Anda di halaman 1dari 27

BAB I

LAPORAN KASUS

Riwayat Psikiatri
Riwayat psikiatri diperoleh dari heteroanamnesis(adek pasien) dan autoanamnesis.
Kebenaran anamnesis dapat dipercaya.

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AA
Usia : 40 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Anak ke : 7 dari 11 bersaudara
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Suku : Bengkulu
Status : Menikah
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Perumnas BTN Air Meles Bawah, Kec. Air Meles
Bawah Curup Timur, Provinsi Bengkulu
No RM : 036863
Tanggal Pemeriksaan : 05/5/2015 pukul 12.00 WIB

II. Riwayat Psikiatri


A. Keluhan Utama
Dibawa oleh keluarga dengan keluhan membakar Mobil
B. Riwayat Gangguan Sekarang
AUTOANAMNESIS
Sejak 4 tahun SMRS, pasien merasa banyak yang berubah dalam
kehidupannya. Pasien merasa kurang nyaman dan semua usaha yang
dilakukannya mengalami kemunduran. Penghasilan semakin sedikit dan
pasien sering mengalami hal-hal aneh.
Saat sedang sendiri, pasien sering melihat kepala orang-orang yang
telah meninggal berterbangan di sekitar ruangan rumahnya. Orang tersebut
adalah laki-laki dan perempuan dan tidak dikenali oleh pasien. Terkadang
mereka datang sendiri, terkadang mereka datang beramai-ramai. Mereka
datang hanya untuk mengganggu pasien. Mereka sering menyuruh pasien
untuk melakukan ritual-ritual untuk mendapatkan kekayaan seperti berpuasa
selama 3 hari, serta meminta pasien untuk melakukan tindakan kriminal
seperti menusuk orang lain dengan pisau, namun pasien menolak untuk
melakukannya. Ketika pasien menolak untuk melakukan apa yang mereka
inginkan, pasien akan disiksa. Orang tersebut akan masuk kedalam tubuh
pasien dan berusaha menyakiti pasien sehingga pasien sering merasa sakit
pinggang, pundak dan kepala terasa pusing dan berat. Mereka masuk ke
dalam tubuh pasien melalui kepala. Pasien tidak sanggup untuk
menghalanginya karena mereka terlalu kuat. Pasien terkadang melakukan
komunikasi dengan orang-orang tersebut, namun pasien tidak ingat isi
pembicaraannya.
Pasien juga sering mendengarkan suara-suara aneh, namun pasien
tidak mengetahui dari mana sumber suara tersebut. Pasien tidak mengenal
suara tersebut. Suara tersebut merupakan suara laki-laki dan perempuan,
suara perempuan lebih sering didengar. Terkadang suara tersebut terdengar
sangat keras seperti berteriak, terkadang terdengar seperti berbicara seperti
biasa, dan terkadang hanya terdengar seperti bisikan-bisikan. Pasien tidak
dapat menangkap dengan jelas apa yang dibicarakan oleh mereka. Suara
tersebut sering juga terdengar seperti orang tertawa seolah-olah menertawai
pasien, mengejek pasien. Pasien tidak melawan suara tersebut, pasien hanya
terdiam dan merasa tidak nyaman. Pasien tidak melakukan percakapan
dengan suara-suara aneh tersebut. Pasien juga sering merasa dirinya dikejar-
kejar oleh sosok berbadan besar dan berwarna hitam, seolah-olah ingin
menangkap pasien. Pasien tidak takut, pasien berpendapat bahwa kejadian-
kejadian aneh yang dia alami bertujuan untuk melindunginya.
Sejak 4 tahun yang lalu juga pasien merasa semua usaha atau
pekerjaan yang dikerjakannya tidak ada yang mengalami kemajuan, usaha
bankrupt dan penghasilan semakin lama semakin menurun. Pasien curiga
bahwa kemunduran usahanya disebabkan oleh orang lain. Pasien merasa
orang-orang membenci pasien, termasuk keluarga pasien. Sehingga pasien
mudah tersinggung terhadap pembicaraan orang lain dan timbul dorongan
untuk menyakiti orang tersebut. Pasien sering melamun dan merasa memiliki
beban pekerjaan yang berat, pikiran kacau dan sering marah-marah. Pasien
suka melihat air. pasien merasa tenang dan damai apabila melihat air. pasien
tidak tahu sebabnya kenapa ia senang menatap air.
Pasien sering merasa lemas dan tidak berdaya dikarenakan oleh
energi yang ia punya diambil atau disedot dari tubuhnya oleh lampu.
Terkadang lampu tersebut menyentrum pasien hingga pasien berteriak
kesakitan. Kejadian tersebut tidak berlangsung lama, dan berhenti secara
tiba-tiba. + 1 bulan yang lalu, pasien dituduh membakar mobil adek
kandungnya sendiri. Pasien menyangkal telah melakukan tindakan tersebut.
Pasien merasa tubuhnya dikendalikan oleh energi dari luar. Pasien sering
mengalami hal tersebut dan menyangkal bahwa dirinya yang telah melakukan
suatu tindakan. Pasien dibawa ke kantor polisi dan tidak mengetahui alasan
mengapa ia dibawa ke Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi
Bengkulu.

