AKTIVA TETAP
KELOMPOK : 7
Kelas : Ruang EII1
NAMA : NIM :
1. Ni Putu Meydiani Chintia Dewi 1607532009
2. Nyoman Ratna Candradewi 1607532010
3. Ni Wayan Shintya Dharmayatri 1607532021
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI NON REGULAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR BALI
2017
SAP 1
Aktiva Tetap
Akuisisi dan Disposisi Properti, Pabrik dan Peralatan
Karakteristik yang membedakan aktiva tetap dan barang dagangan adalah bahwa aktiva tetap
dimiliki perusahaan untuk digunakan, sedang barang dagangan tidak untuk digunakan melainkan
untuk dijual.
Contoh :
Mesin tik pada sebuah toko peralatan kantor adalah barang dagangan, karena disini perusahaan
membeli peralatan kantor untuk dijual kembali sebagai barang dagangan. Akan tetapi jika
perusahaan memiliki mesin tik untuk digunakan dalam operasi perusahaan, maka mesin tik
tersebut digolongkan sebagai aktiva tetap.
Aktiva tetap juga berbeda dengan investasi jangka panjang. Investasi tidak digunakan
dalam operasi perusahaan yang utama.
Contoh :
Tanah yang dibeli perusahaan untuk keperluan ekpansi di masa yang akan datang ini digolongkan
sebagai investasi jangka panjang. Akan tetapi tanah yag dimiliki perusahaan sebagai tempat
operasi perusahaan adalah aktiva tetap.
Contoh :
Sebuah computer merk Dell dibeli dengan harga Rp. 7.500.000 dengan potongan tunai 10 % biaya
yang dikeluarkan untuk install komputer dan pemasangan hingga siap digunakan sebesar Rp.
250.000, maka harga perolehan komputer tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Harga beli : 7.500.000
Potongan tunai 10 % : 750.000 –
6.750.000
Biaya install dan pasang : 250.000 +
Harga Perolehan : 7.000.000
3. Pembelian Angsuran
Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan
aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik jelas-jelas dinyatakan
maupun yang tidak dinyatakan sendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan
sebagai biaya bunga.
Contoh :
Dibeli sebuah mesin dengan 60 kali angsuran bulanan @ Rp 500.000. Harga tunai mesin tersebut
Rp 24.000.000.
Jurnalnya :
Mesin Rp 24.000.000,-
Bunga yang ditangguhkan Rp 6.000.000,-
Utang angsuran Rp 30.000.000,-
Penjelasan:
Aktiva yang dibeli secara kredit/angsuran jangka panjang, harus dicatat sebesar harga tunainya.
Selisih antara harga tunai dengan jumlah seluruh angsuran diperlukan sebagai bunga, dan
dialokasikan secara proporsional sebagai beban bunga periode-periode selama masa kontrak
pembelian.
Untuk mencatat setiap angsuran dijurnal sebagai berikut:
Utang angsuran Rp 500.000,-
Beban bunga Rp 100.000,-
Bunga yang ditangguhkan Rp 100.000,-
Kas Rp 500.000,-
Untuk menerapkan pendekatan ini, ada tiga item yang perlu diperhatikan :
1. Aktiva yang memenuhi kualifikasi. Untuk memenuhi kualifikasi sebagai kapitalisasi
bunga, aktiva harus memiliki periiode waktu untuk menyiapkannya agar dapat digunakan.
2. Periode kapitalisasi merupakan periode waktu dimana bungaharus dikapitalisasi yang
dimulai apabila ketiga kondisi berikut terjadi seperti pengeluaran untuk aktiva telah
dilakukan, aktiva yang diperlukan untuk mempersiapkan aktiva agar digunakan sedang
berjalab, dan biaya bunga telah terjadi. Kapitalisasi bunga akn terus berlangsung selama
ketiga kondisi tersebut ada.
3. Jumlah yang harus dikapitalisasi merupakan jumlah bunga yang akan dikapitalisasi
dibbatasi hingga biaya bunga actual terendah yang terjadi selama periode berjalan atau
bunga yang dapat dihindarkan. Bunga yang dapat dihindarkan merupakan jumlah biaya
buunga yang selama periode berjalan secra teoritis dapat dihindari jika pengeluaran untuk
membeli aktiva tidak dilakukan. Bunga yang dapat dihindari dapat diterapkan dengan
menentukan jumlah bunga potensial yang dapat dikapitalisasi selama periode akuntansi
dengan mengalikan suku bunga dengan akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang dari
aktiva yang memnuhi kualifikasi selama periode berjalan.
