Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM

PENCERNAAN PADA KLIEN An. “G” DENGAN


DIAGNOSA MEDIS DIARE DI RUANG
PERAWATAN ANAK RS ELIM
RANTEPAO

O L E H :
RINA MARLIN ALLO S.Kep
NIM :S12.111820

CI Institusi CI Lahan

(Agustina Marna S.Kep.Ns,M.Kes) ( Ns.Rina Pongkiding,S.Kep)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TANA TOAJA


PROGRAM POFESI NERS
TAHUN 2016/2017
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE

I. KONSEP MEDIK
A. Pengertian
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2000).
Hal ini biasanya dihubungkan dengan dorongan ketidak nyamanan
perianal, inkontinensia, atau kombinasi dari kedua faktor ini. Adanya kondisi yang
menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorpsi mukosa atau motilitas dapat
menimbulkan diare. Diare dapat bersifat akut atau kronis. Ini dapat diklasifikasikan
sebagai volume tinggi, volume darah, sekresi, osmotik, atau campuran. Diare dengan
volume banyak terjadi bila terdapat lebih dari 1 liter feces cair/hari. Diare dengan
volume sedikit terjadi bila terdapat kurang dari 1 liter feces cair yang dihasilkan
perhari.
Diare dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu (penggantian hormon
thyroid, pelunak feces dan laksatif, antibiotik dan kemoterapi, dan antasida),
pemberian makanan per selang, gangguan metabolik, dan endokrin (diabetes,
adisson, thyrotoksikosis), serta proses infeksi oleh virus atau bakteri (disentri,
shigellosis, keracunan makanan). Proses penyakit lain yang dihubungkan dengan
diare adalah gangguan nutrisi dan malabsorpsi (sindrom usus pekak, kolitis ulseratif,
enteritis regional, dan penyakit siliaka), defisit springter anal, sindrom Zollinger –
Ellison, paralitik ileus dan obstruksi usus.
B. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
 Infeksi bakteri; Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobakter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
 Infeksi virus; Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Antrovirus dan lain-lain.
 Infeksi parasit; Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides),
Protozoa (Entamoeba histolitika, Giardia lambia, Trichomonas
hominis), Jamur (Candida albicans).
b. Infeksi Parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti;
otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis, bronchopneumonia,
enchefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorpsi
 Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa): monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi
laktosa.
 Malabsorpsi lemak
 Malabsorpsi protein
3. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
C. Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul
diare pula.
D. Pathofisiologi
Mula – mula organisme masuk ke usus terjadi peningkatan sekresi cairan
sehingga mengalami peningkatan isi lumen usus yang menuju pada terjadi
distensi abdomen kemudian berlanjut pada stimulus saraf perifer dan cortex dan
akhirnya timbul nyeri.
Pada mikroorganisme patogen ( toksin ) mempengaruhi reaksi imunologi
( antibodi / antigen ) dan terjadi stimulus hipotalamus ( termoregulator) dan
menimbulkan peningkatan suhu badan ( hipertermi ) sehingga terjadi perubahan
suhu badan.
Terjadinya infeksi usus menimbulkan radang meluas di gaster dan mengalami

gangguan asam basa dan elektrolit sehingga terjadi mual – mual dan muntah

disaat itu pula RAS teraktifikasi sehingga terjadi perubahan pola tidur.

Dengan volume darah menurun terjadi sirkulasi darah menurun membuat GCR

menurun maka terjadi oligarta anusia sehingga produksi sisa tidak dapat

dikeluarkan menimbulkan asidosis metabolik .Kemudian dengan terjadinya

diare akan menimbulkan iritasi kulit perinatal dan akhirnya mengakibatkan

gangguan integritas kulit akibat / potensial.

E. Gejala Klinik
Tergantung dari jenis diare, secara umum gejalanya :
1. BAB lebih dari 4 kali dengan jumlah 200 – 250 gr.
2. Anoreksia, pucat, iritable.
3. Vomiting, kejang, feces encer.
4. Terjadi perubahan perilaku.
5. Nyeri saat BAB.
6. Urine out put menurun.
7. Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat,
kemudian timbul diare. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena
bercampur empedu.
8. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.
9. BB menurun. Pada bayi ubun-ubun besar, cekung.
10. Tonus dan turgor kulit berkurang.
11. Selaput lendir mulut dan bibir kering.

F. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat menjadi
berbagai komplikasi sebagai berikut :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,
perubahan elektrokardiogram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktose.
6. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja: makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula jika
diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari
kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare
persisten).
2. Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit
(terutama natrium, kalium, kalsium dan phospor serum pada diare yang disertai
kejang).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik.

H. Penatalaksanaan

 Penanganan pada fokus penyebab

 Pemberian caira dan elektrolit ( seperti pediatrik atau oralit ) tetapi

parenteral.