HETEROANAMNESIS
Diperoleh dari Adek kandung pasien, Tn. AW, berusia 25 tahun,
bekerja sebagai Karyawan BRI Curup, saat ini tidak tinggal serumah dengan
pasien dan sangat mengenal pasien. Tn. AW mengatakan bahwa pasien
merupakan orang yang temperamental. Pasien sering marah-marah tanpa alas
an yang jelas. Saat kelas 2 SMP, pasien pernah menusuk perut teman
sekelasnya dengan pisau sehingga pasien dikeluarkan dari sekolah. Pasien
juga pernah menusuk rekan kerjanya saat setelah memiliki istri dan seorang
anak. Hal ini terjadi di saat pasien bekerja sebagai makelar dan tidak
mendapatkan komisi dari rekan kerjanya. Setelah itu pasien melarikan diri
dan tidak mau bertanggung jawab atas tindakannya tersebut. Setelah
berdamai dengan keluarga korban, pasien kembali ke rumah dan membuka
usaha kredit barang-barang elektronik dan barang-barang lainnya. Pada tahun
2005, pasien membeli rumah. Menurut adek pasien, rumah tersebut tampak
menyeramkan. Orang-orang yang tinggal disekitar rumah tersebut juga
berkata demikian. Semenjak tinggal dirumah tersebut pasien sering bermimpi
didatangi oleh makhluk aneh yang dapat memberikan harta karun, namun
harus ditukarkan dengan anak kesayangannya. Pasien juga sering bermimpi
melakukan ritual-ritual untuk cepat mendapatkan kekayaan, dan mimpi-
mimpi tersebut benar-benar diritualkan oleh pasien seperti mandi kembang
dan membakar kemenyan. Pasien masih melakukan pekerjaan sehari-harinya
seperti biasa. Sejak 4 tahun yang lalu, perilaku pasien semakin aneh.pasien
pernah membuat makan didalam rumah, dan meminta 2 ekor kambing kepada
keluarganya untuk dijadikan sesajen. Sehingga usaha diambil alih oleh
istrinya. Usaha mengalami kemunduran/bankrupt. Pada bulan maret 2015,
pasien mulai merampok, melakukan pemalakan liar ke pedagang pasar, dan
mengaku bahwa ia memiliki ilmu hebat. Pasien sering marah-marah dan
pernah ingin memukul adek iparnya dikarenakan menolak perintahnya. Pada
tanggal 5 April 2015, pasien membakar mobil adek nya yang paling bungsu,
dikarenakan adek bungsunya tersebut memarahinya.

OFFICE VISITE
Pasien dirawat di ruang IPC (intensif psychiatry centre), saat ini
dirawat di kamar no 2. Pasien tinggal di perumahan BTN curup, sejak + 2
bulan yang lalu. Pasien menyewa rumah kontrakan dengan ukuran kira-kira
8x6 m2, terdiri dari 2 kamar, satu kamar mandi didalam rumah, sumur
terletak di luar rumah, satu ruang tamu, satu dapur, satu teras dengan dua
tiang kayu didepannya. Dinding tembok dengan lantai keramik. Rumah
pasien terletak didalam gang. Jarak antara rumah pasien dengan puskesmas
sekitar 2 km. keadaan rumah saat ini kosong, tidak ada penghuni. Istri dan
empat orang anaknya kembali ke rumah mertua pasien, 3 orang anak yang
lainnya tinggal bersama adek pasien. Sebelumnya pasien dan keluarga tinggal
di kelurahan Aderejo, Rejang lebong, dengan rumah kontrakan sebesar kira-
kira 8x5 m2, tinggal bersama istri dan ketujuh anaknya.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien belum pernah ada gangguan psikiatri sebelumnya, pasien belum
pernah berobat ke rumah sakit jiwa maupun ke psikiater.
2. Riwayat Gangguan Medik
- Pasien tidak ada riwayat gangguan medis, dan pasien belum pernah
dirawat di rumah sakit sebelumnya.
- Tidak ada riwayat hipertensi, tidak ada riwayat diabetes mellitus dan
riwayat sakit hipotiroid.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol
Riwayat mengkonsumsi alkohol pernah, rokok sering, dan narkoba tidak ada.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


