Anda di halaman 1dari 41

AKUNTANSI KEUANGAN II

AKTIVA TETAP

KELOMPOK : 7
Kelas : Ruang EII1

NAMA : NIM :
1. Ni Putu Meydiani Chintia Dewi 1607532009
2. Nyoman Ratna Candradewi 1607532010
3. Ni Wayan Shintya Dharmayatri 1607532021

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI NON REGULAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR BALI
2017
SAP 1
Aktiva Tetap
Akuisisi dan Disposisi Properti, Pabrik dan Peralatan

A. Pengertian Aktiva Tetap


Aktiva tetap merupakan salah satu komponen aktiva yang berperan penting dalam kegiatan
usaha perusahaan. Aktiva tetap biasanya menyangkut jumlah dana yang sangat besar dan untuk
beberapa perusahaan tertentu, jumlah aktiva tetap adalah yang terbesar dibandingkan jenis aktiva
lainnya.
Menurut Abdul Halim dan Bambang Supomo (2001: 154) aktiva tetap adalah : “Aktiva
tetap adalah kekayaan yang dimiliki dan digunakan untuk beroperasi dan memiliki masa manfaat
di masa yang akan datang lebih dari satu periode anggaran serta tidak dimaksudkan untuk dijual.”
Adapun definisi lain menurut PSAK. No. 16 (Revisi 2013) Tentang Aktiva Tetap adalah :
”Aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu,
yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan
normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.”
Dari definisi aktiva tetap di atas dinyatakan bahwa aktiva tetap tersebut mempunyai masa
manfaat lebih dari satu periode akuntansi, digunakan dalam bentuk operasi perusahaan, dan tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan. Aktiva tetap mempunyai usia yang
terbatas kecuali tanah, dan aktiva tetap bersifat non moneter dalam artian masa manfaatnya
diterima dari penggunaan atau penjualan jasa-jasa dan bukan dari pengubahannya menjadi
sejumlah uang tertentu.

Karakteristik Aktiva Tetap


Menurut Hartanto (2002:314) kriteria aktiva tetap, yaitu:
a) Dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan.
b) Mempunyai bentuk fisik.
c) Memberikan manfaat di masa yang akan datang
d) Dipakai atau digunakan secara aktif di dalam kegiatan normal perusahaan, atau dimiliki
tidak sebagai suatu investasi atau untuk dijual kembali
e) Mempunyai masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode akuntansi atau lebih
dari satu tahun).

Karakteristik yang membedakan aktiva tetap dan barang dagangan adalah bahwa aktiva tetap
dimiliki perusahaan untuk digunakan, sedang barang dagangan tidak untuk digunakan melainkan
untuk dijual.

Contoh :
Mesin tik pada sebuah toko peralatan kantor adalah barang dagangan, karena disini perusahaan
membeli peralatan kantor untuk dijual kembali sebagai barang dagangan. Akan tetapi jika
perusahaan memiliki mesin tik untuk digunakan dalam operasi perusahaan, maka mesin tik
tersebut digolongkan sebagai aktiva tetap.

Aktiva tetap juga berbeda dengan investasi jangka panjang. Investasi tidak digunakan
dalam operasi perusahaan yang utama.
Contoh :
Tanah yang dibeli perusahaan untuk keperluan ekpansi di masa yang akan datang ini digolongkan
sebagai investasi jangka panjang. Akan tetapi tanah yag dimiliki perusahaan sebagai tempat
operasi perusahaan adalah aktiva tetap.

Klasifikasi Aktiva Tetap


Menurut Smith & Skousen (1997 : 387) aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan
digolongkan kedalam dua kategori, yaitu:
a) Aktiva tetap yang berwujud (tangible fixed assets)
Merupakan harta berwujud yang bersifat jangka panjang dalam aktivitas operasi
perusahaan, didalamnya meliputi; tanah, bangunan, perabot, mesin-mesin, dan peralatan
lain yang digunakan untuk menghasilkan atau memudahkan penjualan barang dan jasa.
b) Aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed assets)
Tidak dapat dilihat secara langsung, didalamnya berbentuk persetujuan, kontrak, atau
paten, tetapi harta itu sendiri tidak memiliki eksistensi fisik. Harata tak berwujud termasuk
pos-pos seperti hak cipta, paten, goodwill, dan perjanjian monopoli.
B. Harga Perolehan Aktiva Tetap
Dalam menetapkan besarnya nilai perolehan aktiva tetap berlaku prinsip harga perolehan yang
menyatakan bahwa semua pengeluaran yang terjadi sehingga aktiva tersebut siap digunakan, karena
aktiva tetap itu bermacam-macam, maka Zaki Baridwan (1997 : 287) menguraikannya sebagai
berikut :
1. Tanah
Harga perolehan tanah terdiri dari berbagai elemen seperti harga beli, komisi pembelian, bea
balik nama, biaya penelitian tanah, iuran-iuran (pajak-pajak) selama tanah belum dipakai, biaya
perataan tanah, pajak-pajak yang jadi beban pembeli tanah pada waktu pembelian tanah. Biaya-
biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki keadaan tanah tetapi mempunyai umur yang
terbatas tidak dikapitalisasi dalam rekening tanah. Jika tanah dimiliki untuk tujuan investasi,
maka semua biaya yang timbul dalam hubungannya dengan tanah tersebut selama masa
pemilikan dikapitalisasi menambah harga perolehan.
2. Bangunan
Biaya yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan gedung adalah harga beli, biaya perbaikkan
sebelum gedung itu dipakai, komisi pembelian, bea balik nama, pajak-pajak yang menjadi
tanggungan pembeli pada waktu pembelian. Apabila gedung itu dibuat sendiri maka harga
perolehan gedung terdiri dari; biaya-biaya pembuatan gedung, biaya perencanaan, biaya
pengurusan izin bangunan, pajak-pajak selama masa pembangunan gedung, bunga selam
pembuatan gedung, asuransi selama masa pembangunan. Alat-alat perlengkapan gedung seperti
tangga berjalan, lift dan lain-lain dicatat tersendiri dalam rekening alat-alat gedung dan akan
didepresiasi selama umur alat-alat tersebut.
3. Mesin dan Alat-Alat
Yang merupakan harga perolehan mesin dan alat-alat adalah harga beli, pajak pajak yang
menjadi beban pembeli, biaya angkut, asuransi dalam perjalanan, biaya pemasangan, biaya-
biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin. Apabila mesin itu dibuat sendiri maka
harga perolehannya terdiri dari semua biaya yang dikeluarkan untuk membuat mesin. Mesin
yang disewa dari pihak lain, biaya sewanya tidak dikapitalisasi tetapi dibebankan sebagai biaya
pada periode terjadinya.
4. Kendaraan
Yang termasuk harga perolehan kendaraan adalah harga faktur, bea balik nama dan biaya
angkut. Pajak-pajak yang dibayar setiap periode seperti pajak kendaraan bermotor, jasa raharja,
dan lain-lain dibebankan sebagai biaya pada periode yang bersangkutan. Harga perolehan
kendaraan ini didepresiasi selama masa kegunaannya.

C. Cara-Cara Memperoleh Aktiva Tetap


Sesuai dengan prinsip akuntansi, aktiva tetap harus dicatat sesuai dengan harga
perolehannya. Harga perolehan meliputi semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan
aktiva tetap dan pengeluaran-pengeluaran lain agar aktiva siap untuk digunakan (Haryono Jusup,
2005; 155). Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, di mana masing-masing perolehan
akan mempengaruhi penentuan harga perolehan.
Menurut Zaki Baridwan(2004:278) untuk memperoleh suatu aktiva tetap dapat diperoleh
dengan cara:
1. Pembelian Tunai
Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dengan jumlah sebesar
uang yang dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap
termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan agar aktiva tetap tersebut siap untuk
dipakai, seperti biaya angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya
pemasanagan dan biaya percobaan. Semua biaya-biaya di atas dikapitalisasi sebagai harga
perolehan aktiva tetap. Apabila dalam pembelian aktiva tetap ada potongan tunai, maka potongan
tunai tersebut merupakan pengurangan terhadap harga faktur, tidak memandang apakah potongan
itu didapat atau tidak.

Contoh :
Sebuah computer merk Dell dibeli dengan harga Rp. 7.500.000 dengan potongan tunai 10 % biaya
yang dikeluarkan untuk install komputer dan pemasangan hingga siap digunakan sebesar Rp.
250.000, maka harga perolehan komputer tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Harga beli : 7.500.000
Potongan tunai 10 % : 750.000 –
6.750.000
Biaya install dan pasang : 250.000 +
Harga Perolehan : 7.000.000

 Jurnal untuk mencatat perolehan aktiva tetap adalah


Komputer 7.000.000
Kas 7.000.000

2. Pembelian secara Lumpsum atau Gabungan


Apabila dalam suatu pembelian diperoleh lebih dari satu macam aktiva tetap maka harga
perolehan harus dialokasikan pada masing-masing aktiva tetap. Menurut PSAK No. 16, harga
perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan
harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang bersangkutan.
Misalnya dalam pembelian gedung beserta tanahnya maka harga perolehan dialokasikan
untuk gedung dan tanah. Dasar alokasi yang digunakan sedapat mungkin dilakukan dengan harga
pasar relatif masing-masing aktiva, yaitu dalam hal pembelian tanah dan gedung, dicari harga pasar
tanah dan harga pasar gedung, masing-masing harga pasar ini dibandingkan dan menjadi dasar
alokasi harga perolehan. Apabila harga pasar masing-masing aktiva tidak diketahui, alokasi harga
perolehan dapat dilakukan dengan menggunakan dasar surat bukti pembayaran pajak (misalnya
pajak bumi dan bangunan). Jika tidak ada dasar yang dapat digunakan untuk alokasi harga
perolehan maka alokasinya didasarkan pada putusan pimpinan perusahaan.
Pembelian dalam satu paket (gabungan) sering disebut sebagai pembelian secara lump-
sum. Harga paket (borongan) didasarkan pada harga perolehan masing-masing aktiva tetap yang
ditentukan dengan harga pasar .
Contoh :
PT LISA pada tanggal 1 Januari 2010 membeli tanah, gedung dan peralatan dengan harga
total Rp 100.000.000,- dan harga pasar masing- masing sebesar Rp 45.000.000,- untuk tanah, Rp
75.000.000,- untuk gedungnya dan Rp 30.000.000,- untuk peralatan. Hitunglah alokasi harga
perolehan masing-masing aktiva tersebut dan buatlah jurnalnya.
Golongan Harga Pasar % dari HP & Perhitungan Alokasi
Tanah 45.000.000 30 % x 100.000.000 30.000.000
Gedung 75.000.000 50 % x 100.000.000 50.000.000
Peralatan 30.000.000 20 % x 100.000.000 20.000.000
150.000.000 100 % 100.000.000