Penilaian
Seperti aktiva lainnya, perusahaan sebaiknya mencatat properti, pabrik, dan bangunan pada
nilai pasar wajar yang diberikan pada saat akuisisi atau nilai wajar aktiva yang diterima,
bergantung pada mana yang memiliki bukti lebih jelas.
1) Diskon Tunai
Terdapat dua sudut pandang dalam hal ini. Menurut pendekatan pertama, diskon-
baik diambil atau tidak –dianggap sebagai pengurang biaya aktiva. Alasannya adalah
bahwa biaya riil dari aktiva merupakan kas atau harga ekuivalenkas aktiva. Disamping itu,
beberapa pihak berpendapat bahwa syarat diskon tunai ini sangat menarik sehingga
kegagalan untuk mengambilnya menunjukan kesalahan manajemen atau inefisiensi.
Pendukung pendekatan lainnya berpendapat bahwa diskon tunai tidak selalu harus
dianggap sebagai kerugian karena syaratnya mungkin tidak menguntungkan atau tidak
mungkin tidak bijaksana bagi perusahaan untuk mengambil diskon itu.
2) Kontrak Pembayaran yang Ditangguhkan
Aktiva tetap sering kali dibeli atas dasar kontrak kredit jangka panjang dengan
menggunakan wesel, hipotik, obligasi, atau kewajiban peralatan. Agar merefleksikan
biaya secara tepat, aktiva yang dibeli dengan kontrak kredit jangka panjang harus
diperhitungkan pada nilai sekarang dari pertimbangan yang dipertukarkan antara pihak-
pihak yang melakukan kontrak pada tanggal transaksi.
Jika tidak ada suku bunga yang ditetapkan, maka suku bunga yang tepat harus
diperkirakan. Tujuannya adalah untuk mendekati suku bunga yang akan dinegosiasikan
antara pembeli dan penjual pada transaksi peminjaman sejenis. Factor-faktor yang harus
dipertimbangkan perusahaan dalam memperkirakan suku bangsa adalah peringkat kredit
peminjam, jumlah dan tanggal jatuh tempo wesel, serta suku bunga yang berlaku sekarang.
3) Pembelian lump sum
Permasalahan khusus dalam penentuan harga aktiva tetap muncul ketika
perusahaan membeli sekelompok aktiva tetap pada harga lump sum tunggal. Apabila
situasi semacam ini terjadi, perusahaan mengalokasikan total biaya diantara berbagai
aktiva berdasarkan nilai pasar wajar relatifnya. Asumsinya adalah bahwa biaya-biaya ini
akan bervariasi dalam proporsi langsung terhadap nilai wajar. Prinsip yang sama juga
diaplikasian untuk mengalokasikan biaya lump sum di antara pos-pos persediaan yang
berbeda.
4) Penerbitan Saham
Apabila properti di peroleh perusahaan melalui penerbitan sekuritas seperti saham
biasa, maka biaya property itu tidak dapat diukur secara tepat dengan nilai pari atau nilai
ditetapkan saham tersebut.Jika saham itu sedang diperdangangkan secara aktif, maka nilai
pasar saham yang diterbitkan merupakan indikasi yang wajar atas biaya property yang
diperoleh. Saham merupakan ukuran yang baik atas harga ekuivalen kas berjalan.
5) Pertukaran Aktiva Non Moneter
Akuntansi yang biasa untuk pertukaran aktiva nonmoneter harus didasarkan atas
nilai wajar aktiva yang diberikan atau nilai wajar aktiva yang diterima, mana yang
memiliki bukti lebih jelas. Jadi, semua keuntungan atau kerugian dari pertukaran harus
diakui.
6) Akuntansi untuk Kontribusi
Perusahaan kadang-kadang dapat menjadi penerima atau pembeli kontribusi
(donasi atau hadiah). Kontribusi semacam itu disebut sebagai transfer tanpa timbal balik
karena mereka menstransfer aktiva pada satu arah. Kontribusi ini selain dapat berubah
berbagai jenis aktiva (seperti kas, sekuritas, tanah, bangunan, atau penggunaan fasilitas),
tetapi juga dapat berupa penghapusan hutang.
