pasien mematuhi program
pengobatan selama enam sampai Hubungan antara Pengetahuan
sembilan bulan, menjaga kebersihan dengan Efikasi Diri
lingkungan, mematuhi PMO dengan Berdasarkan dari hasil
tidak lupa minum obat tepat waktu, analisis deskriptif kategori efikasi diri
bisa menyesuaikan diri dengan efek dan pengetahuan menunjukkan
samping OAT, minum obat benar bahwa rata-rata penderita TB Paru
dosis dan benar waktu, melakukan memiliki efikasi diri tinggi dengan
pemeriksaan dahak untuk pengetahuan yang cukup, hal ini
mengetahui perkembangan ditandai oleh penderita TB Paru
penyakit, melakukan istirahat yang memiliki keyakinan yang kuat
cukup, dan memeriksakan diri ke terhadap kemampuan dengan
pelayanan kesehatan jika ada mengerahkan segala usaha agar
keluhan yang memperberat dapat sembuh. Responden
penyakit. berkeinginan untuk sembuh dari
Hasil dalam penelitian ini penyakit TB Paru sehingga
sejalan dengan penelitian yang responden mematuhi program
dilakukan oleh Hendiani, Sakti & pengobatan selama enam bulan.
Widiyanti (2013), yang menunjukkan Responden tetap kontrol tepat waktu
bahwa rata-rata penderita TB bila obat habis, responden tetap
memiliki efikasi diri yang tinggi minum obat, walaupun sebagian
sebesar 56,8%. Hal ini disebabkan responden merasa efek samping
oleh responden ingin sembuh dari dari OAT yaitu gatal-gatal, pusing
penyakit TB sehingga mematuhi dan mual. Responden menyatakan
semua nasehat petugas kesehatan, tetap ingin meminum obat sampai
berbagai usaha dilakukan untuk dinyatakan benar-benar sembuh
sembuh, seperti meminum vitamin, oleh dokter. Berbagai usaha
dilakukan responden untuk bisa

Publikasi Ilmiah
Hubungan antara Pengetahuan dengan Efikasi Diri Penderita Tuberkulosis Paru di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta (Erni Herawati) 10

sembuh dari penyakit TB Paru, tentang penyakit TB meliputi cara


seperti memakan makan yang penularan, tanda dan gejala,
bergizi, menjaga kebersihan penatalaksanaan pengobatan,
lingkungan, dan istirahat yang pencegahan penularan dan mereka
cukup. Adapun lainnya dari hasil juga yakin untuk sembuh.
analisis menunjukkan bahwa ada 7
responden yang berpengetahuan Hasil penelitian ini sesuai
kurang tapi efikasi dirinya cukup, hal dengan hasil penelitian-penelitian
ini dikarenakan pasien tidak memiliki sebelumnya. Hasil penelitian
informasi yang cukup mengenai Prabandari (2014) membuktikan
penyakit TB paru sehingga pasien bahwa semakin baik pengetahuan
kurang paham tentang penyakit TB maka semakin baik motivasi
paru dan dari hal itu pasien memiliki seseorang melakukan pengobatan,
keyakinan yang cukup terhadap sedangkan penelitian lain yang
kesembuhan, dan 7 responden yang dilakukan oleh Novitasari (2015)
berpengetahuan kurang tapi efikasi menunjukkan terdapat hubungan
dirinya tinggi, hal ini dikarenakan yang signifikan antara pengetahuan
pasien selalu mendapat dukungan dengan kepatuhan menjalankan diit
dari keluarga untuk tetap kontrol jika pada penderita DM di Kelurahan
obat habis serta pasien juga sudah Gayam kecamatan Sukoharjo
merasakan tingkat kesehatan yang dimana dalam hal ini semakin baik
lebih membaik selama menjalani pengetahuan penderita DM tentang
pengobatan, kemudian ditemukan 2 penyakit DM maka semakin patuh
responden yang berpengetahuan dalam menjalankan diit DM.
baik dan efikasi dirinya cukup, hal ini
Hasil uji hipotesis penelitian
dikarenakan pasien mengalami efek
diperoleh nilai p = 0,001 < α = 0,05.
samping obat seperti pusing dan
hubungan antara pengetahuan
mual yang membuat aktivitas pasien
dengan efikasi diri penderita TB paru
terganggu.
di BBKPM Surakarta bermakna. Nilai
Hasil penelitian ini diketahui
korelasi Spearman 0,381
bahwa pengetahuan adalah salah
menunjukkan korelasi searah atau
satu faktor dari proses terbentuknya
positif dengan kekuatan korelasi
efikasi diri. Pengetahuan sebagai
rendah. Berdasarkan hasil analisis
dasar individu untuk menentukan
tersebut menunjukkan bahwa
sikap dan perilakunya. Pengetahuan
pengetahuan memberi sumbangan
sendiri dipengaruhi oleh pendidikan,
terhadap variabel efikasi diri pada
pekerjaan, umur, pengalaman, dan
penderita TB Paru di BBKPM
informasi. Pemberian informasi yang
Surakarta, sedangkan selain
mendalam oleh petugas kesehatan
pengetahuan ditentukan oleh faktor
tentang penyakit TB paru sangat
lain. Faktor lain yang mempengaruhi
penting dilakukan agar pengetahuan
efikasi diri adalah adanya
responden meningkat. Hasil
pengalaman keberhasilan individu,
penelitian tentang pengetahuan
pada penelitian ini pengalaman
responden di BBKPM Surakarta,
individu mengalami seperti kasus
rata-rata berpengetahuan cukup.
drop out, kasus kambuh, kasus
Kondisi tersebut diperkuat oleh
gagal pengobatan telah dieksklusi
beberapa fakta di lapangan.
guna meminimalisir variabel
Berdasarkan hasil wawancara
perancu. Pengalaman mengetahui
setelah penelitian dengan responden
orang lain yang berhasil pada
bahwa mereka cukup mengetahui
pengobatan TB dalam penelitian ini