 Pada bayi pemberian ASI diteruskan jika penyebab bukan dari ASI

 Pemberian antibiotik :

 V. Cholera : oksitetra 40 – 50 mg /kg BB/hr selama 3 hari

 S.disentri : cotripoxazale 3 -4 mg/kg BB/hr 2 x /hari

 Comphytobacter ( disentri ) ekstra 10 mg/kg BB/hr

Max 500 mg/dosis 4 x / hr ( 5 – 7 )

 Histolitra glamlad : metro 30 – 50 mg/ kg BB/hr selama 10 hr

I. Pencegahan

a. Mencegah perkembangbiakan lalat dengan menghilangkan sarang – sarang

dengan cara :

- membuang sampah pada tempatnya tertutup ,mencegah lalat hinggap /

mengotori makanan

- membakar sampah.

b. BAB pada tempat tertentu ( WC )


c. Memelihara kebersihan rumah dan pekarangan.

d. Memcuci tangan dengan sabun sebelum dansesudah makan

e. Menjaga kebersihan alat – alat makan / minum

f. Menghindari makanan yang menyebabkan diare

g. Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga ( masyarakat ).

II.KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengertian
Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang berkenaan dengan masalah-masalah
fisik, psikologis, sosiologis, udaya dan spiritual dari individu.
Ilmu keperawatan didasarkan atas kerangka teori yang luas; kiatnya
tergantung pada keterampilan merawat dan kemampuan perawat secara individual.
Pentingnya perawat dalam sistem perawatan kesehatan telah dikenal dalam banyak
hal yang posiif, dan profesi keperawatan itu sendiri sedang mengatakan kebutuhan
untuk para praktisinya agar menjadi profesional dan bertanggung jawab.

B. Proses Keperawatan
Proses keperawatan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai
proses yang meliputi tiga tahap yaitu pengkajian, perencanaan, dan evaluasi yang
berdasarkan pada metode ilmiah yaitu mengobservasi, mengukur, mengumpulkan
data dan menganalisis temuan-temuan tertentu. Dengan penelitian, penggunaan data
dan perbaikaan selama bertahun-tahun telah menghantarkan perawat untuk
memperluas proses keperawatan menjadi 5 tahap yang memberikan metode proses
berpikir yang terorganisasi untuk pengambilan keputusan klinik, pemecahan
masalah, dan memberikan perawatan yang berkualitas, perawatan klien secara
individual.
 Tahap-tahap proses keperawatan
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaang spesifik yaitu :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan diare dehydrasi adalah:
a. Data Subyektif;
- Frekuensi BAB 3 – 4 kali/hari atau lebih.
- Nafsu makan berkurang.
- Nyeri perut.
- Konsistensi feces encer yang terjadi perubahan warna.
- Mual.
- Vomiting
- Lemas, lemah.
- Orang tua cemas
b. Data Obyektif
- Feces encer mungkin disertai lendir atau darah.
- Anak menjadi cengeng dan gelisah.
- Suhu badan meningkat (36ºC - 37ºC)
- Muntah
- Anus dan daerah sekitarnya lecet/iritasi karena seringnya BAB.
- BB menurun.
- Turgor kulit menurun atau jelek.
- Selaput lendir dan bibir kering.
- Peristaltik meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurun, membatasi, mencegah, dan mengubah (A. Carpenito, 200)
 Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi;
1) Masalah dimana adanya respon klien terhadap status
kesehatan atau penyakit.
2) Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu
masalah (etiologis); dan
3) Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan
masalah.
 Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan
Langkah-langkah dalam diagnosa keperawatan dapat dibedakan
menjadi :
1) Klasifikasi dan analisa data.
2) Interpretasi data.
3) Validasi data.
4) Penentuan diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian, maka ditemukan beberapa diagnosa
keperawatan pada anak dengan diare yaitu :
1) Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan
diare.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
3) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi
pada usus.
4) Resiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada
anus akibat diare.
5) Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
seringnya BAB.
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi
RAS.
7) Kecemasan (orang tua) berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit anaknya.