7) Metode Penilaian Aktiva Lainnya
Pengecualian dari prinsip biaya historis untuk akuisisi aktiva tetap melalui donasi
adalah didasarkan atas nilai wajar. Pengecualian lainnya adalah konsep biaya
penghematan. Konsep ini menyatakan bahwa jika karena beberapa alasan perusahaan
mengabaikan harga tertentu dan pada awalnya membayar terlalu banyak untuk suatu
aktiva, maka secra teoritis membebankan suatu kerugian.
2. Konversi Terpaksa
Kadang-kadang pelayanan suatu aktiva berakhir karena konversi terpaksa dengan
jenis seperti kebakaran, kebanjiran, pencurian atau pembebasan. Selisih yang dipulihkan
dan nilai buku aktiva tersebut jika ada dilaporkan sebagai keuntungan atau kerugian.
Keuntungan atau kerugian akan diperlakukan dengan cara yang tidak berbeda dengan jenis
dispoisisi lainnya. Dalam beberapa kasus, keuntungan atau kerugian sering kali dilaporkan
dalam bagian pos luarbiasa pada laporan laba-rugi.
3. Masalah Lainnya
Jika suatu aktiva dibuang tanpa ada pemulihan kas, maka kerugian harus diakui
dalam jumlah yang sama dengan nilai buku aktiva. Jika terdapat nilai sisa maka
keuntungan atau kerugian yang terjadi merupakan selisish antara nilai sisa dan nilai
bukunya.jika aktiva masih dapat digunakan namun telah disusutkan secara penuh maka
aktiva tersebut dapat dicatat dalam pembukuan pada biaya historis dikurangi penyusutan.
SAP 2
Jenis-jenis penyusutan :
1. Depresiasi adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama
umur manfaatnya. Penerapan depresiasi akan memengaruhi laporan keuangan, termasu
penghasilan kena pajak suatu perusahaan.
2. Amortisasi adalah pengurangan nilai aktiva tidak berwujud, seperti merek dagang, hak cipta,
dan lain lain, secara bertahap dalam jangka waktu tertentu pada setiap periode akuntansi.
3. Deplesi adalah kata lain penyusutan yang terjadi pada sesuatu benda yang bersifat alami dan
tidak dapat diperbaharui. Deplesi merupakan salah satu istilah ekonomi geografi yang
digunakandalam dunia pertambangan untuk menyatakan penyusutan pada sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui, seperti misalnya bijih besi, hasil tambang, kayu hutan dsbnya.
Dalam ilmu akuntansi yang merupakan bagian ilmu yang paling banyak menggunakan
istilah deplesi, deplesi diartikan sebagai alokasi biaya yang diperolehan sumber-sumber alam ke
periode-periode yang menerima manfaat dari sumber itu. Biaya deplesi dihitung dengan metode
satuan produksi yang berarti bahwa biaya deplesi merupakan fungsi jumlah satuan yang
dieksploitasi selama satu periode. Dalam ini hal yang di eksploitasi adala sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui. Karena pengelolaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
berhubungan erat dengan sektor pertambangan, maka bisa dikatakan bahwa kata deplesi selalunya
pasti merujuk pada perhitungan akuntansi pertambangan yang beerkaitan dengan hasil residu,
tafsiran perolehan, dll.
informasi intarnel :
1. bukti keusangan atau kerusakan fisik aset
2. perubahan signifikan atas perubahan, penghentian, dan masa manfaat aset
3. bukti internal mengindikasikan bahwa kinerja aset lebih buruk dari yang diharapkan
Pengukuran Jumlah Terpulihkan Aset Tidak Berwujud Dengan Masa Manfaat yang Tidak
Terbatas
Penghitungan rinci terkini atas jumlah terpulihkan aset yang dilakukan periode terdahulu
dapat digunakan dalam menguji penurunan nilai untuk aset tersebut pada periode berjalan,
sepanjang semua kriteria berikut dipenuhi:
(a) jika aset tidak berwujud tidak menghasilkan arus kas masuk dari penggunaan secara berkelanjutan
yang sebagian besar independen dari arus kas masuk dari aset-aset atau kelompok aset lain dan
karenanya diuji penurunan nilainya sebagai bagian dari unit penghasil kas yang mencakup aset
tidak berwujud tersebut, aset dan laibilitas yang membentuk unit tersebut tidak berubah secara
signifi kan sejak penghitungan terkini jumlah terpulihkan;
(b) penghitungan terkini jumlah terpulihkan menghasilkan suatu jumlah yang melebihi jumlah tercatat
aset dengan marjin yang substansial; dan
(c) berdasarkan analisis peristiwa yang telah terjadi dan kondisi-kondisi yang telah berubah sejak
penghitungan terkini jumlah terpulihkan, kecil kemungkinan bahwa penentuan jumlah terpulihkan
saat ini akan lebih kecil dari jumlah tercatat aset.
