LAPORAN KASUS
Riwayat Psikiatri
Riwayat psikiatri diperoleh dari heteroanamnesis(adek pasien) dan autoanamnesis.
Kebenaran anamnesis dapat dipercaya.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AA
Usia : 40 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Anak ke : 7 dari 11 bersaudara
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Suku : Bengkulu
Status : Menikah
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Perumnas BTN Air Meles Bawah, Kec. Air Meles
Bawah Curup Timur, Provinsi Bengkulu
No RM : 036863
Tanggal Pemeriksaan : 05/5/2015 pukul 12.00 WIB
HETEROANAMNESIS
Diperoleh dari Adek kandung pasien, Tn. AW, berusia 25 tahun,
bekerja sebagai Karyawan BRI Curup, saat ini tidak tinggal serumah dengan
pasien dan sangat mengenal pasien. Tn. AW mengatakan bahwa pasien
merupakan orang yang temperamental. Pasien sering marah-marah tanpa alas
an yang jelas. Saat kelas 2 SMP, pasien pernah menusuk perut teman
sekelasnya dengan pisau sehingga pasien dikeluarkan dari sekolah. Pasien
juga pernah menusuk rekan kerjanya saat setelah memiliki istri dan seorang
anak. Hal ini terjadi di saat pasien bekerja sebagai makelar dan tidak
mendapatkan komisi dari rekan kerjanya. Setelah itu pasien melarikan diri
dan tidak mau bertanggung jawab atas tindakannya tersebut. Setelah
berdamai dengan keluarga korban, pasien kembali ke rumah dan membuka
usaha kredit barang-barang elektronik dan barang-barang lainnya. Pada tahun
2005, pasien membeli rumah. Menurut adek pasien, rumah tersebut tampak
menyeramkan. Orang-orang yang tinggal disekitar rumah tersebut juga
berkata demikian. Semenjak tinggal dirumah tersebut pasien sering bermimpi
didatangi oleh makhluk aneh yang dapat memberikan harta karun, namun
harus ditukarkan dengan anak kesayangannya. Pasien juga sering bermimpi
melakukan ritual-ritual untuk cepat mendapatkan kekayaan, dan mimpi-
mimpi tersebut benar-benar diritualkan oleh pasien seperti mandi kembang
dan membakar kemenyan. Pasien masih melakukan pekerjaan sehari-harinya
seperti biasa. Sejak 4 tahun yang lalu, perilaku pasien semakin aneh.pasien
pernah membuat makan didalam rumah, dan meminta 2 ekor kambing kepada
keluarganya untuk dijadikan sesajen. Sehingga usaha diambil alih oleh
istrinya. Usaha mengalami kemunduran/bankrupt. Pada bulan maret 2015,
pasien mulai merampok, melakukan pemalakan liar ke pedagang pasar, dan
mengaku bahwa ia memiliki ilmu hebat. Pasien sering marah-marah dan
pernah ingin memukul adek iparnya dikarenakan menolak perintahnya. Pada
tanggal 5 April 2015, pasien membakar mobil adek nya yang paling bungsu,
dikarenakan adek bungsunya tersebut memarahinya.
OFFICE VISITE
Pasien dirawat di ruang IPC (intensif psychiatry centre), saat ini
dirawat di kamar no 2. Pasien tinggal di perumahan BTN curup, sejak + 2
bulan yang lalu. Pasien menyewa rumah kontrakan dengan ukuran kira-kira
8x6 m2, terdiri dari 2 kamar, satu kamar mandi didalam rumah, sumur
terletak di luar rumah, satu ruang tamu, satu dapur, satu teras dengan dua
tiang kayu didepannya. Dinding tembok dengan lantai keramik. Rumah
pasien terletak didalam gang. Jarak antara rumah pasien dengan puskesmas
sekitar 2 km. keadaan rumah saat ini kosong, tidak ada penghuni. Istri dan
empat orang anaknya kembali ke rumah mertua pasien, 3 orang anak yang
lainnya tinggal bersama adek pasien. Sebelumnya pasien dan keluarga tinggal
di kelurahan Aderejo, Rejang lebong, dengan rumah kontrakan sebesar kira-
kira 8x5 m2, tinggal bersama istri dan ketujuh anaknya.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien belum pernah ada gangguan psikiatri sebelumnya, pasien belum
pernah berobat ke rumah sakit jiwa maupun ke psikiater.
2. Riwayat Gangguan Medik
- Pasien tidak ada riwayat gangguan medis, dan pasien belum pernah
dirawat di rumah sakit sebelumnya.