3. Intervensi Keperawatan
1) Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat
dengan keseimbangan input dan out put serta bebas dari
tanda dehidrasi.
Intervensi :
- Observasi TTV, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan
kelembabab membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator adanya
dehidrasi/hipovolemia dan untuk menentukan
intervensi selanjutnya.
- Pantau input dan out put cairan, catat/ukur diare dan kehilangan
cairan melalui oral.
Rasional : Untuk mengidentifikasi tingkat dehidrasi dan
pedoman untuk penggantian cairan .
- Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal
pemberian.
Rasional : Pemberian cairan yang teratur dapat membantu
mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit klien .
- Timbang BB klien secara teratur/sesuai jadwal.
Rasional : Penurunan BB menunjukan adanya kehilangan
cairan yang berlebihan .
- Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila
mampu.
Rasional : Memungkinkan penghentian tindakan dukungan
cairan invasif dan membantu mengembalikan
fungsi usus normal.
- Berikan cairan tambahan infus sesuai indikasi.
Rasional : Menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki
keseimbangan cairan.
- Observasi tetesan infus secara ketat.
Rasional : Memberikan informasi tentang status cairan.
Kecenderungan keseimbangan cairan negatif dapat
menunjukan terjadinya defisit.
- Penatalaksanaan pemberian obat sesuai instruksi.
Rasional : Mempercepat proses penyembuhan dan berguna
untuk meminimalkan kehilangan cairan.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
Tujuan : Klien akan mempertahankan intake makanan dan minuman
yang adekuat untuk mepertahankan berat badan dalam
rangka pertumbuhan dengan kriteria hasil porsi makan
dihabiskan, BB meningkat atau dipertahankan.
Intervensi :
- Buat jadwal masukan tiap jam, anjurkan mengukur cairan atau
makanan dan minuman sedikit demi sedikit.
Rasional : Pemberian makanan dan minuman yang teratur
dapat membantu mempertahankan keseimbangan
nutrisi klien.
- Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Rasional: Merupakan indikator terhadap asupan makanan
yang adekuat.
- Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen.
Rasional : Gangguan keseimbangaan cairan elektrolit dapat
menurunkan motilitas/fungsi lambung.
- Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan
elektrolit dengan segera jika klien dapat mentoleransinya
melalui pemberian cairan oral.
Rasional : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika
klien sadar dan fungsi ganstrointestinalnya baik.
- Libatkan keluarga (ibu klien) pada perencanaan makanan sesuai
indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatan keluarga dalam
perawatan klien dan memberikan informasi untuk
memahami kebutuhan nutrisi pasien.
3) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada
usus.
Tujuan : Anak menunjukan suhu tubuh dalam batas normal (36-37˚C)
Intervensi :
- Pantau suhu tubuh klien setiap 1 jam, perhatikan apakah klien
menggigil.
Rasional : Untuk memantau peningkatan suhu tiba-tiba. Suhu
38,9˚ C – 41,1˚ C menunjukan proses infeksi.
Menggigil sering mendahului puncak peningkatan
suhu.
- Pertahankan lingkungan yang sejuk.
Rasional : Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahakan
suhu mendekati normal.
- Beri kompres hangat dan hindari penggunaan alkohol/es.
Rasional : Membantu mengurangi demam. Alkohol / air es
dapat menyebabkan kedinginan dan mengeringkan
kulit.
- Kolaborasi untuk memberikan antipiretik (asetaminofen,
ibuprofen) sesuai indikasi.
Rasional : Mengurangi demam dengan aksi sentral pada
hipotalamus.
4) Resiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada anus
akibat diare.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi sekunder dengan kriteria klien bebas
dari tanda-tanda infeksi sistemik atau lokal.
Intervensi :
- Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Rasional : Mencegah terjadinya kontaminasi dan penyebaran
bakteri dan kontaminasi silang.
- Pertahankan teknik aseptik dalam melakukan tindakan invasif.
Rasional : Menurunkan resiko terjadinya infeksi silang.
- Kolaborasi untuk pemberian antimikrobial/antibiotik sesuai
indikasi.
Rasional : Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur disekitar
anus.
- Libatkan keluarga dalam program perawatan klien untuk
mempertahankan kulit tetap kering.
Rasional : Membantu meningkatkan peran keluarga dan
memberikan pemahaman tentang perawatan klien.
5) Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
seringnya BAB.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan integritas kulit dalam keadaan
normal.
Intervensi :
- Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Rasional : Mencegah terjadinya kontaminasi dan iritasi.
- Berikan perawatan kulit secara rutin, observasi pakaian klien
agar tetap kering dan steril.
Rasional : Mencegah terjadinya kerusakan dan meningkatkan
penyembuhan.
- Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Observasi ketat pada lipatan kulit
Rasional : Kelembaban atau akskroriasi meningkatkan
pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi.
- Ajarkan kepada keluarga untuk tidak memberikan tekanan pada
bagian tubuh tertentu.
Rasional : Menurunkan tekanan sehingga dapat meningkatkan
sirkulasi perifer dan menurunkan resiko kerusakan
kulit.
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi RAS.
Tujuan : Klien dapat beristirahat dan tidur sesuai dengan kebutuhan
secara teratur.
Intervensi :
- Kaji kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi.
Rasional: Mengidentifikasi dan menentukan intervensi yang
tepat.
- Ciptakan tempat tidur yang nyaman.
Rasional: Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan
fisiologi – psikologis.
- Ciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengurangi
kebisingan.
Rasional: Memberikan situasi yang kondusif untuk
tidur/istirahat.
- Hindari mengganggu klien bila mungkin (misalnya;
membangunkan untuk obat dan terapi)
Rasional: Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa
segar dan klien mungkin tidak dapat tidur setelah di
bangunkan.
7) Kecemasan (orang tua) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit anaknya.
Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang yang ditandai dengan
meningkatnya kemampuan mereka dalam mendampingi dan
memberi dukungan pada anak dengan menjelaskan
kondisinya.
Intervensi :
- Berikan informasi yang adekuat pada orang tua dan keluarga.
Rasional : Informasi yang adekuat merupakan suatu aspek
penting dalam membantu proses perawatan klien.
- Biarkan orang tua tetap mendampingi klien selama
hospitalisasi.
Rasional : Orang tua dapat mengetahui perkembangan
informasi tentang kondisi anaknya.
- Kaji pehaman orang tua tentang kondisi anaknya dan gambaran
perawatan.
Rasional : Mengetahui seberapa jauh pemahaman orang tua
tentang konsi anaknya dan gambaran perawatan
sehingga dapat membantu dalam melaksanakan
intervensi selanjutnya.
- Jelaskan semua prosedur pada orang tua (keluarga).
Rasional : Untuk meminimalkan rasa takut/cemas terhadap
hal-hal yang tidak diketahui.
- Beri dukungan emosional pada orang tua selama anak masih
dirawat di RS.
Rasional : Diharapkan orang tua dapat mengenal dan
menghadapi rasa cemas dengan adanya dukungan
dan konseling.
DAFTAR PU S TAKA

1. Arif Mansjoer, 2002, Kapita Salekta Kedoktern, Edisi 3 Jilid 2, EGC, Jakarta.

2. Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2, EGC,
Jakarta.