Nilai Wajar Dikurangi Biaya Penjualan
Bukti terbaik dari nilai wajar aset dikurangi biaya penjualan adalah harga dalam suatu
perjanjian penjualan yang mengikat yang dibuat dalam suatu transaksi antara pihak-pihak
yang independen, disesuaikan dengan biaya tambahan yang dapat dikaitkan secara langsung
dengan pelepasan aset.
Apabila tidak terdapat perjanjian penjualan yang mengikat namun aset diperdagangkan di
pasar aktif Berdasarkan harga pasar aset dikurangi biaya pelepasan aset tersebut.
Apabila tidak terdapat perjanjian penjualan yang mengikat dan tidak ada pasar aktif untuk
aset Berdasarkan informasi terbaik yang ada untuk menggambarkan jumlah yang dapat
diperoleh entitas, pada akhir periode pelaporan, dari pelepasan aset pada nilai wajar dikurangi
biaya pelepasan.
Nilai Pakai
Elemen-elemen berikut harus diperhitungkan dalam penghitungan nilai pakai aset:
(a) estimasi arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset;
(b) ekspektasi mengenai kemungkinan variasi dari jumlah atau waktu arus kas masa depan
tersebut;
(c) nilai waktu uang, diwakili oleh suku bunga pasar bebas risiko yang berlaku;
(d) harga untuk menanggung ketidakpastian yang melekat pada aset; dan
(e) faktor-faktor lain, seperti ilikuiditas, yang akan dipertimbangkan oleh pelaku pasar dalam
menilai arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset tersebut.
Tingkat Diskonto
Tingkat diskonto ditetapkan atas dasar tingkat diskonto sebelum pajak yang
menggambarkan penilaian pasar kini dari:
(a) nilai waktu uang; dan
(b) risiko spesifi k atas aset dimana estimasi arus kas masa depan belum disesuaikan.
Pengungkapan
Untuk setiap kelompok aset, entitas mengungkapkan hal berikut ini:
o Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi selama periode
tersebut dan unsur laporan laba rugi komprehensif yang didalamnya tercakup rugi
penurunan nilai.
o jumlah pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi
selama periode tersebut dan unsur laporan laba rugi komprehensif yang didalamnya
tercakup rugi penurunan nilai yang dibalik
o jumlah rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang diakui dalam laporan laba
rugi komprehensif lainnya selama periode itu.
o jumlah pembalikan rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang diakui dalam
laporan laba rugi komprehensif lainnya selama periode tersebut.
Pengelolaan sumber-sumber alam untuk kegiatan perusahaan hampir selalu berkaitan dengan
transaksi baik jual/beli/sewa lahan (tanah) yang di dalamnya terdapat bahan baku
(pertambangan/kayu) untuk diolah kembali menjadi barang jadi. Deplesi erat kaitannya dengan
kegiatan penaksiran nilai perolehan dari setiap sumber alam yang menjadi persediaan. Deplesi
dapat dikatakan sebagai penurunan nilai pada aset perusahaan yang berupa sumber alam.
Pengertian deplesi adalah berkurangnya harga perolehan (cost) yang disebabkan oleh
pengelolaan sumber daya alam menjadi persediaan, seperti penurutnan nilai sumber alam pada
tambang dan hutan kayu.
Deplesi adalah penyusutan yang terjadi pada benda yang bersifat alami dan tidak dapat
diperbaharui.
Depresiasi Deplesi
Jika sumber daya alam, harga perolehannya adalah pengeluaran dimulai sejak mendapatkan izin
sampai sumber daya alam itu dapat diambil hasilnya. Jika pengeluaran itu terlalu kecil, maka
dilakukan penilaian atas sumber daya alam tersebut.