Publikasi Ilmiah
Hubungan antara Pengetahuan dengan Efikasi Diri Penderita Tuberkulosis Paru di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta (Erni Herawati) 11

sebesar 57% sisanya tidak pada pengobatan TB paru serta


mengetahui, sedangkan tidak pernah mengetahui yang
pengalaman mengetahui orang lain tidak berhasil pada pengobatan
yang tidak berhasil pengobatan 13% TB paru.
sisanya tidak mengetahui, hal ini 2. Tingkat pengetahuan penderita
akan mempengaruhi keyakinan yang TB paru tentang penyakitnya di
dimiliki penderita TB paru, adapun BBKPM surakarta sebagian besar
pernyataan dari penderita bahwa berpengetahuan cukup.
mereka yakin untuk sembuh karena 3. Efikasi diri penderita TB paru di
mereka sudah sering mengetahui BBKPM Surakarta mayoritas
orang lain yang berhasil pada termasuk kategori efikasi diri
pengobatan. Selain itu kondisi fisik tinggi .
dan psikologis juga mempengaruhi 4. Ada hubungan yang signifikan
keyakinan yang dimiliki, seperti antara tingkat pengetahuan
kondisi fisik yang lebih baik yang dengan efikasi diri penderita TB
dirasakan setelah menjalani paru di BBKPM Surakarta.
pengobatan, serta keadaan emosi
dapat mempengaruhi penilaian Saran
seseorang terhadap keyakinan 1. Bagi pasien TB Paru
dirinya dan pada penelitian ini Sesuai hasil penelitian maka
responden yang cemas selama penderita TB paru diharapkan
pengobatan hanya 24% dan mereka mampu mempertahankan
menyatakan kalau cemasnya karena efikasi diri yang dimiliki yaitu
pengobatannya yang lama dan takut dengan cara selalu berusaha
nantinya tidak bisa sembuh. untuk mencapai kesembuhan.
2. Bagi Keluarga
Keterbatasan Penelitian Keluarga dapat memberikan
Pengumpulan data penelitian dukungan pada penderita TB
terbatas hanya menggunakan paru melalui pemberian
kuesioner, akan lebih baik lagi informasi tentang penyakitnya
dengan menambah metode atau dan membantu selama proses
media yang laindisertai dengan pengobatan sehingga dapat
observasi atau dukungan keluarga memotivasi penderita untuk
terhadap efikasi diri responden. melakukan pengobatan sampai
selesai yaitu 6-9 bulan.
SIMPULAN dan SARAN 3. Bagi Tenaga Kesehatan
Simpulan Petugas Kesehatan
1. Berdasarkan penelitian yang telah diharapkan dapat memberikan
dilakukan, dapat ditarik konseling TB kepada pasien
kesimpulan bahwa mayoritas maupun PMO dalam hal
Mayoritas responden penderita penularan, pencegahan dan
TB paru di BBKPM Surakarta pengobatan agar penderita dan
menunjukkan bahwa sebagian PMO mengetahui serta
besar responden adalah laki-laki, memahami penyakit TB paru.
berusia <55 tahun, berpendidikan persuasi sosial yang diberikan
SD, pekerjaan wiraswasta, lama oleh petugas kesehatan berupa
pengobatan TB 3-6 bulan, tidak konseling dapat meningkatkan
mendapat informasi tentang TB efikasi diri penderita dari segi
paru, tidak mengalami stress atau pemahaman dan pengetahuan
kecemasan selama pengobatan, denganmenggunakan bahasa
pernah mengetahui yang berhasil