a. Riwayat pranatal
Pasien lahir cukup bulan dengan persalinan normal ditolong dukun
dirumah. Selama kehamilan dan kelahiran tidak ada masalah, ibu pasien
sering mengontrol kehamilannnya dengan bidan di posyandu.
b. Riwayat masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan balita normal. Pasien
minum ASI sejak 0 bulan sampai usia 1 tahun didampingi dengan susu
formula.
c. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan padan masa ini normal. Pasien
berkembang menjadi seperti anak lain biasanya, pasien tidak memiliki
prestasi di bidang akademik maupun nonakademik. Pasien baik dan
memiliki banyak teman.
d. Riwayat masa remaja dan dewasa
Pasien saat remaja, pasien tumbuh dan berkembang menjadi orang yang
pemarah, suka berantam. Pasien menjadi mudah tersinggung dan sering
melukai temannya sendiri. Hubungan pasien dengan kakak kandungnya
sendiri tidak baik. Pasien tidak pernah akur dengan kakaknya
tersebut(anak ke-6). Pasien banyak bergaul dan memiliki banyak teman.
Pasien dikeluarkan dari sekolah setelah menusuk temannya dengan pisau.
e. Riwayat pendidikan
Pasien sekolah SD, SMP di Rejang Lebong. Pasien dikeluarkan dari
sekolah saat duduk di kelas 2 SMP dikarenakan menusuk temannya
dengan pisau. Prestasi di bidang akademik dan nonakademik selama
pendidikan tidak ada.
f. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai wiraswasta. Pasien dulunya adalah seorang
makelar. Setelah adanya perselisihan antara pasien dengan rekan kerjanya,
pasien menusuk rekan kerjanya tersebut dengan pisau dan pasien
melarikan diri selama setengah tahun. Setelah berdamai secara
kekeluargaan, pasien menjadi pengusaha kredit barang-barang elektronik
dan berbagai barang lainnya, dan pernah juga bekerja sebagai petani.
Setelah semua usaha pasien mengalami kemunduran/bankrupt sekitar 5
tahun yang lalu, pasien tidak memiliki pekerjaan hingga sekarang. Pasien
sering merampok, melakukan pemalakan liar di pasar.
g. Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah satu kali dan memiliki 7 orang anak, 5 orang
perempuan dan 2 orang laki-laki. Hubungan pasien dengan istri dan anak-
anak baik.
h. Riwayat kehidupan beragama
Pasien beragama Islam dan mengaku beribadahnya kurang, pasien sering
solat tetapi jarang 5 waktu.
i. Riwayat Psikoseksual
Pasien tidak memiliki kebiasaan-kebiasaan seksual yang menyimpang.
j. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien sering melakukan pelanggaran hukum namun jarang terlibat dalam
masalah hukum.
k. Aktivitas sosial
Pasien jarang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan tetangga.
Pasien lebih sering berada di luar rumah, mencari nafkah untuk istri dan
anak-anaknya. Pasien hanya tersenyum jika ada tetangga yang
menegurnya dan jarang mengobrol dengan tetangga atau teman disekitar
rumah.

E. Riwayat Keluarga
Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa dengan pasien.
Pasien memiliki 10 saudara, 2 diantaranya telah meninggal dunia. Orang tua
pasien sudah meniggal. Pasien memiliki 1 istri dan 7 anak. Anak ke 3 dan ke
6 laki-laki, selebihnya perempuan. Hubungan pasien dengan istri dan anak-
anaknya baik. pasien sangat dekat dengan anak-anaknya. Pasien dan anak-
anaknya tinggal dengan ekonomi menengah kebawah.

Genogram

Keterangan :

 Laki- laki

 Perempuan

 Keluarga yang tinggal serumah dengan pasien

 Menikah

 Meninggal
F. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien saat ini dirawat di ruang IPC Rumah Sakit Khusus Jiwa
Soeprapto Provinsi Bengkulu sejak 15 hari yang lalu. Tidak ada keluarga
pasien yang menemani pasien selama dirawat. Namun keluarga datang
beberapa kali untuk menjenguk. Istri pasien pulang kerumah orangtuanya
bersama 4 orang anaknya dan 3 orang anaknya tinggal bersama saudara
pasien. Anak-anak dan istri pasien belum pernah datang untuk menjenguk
pasien. Pasien juga belum berkomunikasi dengan anak dan istrinya selama
dirawat. Rumah kontrakan pasien saat ini tidak ada penghuni. Pasien tidak
tahu bagaimana anak-anak dan istrinya akan melanjutkan kehidupannya.
Pasien merasa kehidupan rumah tangganya kacau dan berantakan. Biaya
perawatan pasien ditanggung oleh BPJS.
G. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya dan Lingkungannya

Pasien mengaku dirinya tidak sakit, tidak mengalami gangguan jiwa.


Semua kejadian yg dialami pasien adalah hal yang nyata dan normal dan
bertujuan untuk melindungi dirinya. Pasien tidak merasa telah melakukan
tindakan kriminal seperti merampok dan membakar mobil, pasien merasa
dirinya baik-baik saja. Pasien ingin segera keluar dari Rumah Sakit Khusus
Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu, membangun rumah tangganya kembali
yang telah kacau dan berantakan, berkumpul bersama anak-anak dan
instrinya, bekerja untuk mencukupi kebutuuhan keluarganya.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