Deplesi dihitung dari tiap unit hasil sumber alam (barrel dan tonase). Simak ilustrasi berikut ini.
Jika di tahun pertama, lahan tersebut bisa di eksploitasi sebanyak 40.000 ton, maka total deplesi
pada tahun tersebut sebesar = 40.000 x Rp. 120.000 = Rp. 4.800.000
Deplesi Rp4.800.000,00
Akumulasi deplesi Rp4.800.000,00
Apabila perusahaan telah menaksir di muka biaya deplesi dan kenyataannya perhitungan taksiran
berbeda degan kenyataannya, maka perlu diadakan revisi. Koreksi deplesi ini bisa dilakukan
dengan cara berikut ini:
Deplesi pada tahun lalu dan masa yang akan datang sudah dicatat dikoreksi. Pada saat
adanya perubahaan. Dihitung lagi deplesi perunit kemudian dilakukan koreksi.
Deplesi tahun lalu sudah dicatat tidak di koreksi, tetapi deplesi tahun yang akan datang
dilakukan dengan data yang terakhir. Deplesi pada tahun lalu tidak dikoreksi, tetapi deplesi
untuk tahun berjalan dan tahun yang akan datang dilakukan revisi.
Contoh biaya pembangunan bertambah sebesar Rp. l.800.000,00. Setelah di eksploitasi dalam
tahun kedua sebanyak 30.000 ton, tambang ditaksir masih mengandung 90.000 ton. Perhitungan
deplesi pada tahun kedua didapat sebagai berikut:
Harga perolehan pertama 20.000.000
(-) Nilai sisa 2.000.000
Deplesi tahun pertama 4.800.000
(6.800.000 )
13.200.000
(+) Biaya pembangunan tahun kedua 1.800.000
Pada aktiva tetap milik perusahaan yang mengolah sumber daya alam, kegunaan aktiva terbatas
sampai selesainya eksploitasi sumber alam. Maka depresiasi aktiva tetap dapat dihitung dengan
taksiran hasil sumber alam.
Apabila aktiva disusutkan, maka akun penilaian yang biasanya disebut akumulasi penyusutan
dikredit. Karena dampak yang signifikan dari metode penyusutan yang digunakan terhadap
laporan keuangan, maka pengungkapan berikut harus dibuat:
beban penyusutan untuk periode berjalan
saldo kelas utama dari aktiva yang dapat disusutkan, menurut sifat dan fungsi
akumulasi penyusutan, baik menurut kelas utama aktiva yang dapat disusutkan maupun dalam
jumlah total.
suatu uraian umum tentang metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan berkaitan
dengan kelas utama aktiva yang dapat disusutkan.
Aktiva tak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang secarafisik tidak dapat
dinyatakan. Contoh Aktiva tidak berwujud adalah hak paten, hak cipta, hak merek, biaya riset
dan pengembangan biaya ditangguhkan serta hak pengusahaan sumber alam. Aktiva tidak
berwujud dapat diperoleh melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan.
Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan membeli dari pihak luar, maka
disamping harga beli yang termasuk sebagai harga perolehan (cost) adalah biaya – biaya
tambahan untuk mendapatkannya seperti biaya yang dibayarkan kepada pemerintah dan
notaries serta biaya administrasi yang berhubungan. Apabila suatu aktiva tidak berwujud
diperoleh dengan jalan mengembangkan sendiri, maka termasuk dalam harga perolehan
adalah biaya-biaya bahan, peralatan, dan fasilitas, biaya gaji dan upah dan biaya tidak
langsung misalnya alokasi biaya administrasi dan umum.
2. Organization Cost
Adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang terjadi sehubungan dengan set-
up perusahaan sebelum beroperasi, contohnya : pembayaran kepada notaris. Pengeluaran
ini diakui sebagai perolehan aktiva tak berwujud, karena atas pengeluaran tersebut
perusahaan akan memperoleh manfaat yang lebih dari satu tahun buku juga, yaitu selama
perusahaan masih beroperasi.
4. Hak Paten
Hak Patent adalah hak yang diperoleh atas suatu penemuan tertentu. Dimana atas
penemuan tersebut, penemu akan memperoleh manfaat tertentu untuk kurun waktu
tertentu dan dapat diperpanjang. Penemuan tersebut bisa berupa suatu produk, atau
rekayasa, atau formula, atau system, atau cara tertentu.