3. Doenges, moorhouse & Burley, 2001, Penerapan Proses Keperawatan dan


Diagnosa Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta.

4. Yusuf M., 2004, Diktat Kebutuhan Dasar Manusia I, Makassar.

5. Nursalam, 2001, Proses dan Dokumentasi Keperawatan; konsep dan Praktik


Edisi I, Salemba Medika, Jakarta.

6. Ngastiyah, 2000, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.


LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. Pengertian Cairan
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air.
Air tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna perbandingan
osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal. Cairan tubuh terdiri dari cairan
eksternal dan cairan internal. Volume cairan intrasel tidak dapat diukur secara
langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat
dalam cairan intrasel. Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi
jumlah cairan ekternal, terdiri dari cairan tubuh total.
Cairan eksternal terdiri dari cairan tubuh total :
- Cairan interstitiel: bagian cairan ekstra sel yang ada diluar pembuluh darah.
- Plasma darah
- Cairan transeluler, cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam pleura,
perikardium, cairan sendi, cairan serebrospinalis.

☻ Pertukaran cairan tubuh


1. Pemasukan :
Cairan tubuh sebagian besar berasal dari makanan dan minuman setiap hari dan
sebagian kecil berasal dari proses oksidasi H2 dalam makanan.
2. Pengeluaran :
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti;
a. Ginjal
- Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170
liter darah untuk disaring setiap hari.
- Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam.
- Pada orang dewasa produksi urine sekitaar 1,5 liter/hari.
- Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron.
b. Kulit
- Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat.
- Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperatur lingkungan meningkat dan demam.
c. Paru-paru
Meningkatnya cairan hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan
dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.
d. Gastrointestinal
Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari
sekitar 100 – 1200 ml.
☻ Gangguan keseimbangan cairan pada defisit cairan yaitu :
a Isotonis
Bila sel dimasukan kedalam suatu larutan tanpa menyebabkan sel
membengkak atau mengkerut disebut larutan isotonis.
b Hipotonis
Larutan yang bila dimasukan kedalamnya akan menyebabkan sel menjadi
bengkak.
c Hipertonis
Larutan yang menyebabkan sel mengkerut jika dimasukan kedalam larutan
tadi.
☻ Pengaturan keseimbangan cairan
a. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga :
1. Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada
akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat
merangsang hipothalamus untuk melepaskaan substrat neural yang
bertanggung jawab terhadap sensasi haus.
2. Osmoreseptor dihipothalamus mendeteksi peningkatan osmotik dan
mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa
dahaga.
b. Antidiuretik Hormon
ADH dibentuk dihipofisis dan disimpan didalam neuro hipofisis dari
hipofisis posterior stimulasi utaama untuk sekresi ADH adalah peningkatan
osmolalitas dan penurunan cairan ekstra sel. Hormon ini meningkatkan
reabsorbsi air pada ductus koligentes, dengan demikin dapat menghemat
air.
c. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjaar adrenal yang bekerja pada tubulus
ginjal untuk meningkatkan absorbsi natrium. Pelepasan aldosteron
dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium natrium serum dan sistem
angiotensin renin dan sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.

B. Pengertian Elektrolit
Elektrolit adalah substansi yanag menyebabkan ion kation (+) dan anion (-).
Ada tiga cairan elektrolit yang paling esensial yaitu :
1. Kation (K ) fungsinya;
- Untuk transmisi dan konduksi impuls saraf.
- Kontraksi otot rangka, otot polos dan otot jantung.
2. Natrium (Na )
Kation utama dari pada cairan ekstra seluler juga dijumpai dalam pada dan
jaringan.
- Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan ekstra sel.
- Natrium mempengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan
kontraksi otot.
- Sosdium diatur intake garam., aldosteron dan pengeluaran urine normalnya
sekitar 135 dan 148 mEq / 1 liter
3. Kalsium (Ca ), fungsinya :
- Membantu aktifitas saraf dan otot normal.
- Meningkatkan kontraksi otot jantung.
- Berguna untuk integritas kulit dan sel, konduksi jantung, pembekuan darah,
serta pembentukan tulang-tulang dan gigi.
☻ Gejala klinis kekurangan elektrolit:
- Haus
- Anoreksia
- Perubahan tanda-tanda vital
- Lemas atau pucat
- Anak rewel
- Kejang-kejang
- Kulit dingin
- Rasa malas
☻ Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan elektrolit :
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang
diperlukan dan berat badan.
2. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat
mengalami kehilangan NaCl sebanyak 15 – 30 gr/hr.
3. Diet
Pada saat nutrisi kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi,
proses ini akan menimbulkan pegerakan cairan dari intertistial keintra
seluler.
4. Keadaan sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung,
gangguan hormon akan menganggu keseimbangan cairan.
5. Situasi stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metaabolisme sel, konsentrasi darah
dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan
air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan
produksi urine.