Publikasi Ilmiah
Hubungan antara Pengetahuan dengan Efikasi Diri Penderita Tuberkulosis Paru di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta (Erni Herawati) 12

yang dapat dipahami oleh Tuberkulosis (TB). Jakarta.


pasien. Departemen Kesehatan RI
4. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat Departemen Kesehatan Republik
menambah ilmu pengetahuan Indonesia. (2009). Buku Saku
untuk peneliti lain serta dapat Kader Program
menjadi bahan referensi untuk Penanggulangan TB.
melakukan penelitian sejenis Jakarta.
karena pada dasarnya masih
terdapat faktor-faktor lain yang Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
berkaitan dengan efikasi diri Tengah. (2013). Buku Profil
penderita TB paru untuk Kesehatan Provinsi Jawa
mencapai kesembuhan, Tengah Tahun 2012. Dinas
misalnya sikap maupun Kesehatan Provinsi Jawa
dukungan keluarga. Tengah. Semarang.

Erawatyningsih, E. (2009). Faktor-


DAFTAR PUSTAKA Faktor yang Mempengaruhi
Ketidakpatuhan
Aditama, H. P.,& Aris, A. (2013).
PengobatanTB. Di peroleh
Hubungan Pengetahuan dan
dari
Motivasi Pasien TBC
http://www.google.com/urlFin
(Tuberkulosis) dengan
donesia.digitaljournals.org%
Kepatuhan Berobat Pasien
m=bv.71198958, d.dGc.2009
TBC yang Berobat di UPT
Tanggal 15 November 2015.
Puskesmas Mantup
Kabupaten Lamongan. Surya Hamidah, H. (2011). Pengaruh self
Vol.02, No.XV, Agust 2013 efficacy Terhadap
Kemampuan Komunikasi
Anugerah, D. (2007). Hubungan Matematik. Yogyakarta State
Tingkat Pengetahuan dan University.
Sikap Penderita TB Paru
dengan Kepatuhan Minum Helper Sahat P Manalu. (2010).
Obat di Wilayah Kerja Faktor-Faktor yang
Puskesmas Jatibarang Mempengaruhi Kejadian TB
Kecamatan Jatibarang Paru Dan Upaya
Kabupaten Penanggulangannya. Jurnal
Indramayu(Doctoral Ekologi Kesehatan Vol. 9 No.
dissertation, Diponegoro 4, Desember 2010 : 1340-
University). 1346
Badan Penelitian dan Hendiani, N., Sakti, H., & Widiyanti,
Pengembangan Kesehatan C. G. (2013).Hubungan
Departemen Kesehatan RI Antara Persepsi Dukungan
(2007). Riset Kesehatan Keluarga Sebagai Pengawas
Dasar 2007. Jakarta Minum Obat dan Efikasi Diri
Penderita Tuberkulosis di
Departemen Kesehatan Republik BKPM Semarang. Jurnal
Indonesia. (2007). Pedoman Psikologi Undip, 12(1), 1-10.
Penanggulangan

Publikasi Ilmiah
Hubungan antara Pengetahuan dengan Efikasi Diri Penderita Tuberkulosis Paru di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta (Erni Herawati) 13

Hiswani (2009). Tuberkulosis Diabetes Mielitus (DM) pada


merupakan Penyakit Infeksi Lanjut Usia (Lansia) di
yang menjadi Masalah Kelurahan Gayam Kec.
Kesehatan Masyarakat. Sukoharjo Jurnal
http://library.usu.ac.id/downlo Keperawatan
ad/from:hiswani6.pdf2009 Univ.Muhammadiyah
diperoleh 16 November 2015 Surakarta 2015.

Imron, M. (2010). Metodologi Rikha N P, M.Arie W, Dwi S. (2012).