Pemeriksaan dilakukan di rumah pasien pada tanggal 05 Mei 2015, hasil
pemeriksaan ini menggambarkan situasi keadaan pasien saat office visit.
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Laki-laki berusia 40 tahun, paras sesuai umur dengan postur tubuh
yang astenikus (kurus), kesan gizi pasien kurang. penampilan kurang rapi
dengan rambut pasien pendek ikal. Pasien mengenakan baju berwarna
merah dan kain sarung bermotif kotak-kotak.
2. Kesadaran
Kompos mentis, secara kualitas berubah
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Keadaan pasien tenang. Pasien tidak memperlihatkan gerak-gerik yang
tidak bertujuan, gerak berulang, maupun gerakan abnormal/involunter.
4. Pembicaraan
 Kuantitas: Pasien dapat menjawab pertanyaan dan dapat
mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.
 Kualitas : pasien menyambung jika ditanya, dan menjawab pertanyaan
dengan spontan, pasien antusias untuk bercerita, pasien berbicara
dengan intonasi agak lambat, pengucapan kata jelas dan pembicaraan
dapat dimengerti. Terkadang pasien menjawab tidak sesuai dengan
pertanyaan.
 Tidak ada hendaya berbahasa, pasien fasih berbahasa Indonesia
5. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif, kontak mata adekuat. Pasien jarang sekali menjawab
pertanyaan tidak melihat kearah pemeriksa. Pasien dapat menjawab
pertanyaan dengan baik.
B. Keadaan Afektif
1. Mood : disforia
2. Afek : tumpul
3. Keserasian : serasi
C. Gangguan Persepsi
- Halusinasi auditorik ada  pasien mendengar suara- suara yang
mengganggunya, menghina dan menyuruh pasien untuk melakukan
sesuatu
- Halusinasi visual ada  pasien melihat orang-orang yang telah
meninggal tanpa tubuh berterbangan di dalam rumahnya
- Halusinasi somatik ada  pasien merasa tubuhnya sakit terutama di
daerah dada dan pundak, disebabkan oleh makhluk asing
- halusinasi lainnya dan ilusi tidak ada
D. Proses Pikir
1. Bentuk pikir : autistik
2. Arus pikir
a. Produktivitas : pasien dapat menjawab spontan saat diajukan
pertanyaan, pasien terkadang memberikan ide-ide yang berpindah-
pindah dimana ide tersebut tidak berhubungan (asosiasi longgar)
b. Kontinuitas : Inkoheren, terkadang pasien menjawab tidak sesuai
dengan pertanyaan yang diajukan.
c. Hendaya berbahasa : Tidak terdapat hendaya berbahasa
3. Isi pikiran :
- Waham kontol  pasien merasa bahwa dirinya dikontrol oleh energi atau
kekuatan dari luar.
- Waham kejar  pasien merasa setiap kali berkendaraan, ada yang
sedang mengikuti nya
- Waham curiga  pasien merasa semua orang membencinya sehingga
usanya tidak mengalami kemajuan
- Waham bizarre  pasien merasa lampu menarik energi dari tubuhnya.

E. Fungsi Intelektual / Kognitif


1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
 Taraf pendidikan
Pasien lulusan SMP
 Pengetahuan Umum
Baik, pasien dapat menjawab dengan tepat siapa presiden Indonesia dan
warna Bendera Indonesia.
2. Daya konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi pasien kurang, pasien tidak dapat mengurangkan angka 100
dikurang 7 dan kelipatannya, pasien juga tidak bisa mengalikan angka
seperti 7x5 atau 5x10, pasien mengatakan tidak bisa fokus
Perhatian pasien kurang, pasien bisa mengeja kata RUMAH tetapi tidak
bisa menyebutkan benda-benda yang berawalan huruf A.
3. Orientasi
 Waktu : Baik, pasien mengetahui saat wawancara saat siang hari
 Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada di RSKJS
Provinsi Bengkulu
 Orang : Baik, pasien mengetahui siapa saja saudaranya, siapa saja
yang tinggal serumah dengannya, dan mengetahui sedang diwawancara
oleh siapa.
4. Daya Ingat
 Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat dimana pasien bersekolah dan
kehidupan sekolahnya.
 Daya ingat jangka menengah
Baik, pasien dapat mengingat persis kejadian-kejadian beberapa
minggu terakhir
 Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat makan apa tadi malam
 Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengingat nama pemeriksa dan dapat mengulang 6
angka yang disebutkan oleh pemeriksa
 Akibat hendaya daya ingat pasien
Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien saat ini.
6. Kemampuan baca tulis: baik
7. Kemampuan visuospatial: baik
8. Berpikir abstrak: baik, pasien dapat menjelaskan persamaan apel dan pir
9. Kemampuan menolong diri sendiri : baik, pasien dapat melakukan
perawatan diri sehari- hari secara mandiri seperti mandi, makan, minum.

F. Daya Nilai
Daya nilai sosial pasien baik. Uji daya nilai realitas pasien juga baik.
G. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien baik, selama wawancara dapat mengontrol
emosinya dengan baik (tidak mengamuk atau menangis)
H. Tilikan
Tilikan derajat 1, karena pasien menyangkal secara penuh bahwa dirinya
sakit
I. Taraf Dapat Dipercaya
Kemampuan pasien untuk dapat dipercaya cukup akurat, pasien berkata
dengan jujur mengenai peristiwa yang terjadi, dan di cross check juga dengan
keterangan dari keluarga pasien yang menceritakan kejadian yang serupa.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Generalis
 KU : Tampak Sehat
 Sensorium : CM (GCS: E4 V5 M6)
Vital Sign
 TD : 110/70 mmHg
 Nadi : 72 x/menit
 RR : 20 x/menit
 Suhu : 36,8 oC

b. Status Internus
Kepala Normocephali, rambut tidak mudah dicabut, pertumbuhan
rambut merata, dan warna rambut hitam-putih.

Mata Sklera ikterik -/-, conjungtiva palpbera anemis -/-, edema


palpebra -/-

Hidung deformitas (-), tidak ada sekret.

Telinga deformitas (-), liang lapang, pengeluaran sekret (-).

Mulut bibir tidak sianosis, lidah kotor (-), papil lidah tersebar merata,
mukosa lidah merah

Leher Dalam batas normal


Thorax Tidak terdapat scar, simetris kiri dan kanan

Paru I Pernapasan Statis-Dinamis kiri = kanan.