Penatalaksanaan :
1. Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan
penyakit dasar. Obat-obatan tersebut misalnya; prednison yang dapat
mengurangi beratnya diare dan penyakit.
2. Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral
serta larutan elektrolit dapat diberikan untuk rehidrasi pasien.
3. Untuk diare sedang, akibat sumber non infeksius, obat-obatan tidak spesifik
seperti defenosiklat (lomotil) dan loperamit (imodium) juga diberikan untuk
menurunkan motilitas.
4. Preparat anti mikrobial diberikan bila preparat infeksius telah teridentifiksi atau
bila diare sangat berat.
5. Terapi cairan intra vena mungkin diperlukan untuk hidrasi cepat, khususnya
untuk anak kecil dan lansia.
TINJAUAN KASUS

I. Identitas
a. Data Biografi
1. Nama : An.” G “
2. Umur : 1 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Kapala Pitu
5. Agama : Kristen
6. Suku/bangsa : Toraja / Indonesia
7. Pendidikan :-
8. Status perkawinan : Belum kawin
9. Tanggal masuk : 12 Januari 2017
10. Tanggal pengkajian : 12 Januari 2017
11. Diagnosa medik : Diare
12. No. medikal record : 18-77-45

b. Data Penanggung Jawab


1. Nama : Ny.” S “
2. Umur : 26 tahun
3. Alamat : Kapala Pitu
4. Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga
5. Hubungan dengan klien : Ibu kandung

II. Riwayat Kesehatan


1. Keluhan Utama : Berak-berak
Riwayat keluhan utama :
Ibu klien mengatakan bahwa klien mengalami berak-berak lebih dari 7 kali
sehari disertai dengan muntah sejak hari selasa pagi tanggal 10 Januari 2017.
Keadaan ini dialami tanpa diketahui apa penyebabnya sampai klien dibawa ke
RS. Menurut ibu klien, belum ada pengobatan yang diberikan kepada anaknya,
dan klien akan merasa enak bila diteteki.
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
Menurut ibu klien, penyakit ini baru dialami pertama kali. Sebelumnya klien
pernah menderita flu dan batuk ringan tetapi tidak sampai dirawat di RS. Klien
tidak mempunyai riwayat alergi terhadap dan telah mendapat imunisasi
lengkap.
3. Informasi Kesehatan Sekarang :
Klien tidak alergi terhadap obat-obatan dan klien juga tidak punya kebiasaan
tertentu.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Genogram 3 generasi

x 55 x 4
G1 0

G 11 ? ? 27 2 25 2 17
6 1

G111 3 1

Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal serumah
: Perempuan X : Meninggal
1 : Klien ? : Tidak diketahui umunya
G1 : Kakek dari ayah dan nenek dari ibu masih hidup tetapi tidak tinggal
serumah dengan klien, hanya kakek dari pihak ayah yang tinggal
serumah dengan klien.
G 11 : Ayah dan ibu klien tidak pernah menderita penyakit yang sama
dengan klien dan berbadan sehat.
Hubungan orang tua klien dengan anggota keluarga yang lain
harmonis.
G111 : Klien adalah anak kedua dari 2 bersaudara.Saudara kandung klien
tidak pernah menderita penyakit yang sama dengan klien.

III. Keadaan Umum


a. Penampilan
Klien nampak lemah dan pucat.
b. Kesadaran
Klien dalam keadaan sadar dan bisa diajak bermain tapi kadang-kadang klien
menangis.
c. Tanda-tanda vital :
N : 130 x/mnt
S : 36,4 º C
P : 40 x/menit
Atropometri :
BB : 7,5 kg
PB : 75 cm
LLA : 16 cm
LK : 54 cm

IV. Pemeriksaan Fisik


a. Kepala
Inspeksi :
- Kulit kepala bersih tidak ada luka, dan berbentuk mesocepalus.
- Rambut baru mulai tumbuh.
Palpasi :
- Tidak ada massa.
- Rambut tidak mudah tercabut.
b. Mata
Inspeksi :
- Mata nampak cekung.
- Konjungtiva nampak anemis.
- Sklera mata putih.
- Bola mata mengikuti arah telunjuk.
Palpasi :
- Tidak ada penonjolan bola mata.
c. Kulit
Inspeksi :
- Warna kulit sawo matang.
Palpasi :
- Turgor kulit jelek.
d. Telinga
Inspeksi :
- Pendengaran klien baik dan tidak menggunakan alat bantu.
- Bentuk telinga simetris kiri dan kanan.
- Tidak nampak cairan.
e. Hidung
Inspeksi :
- Bentuk hidung simetris kiri dan kanan.
- Klien tidak menggunakan pernapasan cuping hidung.
- Lubang hidung nampak bersih.
Palpasi :
- Tidak ditemukan benjolan