7. Franchise
Adalah hak yang diperoleh untuk melakukan suatu usaha tertentu, atau
memasarkan produknya, sekaligus mengikuti pola usaha, cara pengelolaan, penggunaan
logo maupun penggunaan alat usaha tertentu yang aslinya dimiliki oleh perusahaan yang
memberikan hak franchise.
8. Goodwill
Adalah kelebihan-kelebihan, keistimewaan tertentu yang dimiliki oleh perusahaan,
yang oleh karenanya menjadi dinilai lebih oleh pihak lain. Kelebihan/keisitimewaan
tersebut bisa karena perusahaan memiliki reputasi manajemen yang sangat bagus,
menghasilkan suatu produk unggul yang sulit dicari pesaingnya, letaknya strategis, dan
lain-lain.
C. Goodwill
1. Definisi Goodwill
Goodwill merupakan aset tak berwujud yang paling berbeda dan paling
tidak memiliki wujud karena aset tak berwujud yang sulit untuk diukur secara
handal. Goodwill hanya akan terjadi apabila ada transaksi strategis semisal akuisisi
atau merger dengan perusahaan lain. Munculnya goodwill ketika pembayaran
(pembelian) atas transaksi strategis dengan harga diatas harga pasar aset bersih
(nilai buku). Selisih yang timbul inilah yang dinamakan Goodwill. Dengan kata
lain Goodwill merupakan representasi angka yang lebih besar dari nilai buku yang
dibayarkan suatu entitas untuk bisa mendapatkan entitas lain. Manfaat Goodwill
ada di masa mendatang, seperti “nama besar”, tingkat ke-strategis-an produk atau
perusahaan, kedekatan dengan konsumen, dan yang lainnya
2. Perolehan Goodwill
Goodwill akan timbul jika ada aktifitas suatu entitas bisnis membeli entitas
lain, dimana harga yang dibayarkan lebih besar dari harga/kekayaan bersih
perusahaan yang dibeli. namun, apabila harga belinya dibawah dari kekayaan
bersihnya. maka yang muncul adalah goodwill negatif, logikanya sama hanya
dibolak balik saja.
Total Aset Bersih Perusahaan yang anda beli adalah Rp 750 namun perusahaan anda
membelinya dengan harga Rp 850, ada selisih Rp 100. Selisih inilah yang kita sebut
sebagai “Goodwill”. Apa ini kerugian? mungkin secara angka angka memang lebih
mahal, tapi manfaat pembelian perusahaan tersebut diprediksi akan mengalir hingga
beberapa tahun kedepan mengingat lokasinya yang strategis. Dalam akuntansi,
pencatatan atas terjadinya goodwill akan dilakukan seperti ini:
Aset Rp 1.000
Goodwill Rp 100
Kas Rp 850
Liabilitas Rp 250
3. Amortisasi
Amortisasi merupakan istilah lain dari penyusutan, kalau pada aktiva tetap
ada istilah penyusutan, dalam Aset Tak Berwujud, penyusutan itu disebut
amortisasi. dalam PSAK disebutkan Amortisasi merupakan alokasi jumlah
tersusutkan secara sistematis atas aktiva tak berwujud selama masa manfaat
ekonomisnya. Namun, saat ini amortisasi goodwill dalam akuntansi masih menjadi
perdebatan baik di IFRS ataupun di IAS. IFRS maupun IAS memutuskan untuk tidak
membolehkan penerapan amortisasi goodwill dan menggantinya
dengan impairment (revaluasi goodwill).
Jika mengacu pada konsep metode amortisasi sekian tahun, estimasi manfaat
goodwill yang habis sekian tahun menjadi tidak relevan. Contoh kasusnya, goodwill
sebuah perusahaan diprediksi akan mengalami amortisasi selama 20 tahun. Dari
pernyataan tersebut, maka setelah 20 tahun goodwill perusahaan tersebut diprediksi
sudah tak ada manfaatnya lagi. Lalu jika kita melihat realitanya, brand Nike atau
Adidas bertahan sangat lama. Tentu ini sulit untuk diterima dan tak bisa diandalkan
sebagai informasi. Meskipun beberapa perusahaan di Indonesia melakukannya.
Namun, keakuratan perhitungan manfaat tersebut masih belum memiliki patokan yang
jelas. Dengan demikian, goodwill tidak perlu diamortisasi.