- Tidak ada riwayat hipertensi, tidak ada riwayat diabetes mellitus dan
riwayat sakit hipotiroid.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol
Riwayat mengkonsumsi alkohol pernah, rokok sering, dan narkoba tidak ada.
E. Riwayat Keluarga
Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa dengan pasien.
Pasien memiliki 10 saudara, 2 diantaranya telah meninggal dunia. Orang tua
pasien sudah meniggal. Pasien memiliki 1 istri dan 7 anak. Anak ke 3 dan ke
6 laki-laki, selebihnya perempuan. Hubungan pasien dengan istri dan anak-
anaknya baik. pasien sangat dekat dengan anak-anaknya. Pasien dan anak-
anaknya tinggal dengan ekonomi menengah kebawah.
Genogram
Keterangan :
Laki- laki
Perempuan
Menikah
Meninggal
F. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien saat ini dirawat di ruang IPC Rumah Sakit Khusus Jiwa
Soeprapto Provinsi Bengkulu sejak 15 hari yang lalu. Tidak ada keluarga
pasien yang menemani pasien selama dirawat. Namun keluarga datang
beberapa kali untuk menjenguk. Istri pasien pulang kerumah orangtuanya
bersama 4 orang anaknya dan 3 orang anaknya tinggal bersama saudara
pasien. Anak-anak dan istri pasien belum pernah datang untuk menjenguk
pasien. Pasien juga belum berkomunikasi dengan anak dan istrinya selama
dirawat. Rumah kontrakan pasien saat ini tidak ada penghuni. Pasien tidak
tahu bagaimana anak-anak dan istrinya akan melanjutkan kehidupannya.
Pasien merasa kehidupan rumah tangganya kacau dan berantakan. Biaya
perawatan pasien ditanggung oleh BPJS.
G. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya dan Lingkungannya
F. Daya Nilai
Daya nilai sosial pasien baik. Uji daya nilai realitas pasien juga baik.
G. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien baik, selama wawancara dapat mengontrol
emosinya dengan baik (tidak mengamuk atau menangis)
H. Tilikan
Tilikan derajat 1, karena pasien menyangkal secara penuh bahwa dirinya
sakit
I. Taraf Dapat Dipercaya
Kemampuan pasien untuk dapat dipercaya cukup akurat, pasien berkata
dengan jujur mengenai peristiwa yang terjadi, dan di cross check juga dengan
keterangan dari keluarga pasien yang menceritakan kejadian yang serupa.
b. Status Internus
Kepala Normocephali, rambut tidak mudah dicabut, pertumbuhan
rambut merata, dan warna rambut hitam-putih.
Mulut bibir tidak sianosis, lidah kotor (-), papil lidah tersebar merata,
mukosa lidah merah
P Stemfremitus kanan=kiri
P Sonor
c. Status Neurologis
i. Saraf kranial : dalam batas normal
ii. Saraf motorik : dalam batas normal
iii. Sensibilitas : dalam batas normal
iv. Susunan saraf vegetatif : dalam batas normal
v. Fungsi luhur : dalam batas normal
Aksis III
Tidak ada
Aksis IV
Ekonomi rendah, masalah keluarga dan masalah sosial
Aksis V
GAF scale 60 – 51, gejala sedang disabilitas sedang (dalam 6 bulan terakhir)
VII. PROGNOSIS
Prognosis pasien secara menyeluruh adalah dubia ad bonam
Sehingga kesimpulan prognosis pada pasien berdasarkan wawancara diatas
sebagai berikut :
Quo Ad Vitam : Ad bonam
Quo Ad Functionam : Ad bonam
Quo Ad Sanationam : Dubia Ad malam
VIII. Terapi
Psikofarmaka
Chlorpromazine 2x100 mg
Psikoterapi & Edukasi
Psikoterapi yang diberikan pasien adalah psikoterapi suportif, psikoterapi
reedukatif, dan terapi kognitif-perilaku.
- Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defens
(pertahanan), mendukung fungsi-fungsi ego, memperluas mekanisme
pengendalian, perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan.
- Psikoterapi reedukatif bertujuan untuk meningkatkan insight
(pengetahuan pasien) terhadap penyakitnya serta mengembangkan
kemampuannya untuk menunjang penyembuhan dirinya. Selain itu juga
meningkatkan pengetahuan keluarga untuk mendukung kesembuhan
pasien. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan edukasi baik terhadap
pasien maupun keluarga.