f. Mulut
Inspeksi :
- Bibir klien tidak nampak kering.
- Gigi sudah tumbuh.
- Tidak ada perdarahan pada gusi.
g. Leher
Inspeksi :
- Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid.
Palpasi :
- Tidak ada massa.
h. Dada dan Paru
Inspeksi :
- Bentuk dada simetris kiri dan kanan.
- Gerakan dada mengikuti pernapasan.
- Retraksi subcostal tidak nampak.
- Frekuensi pernapasan 40 x/menit.
- Tidak terjadi retraksi dinding dada.
Palpasi :
- Tidak teraba massa.
Auskultasi :
- Tidak ada bunyi napas tambahan.
i. Abdomen
Inspeksi :
- Bentuk abdomen simtris kiri dan kanan.
- Gerakan perut mengikuti gerakan napas.
- Warna kulit abdomen sawo matang.
Palpasi :
- Tidak teraba adanya masa.
Auskultasi :
- Peristaltik ↑ 17 x/menit.
Perkusi :
- Terdengar bunyi timpani.
j. Genitalia
Inspeksi :
- Nampak kemerahaan disekitar anus dan alat kelamin.
- Turgor kulit disekitar genitalia jelek.
k. Ekstremitas
1) Ekstremitas atas
Inspeksi :
- Tidak terdapat kelainan.
- Keadaan jari-jari dan kuku normal.
- Nampak terpasang infus RL 30 tetes/menit.
2) Ekstremitas bawah
Inspeksi :
- Tidak terdapat kelainan.
- Tidak ada edema.
- Kekuatan otot-otot untuk menggerakkan baik.
Pola Aktivitas Sehari-hari
A. Nutrisi
No. Jenis Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit
1 Makan
Nafsu makan Baik Kurang
Porsi makan Dihabiskan Tidak dihabiskan
Frekuensi makan 3 kali sehari 2 kali sehari

2. Minum
Jenis air minum ASI, air putih ASI, air putih
Sumber air Sumur Ledeng
Frekuensi Tidak tentu Tidak tentu
Jumlah 2 gelas 1/2 gelas

b. Eliminasi

No Jenis kegiatan Sebelum sakit Saat sakit


1. BAB
Tempat Celana,WC Pempers
Frekuensi 2 kali sehari Lebih dari 6 x/hari

Konsistensi Lembek Cair / encer


Warna Kuning Kuning kehijau-
hijauan
2. BAK
Tempat Celana Celana
Frekuensi Tidak tentu Tidak tentu
Warna Kuning Kuning
 Istirahat dan Tidur
No Jenis kegiatan Sebelum sakit Saat sakit
1. Siang
Waktu Pkl. 13.00 Tidak tentu
Kebiasaan sebelum tidur Menetek dan dinina- Menetek dan dinina-
bobokan bobokan
Tempat Ayunan Kasur

2. Malam 19.00 Tidak tentu


Waktu Menetek dan dinina- Menetek dan dinina-
Kebiasaan sebelum tidur bobokan bobokan
Tempat Ayunan Kasur

PENGKAJIAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1. Riwayat kebutuhan cairan dan elektrolit;


a. Riwayat kesehatan masa lalu
1. Pola intake cairan dan makanan yang dikonsumsi dalam 24 jam
 Jenis air minum : ASI dan air putih
2. Pola pengeluaran cairan
 Banyak mengeluarkan cairan melalui BAB
3. Pernah menderita penyakit flu dan batuk ringan.
b. Riwayat kesehatan saat ini
1. Ada tanda-tanda dehidrasi;
- Klien nampak lemah
- Klien nampak pucat
- Mata cekung
- BAB diatas 7 kali / hari dengan konsistensi cair / encer.
- Turgor kulit jelek.
2. Pengobatan / cairan yang diberikan;
- Cairan infus RL 30 tetes / menit.
- Obatnya : Cetriaxone 2 x 300mg/ iv
Dexametasone 3 x 1 amp/iv
Zinc syr 2 x cth
Ondansentron drips

3. Pengukuran tanda-tanda vital


Nadi : 130 x/mnt
Suhu : 36,4 º C
Pernapasan: 40 x/mnt.
DATA FOKUS

Nama : An. “G”


No. Med. Rec : 18-77-45
Ruangan : P. Anak RS Elim Rantepao

Data Subyektif Data Obyektif


- Ibu klien mengatakan - Klien tampak lemah.
anaknya BAB > 7 kali / hari - Klien nampak pucat.
disertai muntah - Mata cekung.
- Ibu klien mengatakan - Turgor kulit jelek.
anaknya merasa lemas. - BAB > 7 x/hr dengan
- Ibu klien mengatakan konsistensi BAB cair / encer.
anaknya tidak seceria sebelum ia - TTV :
sakit. N : 130 x/mnt
- Ibu klien mengatakan S : 36,4 ºC
anaknya malas makan P : 40 x/mnt
- Ibu klien mengatakan BB : 7,5 kg
cemas dan khawatir dengan - Tampak terpasang
keadaan anaknya infus RL 30 tetes / menit.
- Tampak kemerahan
disekitar anus dan genitalia
- Tampak ibu klien
cemas dan khawatir
ANALISA DATA

Nama : An. “G”


No. Med. Rec : 18-77-45
Ruangan : P. Anak RS Elim Rantepao

No Data Etiologi Masalah


1. DS : Invasi bakteri kedalam saluran Gangguan
- Ibu klien intestinal
keseimbangan
mengatakan anaknya
BAB > 7 kali / hari Gangguan sekresi cairan elektrolit.
disertai muntah.
- Ibu klien Peristaltik usus meningkat
mengatakan anaknya
merasa lemas. Kemampuan absorbsi
- Ibu klien terganggu
mengatakan anaknya
tidak seceria sebelum ia Sari-sari makanan sulit diserap
sakit.
cairan dan elektrolit terbuang
DO : melalui feces
- Klien
tampak lemah. Diare
- Klien
nampak pucat. gangguan keseimbangan
- Mata cairan dan elektrolit
cekung.
- Turgor kulit
jelek.
- BAB > 7
x/hr dengan konsistensi
BAB cair / encer.
- TTV :
N : 130 x/mnt
S : 36,4 ºC
P : 40 x/mnt
BB : 7,5 kg
- Tampak
terpasang infus RL 30
tetes / menit.
2. DS : Invasi kuman kedalam usus Nutrisi Kurang dari
- Ibu klien Kebutuhan
mengatakan Tekanan osmotik rongga usus
meningkat
anaknya malas
makan
Pergeseran air dan elektrolit
DO :
kedalam rongga usus
- Klien nampak lelah
- Porsi makan tidak
Iritasi G.I
di habiskan tiap
kali makan
Mual,muntah