P Stemfremitus kanan=kiri

P Sonor

A Vesikuler, wheezing -/-, rhonki -/-

Jantung I iktus kordis tidak terlihat

P Iktus kordis tak teraba

P Batas atas jantung ICS II, batas kanan jantung linea


parasternalis dektra, batas kiri jantung ICS V LMC
sinistra

A Bunyi jantung I,II regular, gallop (-), Murmur(-)

Abdomen I Datar, benjolan (-)

A Bising usus (+) normal

P Timpani (+) di seluruh regio abdomen

P Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Ektrimitas Pitting edema (-/-) pada ekstrimitas, akral teraba hangat.

c. Status Neurologis
i. Saraf kranial : dalam batas normal
ii. Saraf motorik : dalam batas normal
iii. Sensibilitas : dalam batas normal
iv. Susunan saraf vegetatif : dalam batas normal
v. Fungsi luhur : dalam batas normal

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT


- pada pasien belum dilakukan pemeriksaan penunjang
- disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah rutin dan urin lengkap
VI. FORMULASI DIAGNOSIS
 Perempuan 40 tahun, menikah, swasta, tinggal dirumah bersama istri dan
ketujuh anaknya
 Penampilan kurang rapi, perawatan diri pasien kurang baik
 Pasien kooperatif, kontak mata inadekuat, pembicaraan pasien inkoheren
 Mood pasien disforik, afek pasien tumpul dan serasi
 Keluhan pertama kali muncul sejak 4 tahun yang lalu
 Gangguan pada aktivitas sosial

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Aksis I
F 20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Aksis II
Tidak ada

Aksis III
Tidak ada

Aksis IV
Ekonomi rendah, masalah keluarga dan masalah sosial

Aksis V
GAF scale 60 – 51, gejala sedang disabilitas sedang (dalam 6 bulan terakhir)
VII. PROGNOSIS
Prognosis pasien secara menyeluruh adalah dubia ad bonam
Sehingga kesimpulan prognosis pada pasien berdasarkan wawancara diatas
sebagai berikut :
Quo Ad Vitam : Ad bonam
Quo Ad Functionam : Ad bonam
Quo Ad Sanationam : Dubia Ad malam

VIII. Terapi
 Psikofarmaka
Chlorpromazine 2x100 mg
 Psikoterapi & Edukasi
Psikoterapi yang diberikan pasien adalah psikoterapi suportif, psikoterapi
reedukatif, dan terapi kognitif-perilaku.
- Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defens
(pertahanan), mendukung fungsi-fungsi ego, memperluas mekanisme
pengendalian, perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan.
- Psikoterapi reedukatif bertujuan untuk meningkatkan insight
(pengetahuan pasien) terhadap penyakitnya serta mengembangkan
kemampuannya untuk menunjang penyembuhan dirinya. Selain itu juga
meningkatkan pengetahuan keluarga untuk mendukung kesembuhan
pasien. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan edukasi baik terhadap
pasien maupun keluarga.
- Psikoterapi rekonstruktif bertujuan untuk dicapainya tilikan akan konflik-
konflik nirsadar dengan usaha untuk mecapai perubahan struktur luas
kepribadian. Membangun kembali kepercayaan diri pasien, menjelaskan
kepada pasien bahwa pasien memiliki untuk mencari pekerjaan lain yang
diminati oleh pasien. Menolak semua pikiran negatif mengenai dirinya,
dan menyarankan untuk tidak menghiraukan suara halusinasi yang
mengganggu tersebut. Menyarankan pasien untuk ikut kegiatan social
atau berinteraksi dengan lingkungan sekitar rumah.
Edukasi
o Menyarankan kepada keluarga untuk pentingnya dukungan kepada
pasien, jangan membatasi aktivitas pasien secara wajar, ajak pasien
bergembira, kurangi hal-hal yang dapat memperburuk keadaan
pasien.
o Berdiskusi terhadap pentingnya pasien untuk teratur minum obat dan
kontrol selain itu kembali menyibukan diri seperti aktivitas dulu,
kembali melakukan hal-hal yang menyenangkan, jangan menyimpan
emosi, bila mungkin bisa kontrol ke psikiater.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada
persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif
tertentu dapat berkembang kemudian. Skizofrenia merupakan suatu sindrom
psikotik kronis yang ditandai oleh gangguan pikiran dan persepsi, afek
tumpul, anhedonia, deteriorasi, serta dapat ditemukan uji kognitif yang buruk.

2.2 Etiologi
Sampai saat ini penyebab dari gangguan skizofrenia masih belum diketahui
secara pasti. Namun, terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam
menganalisa penyebab skizofrenia, antara lain :
a. Faktor biologis: dapat ditemukan gangguan organik berupa pelebaran
ventrikel tiga dan lateral, atropi bilateral lobus temporomedial dan
girus parahipokampus serta penurunan korteks prefrontal dorsolateral.
b. Faktor biokimia: gejala psikotik pada pasien skizofrenia timbul
diperkirakan adanya gangguan neurotransmitter sentral, yaitu
peningkatan aktivitas dopamine. Teori lain mengungkapkan adanya
peningkatan serotonin dan norepinefrin pada sistim limbic.
c. Faktor genetic: angka kejadian skizofrenia meningkat pada keluarga
dengan riwayat yang sama dan diturunkan secara bermakna,
kompleks serta poligen.