 Jurnal untuk mencatat pembelian aktiva tetap secara gabungan


Tanah, gedung & peralatan 100.000.000
Kas 100.000.000
 Jurnal untuk mencatat alokasi harga perolehan masing-masing aktiva
Tanah 30.000.000
Gedung 50.000.000
Peralatan 20.000.000
Tanah, gedung & peralatan 100.000.000

3. Pembelian Angsuran
Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan
aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik jelas-jelas dinyatakan
maupun yang tidak dinyatakan sendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan
sebagai biaya bunga.
Contoh :
Dibeli sebuah mesin dengan 60 kali angsuran bulanan @ Rp 500.000. Harga tunai mesin tersebut
Rp 24.000.000.
 Jurnalnya :
Mesin Rp 24.000.000,-
Bunga yang ditangguhkan Rp 6.000.000,-
Utang angsuran Rp 30.000.000,-

Penjelasan:
Aktiva yang dibeli secara kredit/angsuran jangka panjang, harus dicatat sebesar harga tunainya.
Selisih antara harga tunai dengan jumlah seluruh angsuran diperlukan sebagai bunga, dan
dialokasikan secara proporsional sebagai beban bunga periode-periode selama masa kontrak
pembelian.
 Untuk mencatat setiap angsuran dijurnal sebagai berikut:
Utang angsuran Rp 500.000,-
Beban bunga Rp 100.000,-
Bunga yang ditangguhkan Rp 100.000,-
Kas Rp 500.000,-

4. Ditukar dengan Aktiva Tetap yang Lain


Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara tukar menukar, dimana aktiva lama
digunakan untuk membayar harga aktiva baru, baik seluruhnya atau sebagian dimana
kekurangannya dibayar tunai. Dalam keadaan seperti ini, prinsip harga perolehan tetap harus
digunakan, yaitu aktiva baru dikapitalisasikan dengan jumlah sebesar harga pasar aktiva lama
ditambah uang yang dibayarkan (kalau ada) atau dikapitalisasikan sebesar harga pasar aktiva baru
yang diterima. Dalam hal pertukaran ini akan dipisahkan menjadi dua, yaitu:
 Pertukaran Aktiva yang Tidak Sejenis
Yang dimaksudkan dengan pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis adalah pertukaran
aktiva tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama seperti pertukaran tanah dengan mesin-
mesin, tanah dan gedung dan lain-lain. Penentuan harga perolehan dalam pertukaran
seperti ini harus didasarkan pada harga pasar aktiva tetap yang diserahkan ditambah
uang yang dibayarkan. Bila harga pasar aktiva yang diserahkan tidak dapat diketahui,
maka harga perolehan aktiva baru didasarkan pada harga pasar aktiva baru.
 Pertukaran Aktiva Tetap yang Sejenis
Yang dimaksud dengan pertukara aktiva tetap yang sejenis adalah pertukaran aktiva tetap
yang sifatnya dan fungsinya sama seperti pertukaran mesin produk merk A dengan merk
B, atau Truk merk A dengan merk B, dan seterusnya.

5. Diperoleh dari Hadiah atau Donasi


Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi, pencatatannya bisa dilakukan
menyimpang dari prinsip harga perolehannya. Untuk menerima hadiah, mungkin dikeluarkan
biaya-biaya, tetapi biaya-biaya tersebut jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diterima.
Apabila aktiva dicatat sebesar yang sudah dikeluarkan, maka hal ini akan menyebabkan jumlah
aktiva dan modal terlalu kecil, juga beban depresiasi menjadi terlalu kecil. Untuk mengatasi
keadaan seperti ini maka aktiva yang diterima sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya.

6. Aktiva yang Dibuat Sendiri


Mungkin membuat sendiri aktiva tetap yang diperlukan seperti gedung, alat-alat dan
perabot. Pembuatan aktiva tetap ini biasanya dengan tujuan untuk mengisi kapasitas. Dalam
pembuatan aktiva, semua biaya yang dapat dibebankan langsung seperti bahan, upah langsung
dan factory overhead langsung tidak menimbulkan masalah dalam menentukan harga pokok
aktiva yang dibuat.

D. Akuisisi dan Disposisi Properti, Pabrik, dan Peralatan


Sebagian banyak perusahaan menggunakan biaya historis sebagai dasar untuk menilai
properti, pabrik, dan peralatan. Biaya historis (historical cost) diukur oleh kas atau harga ekuivalen
kas untuk memperoleh aktiva dan membawanya ke lokasi serta kondisi yang diperlukan untuk
tujuan penggunaannya. Yang biasanya termasuk dalam biaya aktiva adalah harga beli, ongkos
angkut, pajak penjualan, dan biaya instalasi aktiva produktif. Selain biaya tersebut juga sering
ditambahkan setiap biaya terkait yang muncul setelah akuisisi aktiva seperti penambahan,
perbaikan atau penggantian, jika hal itu memberikan jasa potensial di masa depan. Jika tidak, maka
biaya-biaya tersebut dianggap sebagai beban.
Alasan utama digunakannya biaya historis dalam perhitungan akuisisi aktiva tetap adalah:
1) Pada tanggal akuisisi, biaya merefleksikan nilai wajar.
2) Biaya historis melibatkan biaya aktual, bukan transaksi hipotetis sehingga merupakan hal
yang paling dapat diandalkan.
3) Keuntungan serta kerugian sebaiknya tidak diantisipasi tetapi harus diakui ketika aktiva
dijual.

Biaya Tanah, Bangunan, dan Peralatan


Semua pengeluaran akusisi tanah dianggap sebagai biaya tanah. Biaya tanah mencakup
harga beli, biaya pengakuan tanah di kantor administrasi, biaya-biaya lain yang dikeluarkan dalam
persiapan penggunaan tanah agar siap digunakan, dan pengeluaran yang berkaitan dengan
perbaikan dan pengembangan kondisi fisik tanah yang memiliki umur tidak terbatas. Secara
umum, tanah adalah bagian dari properti, pabrik, dan peralatan. Namun apabila bersifat spekulatif,
maka ketiganya dianggap sebagai investasi. Dan apabila tanah tersebut diperdagangkan oleh
sebuah entitas, maka tanah tersebut dapat dikategorikan sebagai persediaan.
Sementara itu, biaya bangunan termasuk kepada seluruh biaya, baik yang berhubungan
dengan akuisisi atau pembangunannya. Biaya-biaya tersebut adalah biaya bahan, tenaga kerja
yang membangun overhead cost yang keluar selama proses pengerjaan konstruksi, dan yang
terpenting adalah periizinan mengenai pendirian bangunan tersebut.
Peralatan meliputi peralatan kantor, perkakas, mesin, dan termasuk didalamnya adalah
perlengkapan administratif lainnya. Biaya peralatan terdiri dari harga perolehan, biaya angkut,
asuransi, biaya instalasi, dan pengecekan sebelum peralatan siap digunakan.

Biaya Aktiva yang Dibuat Sendiri


Dalam beberapa kasus, beberapa perusahaan membuat aktiva tetapnya sendiri. Sehingga
dalam hal pengalokasian biaya tersebut tidak melibatkan biaya beli atau perolehan aktiva tersebut.
Bahan dan tenaga kerja langsung digunakan dalan konstruksi tidak akan menimbulkan masalah,
karena perusahaan dapat langsung mengendalikan biaya pembuatan aktiva tersebut. Namun, untuk
biaya overhead yang bervariasi, perusahaan menggunakan 2 metode, yaitu dengan tidak
membebankan overhead ke biaya pembuatan dan dengan pembebanan sebagian dari total overhead
pada proses pembuatan.

Biaya Bunga selama Konstruksi


Di dalam akuntansi, perlakuan bunga terhadap biaya properti, pabrik dan pealatan terdapat
tiga pendekatan, yaitu:
a. Tidak mengkapitalisasi beban bunga sebagai biaya konstruksi, melainkan sebagai biaya
administratif.
b. Membebankan ke konstruksi atas semua biaya yang digunakan, baik yang dapat
diidentifikasikan maupun yang tidak, sehingga sebuah aktiva harus dibebankan semua
pembiayaan agar aktiva tersebut siap digunakan.
c. Hanya mengkapitalisasi biaya bunga yang terjadi selama proses konstruksi berlangsung,
sehingga pendekatan ini hanya mengkapitalisasi biaya bunga yang muncul melalui
pembiayaan dengan hutang.