- Psikoterapi rekonstruktif bertujuan untuk dicapainya tilikan akan konflik-
konflik nirsadar dengan usaha untuk mecapai perubahan struktur luas
kepribadian. Membangun kembali kepercayaan diri pasien, menjelaskan
kepada pasien bahwa pasien memiliki untuk mencari pekerjaan lain yang
diminati oleh pasien. Menolak semua pikiran negatif mengenai dirinya,
dan menyarankan untuk tidak menghiraukan suara halusinasi yang
mengganggu tersebut. Menyarankan pasien untuk ikut kegiatan social
atau berinteraksi dengan lingkungan sekitar rumah.
Edukasi
o Menyarankan kepada keluarga untuk pentingnya dukungan kepada
pasien, jangan membatasi aktivitas pasien secara wajar, ajak pasien
bergembira, kurangi hal-hal yang dapat memperburuk keadaan
pasien.
o Berdiskusi terhadap pentingnya pasien untuk teratur minum obat dan
kontrol selain itu kembali menyibukan diri seperti aktivitas dulu,
kembali melakukan hal-hal yang menyenangkan, jangan menyimpan
emosi, bila mungkin bisa kontrol ke psikiater.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada
persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif
tertentu dapat berkembang kemudian. Skizofrenia merupakan suatu sindrom
psikotik kronis yang ditandai oleh gangguan pikiran dan persepsi, afek
tumpul, anhedonia, deteriorasi, serta dapat ditemukan uji kognitif yang buruk.
2.2 Etiologi
Sampai saat ini penyebab dari gangguan skizofrenia masih belum diketahui
secara pasti. Namun, terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam
menganalisa penyebab skizofrenia, antara lain :
a. Faktor biologis: dapat ditemukan gangguan organik berupa pelebaran
ventrikel tiga dan lateral, atropi bilateral lobus temporomedial dan
girus parahipokampus serta penurunan korteks prefrontal dorsolateral.
b. Faktor biokimia: gejala psikotik pada pasien skizofrenia timbul
diperkirakan adanya gangguan neurotransmitter sentral, yaitu
peningkatan aktivitas dopamine. Teori lain mengungkapkan adanya
peningkatan serotonin dan norepinefrin pada sistim limbic.
c. Faktor genetic: angka kejadian skizofrenia meningkat pada keluarga
dengan riwayat yang sama dan diturunkan secara bermakna,
kompleks serta poligen.
2.3 Psikopatologi
Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa perubahan-perubahan pada
neurotransmiter dan resptor di sel-sel saraf otak (neuron) dan interaksi zat
neurokimia dopamin dan serotonin, ternyata mempengaruhi alam pikir,
perasaan, dan perilaku yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif dan
negatif skizofrenia.
Gejala negatif Gejala positive
Alogia Halusinasi
Afek datar Delusi
avolition – apatis Tingkah laku aneh
anhedonia – asociality Gangguan berfikir positif formal
Gangguan attensi
2.5 Diagnosis
DSM IV mempunyai kriteria diagnosis resmi dari American Psychiatric
Association untuk skizofrenia:
Kriteria Diagnostik Skizofrenia
1. Berlangsung paling sedikit 6 bulan
2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu dalam bidang pekerjaan,
hubungan interpersonal, dan fungsi kehidupan pribadi
3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama periode
tersebut
4. Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafekif, gangguan
mood mayor, autism, atau gangguan organic.
Pedoman Diagnostik (PPDGJ-III):
Minimal ada satu gejala dari criteria dibawah ini yang sangat jelas, atau 2
gejala bila tidak terlalu jelas:
1. Thought of echo, thought insertion, thought withdrawl, thought
broadcasting
2. Delusion of control, delusion of influence, delusion of passivity,
delusion perception.
3. Halusinasi audiotorik
4. Waham yang menetap
Atau minimal terdapar dua gejala dari criteria di bawah ini yang harus
selalu ada secara jelas:
1. Halusinasi yang menetap dari pancaindera
2. Arus pikiran yang terputus, atau mengalami sisipan sehingga
mengalami inkoherensi
3. Gejala katatonik seperti gaduh gelisah, gangguan postur, flexibilitas
cerea, negativism, mutism dan stupor.
4. Gejala negative seperti sikap apatis, jarang bicara, respon emosional
yang menumpul atau tidak wajar.
Gejala diatas berlangsung dalam jangka waktu satu bulan atau lebih
Terdapat perubahan yang konsisten dan bermakna dari aspek perilaku
pribadi.
Skizofrenia hebefrenik : diagnose ini ditegakkan pada penderita usia remaja atau
dewasa muda. Pedoman diagnostic PPDGJ-III:
2.6 Penatalaksanaan
Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama
menimbulkan kemungkinan lebih besar penderita menuju ke kemunduran mental.