Intake tidak adekuat

Nutrisi kurang dari kebutuhan

DS : Gangguan motilitas Gangguan Integritas


-
Kulit
DO : Peristaltik usus meningkat
- Frekuensi BAB 7 x
/ hari
- Nampak merah Kemampuan absorbsi
disekitar anus berkurang
- Turgor kulit kurang
elastis.
Diare

Feces mengandung banyak


asam laktat

Iritasi perianal

Gangguan integritas kulit


4. DS :
Diare
- Ibu mengatakan
cemas dan Kurangnya pengetahuan Kecemasan
orangtua
khawatir dengan
keadaan anaknya
Coping ibu tidak efektif

DO : Cemas
- Ibu klien nampak
cemas dan
khawatir
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : An. “G”


No. Med. Rec : 18-77- 45
Ruangan : P. Anak RS Elim Rantepao

No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal teratasi


ditemukan
1. Gangguan keseimbangan 12 Januari 2017 14 Januari 2017
cairan elektrolit berhubungan
dengan diare.

2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan 12 Januari 2017 14 Januari 2017


berhubungan dengan
mual/muntah.

3. Kerusakan Integritas Kulit 12 Januari 2017 14 Januari 2017


berhubungan dengan Diare

4. Kecemasan berhubungan dengan 12 Januari 2017 12 Januari 2017


kurang pengetahuan orangtua
tentang penyakit anaknya.
RENCANA TINDAKAN

Nama : An. “G”


No. Med. Rec : 18-77-45
Ruangan : P. Anak RS Elim Rantepao

No NDX dan Data Tujuan Intervensi Rasional


.
1. Gangguan keseim- Kebutuhan 1. Observasi TTV, 1. Merupakan indikator
bangan cairan dan cairan dan takikardia dan adanya dehidrasi /
elektrolit elektrolit klien demam. Kaji turgor hipovolemia dan untuk
berhubungan terpenuhi, kulit dan menentukan intervensi
dengan diare., yang dengan kriteria kelembaban selanjutnya.
ditandai dengan : hasil : membran mukosa.
DS : - B 2. Pantau input dan 2. Untuk mengidentifikasi
- Ibu AB 1 x/hr. out put cairan, catat tingkat dehidrasi dan
klien menga- - K / ukur diare dan pedoman untuk
takan anaknya lien ceria. kehilangan cairan penggantian cairan.
BAB > 7 - K melalui oral.
kali/hari disertai eadaan umum 3. Penuhi kebutuhan 3. Pemberian cairan yang
muntah. baik. cairan individu teratur dapat membantu
- Ibu - M dengan menentukan mempertahankan
klien menga- ata tidak jadwal pemberian. keseimbangan cairan
takan anaknya cekung dan elektrolit klien.
merasa lemas. - B 4. Timbang BB klien 4. Penurunan BB
- Ibu AB dengan secara teratur / menunjukan adanya
klien menga- konsistensi sesuai jadwal. kehilangan cairan yang
takan anaknya lembek. berlebihan.
tidak seceria Turgor kulit 5. Anjurkan ibu klien 5. Memungkinkan
sebelum ia sakit. untuk meni- penghentian tindakan
baik.
DO : ngkatkan masu-kan dukungan cairan invasif
- Klie oral bila mampu. dan membantu
n tampak lemah. mengembalikan fungsi
- Klie usus normal.
n nampak pucat. 6. Berikan cairan 6. Menggantikan
- Mata tambahan infus kehilangan cairan dan
cekung. sesuai indikasi. memperbaiki
- Turg keseimbangan cairan.
or kulit jelek. 7. Observasi tetesan 7. Memberikan informasi
- BAB infus. tentang status cairan.
> 7 x/hr cair / Kecenderu-ngan
encer. keseimbangan cairan
- TTV negatif dapat
: menunjukan terjadinya
N : 130 defisit.
x/mnt 8. Penatalaksanaan 8. Mempercepat proses
S : 36,4 ºC penyembuhan dan
pemberian obat
P : 40 x/mnt berguna untuk
BB : 7,5 kg sesuai instruksi meminimalkan
Tampak kehilangan cairan
terpasang infus
RL 30 tetes /
menit.