Untuk menerapkan pendekatan ini, ada tiga item yang perlu diperhatikan :
1. Aktiva yang memenuhi kualifikasi. Untuk memenuhi kualifikasi sebagai kapitalisasi
bunga, aktiva harus memiliki periiode waktu untuk menyiapkannya agar dapat digunakan.
2. Periode kapitalisasi merupakan periode waktu dimana bungaharus dikapitalisasi yang
dimulai apabila ketiga kondisi berikut terjadi seperti pengeluaran untuk aktiva telah
dilakukan, aktiva yang diperlukan untuk mempersiapkan aktiva agar digunakan sedang
berjalab, dan biaya bunga telah terjadi. Kapitalisasi bunga akn terus berlangsung selama
ketiga kondisi tersebut ada.
3. Jumlah yang harus dikapitalisasi merupakan jumlah bunga yang akan dikapitalisasi
dibbatasi hingga biaya bunga actual terendah yang terjadi selama periode berjalan atau
bunga yang dapat dihindarkan. Bunga yang dapat dihindarkan merupakan jumlah biaya
buunga yang selama periode berjalan secra teoritis dapat dihindari jika pengeluaran untuk
membeli aktiva tidak dilakukan. Bunga yang dapat dihindari dapat diterapkan dengan
menentukan jumlah bunga potensial yang dapat dikapitalisasi selama periode akuntansi
dengan mengalikan suku bunga dengan akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang dari
aktiva yang memnuhi kualifikasi selama periode berjalan.

Penilaian
Seperti aktiva lainnya, perusahaan sebaiknya mencatat properti, pabrik, dan bangunan pada
nilai pasar wajar yang diberikan pada saat akuisisi atau nilai wajar aktiva yang diterima,
bergantung pada mana yang memiliki bukti lebih jelas.
1) Diskon Tunai
Terdapat dua sudut pandang dalam hal ini. Menurut pendekatan pertama, diskon-
baik diambil atau tidak –dianggap sebagai pengurang biaya aktiva. Alasannya adalah
bahwa biaya riil dari aktiva merupakan kas atau harga ekuivalenkas aktiva. Disamping itu,
beberapa pihak berpendapat bahwa syarat diskon tunai ini sangat menarik sehingga
kegagalan untuk mengambilnya menunjukan kesalahan manajemen atau inefisiensi.
Pendukung pendekatan lainnya berpendapat bahwa diskon tunai tidak selalu harus
dianggap sebagai kerugian karena syaratnya mungkin tidak menguntungkan atau tidak
mungkin tidak bijaksana bagi perusahaan untuk mengambil diskon itu.
2) Kontrak Pembayaran yang Ditangguhkan
Aktiva tetap sering kali dibeli atas dasar kontrak kredit jangka panjang dengan
menggunakan wesel, hipotik, obligasi, atau kewajiban peralatan. Agar merefleksikan
biaya secara tepat, aktiva yang dibeli dengan kontrak kredit jangka panjang harus
diperhitungkan pada nilai sekarang dari pertimbangan yang dipertukarkan antara pihak-
pihak yang melakukan kontrak pada tanggal transaksi.
Jika tidak ada suku bunga yang ditetapkan, maka suku bunga yang tepat harus
diperkirakan. Tujuannya adalah untuk mendekati suku bunga yang akan dinegosiasikan
antara pembeli dan penjual pada transaksi peminjaman sejenis. Factor-faktor yang harus
dipertimbangkan perusahaan dalam memperkirakan suku bangsa adalah peringkat kredit
peminjam, jumlah dan tanggal jatuh tempo wesel, serta suku bunga yang berlaku sekarang.
3) Pembelian lump sum
Permasalahan khusus dalam penentuan harga aktiva tetap muncul ketika
perusahaan membeli sekelompok aktiva tetap pada harga lump sum tunggal. Apabila
situasi semacam ini terjadi, perusahaan mengalokasikan total biaya diantara berbagai
aktiva berdasarkan nilai pasar wajar relatifnya. Asumsinya adalah bahwa biaya-biaya ini
akan bervariasi dalam proporsi langsung terhadap nilai wajar. Prinsip yang sama juga
diaplikasian untuk mengalokasikan biaya lump sum di antara pos-pos persediaan yang
berbeda.
4) Penerbitan Saham
Apabila properti di peroleh perusahaan melalui penerbitan sekuritas seperti saham
biasa, maka biaya property itu tidak dapat diukur secara tepat dengan nilai pari atau nilai
ditetapkan saham tersebut.Jika saham itu sedang diperdangangkan secara aktif, maka nilai
pasar saham yang diterbitkan merupakan indikasi yang wajar atas biaya property yang
diperoleh. Saham merupakan ukuran yang baik atas harga ekuivalen kas berjalan.
5) Pertukaran Aktiva Non Moneter
Akuntansi yang biasa untuk pertukaran aktiva nonmoneter harus didasarkan atas
nilai wajar aktiva yang diberikan atau nilai wajar aktiva yang diterima, mana yang
memiliki bukti lebih jelas. Jadi, semua keuntungan atau kerugian dari pertukaran harus
diakui.
6) Akuntansi untuk Kontribusi
Perusahaan kadang-kadang dapat menjadi penerima atau pembeli kontribusi
(donasi atau hadiah). Kontribusi semacam itu disebut sebagai transfer tanpa timbal balik
karena mereka menstransfer aktiva pada satu arah. Kontribusi ini selain dapat berubah
berbagai jenis aktiva (seperti kas, sekuritas, tanah, bangunan, atau penggunaan fasilitas),
tetapi juga dapat berupa penghapusan hutang.
7) Metode Penilaian Aktiva Lainnya
Pengecualian dari prinsip biaya historis untuk akuisisi aktiva tetap melalui donasi
adalah didasarkan atas nilai wajar. Pengecualian lainnya adalah konsep biaya
penghematan. Konsep ini menyatakan bahwa jika karena beberapa alasan perusahaan
mengabaikan harga tertentu dan pada awalnya membayar terlalu banyak untuk suatu
aktiva, maka secra teoritis membebankan suatu kerugian.

E. Biaya-Biaya Setelah Akuisisi Aktiva Tetap


Secara umum, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat masa depan yang lebih
besar harus dikapitalisasi, sementara pengeluaran yang hanya ditujukan untuk mempertahankan
tingkat pelayanan tertentu harus dianggap sebagai beban. Agar biaya-biaya ini dapat dikapitalisasi,
tiga kondisi berikut harus dipenuhi :
1. Umur manfaat aktiva harus meningkat.
2. Kuantitas unit yang diproduksi oleh aktiva harus meningkat.
3. Kualitas unit yang diproduksi harus ditingkatkan.
Jenis-jenis pengeluaran utama :
1. Penambahan
Penambahan pada umumnya tidak menimbulkan masalah akuntansi yang besar.
Menurut definisi setiap penambahan pada aktiva tetap akan dikapitalisasikan karena aktiva
baru telah diciptakan. Sebagai contoh, penambahan suatu bangunan pada rumah sakit, atau
penambahan sistem pendingin pada sebuah kantor, akan meningkatkan potensi pelayanan
dari fasilitas tersebut. Pengeluaran semacam itu harus dikapitalisasi dan ditandingkan
dengan pendapatan yang akan dihasilkan di periode masa depan.
2. Perbaikan dan Penggantian
Perusahaan mengganti aktiva ke aktiva lainnya melelui perbaikan dan pergantian.
Untuk mengetahui apakah aktiva yang baru itu meningkatkan potensi atau hanya
meningkatkan pelayanan saja maka kita bisa melihat melalui pendekatan.
a) Menggunakan pendekatan substitusi
Pendekatan substitusi merupakan prosedur yang benar jika jumlah tercatat dari
aktiva lama tersedia. Jika nilai tercatat lama tidak diketahui cukup dengan
menghapus biaya aktiva lama dengan aktiva baru.
b) Mengapitalisasi biaya baru
Mengkapitulasi perbaiakn dan mencatat jumlah aktiva lama ke dalam buku.
c) Membebankan ke akumulasi penyusutan
Sewaktu-waktu kuntitas atau kualitas aktiva itu tidak bisa ditingkatkan tetapi dapat
diperpanjang usianya dalm hal ini perusahaan dapat mendebet pengeluaran ke
akumulasi penyusustan dan bukan keakun aktiva.
3. Penyusanan Kembali dan Pemasangan kembali
Biaya penyusunan kembali dan pemasangan kembali merupakan pengeluaran yang
ditujukan untuk memberikan manfaat diperiode masa depan.
4. Reparasi
a) Reparasi biasa
Adalah pengeluaran biaya untuk mempertahankan aktiva tetap agar aktiva tetap
dalam kondisi siap operasi
b) Reparasi besar
Jika terjadi reparasi besar maka beberapa periode akan menerima manfaat dan
biaya itu harus diperlukan sebagai penambahan perbaikan atau penggantian

F. Disposisi Aktiva Tetap


Sebuah perusahaan mungkin dapat menarik aktiva tetap atau melepas sebagai penjualan,
pertukaran,konvensi terpaksa atau pembuangan. Tanpa memperhatikan waktu pelepasan,
penyusutan harus dihitung hingga tanggal dispoisisi. Kemudian semua akun yang berhubungan
dengan aktiva yang ditarik itu harus dihilangkan. Umumnya nilai buku aktiva tetap tertentu tidak
sama dengan nilai pelepasannya. Akibatnya timbul keuntungan atau kerugian. Penyebabnya adalah
penyusutan merupakan estimasi atas alokasi biaya bukan proses penilaian keuntungan atau
kerugian merupakan koreksi laba bersih untuk tahun-tahun selama aktiva tetap digunakan.
1. Penjualan Aktiva Tetap
Penyusutan harus dicatat selama periode waktu antara tanggal ayat jurnal
penyusutan terakhir dibuat dan tanggal penjualan. Dalam hal ini akan terjadi penjurnalan
sebagai berikut :
Beban Penyusutan XXX
Akumulasai penyusutan XXX

Ayat jurnal untuk penjualan aktiva :


Kas XXX
Akumulasi penyusutan XXX
Mesin XXX
Keuntungan atas pelepasan XXX

2. Konversi Terpaksa
Kadang-kadang pelayanan suatu aktiva berakhir karena konversi terpaksa dengan
jenis seperti kebakaran, kebanjiran, pencurian atau pembebasan. Selisih yang dipulihkan
dan nilai buku aktiva tersebut jika ada dilaporkan sebagai keuntungan atau kerugian.
Keuntungan atau kerugian akan diperlakukan dengan cara yang tidak berbeda dengan jenis
dispoisisi lainnya. Dalam beberapa kasus, keuntungan atau kerugian sering kali dilaporkan
dalam bagian pos luarbiasa pada laporan laba-rugi.
3. Masalah Lainnya
Jika suatu aktiva dibuang tanpa ada pemulihan kas, maka kerugian harus diakui
dalam jumlah yang sama dengan nilai buku aktiva. Jika terdapat nilai sisa maka
keuntungan atau kerugian yang terjadi merupakan selisish antara nilai sisa dan nilai
bukunya.jika aktiva masih dapat digunakan namun telah disusutkan secara penuh maka
aktiva tersebut dapat dicatat dalam pembukuan pada biaya historis dikurangi penyusutan.
SAP 2

Penyusutan, Penurunan, dan Deplesi Aktiva Tetap

1. PENGERTIAN DEPRESIASI, AMORTISASI, DAN DEPLESI


Dalam Sebuah Ilmu Akuntansi mengenal adanya suatu penyusutan atau penurunan nilai
sebuah aktiva yang memiliki umur lebih lama. Aset tetap adalah aset berujud yang digunakan
dalam operasi perusahaan dan tidak digunakan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan.