2.3 Psikopatologi
Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa perubahan-perubahan pada
neurotransmiter dan resptor di sel-sel saraf otak (neuron) dan interaksi zat
neurokimia dopamin dan serotonin, ternyata mempengaruhi alam pikir,
perasaan, dan perilaku yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif dan
negatif skizofrenia.
Gejala negatif Gejala positive

Alogia Halusinasi
Afek datar Delusi
avolition – apatis Tingkah laku aneh
anhedonia – asociality Gangguan berfikir positif formal
Gangguan attensi

Selain perubahan-perubahan yang sifatnya neurokimiawi di atas, dalam


penelitian dengan menggunakan CT Scan otak, ternyata ditemukan pula
perubahan pada anatomi otak pasien, terutama pada penderita kronis.
Perubahannya ada pada pelebaran lateral ventrikel, atrofi korteks bagian
depan, dan atrofi otak kecil (cerebellum)

2.4 Manifestasi Klinis


 Gangguan proses pikir: asosiasi longgar, neologisme, klang asosiasi, ekolalia,
konkritisasi, alogia.
 Gangguan isi pikir: waham kejar, waham kebesaran, waham rujukan, though
of insertion, whough of broadcasting.
 Tilikan yang buruk terhadap penyakitnya
 Gangguan persepsi: halusinasi audiotorik, visual, penghidu, ilusi,
depersonalisasi, dan derealisasi.
 Gangguan emosi: afek tumpul atau datar, afek tak serasi dan labil

2.5 Diagnosis
DSM IV mempunyai kriteria diagnosis resmi dari American Psychiatric
Association untuk skizofrenia:
Kriteria Diagnostik Skizofrenia
1. Berlangsung paling sedikit 6 bulan
2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu dalam bidang pekerjaan,
hubungan interpersonal, dan fungsi kehidupan pribadi
3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama periode
tersebut
4. Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafekif, gangguan
mood mayor, autism, atau gangguan organic.
Pedoman Diagnostik (PPDGJ-III):

 Minimal ada satu gejala dari criteria dibawah ini yang sangat jelas, atau 2
gejala bila tidak terlalu jelas:
1. Thought of echo, thought insertion, thought withdrawl, thought
broadcasting
2. Delusion of control, delusion of influence, delusion of passivity,
delusion perception.
3. Halusinasi audiotorik
4. Waham yang menetap
 Atau minimal terdapar dua gejala dari criteria di bawah ini yang harus
selalu ada secara jelas:
1. Halusinasi yang menetap dari pancaindera
2. Arus pikiran yang terputus, atau mengalami sisipan sehingga
mengalami inkoherensi
3. Gejala katatonik seperti gaduh gelisah, gangguan postur, flexibilitas
cerea, negativism, mutism dan stupor.
4. Gejala negative seperti sikap apatis, jarang bicara, respon emosional
yang menumpul atau tidak wajar.
 Gejala diatas berlangsung dalam jangka waktu satu bulan atau lebih
 Terdapat perubahan yang konsisten dan bermakna dari aspek perilaku
pribadi.
Skizofrenia hebefrenik : diagnose ini ditegakkan pada penderita usia remaja atau
dewasa muda. Pedoman diagnostic PPDGJ-III:

 Memenuhi pedoman diagnostic umum skizofrenia


 Kepribadian yang menonjol yaitu pemalu dan senang menyendiri
 Perilaku yang tidak bertanggungjawab, afek yang dangkal atau tidak
wajar, disorganisasi proses pikir, dan pembicaraan yang tidak menentu.
Gejala ini harus timbul secara kontinu (2-3 bulan)
 Terdapat gangguan afektif dan proses pikir yang menonjol. Halusinasi dan
waham biasanya tidak menonjol. Dapat ditemukan juga preokupasi yang
dangkal dan dibuat-buat terhadap tema abstrak.

2.6 Penatalaksanaan
Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama
menimbulkan kemungkinan lebih besar penderita menuju ke kemunduran mental.
2.7.1 Farmakoterapi
Indikasi pemberian obat antipsikotik pada skizofrenia adalah untuk
mengendalikan gejala aktif dan mencegah kekambuhan. Obat antipsikotik
mencakup dua kelas utama: antagonis reseptor dopamin, dan antagonis serotonin-
dopamin.
a. Antagonis Reseptor Dopamin
Antagonis reseptor dopamin efektif dalam penanganan skizofrenia, terutama
terhadap gejala positif. Obat-obatan ini memiliki dua kekurangan utama.
Pertama, hanya presentase kecil pasien yang cukup terbantu untuk dapat
memulihkan fungsi mental normal secara bermakna. Kedua, antagonis
reseptor dopamin dikaitkan dengan efek samping yang mengganggu dan
serius. Efek yang paling sering mengganggu adalah akatisia adan gejala lir-
parkinsonism berupa rigiditas dan tremor. Efek potensial serius mencakup
diskinesia tarda dan sindrom neuroleptik maligna.
b. Antagonis Serotonin-Dopamin (SDA)
SDA menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang minimal atau tidak ada,
berinteraksi dengan subtipe reseptor dopamin yang berbeda di banding
antipsikotik standar, dan mempengaruhi baik reseptor serotonin maupun
glutamat. Obat ini juga menghasilkan efek samping neurologis dan
endokrinologis yang lebih sedikit serta lebih efektif dalam menangani gejala
negatif skizofrenia. Obat yang juga disebut sebagai obat antipsikotik atipikal
ini tampaknya efektif untuk pasien skizofrenia dalam kisaran yang lebih luas
dibanding agen antipsikotik antagonis reseptor dopamin yang tipikal.
Golongan ini setidaknya sama efektifnya dengan haloperidol untuk gejala
positif skizofrenia, secara unik efektif untuk gejala negatif, dan lebih sedikit,
bila ada, menyebabkan gejala ekstrapiramidal. Beberapa SDA yang telah
disetujui di antaranya adalah klozapin, risperidon, olanzapin, sertindol,
kuetiapin, dan ziprasidon. Obat-obat ini tampaknya akan menggantikan
antagonis reseptor dopamin, sebagai obat lini pertama untuk penanganan
skizofrenia.
Pada kasus sukar disembuhkan, klozapin digunakan sebagai agen
antipsikotik, pada subtipe manik, kombinasi untuk menstabilkan mood
ditambah penggunaan antipsikotik. Pada banyak pengobatan, kombinasi ini
digunakan mengobati keadaan skizofrenia.
Kategori obat: Antipsikotik – memperbaiki psikosis dan kelakuan agresif.