Penelitian Bidang Hubungan Antara
Kesehatan.Sagung Seto: Karakteristik Individu, Praktik
Jakarta Hygiene dan Sanitasi
Lingkungan Dengan Kejadian
Kementrian Kesehatan Republik Tuberculosis Di Kecamatan
Indonesia. (2010). Pedoman Semarang Utara Tahun
nasional penanggulangan 2011. Jurnal Kesehatan
tuberkulosis. Jakarta. Masyarakat, Volume 1,
Masraroh, L. (2012).Efektivitas Nomor 2, Tahun 2012,
bimbingan kelompok Tehnik Halaman 435 – 445
Modeling untuk
Meningkatkan Self Efficacy Rukmini. (2011). Faktor-faktor yang
Akademik Siswa: Studi Berpengaruh Terhadap
Eksperimen Kuasi di Kelas X Kejadian TB Paru Dewasa di
Sekolah Menengah Atas Indonesia (Analisis Data
Laboratorium Unversitas Riset Kesehatan Dasar
Pendidikan Indonesia Tahun 2010). Buletin
Bandung(Doctoral Penelitian Sistem Kesehatan
Dissertation, Universitas – Vol. 14 No. 4 Oktober
Pendidikan Indonesia). 2011: 320-331

Naga, S. S. (2013). Buku Panduan Pertiwi R, Wuryanto MA, Sutiningsih


Lengkap Ilmu Penyakit D. Hubungan Antara
Dalam. Jogjakarta: Diva Karakteristik Individu, Praktik
Press. Hygiene dan Sanitasi
Lingkungan dengan Kejadian
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Tuberkulosis Di Kecamatan
Penelitian Kesehatan. Semarang Utara Tahun
Jakarta: Rineka Cipta 2011. Semarang: Jurnal
Kesehatan Masyarakat,
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu 2012.
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Prabandari, I. (2014). Hubungan
Rineka Cipta. tingkat pengetahuan dengan
motivasi untuk memeriksakan
Novel, S. S. (2011). Ensiklopedi diri pasien hipertensi pada
Penyakit Menular dan Infeksi. Lanjut Usia di Puskesmas
Jakarta : Familia. Kerjo Karanganyar. Jurnal
Keperawatan
Novitasari, R (2015). Hubungan Univ.Muhammadiyah
antara Pengetahuan dan Surakarta April 2014.
Sikap dengan Kepatuhan Diit

Publikasi Ilmiah
Hubungan antara Pengetahuan dengan Efikasi Diri Penderita Tuberkulosis Paru di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta (Erni Herawati) 14

Pusat data dan Informasi Kemenkes


RI. 2015.
TuberkulosisTemukan Obati * Erni Herawati : Mahasiswa S1
Sampai Sembuh. Pusadatin. Keperawatan UMS. Jln A.Yani
Jakarta. Tromol Pos 1 Kartasura

Puspitasari, P.(2014). Profil Pasien **Okti Sri Purwanti S.Kep., M.Kep.,


Tuberkulosis Paru di Ns., Sp.Kep.M.B. Dosen
Poliklinik Paru RSUP Prof. Keperawatan UMS Jln A.Yani
Dr. R.D Kandou Manado. Tromol Pos 1 Kartasura
Jurnal Fakultas Kedokteran ** Sahuri Teguh K S.Kep., Ns,
Univ. Sam Ratulangi Tahun M.Kep. Dosen Keperawatan UMS
2014 Manado. Jln A.Yani Tromol Pos 1 Kartasura
Wawan A dan Dewi M. (2010). Teori
dan Pengukuran
Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika

Widoyono. (2011). Penyakit Tropis


Epidemiologi, penularan,
pencegahan dan
pemberantasannya. Jakarta :
Erlangga.

World Health Organitations. 2010.


WHO Report 2010 Global
Tuberculosis Control. WHO
Library Catalouging In
Publication Data. ISBN 97 8
92 4 156406 9

Wu, S.F.V. (2007). Effectiveness of


self management for person
with type 2 diabetes following
the implementation of a self-
efficacy enhancing
intervention program in
taiwan Queensland:
Queensland University of
Tecnology (Thesis master,
Queensland University of
Tecnology) diperoleh dari
http://eprints.qut.edu.au/1638
5/1/1/Shu-
Fang_Wu_Thesis.pdf,
Tanggal 16 November 2015.

Publikasi Ilmiah

Anda mungkin juga menyukai