Karakteristik ASET TETAP sebagai berikut:


1. Dimiliki perusahaan untuk digunakan (bukan barang dagangan)
2. Dimiliki untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang utama (bukan investasi jangka
panjang)
3. Dimiliki untuk digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu siklus operasi perusahaan (bukan
perlengkapan)
4. Memiliki nilai yang relatif tinggi

Klasifikasi ASET TETAP


Pada umumnya aset tetap dibagi dalam empat kelompok, yaitu:
1. Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung perusahaan.
2. Perbaikan Tanah, seperti jalan diseputar lokasi perusahaan yang dibangun perusahaan, tempat
parkir, pagar, dan saluran air bawah tanah.
3. Gedung, seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik, dan gudang.
4. Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan, dan meubel.

Jenis-jenis penyusutan :
1. Depresiasi adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama
umur manfaatnya. Penerapan depresiasi akan memengaruhi laporan keuangan, termasu
penghasilan kena pajak suatu perusahaan.
2. Amortisasi adalah pengurangan nilai aktiva tidak berwujud, seperti merek dagang, hak cipta,
dan lain lain, secara bertahap dalam jangka waktu tertentu pada setiap periode akuntansi.
3. Deplesi adalah kata lain penyusutan yang terjadi pada sesuatu benda yang bersifat alami dan
tidak dapat diperbaharui. Deplesi merupakan salah satu istilah ekonomi geografi yang
digunakandalam dunia pertambangan untuk menyatakan penyusutan pada sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui, seperti misalnya bijih besi, hasil tambang, kayu hutan dsbnya.

Dalam ilmu akuntansi yang merupakan bagian ilmu yang paling banyak menggunakan
istilah deplesi, deplesi diartikan sebagai alokasi biaya yang diperolehan sumber-sumber alam ke
periode-periode yang menerima manfaat dari sumber itu. Biaya deplesi dihitung dengan metode
satuan produksi yang berarti bahwa biaya deplesi merupakan fungsi jumlah satuan yang
dieksploitasi selama satu periode. Dalam ini hal yang di eksploitasi adala sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui. Karena pengelolaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
berhubungan erat dengan sektor pertambangan, maka bisa dikatakan bahwa kata deplesi selalunya
pasti merujuk pada perhitungan akuntansi pertambangan yang beerkaitan dengan hasil residu,
tafsiran perolehan, dll.

Dapat disimpulkan bahwa depresiasi adalah penyusutan aktiva tetap seperti:


tanah,kendaraan,mesin,dan bangunan. Sedangkan amortisasi adalah penyusutan aktiva tidak
berwujud seperti: hak paten,hak cipta,goodwill, dan merk dagang. Dan deplesi adalah penyusutan
untuk Sumber Daya Alam seperti: barang hasil tambang,kayu hutan, dan lain sebagainya

2. METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP


Nilai aktiva tetap akan menjadi berkurang karena adanya pemakaian aktiva tetap tersebut
sehingga dalam akuntansi di kenal dengan penyusutan aktiva tetap. Penyusutan atau depresiasi
adalah pengalokasian harga perolehan dari aktiva tetap karena adanya penurunan nilai aktiva
tersebut. Untuk mengetahui besarnya penyusutan atau depresiasi dari suatu aktiva tetap dikenal
beberapa metode antara lain metode garis lurus,metode jumlah angka tahun, metode menurun
berganda, metode satuan jam kerja, dan metode satuan hasil produksi.
Agar lebih memahami metode penyusutan aktiva tetap tersebut terlebih dahulu perlu diketahui
istilah-istilah penting berikut ini :
a. Harga perolehan adalah harga barang tambah biaya biaya yang menyertainya
b. Harga buku aktiva tetap adalah harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan aktiva
tetap.
c. Nilai residu adalah perkiraan nilai aktiva tetap setelah digunakan sesuai dengan umur
ekonomis
d. Umur ekonomis adalah perkiraan usia barang atau batas waktu penggunaan barang

jenis jenis metode penyusutan aktiva tetap :


1. Metode Penyusutan Aktiva Tetap Garis Lurus
Metode garis lurus atau disebut juga straight line method adalah suatu metode penyusutan
aktiva tetap dimana beban penyusutan aktiva tetap per tahunnya sama hingga akhir umur
ekonomis aktiva tetap tersebut.
Rumus penyusutan aktiva tetap metode garis lurus
Penyusutan = harga perolehan-nilai residu
Umur ekonomis
Atau dengan cara berikut ini :
a. Mencari tarif penyusutan tiap tahun
Tarif penyusutan = 100% : umur ekonomis
b. Mencari beban penyusutan
Beban penyusutan = tarif penyusutan x ( harga perolehan- nilai residu)
c. Mencari nilai buku aktiva tetap
Harga buku aktiva tetap = harga perolehan – akumulasi penyusutan

2. Metode Penyusutan Aktiva Tetap menurun ganda


Metode menurun berganda disebut juga metode double declining balance method
menurut metode ini maka aktiva tetap ditentukan berdasarkan presentase tertentu yang di
hitung dari harga buku pada tahun yang bersangkutan. Presentase penyusutan dapat dicari
atau dihitung dengan mengalikan presentase penyusutan dengan metode garis lurus dengan
angka 2. Dengan ungkapan lain presentase penyusutan besarnya 2x presentase atau tariff
penyusutan metode garis lurus.

Rumusan Penyusutan Aktiva Tetap Metode Menurun ganda


Penyusutan = (2 x (100% : umur ekonomis ) x harga bukti aktiva tetap.

3. Metode Penyusutan Aktiva tetap Jumlah Angka Tahun


Metode Jumlah Angka Tahun disebut juga sun of the years digit method,
Berdasarka metode jumlah angka tahun besarnya penyusutan aktiva tetap tiap tahun
jumlahnya semakin menurun.
Rumusan metode penyusutan aktiva tetap metode jumlah angka tahun
Penyusutan = sisa umur penggunaan x ( harga perolehan nilai residu)
Jumlah angka tahun
Keterangan :
Sisa umur penggunaan = misalnya umur konomis 5 tahun, maka pada tahun pertama umur
penggunaan jumlahnya 5, tahun kedua 4 dan seterusnya
Jumlah angka tahun = misalnya umur ekonomis 5 tahun maka, jumlah angka tahun dihitung
1+2+3+4+5 = 15
Harga buku aktiva tetap = harga perolehan – nilai residu

4. Metode Aktiva Penyusutan Aktiva tetap Satuan Kerja


Metode satuan jam kerja atau disebut juga service hours method, menurut metode
ini beban penyusutan aktiva tetap di tetapkan berdasarkan jam kerja yang dapat dicapai
dalam periode yang bersangkutan.
Rumus penyusutan aktiva tetap satuan jam kerja
Beban penyusutan per tahun = jam kerja yang dicapai x tarif penyusutan tiap jam
Tariff penyusutan per jam = harga perolehan – nilai residu
Jumlah total jam kerja penggunaan aktiva tetap
5. Metode Penyusutan Aktiva Tetap Satuan hasil produksi
Metode satuan hasil produksi atau disebut dengan productive output method,
Menurut metode ini beban penyusutan aktiva tetap di tetapkan berdasarkan jumlah satuan
produk yang dihasilkan dalan periode yang bersangkutan.
Rumus penyusutan aktiva tetap metode satuan hasil produksi
Beban penyusutan per tahun = jumlah satuan produk yang dihasilkan x tarif penyusutan
per produk
Tarif penyusutan per produk = harga perolehan- nilai residu
Jumlah total produk yang diasilkan

3. PENURUNAN NILAI AKTIVA TETAP


Suatu aset mengalami penurunan nilai jika jumlah tercatatnya melebihi jumlah terpulihkan
Pada setiap akhir periode pelaporan, suatu entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu aset
mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, entitas mengestimasi jumlah
terpulihkan aset tersebut.
Terlepas apakah terdapat indikasi penurunan nilai, entitas juga harus:
a) menguji penurunan nilai aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas atau
aset tidak berwujud yang belum dapat digunakan, secara tahunan, dengan membandingkan nilai
tercatatnya dengan jumlah terpulihkannya. Pengujian penurunan nilai ini dapat dilakukan kapan
saja dalam suatu periode tahunan asalkan dilakukan pada saat yang sama setiap tahunnya. Aset
tidak berwujud yang berbeda dapat diuji penurunan nilainya pada waktu yang berbeda. Namun
untuk aset tidak berwujud yang baru diakui dalam periode tahunan berjalan, aset tidak berwujud
tersebut diuji penurunan nilainya sebelum periode tahunan berjalan berakhir.
(b) menguji penurunan nilai goodwill yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis secara
tahunan sesuai dengan paragraf 80-94 (PSAK No. 48)