2.7.1 Farmakoterapi
Indikasi pemberian obat antipsikotik pada skizofrenia adalah untuk
mengendalikan gejala aktif dan mencegah kekambuhan. Obat antipsikotik
mencakup dua kelas utama: antagonis reseptor dopamin, dan antagonis serotonin-
dopamin.
a. Antagonis Reseptor Dopamin
Antagonis reseptor dopamin efektif dalam penanganan skizofrenia, terutama
terhadap gejala positif. Obat-obatan ini memiliki dua kekurangan utama.
Pertama, hanya presentase kecil pasien yang cukup terbantu untuk dapat
memulihkan fungsi mental normal secara bermakna. Kedua, antagonis
reseptor dopamin dikaitkan dengan efek samping yang mengganggu dan
serius. Efek yang paling sering mengganggu adalah akatisia adan gejala lir-
parkinsonism berupa rigiditas dan tremor. Efek potensial serius mencakup
diskinesia tarda dan sindrom neuroleptik maligna.
b. Antagonis Serotonin-Dopamin (SDA)
SDA menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang minimal atau tidak ada,
berinteraksi dengan subtipe reseptor dopamin yang berbeda di banding
antipsikotik standar, dan mempengaruhi baik reseptor serotonin maupun
glutamat. Obat ini juga menghasilkan efek samping neurologis dan
endokrinologis yang lebih sedikit serta lebih efektif dalam menangani gejala
negatif skizofrenia. Obat yang juga disebut sebagai obat antipsikotik atipikal
ini tampaknya efektif untuk pasien skizofrenia dalam kisaran yang lebih luas
dibanding agen antipsikotik antagonis reseptor dopamin yang tipikal.
Golongan ini setidaknya sama efektifnya dengan haloperidol untuk gejala
positif skizofrenia, secara unik efektif untuk gejala negatif, dan lebih sedikit,
bila ada, menyebabkan gejala ekstrapiramidal. Beberapa SDA yang telah
disetujui di antaranya adalah klozapin, risperidon, olanzapin, sertindol,
kuetiapin, dan ziprasidon. Obat-obat ini tampaknya akan menggantikan
antagonis reseptor dopamin, sebagai obat lini pertama untuk penanganan
skizofrenia.
Pada kasus sukar disembuhkan, klozapin digunakan sebagai agen
antipsikotik, pada subtipe manik, kombinasi untuk menstabilkan mood
ditambah penggunaan antipsikotik. Pada banyak pengobatan, kombinasi ini
digunakan mengobati keadaan skizofrenia.
Kategori obat: Antipsikotik – memperbaiki psikosis dan kelakuan agresif.
Nama Obat
Haloperidol
Tab. 2 – 5 mg 5 – 15 mg/hari
(Haldol)
Risperidone
Tab. 1 – 2 – 3 mg 2 – 6 mg/hari
(Risperdal)
Olanzapine
Tab. 5 – 10 mg 10 – 20 mg/hari
(Zyprexa)
Clozapine
Tab. 25 – 100 mg 25 – 100 mg/hari
(Clozaril)
Aripiprazole
Tab. 10 – 15 mg 10– 15 mg/hari
(Abilify)
2.7.2 Terapi Psikososial
c. Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan
sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri
sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif
adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal
yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit.1
d. Terapi berorientasi keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia sering kali dipulangkan
dalam keadaan remisi parsial, keluarga dimana pasien skizofrenia kembali
seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun
intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting
yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya
lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang
jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk
melakukan aktivitas teratur terlalu cepat.
Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang
sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya. Ahli
terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa
menjadi terlalu mengecilkan hati.1
e. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin
terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan,
atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial,
meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien
skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya
dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien
skizofrenia.1
f. Psikoterapi individual
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di
dalam pengobatan pasien non-psikotik. Pengamatan yang cermat dari jauh
dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan
terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang
prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri.
Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan
kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau
eksploitasi.
g. Perawatan di Rumah Sakit
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,
menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau
membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan dasar.
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu
mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit
tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas
pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki
orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup,
pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan
untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga
pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu
pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.
h. Terapi kejang listrik. Terapi ini dilakukan dengan menempelkan 2 buah
electrode di bagian temporal kepala dan mengalirinya dengan listrik.
Diharapkan dengan adanya aliran listrik itu akan merangsang kejang seperti
pada epilepsi granmal.
BAB III
PEMBAHASAN
Disusun Oleh:
Nofra Aswandi