Nama Obat

Haloperidol Digunakan untuk manajemen psikosis, saraf motorik dan suara


(Haldol) dan pada anak dan orang dewasa. Mekanisme tidak secara jelas
Clorpromazin ditentukan, tetapi merupakan competively blocking postsynaptic
dopamine (D2) reseptor dalam sistem mesolimbik
dopaminergik, dengan meningkatnya pergantian dopamin untuk
efek penenang. Dengan terapi subkronik, depolarisasi dan D2
postsinaptik dapat memblokir aksi antipsikotik.

Risperidone Monoaminergik selektif mengikat reseptor D2 dopamin selama


(Risperdal) 20 menit, afinitasnya lebih rendah dibandingkan reseptor 5-
HT2. Juga mengikat reseptor alfa1-adrenergik dengan afinitas
lebih rendah dari H1-histaminergik dan reseptor alpha2-
adrenergik. Memperbaiki gejala negatif pada psikosis dan
menurunkan kejadian pada efek ekstrpiramidal.

Olanzapine Antipsikotik atipikal dengan profil farmakologis yang melintasi


(Zyprexa) sistem reseptor (seperti serotonin, dopamin, kolinergik,
muskarinik, alpha adrenergik, histamin). Efek antipsikotik
berupa perlawanan terhadap dopamin dan reseptor serotonin
tipe-2. Diindikasikan untuk pengobatan psikosis dan gangguan
bipolar.

Clozapine Memblokir aktifitas reseptor D2 dan D1, tetapi memiliki efek


(Clozaril) dalam menghambat nonadrenolitik, antikolinergik, antihistamin
secara signifikan, tepatnya antiserotonin. Resiko terbatasnya
penggunaan agranulositosis pada pasien nonresponsif atau agen
neuroleptik klasik tidak ditoleransi.

Quetiapine Antipsikotik terbaru untuk penyembuhan jangka panjang.


(Seroquel) Mampu melawan efek dopamine dan serotonin. Perbaikan lebih
awal antipsikotik termasuk efek antikolinergik dan kurangnya
distonia, parkinsonism, dan tardif diskinesia.

Aripiprazole Memperbaiki gejala positif dan negatif skizofrenia. Mekanisme


(Abilify) kerjanya belum diketahui, tetapi hipotesisnya berbeda dari
antipsikotik lainnya. Aripiprazole menimbulkan parsial
dopamin (D2) dan serotonin (5HT1A) agonis, dan antagonis
serotonin (5HT2A).

Nama Obat Sediaan Dosis Anjuran

Haloperidol
Tab. 2 – 5 mg 5 – 15 mg/hari
(Haldol)

Clorpromazin Tab 100 mg 100 – 1000 mg/hari

Risperidone
Tab. 1 – 2 – 3 mg 2 – 6 mg/hari
(Risperdal)

Olanzapine
Tab. 5 – 10 mg 10 – 20 mg/hari
(Zyprexa)

Clozapine
Tab. 25 – 100 mg 25 – 100 mg/hari
(Clozaril)

Quetiapine Tab. 25 – 100 mg


50 – 400 mg/hari
(Seroquel) 200 mg

Aripiprazole
Tab. 10 – 15 mg 10– 15 mg/hari
(Abilify)
2.7.2 Terapi Psikososial
c. Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan
sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri
sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif
adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal
yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit.1
d. Terapi berorientasi keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia sering kali dipulangkan
dalam keadaan remisi parsial, keluarga dimana pasien skizofrenia kembali
seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun
intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting
yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya
lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang
jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk
melakukan aktivitas teratur terlalu cepat.
Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang
sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya. Ahli
terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa
menjadi terlalu mengecilkan hati.1
e. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin
terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan,
atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial,
meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien
skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya
dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien
skizofrenia.1
f. Psikoterapi individual
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di
dalam pengobatan pasien non-psikotik. Pengamatan yang cermat dari jauh
dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan
terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang
prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri.
Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan
kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau
eksploitasi.
g. Perawatan di Rumah Sakit
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,
menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau
membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan dasar.
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu
mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit
tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas
pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki
orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup,
pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan
untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga
pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu
pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.
h. Terapi kejang listrik. Terapi ini dilakukan dengan menempelkan 2 buah
electrode di bagian temporal kepala dan mengalirinya dengan listrik.
Diharapkan dengan adanya aliran listrik itu akan merangsang kejang seperti
pada epilepsi granmal.
BAB III
PEMBAHASAN