Identifikasi Indikasi Penurunan Nilai


Informasi minimum yang harus dipertimbangkan:
informasi eksternal:
1. perubahan signifikan nilai pasar
2. perubahan signifikan teknologi, pasar, ekonomi, dan lingkup hukum
3. perubahan suku bunga
4. jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasar nya

informasi intarnel :
1. bukti keusangan atau kerusakan fisik aset
2. perubahan signifikan atas perubahan, penghentian, dan masa manfaat aset
3. bukti internal mengindikasikan bahwa kinerja aset lebih buruk dari yang diharapkan

Pengukuran Jumlah Terpulihkan


Jumlah terpulihkan suatu aset atau unit penghasil kas adalah jumlah yang lebih tinggi
antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakainya.
Jumlah terpulihkan ditentukan untuk suatu aset individual, kecuali aset tersebut tidak
menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen dari aset-aset atau kelompok aset
lain

Pengukuran Jumlah Terpulihkan Aset Tidak Berwujud Dengan Masa Manfaat yang Tidak
Terbatas
Penghitungan rinci terkini atas jumlah terpulihkan aset yang dilakukan periode terdahulu
dapat digunakan dalam menguji penurunan nilai untuk aset tersebut pada periode berjalan,
sepanjang semua kriteria berikut dipenuhi:
(a) jika aset tidak berwujud tidak menghasilkan arus kas masuk dari penggunaan secara berkelanjutan
yang sebagian besar independen dari arus kas masuk dari aset-aset atau kelompok aset lain dan
karenanya diuji penurunan nilainya sebagai bagian dari unit penghasil kas yang mencakup aset
tidak berwujud tersebut, aset dan laibilitas yang membentuk unit tersebut tidak berubah secara
signifi kan sejak penghitungan terkini jumlah terpulihkan;
(b) penghitungan terkini jumlah terpulihkan menghasilkan suatu jumlah yang melebihi jumlah tercatat
aset dengan marjin yang substansial; dan
(c) berdasarkan analisis peristiwa yang telah terjadi dan kondisi-kondisi yang telah berubah sejak
penghitungan terkini jumlah terpulihkan, kecil kemungkinan bahwa penentuan jumlah terpulihkan
saat ini akan lebih kecil dari jumlah tercatat aset.
Nilai Wajar Dikurangi Biaya Penjualan
Bukti terbaik dari nilai wajar aset dikurangi biaya penjualan adalah harga dalam suatu
perjanjian penjualan yang mengikat yang dibuat dalam suatu transaksi antara pihak-pihak
yang independen, disesuaikan dengan biaya tambahan yang dapat dikaitkan secara langsung
dengan pelepasan aset.
Apabila tidak terdapat perjanjian penjualan yang mengikat namun aset diperdagangkan di
pasar aktif  Berdasarkan harga pasar aset dikurangi biaya pelepasan aset tersebut.
Apabila tidak terdapat perjanjian penjualan yang mengikat dan tidak ada pasar aktif untuk
aset  Berdasarkan informasi terbaik yang ada untuk menggambarkan jumlah yang dapat
diperoleh entitas, pada akhir periode pelaporan, dari pelepasan aset pada nilai wajar dikurangi
biaya pelepasan.

Nilai Pakai
Elemen-elemen berikut harus diperhitungkan dalam penghitungan nilai pakai aset:
(a) estimasi arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset;
(b) ekspektasi mengenai kemungkinan variasi dari jumlah atau waktu arus kas masa depan
tersebut;
(c) nilai waktu uang, diwakili oleh suku bunga pasar bebas risiko yang berlaku;
(d) harga untuk menanggung ketidakpastian yang melekat pada aset; dan
(e) faktor-faktor lain, seperti ilikuiditas, yang akan dipertimbangkan oleh pelaku pasar dalam
menilai arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset tersebut.

Dalam mengukur nilai pakai, suatu entitas harus:


(a) mendasarkan proyeksi arus kas pada asumsi-asumsi yang memadai dan terdukungkan yang
mencerminkan estimasi terbaik manajeman mengenai rentang kemungkinan-kemungkinan kondisi
ekonomi yang akan terjadi selama masa manfaat aset. Bukti eksternal diberi bobot yang lebih
tinggi.
(b) mendasarkan proyeksi arus kas pada anggaran atau prakiraan keuangan terkini yang disetujui
manajemen, tetapi harus mengeluarkan unsur estimasi arus kas masuk atau arus kas keluar yang
berkaitan dengan restrukturisasi masa depan atau perbaikan maupun peningkatan kinerja aset.
Proyeksi berdasarkan anggaranatau prakiraan keuangan tersebut harus meliputi jangka waktu
maksimum lima tahun, kecuali jika penggunaan waktu yang lebih panjang dapat dijustifi kasi.
(c) mengestimasi proyeksi arus kas yang melewati periode yang tercakup dalam anggaran atau
prakiraan terkini dengan mengekstrapolasi proyeksi yang didasarkan pada anggaran atau prakiraan
tersebut dengan menggunakan tingkat pertumbuhan tetap atau menurun untuk tahun-tahun
berikutnya, kecuali jika peningkatan tingkat pertumbuhan dapat dijustifi kasi. Tingkat
pertumbuhan ini tidak boleh melebihi tingkat pertumbuhan rata-rata jangka panjang suatu produk,
industri, negara atau negara-negara tempat entitas beroperasi, atau untuk pasar tempat aset
digunakan, kecuali tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dapat dijustifikasi.

· Komposisi Estimasi Arus Kas Masa Depan


Estimasi arus kas di masa depan meliputi:
(a) proyeksi arus kas masuk dari penggunaan aset;
(b) proyeksi arus kas keluar yang diperlukan untuk menghasilkan arus kas masuk dari penggunaan
aset (termasuk arus kas keluar untuk menyiapkan aset agar dapat digunakan) dan dapat dikaitkan
secara langsung, atau dialokasikan dengan dasar yang layak dan konsisten, pada aset; dan
(c) arus kas neto, jika ada, yang akan diterima (atau dibayarkan) untuk pelepasan aset pada akhir masa
manfaatnya

· Dasar Estimasi Arus Kas Masa Depan:


1. Asumsi yang masuk akal dan didukung oleh fakta atau teori.
2. Anggaran keuangan terbaru dan telah disahkan manajemen.
3. Tidak memasukkan komponen arus kas masa depan dari restrukturisasi.
4. Penggunaan dasaran kepada anggaran hanya meliputi periode 5 tahun, kecuali jika periode yang
lebih lama dapat dijustifikasi.
5. Periode setelah anggaran menggunakan tingkat pertumbuhan tetap atau menurun, kecuali
jika pertumbuhan naik dapat dijustifikasi.
6. Tingkat pertumbuhan dalam proyeksi tidak boleh melebihi rata-rata jangka panjang pertumbuhan
untuk produk, industri, atau negara tempat entitas beroperasi atau pasar dimana aset digunakan,
kecuali jika tingkat yang lebih tinggi dapat dijustifikasi.
Pengukuran Jumlah Terpulihkan
 Arus Kas Masa Depan Valuta Asing
Arus kas masa depan diestimasi dalam satuan mata uang ketika akan dihasilkan dan
kemudian didiskonto menggunakan suatu tingkat diskonto yang tepat untuk satuan mata uang
tersebut. Entitas mentranslasikan nilai sekarang dengan menggunakan tingkat pertukaran spot
pada tanggal penghitungan nilai pakai.

 Tingkat Diskonto
Tingkat diskonto ditetapkan atas dasar tingkat diskonto sebelum pajak yang
menggambarkan penilaian pasar kini dari:
(a) nilai waktu uang; dan
(b) risiko spesifi k atas aset dimana estimasi arus kas masa depan belum disesuaikan.

Pengakuan Dan Pengukuran Rugi Penurunan Nilai


Jika, dan hanya jika, nilai terpulihkan aset lebih kecil dari nilai tercatatnya, nilai tecatat
aset diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkan. Penurunan tersebut adalah rugi penurunan nilai.
Rugi penurunan nilai segera diakui dalam laporan laba rugi, kecuali aset disajikan pada
jumlah direvaluasisesuai dengan Pernyataan lain (contoh, sesuai dengan model
revaluasi pada PSAK 16). Setiap rugi penurunan nilai aset revaluasian diperlakukan sebagai
penurunan revaluasi sesuai dengan Pernyataan lain.
Ketika jumlah estimasi rugi penurunan nilai lebih besar dari nilai tercatat aset yang terkait,
entitas mengakui laibilitas jika, dan hanya jika, hal ini disyaratkan oleh Pernyataan lain.
Setelah pengakuan rugi penurunan nilai, beban penyusutan (amortisasi) aset disesuaikan di
masa depan untuk mengalokasikan nilai tercatat aset revisian, setelah dikurangi nilai sisa (jika
ada), secara sistematis selama sisa masa manfaatnya.

Unit Penghasil Kas Dan Goodwill


 Jumlah terpulihkan dari aset individual tidak dapat ditentukan jika:
(a) nilai pakai aset tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan; dan
(b) aset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari kelompok aset lain.
 Dalam kasus ini, nilai pakai dan, jumlah terpulihkan, dapat ditentukan hanya untuk Unit
Penghasil Kas Aset.
 Tidak mungkin mengestimasi jumlah terpulihkan aset individual àmenentukan nilai
terpulihkan dari unit penghasil kas yang mana aset tercakup (aset dari unit penghasil kas = UPK).
Unit penghasil kas aset à kelompok terkecil dari aset yang termasuk aset tersebut dan menghasilkan
arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk dari aset atau kelompok aset lain.
Jumlah terpulihkan dari UPK adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar unit penghasil
kas dikurangi biaya penjualan dengan nilai pakainya.
Jumlah tercatat dari UPK:
(a) Mencakup hanya jumlah tercatat dari aset-aset yang dapat diatribusikan langsung, atau
dialoksikan dengan dasar yang layak dan konsisten, ke UPK dan akan menghasilkan arus kas
masuk yang digunakan dalam menentukan nilai pakai unit penghasil kas; dan
(b) Tidak mencakup jumlah tercatat dari setiap liabilitas yang diakui, kecuali jumlah terpulihkan dari
unit penghasil kas tidak dapat ditentukan tanpa mempertimbangkan liabilitas tersebut.

Rugi Penurunan Nilai


• Diakui untuk UPK
• Jika, dan hanya jika, jumlah terpulihkan dari unit tersebut (kelompok dari unit) <jumlah tercatatnya.
• Dialokasikan untuk mengurangi jumlah tercatat aset dari unit tersebut (kelompok dari unit) dengan
urutan sbb:
o pertama, untuk mengurangi jumlah tercatat atas setiap goodwill yang dialokasikan ke
unit penghasil kas (kelompok dari unit); dan
o selanjutnya, ke aset lain dari unit tersebut dibagi pro rata atas dasar jumlah tercatat
setiap aset di dalam unit tersebut (kelompok dari unit).
Dalam mengalokasikan rugi penurunan nilai, entitas tidak harus mengurangi jumlah tercatat aset
dengan jumlah yang tertinggi dari:
o nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual (jika ditentukan);
o nilai pakainya (jika dapat ditentukan); dan
o nol.
Pembalikan suatu Rugi Penurunan Nilai
Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui pada
periode-periode sebelumnya untuk aset (selain goodwill) mungkin tidak ada lagi atau mungkin
telah menurun, entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut ini:
1. Infomasi yang bersumber dari luar
2. Informasi yang bersumber dari dalam
Rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode-periode sebelumnya untuk aset selain
goodwill harus dibalik jika, dan hanya jika, terdapat perubahan estimasi yang digunakan untuk
menentukan jumlah terpulihkan atas aset tersebut sejak rugi penurunan nilai terakhir diakui.
jika kasusnya seperti ini, jumlah tercatat aset, (ada pengecualian) dinaikkan ke
jumlah terpulihkannya. Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan rugi penurunan nilai.

Pembalikan suatu Rugi Penurunan Nilai –Aset Individu


 Jumlah tercatat aset yang meningkat (selain goodwill), yang disebabkan pembalikan rugi
penurunan nilai, tidak boleh melebihi jumlah tercatat (neto setelah amortisasi atau
depresiasi) seandainya aset tidak mengalami rugi penurunan nilai di tahun-tahun
sebelumnya.
 Pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset (selain goodwill) diakui segera dalam laba
rugi, kecuali aset disajikan pada jumlah direvaluasi sesuai dengan Pernyataa lain
(contohnya, model revaluasi di PSAK 16).
 Setiap pemulihan rugi penurunan nilai aset revaluasian harus diperlakukan sebagai
kenaikan penilaian kembali sesuai dengan PSAK terkait.
Pembalikan suatu Rugi Penurunan Nilai untuk UPK
 Dialokasikan kepada aset-aset dari unit (kecuali untuk goodwill) pro rata dengan jumlah
tercatat dari asetnya.
 Diperlakukan sebagai pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset individual dan diakui
sesuai dengan PSAK ini.
 Alokasi pembalikan rugi penurunan nilai à jumlah tercatat aset tidak boleh dinaikkan
diatas nilai yang terendah dari:
jumlah terpulihkan (jika ditentukan); dan
jumlah tercatat yang telah ditentukan (amortisasi atau depresiasi neto) seandainya
tidak ada rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk aset tersebut dalam periode
sebelumnya.
Jumlah pemulihan rugi penurunan nilai yang sebaliknya telah dialokasikan untuk
aset tersebut harus dialokasikan pro rata ke aset lain dari unit itu, kecuali untuk
goodwill.

Pengungkapan
Untuk setiap kelompok aset, entitas mengungkapkan hal berikut ini:
o Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi selama periode
tersebut dan unsur laporan laba rugi komprehensif yang didalamnya tercakup rugi
penurunan nilai.
o jumlah pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi
selama periode tersebut dan unsur laporan laba rugi komprehensif yang didalamnya
tercakup rugi penurunan nilai yang dibalik
o jumlah rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang diakui dalam laporan laba
rugi komprehensif lainnya selama periode itu.
o jumlah pembalikan rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang diakui dalam
laporan laba rugi komprehensif lainnya selama periode tersebut.

4. DEPLESI SUMBER DAYA ALAM

Pengelolaan sumber-sumber alam untuk kegiatan perusahaan hampir selalu berkaitan dengan
transaksi baik jual/beli/sewa lahan (tanah) yang di dalamnya terdapat bahan baku
(pertambangan/kayu) untuk diolah kembali menjadi barang jadi. Deplesi erat kaitannya dengan
kegiatan penaksiran nilai perolehan dari setiap sumber alam yang menjadi persediaan. Deplesi
dapat dikatakan sebagai penurunan nilai pada aset perusahaan yang berupa sumber alam.

Pengertian deplesi adalah berkurangnya harga perolehan (cost) yang disebabkan oleh
pengelolaan sumber daya alam menjadi persediaan, seperti penurutnan nilai sumber alam pada
tambang dan hutan kayu.
Deplesi adalah penyusutan yang terjadi pada benda yang bersifat alami dan tidak dapat
diperbaharui.

Perbedaan depresiasi dengan deplesi adalah sebagai berikut:

Depresiasi Deplesi

Pengakuan terhadap pengurangan manfaat Pengakuan pengurangan kuantitatif pada


ekonomi yang terjadi pada aktiva tetap. sumber daya alam.

Digunakan untuk aktiva tetap yang tidak bisa


Digunakan untuk aktiva tetap yang bisa diganti
langsung diganti dengan yang sama jika sudah
bila sudah habis.
habis.

Alokasi harga perolehan ke pendapatan, pada Pengakuan terhadap perubahan langsung


periode bersangkutan untuk suatu perusahaan darisumber daya alam menjadi barang yang bisa
yang dihitung berdasarkan hasil produksi. dijual.

Metode Perhitungan Deplesi

Dalam pehitungan deplesi, setidaknya perhatikan aspek-aspek berikut ini:

a. Harga perolehan aktiva.

Jika sumber daya alam, harga perolehannya adalah pengeluaran dimulai sejak mendapatkan izin
sampai sumber daya alam itu dapat diambil hasilnya. Jika pengeluaran itu terlalu kecil, maka
dilakukan penilaian atas sumber daya alam tersebut.

b. Taksiran nilai sisa apabila sumber alam sudah selesai dieksploitasi.

c. Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitasi.

Deplesi dihitung dari tiap unit hasil sumber alam (barrel dan tonase). Simak ilustrasi berikut ini.

Contoh Soal dan Jawaban Deplesi

Contoh soal beserta jawaban ini tentang kasus pertambangan.


Sebidang lahan (tanah) yang terdapat kandungan tambang dibeli seharga Rp20.000.000,00.
Taksiran isinya sebesar 150.000 ton. Tanah tersebut setelah dieksploitasi nilainya ditaksir sebesar
Rp2.000.000,00. Deplesi per ton dihitung sebagai berikut:

Jika di tahun pertama, lahan tersebut bisa di eksploitasi sebanyak 40.000 ton, maka total deplesi
pada tahun tersebut sebesar = 40.000 x Rp. 120.000 = Rp. 4.800.000

Jurnal untuk mencatat deplesi:

Deplesi Rp4.800.000,00
Akumulasi deplesi Rp4.800.000,00
Apabila perusahaan telah menaksir di muka biaya deplesi dan kenyataannya perhitungan taksiran
berbeda degan kenyataannya, maka perlu diadakan revisi. Koreksi deplesi ini bisa dilakukan
dengan cara berikut ini:

 Deplesi pada tahun lalu dan masa yang akan datang sudah dicatat dikoreksi. Pada saat
adanya perubahaan. Dihitung lagi deplesi perunit kemudian dilakukan koreksi.

Contohnya deplesi yang terlalu besar, jurnal koreksinya sebagai berikut:

Akumulasi deplesi Rp. Xxx


Laba tidak dibagi (koreksi laaba tahun lalu) Rp. Xxx

 Deplesi tahun lalu sudah dicatat tidak di koreksi, tetapi deplesi tahun yang akan datang
dilakukan dengan data yang terakhir. Deplesi pada tahun lalu tidak dikoreksi, tetapi deplesi
untuk tahun berjalan dan tahun yang akan datang dilakukan revisi.

Contoh biaya pembangunan bertambah sebesar Rp. l.800.000,00. Setelah di eksploitasi dalam
tahun kedua sebanyak 30.000 ton, tambang ditaksir masih mengandung 90.000 ton. Perhitungan
deplesi pada tahun kedua didapat sebagai berikut:
Harga perolehan pertama 20.000.000
(-) Nilai sisa 2.000.000
Deplesi tahun pertama 4.800.000
(6.800.000 )
13.200.000
(+) Biaya pembangunan tahun kedua 1.800.000

Jumlah yang akan di deplesi Rp. 15.000.000


Taksiran isi tambang pada awal tahun kedua
Hasil eksploitasi tahun kedua (ton) 30.000
Taksiran isi tambang pada akhir tahun kedua (ton) 90.000
Taksiran isi tambang pada awal tahun kedua (ton) 120.000
Deplesi per ton dalam tahun kedua = Rpl5.000.000,00 :120.000 = Rp125,00.

Deplesi tahun kedua = 30.000 ton x Rp125,00 = Rp3.750.000,00.

Pada aktiva tetap milik perusahaan yang mengolah sumber daya alam, kegunaan aktiva terbatas
sampai selesainya eksploitasi sumber alam. Maka depresiasi aktiva tetap dapat dihitung dengan
taksiran hasil sumber alam.

5. PENYAJIAN DAN ANALISIS AKTIVA TETAP


Penyajian Properti, Pabrik, Peralatan, dan Sumber Daya Alam
Setiap kewajiban yang dijamin oleh properti, pabrik, peralatan dan sumber daya alam tidak
boleh dioffset terhadap aktiva ini, tetapi harus dilaporkan dalam kelompok kewajiban, properti,
pabrik, peralatan, dan peralatan yang saat ini tidak digunakan sebagai aktiva produksi dalam bisnis
harus dipisahkan dari aktiva yang digunakan dalam operasi.