Dari hasil wawancara, tidak ditemukan kelainan fisik yang berhubungan


dengan gejala-gejala psikiatrik yang dialami pasien, seperti riwayat trauma atau
gangguan otak. Dengan demikian, diagnosis banding gangguan mental organik (F0)
dapat disingkirkan.
Selain itu, tidak ditemukan riwayat konsumsi alkohol,merokok dan zat
psikoafektif dalam waktu dekat. Dengan demikian, diagnosis banding gangguan
mental akibat penggunaan zat (F1) dapat disingkirkan.
Melalui hasil wawancara, ditemukan adanya gangguan proses pikir berupa
asosiasi longgar, gangguan isi pikir berupa: waham kejar, waham control, waham
curiga, dan waham bizarre. Terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi audiotorik,
halusinasi visual, dan halusinasi somatic. Gangguan emosi berupa mood disforik dan
afek tumpul. Diagnosis skizofrenia pada pasien ini sudah tepat menurut pedoman
diagnostic PPDGJ-III dimana ditemukan delusion of control, halusinasi auditorik
dan waham yang menetap; halusinasi yang menetap dari pancaindera, arus pikiran
yang tidak stabil; gejala berlangsung selama 1 bulan atau lebih; dan terdapat
perubahan yang konsisten dan bermakna dari aspek perilaku pribadi.
Pada pasien ini, skizofrenia yang dialami adalah tipe hebefrenik karena
perilaku yang tidak bertanggungjawab sangat mencolok pada pasien ini, dengan afek
tumpul dan disorganisasi proses pikir. Namun, perlu diamati lebih lanjut untuk
meyakinkan penegakan diagnosis dimana penegakan diagnosis skizofrenia
hebefrenik menurut PPDGJ-III yaitu biasanya terjadi pada penderita usia remaja atau
dewasa muda; Memenuhi pedoman diagnostic umum skizofrenia; Kepribadian yang
menonjol yaitu pemalu dan senang menyendiri; Perilaku yang tidak
bertanggungjawab, afek yang dangkal atau tidak wajar, disorganisasi proses pikir,
dan pembicaraan yang tidak menentu. Gejala ini harus timbul secara kontinu (2-3
bulan); Terdapat gangguan afektif dan proses pikir yang menonjol. Halusinasi dan
waham biasanya tidak menonjol. Dapat ditemukan juga preokupasi yang dangkal
dan dibuat-buat terhadap tema abstrak.
Pada pasien ini diberikan Clorpromazin tablet yaitu antipsikotik tipikal yang
memiliki efek sedasi tinggi dan efek ekstrapiramidal yang sedang. Obat ini selain
murah, juga memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor dopamine dan mempunyai
afinitas rendah terhadap reseptor serotonin (5HT2). Dengan demikian obat ini efektif
baik untuk gejala positif (waham, halusinasi), dan sedikit gejala negatif (upaya
pasien yang menarik diri dari lingkungan). Obat ini dimetabolisme di hati dan
diekskresi di urin. Dengan demikian perlu diadakan pengawan terhadap fungsi hati.
Secara umum clorpromazin ditoleransi dengan baik. Efek samping sedasi tinggi,
otonomik tinggi, dan ekstrapiramidal sedang atau lebih rendah dibandingkan dengan
Haloperidol. Obat ini berpotensi menyebabkan keadaan hipotensi, sehingga pada
pasien dengan hipotensi tidak dapat diberikan obat ini. Dosis anjurannya adalah 100-
1000 mg/hari. Pada pasien ini diberikan dosis 2x100 mg/hari sudah tepat.

Tablet trihexyphenidyl dapat diberikan jika efek ekstrapiramidal muncul.


Gejala tersebut seperti distonia akut, akatisia dan sindrom parkinsonisme
(tremor,bradikinesia,rigiditas). Obat ini tergolong obat antikolinergik sehingga efek
terhadap gejala ektrapiramidal.
Rencana terapi selanjutnya sudah tepat dimana diperlukan psikoterapi dan
edukasi serta terapi kejang listrik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Buchanan RW, Carpenter WT. Concept of Schizophrenia. In: Sadock BJ,


Sadock VA, eds. Kaplan & Sadock`s Comprehensive Textbook of Psychiatry.
8th ed. Philadhelpia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005.p.1329.
2. Elvira, Sylvia dan Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke-2.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2013. P.173-185.
3. Diatri, Hervita dan Selti Rosani. Skizofrenia dalam Kapita Selekta
Kedokteran Edisi IV jilid II. Jakarta : Media Aesculapius. 2014. P.910-912.
4. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis gangguan Jiwa-PPDGJ III. Jakarta:
Badan Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2003
Laporan Kasus
SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

Disusun Oleh:
Nofra Aswandi

Pembimbing: dr. Andri Sudjatmoko, Sp.KJ

MODUL PRAKTIK KLINIK PSIKIATRI


FKIK UNIB DAN RSKJ SOEPRAPTO BENGKULU
2015

Anda mungkin juga menyukai