Apabila aktiva disusutkan, maka akun penilaian yang biasanya disebut akumulasi penyusutan
dikredit. Karena dampak yang signifikan dari metode penyusutan yang digunakan terhadap
laporan keuangan, maka pengungkapan berikut harus dibuat:
beban penyusutan untuk periode berjalan
saldo kelas utama dari aktiva yang dapat disusutkan, menurut sifat dan fungsi
akumulasi penyusutan, baik menurut kelas utama aktiva yang dapat disusutkan maupun dalam
jumlah total.
suatu uraian umum tentang metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan berkaitan
dengan kelas utama aktiva yang dapat disusutkan.

Analisis Properti, pabrik, peralatan, dan sumber daya alam


rasio perputaran aktiva.
rasio ini ditentukan dengan membagi penjualan bersih dengan rata-rata total aktiva selama periode
berjalan.
perputaran aktiva = penjualan bersih
--------------------------
rata-rata total aktiva

rasio marjin laba terhadap penjualan


dihitung dengan cara laba bersih dibagi dengan penjualan bersih.

marjin laba terhadap penjualan = laba bersih


----------------------
penjualan bersih

tingkat pengembalian atas aktiva


tingkat pengembalian atas aktiva = laba bersih
-----------------------
rata-rata total aktiva
SAP 3

Aktiva Tetap Tak Berwujud

A. Pengertian Aktiva Tetap tak Berwujud

Aktiva tak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang secarafisik tidak dapat
dinyatakan. Contoh Aktiva tidak berwujud adalah hak paten, hak cipta, hak merek, biaya riset
dan pengembangan biaya ditangguhkan serta hak pengusahaan sumber alam. Aktiva tidak
berwujud dapat diperoleh melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan.
Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan membeli dari pihak luar, maka
disamping harga beli yang termasuk sebagai harga perolehan (cost) adalah biaya – biaya
tambahan untuk mendapatkannya seperti biaya yang dibayarkan kepada pemerintah dan
notaries serta biaya administrasi yang berhubungan. Apabila suatu aktiva tidak berwujud
diperoleh dengan jalan mengembangkan sendiri, maka termasuk dalam harga perolehan
adalah biaya-biaya bahan, peralatan, dan fasilitas, biaya gaji dan upah dan biaya tidak
langsung misalnya alokasi biaya administrasi dan umum.

Contoh Aktiva tetap tak Berwujud

1. Hak Sewa (Lease Hold)


Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu (sewa tempat usaha,
sewa gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan
oleh pejabat pembuat akte (notaris). Hak sewa dinyatakan sebagai aktiva tetap (tak
berwujud) karena dua alasan yaitu :
1) Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau dengan kata lain, atas
sumber daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa akan memberikan manfaat
kembali (berpotensi menghasilkan kas atau manfaat) di masa yang akan datang.
2) Manfaat yang akan diterima oleh perusahaan atas kepemilikan hak sewa, akan
dinikmati oleh perusahaan untuk periode waktu lebih dari satu tahun buku.
Melihat batasan (bisa dikatakan syarat) di atas, maka kita dapat memilah-milah atas
kejadian sewa, apakah dibukukan sebagai aktiva tetap tak berwujud atau sebagai biaya
sewa.

2. Organization Cost
Adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang terjadi sehubungan dengan set-
up perusahaan sebelum beroperasi, contohnya : pembayaran kepada notaris. Pengeluaran
ini diakui sebagai perolehan aktiva tak berwujud, karena atas pengeluaran tersebut
perusahaan akan memperoleh manfaat yang lebih dari satu tahun buku juga, yaitu selama
perusahaan masih beroperasi.

3. Perijinan (Permit & Licences)


Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik daerah
maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang usahanya.
Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya telah habis
maka ijin tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian ijin usaha atau
aktivitas tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3 sampai 30
tahun, yang artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk itu izin diakui sebagai aktiva tetap
tidak berwujud.

4. Hak Paten
Hak Patent adalah hak yang diperoleh atas suatu penemuan tertentu. Dimana atas
penemuan tersebut, penemu akan memperoleh manfaat tertentu untuk kurun waktu
tertentu dan dapat diperpanjang. Penemuan tersebut bisa berupa suatu produk, atau
rekayasa, atau formula, atau system, atau cara tertentu.

5. Merk Dagang (Trade Mark)


Merk Dagang (Trade Mark) yang biasa disingkat TM, adalah hak yang diperoleh
atas suatu merk komersial tertentu. Hak ini bisa berupa logo, tulisan, bentuk, symbol, atau
kombinasinya, yang mewakili suatu organisasi/perusahaan tertentu.
6. Hak Penggandaan (Copyright)
Copyright adalah hak yang berikan atas suatu penulisan, baik itu berupa karya
ilmiah, puisi, novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama tertentu, script atau scenario
film tertentu. Copyright meliputi hak untuk memperbanyak dan mengedarkannya.

7. Franchise
Adalah hak yang diperoleh untuk melakukan suatu usaha tertentu, atau
memasarkan produknya, sekaligus mengikuti pola usaha, cara pengelolaan, penggunaan
logo maupun penggunaan alat usaha tertentu yang aslinya dimiliki oleh perusahaan yang
memberikan hak franchise.

8. Goodwill
Adalah kelebihan-kelebihan, keistimewaan tertentu yang dimiliki oleh perusahaan,
yang oleh karenanya menjadi dinilai lebih oleh pihak lain. Kelebihan/keisitimewaan
tersebut bisa karena perusahaan memiliki reputasi manajemen yang sangat bagus,
menghasilkan suatu produk unggul yang sulit dicari pesaingnya, letaknya strategis, dan
lain-lain.

B. Masalah Aktiva Tetap Tak Berwujud


1. Karakteristik : Aktiva tak berwjud memiliki dua karakteristik yaitu:
- Kurang Memiliki Eksistensi Fisik : Aktiva tak berwujud memperoleh hak dan
keistimewaan yang diberikan kepada perusahaan yang menggunakannya.
- Bukan Merupakan Instrumen Keuangan: Pada banyak kasus, aktiva tak
berwujud menyediakan jasa selama periode bertahun-tahun. Oleh karena itu
perusahaan secara umum menggolongkan aktiva tak berwujud sebagai aktiva
jangka panjang.
2. Penilaian
- Aktiva tak berwujud yang dibeli: Aktiva tak berwujud yang dibeli dari pihak
lain dicatat pada biaya. Biaya ini termasuk semua biaya akuisisi dan
pengeluaran yang diperlukan untuk membuat aktiva tak berwujud siap
digunakan sebagaimana dimaksudkan. Apabila beberapa aktiva tak berwujud
atau gabungan dari aktiva tak berwujud dan aktiva berwujud , dibeli dalam satu
pembelian sekeranjang, maka biaya harus dialokasikan sesuai dengan nilai
pasar wajar atau nilai jual retalif.
- Aset tidak berwujud yang dibuat secara internal, maka hanya biaya internal
yang dikapitalisasi yang merupakan biaya langsung yang dikeluarkan dalam
memperoleh aset tak berwujud. Biaya yang terjadi secara internal untuk
menciptakan aset tak berwujud dibebankan pada saat biaya itu dikeluarkan,
seperti riset dan pengembangan yang substansial untuk menciptakan aset tidak
berwujud.
3. Amortisasi Aktiva Tak Berwujud
- Aset tidak berwujud dengan masa manfaat terbatas, dalam jangka waktu atau
jumlah produksi selama masa manfaat tertentu sehingga harus diamortisasi.
Dalam PSAK 19 Revisi 2009 Terdapat ketentuan lain yaitu dimulai ketika aset
tersedia untuk digunakan, dihentikan pada waktu yang lebih dulu antara ketika
aset digolongkan sebagai tersedia untuk dijual atau tanggal ketika aset
dihentikan pengakuannya. Metode amortisasi harus menggambarkan pola
konsumsi atas manfaat aset. Nilai residu direview setiap akhir periode,
Perubahan nilai residu diperhitungkan sebagai perubahan estimasi akuntansi.
Selain itu dijelaskan dalam Kieso et al (2011:621) bahwa aset tidak berwujud
dapat mempunyai umur terbatas, sehingga perusahaan mengamortisasi aset
tidak berwujud yang mempunyai umur terbatas dengan memperhatian:
diamortisasi dengan biaya sistematis untuk biaya selama masa manfaat, aset
kredit akun atau akumulasi amortisasi, masa manfaat harus mencerminkan
periode dimana aset akan memberikan kontribusi untuk arus kas, IFRS
mengharuskan perusahaan untuk menilai nilai residu dan masa manfaat aset
tidak berwujud setidaknya setiap tahun
- Aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas, dijelaskan dalam
PSAK 19 revisi 2009.yaitu berdasarkan analisis dari seluruh faktor relevan
tidak ada batas yang terlihat pada saat ini atas periode yang mana aset
diharapkan menghasilkan arus kas neto bagi entitas, sehingga tidak
diamortisasi. Selain itu terdapat faktor yang perlu diperhatikan impairment test
dilakukan setiap tahun atau apabila ada indikasi penurunan nilai, masa manfaat
ditelaah setiap akhir periode, masa manfaat tidak terbatas bisa berubah menjadi
terbatas
- Selain itu dijelaskan dalam Kieso et al. (2011:622) bahwa terdapat kriteria dari
aset tidak berwujud yang mempunyai umur manfaat tidak terbatas yaitu tidak
ada batas yang dapat diperkirakan dalam periode waktu di mana aset tersebut
dapat memberikan arus kas, tidak terdapat amortisasi, harus menguji aset tidak
berwujud yang memiliki manfaat tidak terbatas untuk menilai kemungkinan
penurunan nilai setidaknya setiap tahun.

C. Goodwill
1. Definisi Goodwill
Goodwill merupakan aset tak berwujud yang paling berbeda dan paling
tidak memiliki wujud karena aset tak berwujud yang sulit untuk diukur secara
handal. Goodwill hanya akan terjadi apabila ada transaksi strategis semisal akuisisi
atau merger dengan perusahaan lain. Munculnya goodwill ketika pembayaran
(pembelian) atas transaksi strategis dengan harga diatas harga pasar aset bersih
(nilai buku). Selisih yang timbul inilah yang dinamakan Goodwill. Dengan kata
lain Goodwill merupakan representasi angka yang lebih besar dari nilai buku yang
dibayarkan suatu entitas untuk bisa mendapatkan entitas lain. Manfaat Goodwill
ada di masa mendatang, seperti “nama besar”, tingkat ke-strategis-an produk atau
perusahaan, kedekatan dengan konsumen, dan yang lainnya
2. Perolehan Goodwill
Goodwill akan timbul jika ada aktifitas suatu entitas bisnis membeli entitas
lain, dimana harga yang dibayarkan lebih besar dari harga/kekayaan bersih
perusahaan yang dibeli. namun, apabila harga belinya dibawah dari kekayaan
bersihnya. maka yang muncul adalah goodwill negatif, logikanya sama hanya
dibolak balik saja.

Misalnya perusahaan anda ingin membeli sebuah perusahaan lain untuk


kepentingan ekspansi usaha anda. Perusahaan yang akan anda beli memiliki total Aset
sebesar Rp 1.000, dengan total Liabilitas: Rp 250 dan total Equity Rp 750. Karena
posisinya strategis, Perusahaan akan anda beli ini ingin jual mahal terhadap perusahaan
anda. Akhirnya perusahaan anda sepakat membeli perusahaan tersebut dengan harga Rp
850.

Total Aset Bersih Perusahaan yang anda beli adalah Rp 750 namun perusahaan anda
membelinya dengan harga Rp 850, ada selisih Rp 100. Selisih inilah yang kita sebut
sebagai “Goodwill”. Apa ini kerugian? mungkin secara angka angka memang lebih
mahal, tapi manfaat pembelian perusahaan tersebut diprediksi akan mengalir hingga
beberapa tahun kedepan mengingat lokasinya yang strategis. Dalam akuntansi,
pencatatan atas terjadinya goodwill akan dilakukan seperti ini:

Aset Rp 1.000
Goodwill Rp 100
Kas Rp 850
Liabilitas Rp 250

3. Amortisasi
Amortisasi merupakan istilah lain dari penyusutan, kalau pada aktiva tetap
ada istilah penyusutan, dalam Aset Tak Berwujud, penyusutan itu disebut
amortisasi. dalam PSAK disebutkan Amortisasi merupakan alokasi jumlah
tersusutkan secara sistematis atas aktiva tak berwujud selama masa manfaat
ekonomisnya. Namun, saat ini amortisasi goodwill dalam akuntansi masih menjadi
perdebatan baik di IFRS ataupun di IAS. IFRS maupun IAS memutuskan untuk tidak
membolehkan penerapan amortisasi goodwill dan menggantinya
dengan impairment (revaluasi goodwill).

Di Indonesia, goodwill diperlakukan sebagai beban perusahaan. Beban tersebut


dikapitalisasi dan disusutkan sekian tahun, dialokasikan di setiap periode agar tidak
mengganggu laporan laba rugi saat goodwill diperoleh, karena nilainya yang cukup
material dan diprediksi memiliki manfaat di masa datang. Akan tetapi, goodwill sangat
susah diukur nilainya, sampai kapan berakhir manfaatnya, seperti apa bentuknya. Ini
berbeda dengan perusahaan membeli gedung, secara teknis dan handal bisa
diperkirakan (prediksi) umur ekonomisnya oleh beberapa ahli.

Jika mengacu pada konsep metode amortisasi sekian tahun, estimasi manfaat
goodwill yang habis sekian tahun menjadi tidak relevan. Contoh kasusnya, goodwill
sebuah perusahaan diprediksi akan mengalami amortisasi selama 20 tahun. Dari
pernyataan tersebut, maka setelah 20 tahun goodwill perusahaan tersebut diprediksi
sudah tak ada manfaatnya lagi. Lalu jika kita melihat realitanya, brand Nike atau
Adidas bertahan sangat lama. Tentu ini sulit untuk diterima dan tak bisa diandalkan
sebagai informasi. Meskipun beberapa perusahaan di Indonesia melakukannya.
Namun, keakuratan perhitungan manfaat tersebut masih belum memiliki patokan yang
jelas. Dengan demikian, goodwill tidak perlu diamortisasi.

D. Biaya Penelitian Dan Pengembangan


Dijelaskan pada PSAK 19 Revisi 2009 termasuk dalam Kieso et al (2011: 635-637)
termasuk dalam, bahwa biaya penelitian dan pengembangan dengan sendirinya bukan
sebagai aset tidak berwujud, sehingga semua biaya penelitian dan pengembangan
harus dibebankan ke beban pada saat terjadinya. Selain itu juga dijalaskan dalam
PSAK 19 Revisi 2009, bahwa tahap Pengembangan dapat dikapitalisasi sebagai aset
tidak berwujud sebesar biaya perolehan jika kriteria pengakuan terpenuhi dan aset baru
hasil pengembangan siap digunakan.

Akuntansi untuk aktivitas penelitian dan pengembangan:


Kieso et al (2011: 637) menjelaskan perlakuan akuntansi terhadap biaya adalah
sebagai berikut:
1. Bahan, peralatan dan fasilitas: keseluruhan dicatat sebagai beban, kecuali jika pos
memiliki manfaat di masa depan (dalam proyek pengembangan lain) dapat dicatat
sebagai persediaan dan dikapitalisasi atau disusutkan ketika digunakan.
2. Personil (gaji, upah dan biaya terkait personil) dibebankan ketika terjadi.
3. Aset tidak berwujud yang dibeli: keseluruhan dicatat sebagai beban, kecuali jika
pos memiliki manfaat di masa depan (dalam proyek pengembangan lain) dapat dicatat
sebagai persediaan dan dikapitalisasi atau disusutkan ketika digunakan.
4. Jasa kontrak: dibebankan ketika terjadi
5. Biaya tidak langsung: dibebankan ketika terjadi
.
Biaya lain yang serupa dengan biaya penelitian dan pengembangan:
Kieso et al (2011: 638-640) menjelaskan perlakuan akuntansi terhadap biaya adalah
sebagai berikut:
1. Biaya Start-Up: biaya dikeluarkan sekali untuk memulai operasi baru dan
dibebankan ketika terjadi.
2. Kerugian operasi awal: dibebankan ketika terjadi
3. Biaya iklan: dibebankan ketika terjadi atau dibebankan ketika pertama kali iklan
dimuat.
4. Biaya perangkat lunak komputer: Secara umum biaya untuk pengembangan situs
web tidak dapat diakui sebagai aset tidak berwujud.
Biaya perangkat lunak secara rinci diatu dalam ISAK 14, namun pada prinsip umum
ISAK 14 dipaparkan bahwa biaya untuk pengembangan web site dapat diakui sebagai
aset tidak berwujud apabila memenuhi persyaratan pengakuan pengembangan yang
disyaratkan PSAK 19 (revisi 2009) mengenai aset tidak berwujud terutama mengenai
kemampuan menghasilkan manfaat ekonomi di masa depan

E. Penyajian Aset tidak Berwujud


Kieso et al (2011: 640-642) memaparkan terkait penyajian aset tidak berwujud dan pos
lain yang berhubungan:
1. Laporan Posisi Keuangan: semua aset tidak berwujud selain goodwill dilaporkan
secara terpisah, dan goodwill harus diungkapkan sebagai pos terpisah. Hal ini karena
goodwill dan aset tidak berwujud lainnya sangat berbeda dengan jenis aset lain.
2. Laporan Laba Rugi: pelaporan atas beban amortisasi dan kerugian penurunan nilai
aset tidak berwujud sebagai bagian dari operasi berjalan. Kerugian penurunan goodwill
dilaporkan terpisah, kecuali jika operasi sudah tidak berjalan.
3. Catatan pada laporan keuangan: harus meliputi informasi mengenai aset tidak
berwujud yang diakuisisi, beban amortisasi keseluruhan, perubahan jumlah catatan
goodwill selama periode berjalan.
REFREENSI

- Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan. Yogyakarta: BPFE.


- PSAK No. 16 (Revisi 2013) Tentang Aktiva Tetap.
- Jusup, Al Haryono. 2005. Teori Akuntansi, Edisi Keenam Jilid Satu. Yogyakarta: STIE
YKPN.
- http://softbizniz.blogspot.co.id/2013/12/makalah-penentuan-harga-dan-penilaian.html
- https://www.academia.edu/11371716/Bab_10_Akuisisi_Dan_Dan_Disposisi_Properti_Pa
brik_Dan_Peralatan
- Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, PSAK19 Revisi 2009 “Aset Tidak Berwujud”
- Kieso, Donald E.; Jerry J. Weigent; and Terry D. Warfield, Intermediate Accounting IFRS
Edition, Vol.1. 2011. New York: John Willey & Sons, Inc.
- Keiso, Donald E. Jerry J Weygandt, Terry D. Warfield. 2008. Akuntansi Intermediate,
Edisi 12, Jilid 2. Penerbit Erlangga.
- http://fridarohmasulaeman.blogspot.co.id/2016/04/aset-tidak-berwujud_11.html
- http://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/pengertian-deplesi-beserta-metode-contoh-
soal-dan-jawaban/
- http://www.akuntansipendidik.com/2013/02/metode-penyusutan-aktiva-tetap-dalam-
akuntansi.html
- http://nirastina01.blogspot.co.id/2014/09/penurunan-nilai-atau-impairment-psak-no.html
- http://anitaayud.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-depresiasiamortisasi-dan.html
- http://ediharukaze.blogspot.co.id/2015/01/rangkuman-akuntansi-keuangan-
menengah.html
-

Anda mungkin juga menyukai