2. Gangguan Kebutuhan 1.Kaji pola makan 1.Untuk informasi dasar


pemenuhan nutrisi nutrisi terpenuhi klien perencanaan awal.
kurang dari dengan kriteria : 2.Beri makan dan 2.Agar pemenuhan nutrisi
kebutuhan b / d - klien tidak minum / ASI sedikit dapat terpenuhi.
intake yang tidak lemah tapi sering dalam
adekuat di tandai - nafsu makan keadaan hangat
dengan : meningkat 3.Timbang BB tiap 3.Untuk mengetahui status
DS : - porsi makan hari nutrisi & mengetahui BAB
- ibu klien yang setelah pemberian
mengatakan diberikan tindakan.
anaknya dihabiskan 4.Anjurkan pada ibu 4.Untuk memenuhi
malas klien dengan kebutuhan nutrisi &
makan memberi makanan mencegah rasa bosan pada
dengan rsaa makanan sehingga
DO : bervariasi. menambah nafsu makan.
- klien
nampak
lemah
- porsi makan
tidak di
habiskan
- BB : 7,5 Kg
sebelumnya
9 Kg.
3. Gangguan integritas Integritas kulit 1.Kaji tingkat 1.Untuk mengetahui adanya
kulit b/ d diare di
terpelihara kerusakan prioritas infeksi jaringan kulit,untuk
tandai dengan :
DS : denganb kulit. menentukan intervensi
-
kriteria : selanjutnya.
DO : - anus tidak lecet 2.Anjurkan pada ibu 2.Untuk mencegah anus
- frekuensi
- anus tidak gatal klien bila anaknya tidak & kulit bokong tidak
BAB 7 x/
hari -gatal dan BAB segera di lecet & tidak terjadi infeksi.
- nampak
merah bersihkan,dan di
merah di
sekitar anus -turgor kulit keringkan dan dibari
- turgor kulit
nampak baik talk.
tidak elastis
3.Anjurkan kapada ibu 3.mencegah terjadinya
klien untuk infeksi & membantu
memelihara personal kenyamanan
hygene.
4.Anjurkan pada ibu 4.Untuk mencegah
klien untuk mencuci terjadinya kontaminasi
tangan sebelum & kuman sehingga infeksi
sesudah melakukan nasokomial dapat di cegah.
tindakan.

4. Kecemasan ibu b/d Kecemasan ibu 1.Beri penjelasan 1.Agar ibu dapat mengerti
kurangnya berkurang
kepada ibu tentang akan penyakit anaknya &
pengetahuan dengan kriteria :
tentang penyakit - ekspresi wajah proses penyakit dan rasa cemas berkurang.
anaknya ditandai tenamg &
pengobatan anaknya.
dengan : rileks
DS : - ibu tidak cemas 2.Beri motivasi untuk 2.Agar ibu bisa yakin bahwa
- Ibu mengatakan & khawatir
proses penyembuhan penyakit anaknya bisa di
cemas dan
khawatir dengan anaknya sembuhkan.
keadaan
3.Bina hubungan 3.Untuk menimbulkan
anaknya.
saling percaya kepercayaan dan keluarga
DO :
antara keluarga klien nyaman.
- Ibu klien tampak
dengan perawat.
cemas &
4.Libatkan orang tua 4.Untuk membantu proses
khawatir.
klien dalam penyembuhan anaknya.
perawatan anaknya.
CATATAN TINDAKAN

Nama : An. “G”


No. Med. Rec : 18-77-45
Ruangan : P. Anak RS Elim Rantepao
Hari/ NDX JAM IMPLEMENTASI DAN HASIL
Tanggal
Kamis 1 15.00 1. Observasi TTV, takikardia dan demam. Kaji
12 Januari turgor kulit dan kelembaban membran
2017 mukosa.
Hasil: N ; 130 x/mnt, P; 40 x/mnt, S; 36,4
ºC. Turgor kulit jelek, membran
mukosa tampak kering.
2. Pantau input dan out put cairan, catat / ukur
diare dan kehilangan cairan melalui oral.
Hasil: Klien minum air putih ½ gelas sehari
dan infus RL. Klien BAB > 7x/hr.
3. Penuhi kebutuhan cairan individu dengan
menentukan jadwal pemberian.
Hasil: Klien minum ASI ditambah air putih
dengan waktu yang tidak tentu.
Terpasang infus RL dengan
kecepatan 30 tetes / menit.
4. Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan
masukan oral bila mampu.
Hasil: Klien minum rata-rata ½ gelas air
putih/hr ditambah ASI.
5. Berikan cairan tambahan infus sesuai
indikasi.
Hasil: Terpasang infus RL dengan kecepatan
30 tetes / menit.
6. Observasi tetesan infus.
Hasil: Infus RL berjalan lancar dengan
kecepatan 30 tetes / menit.
7. Penatalaksanaan pemberian obat sesuai
instruksi
Hasil: Klien diberi obat .

2 1. Mengkaji tingkat kemampuan makan klien-


siang makan bubur
Hasil: siang bubur porsi tidak di habiskan
tiap makan
2.Menganjurkan pada ibu klien untuk menyusui
bayi setiap jam,memberi makan bubur sedikit
tapi sering dan dalam keadaan hangat.
3.Menimbang BB klien
Hasil: 7,5 kg (sebelumnya 9 kg)

1.Mengobservasi adanya tanda – tanda irritasi


3
pada daerah bokong / anus.
Hasil : tampak kemerahan di sekitar anus dan
genitalia
2.Menganjurkan pada ibu bila anaknya BAB
segera di bersihkan,di keringkan di beri talk.
Hasil : ibu klien mengerti dan melakukannya.
3.Menganjurkan pada ibu klien utuk memelihara
personal hygiene dengan cara membersihkan /
mengeringkan anus / bokong klien kalau
basah.
Hasil :ibu klien mengerti dan mau
melaksanakannya.
4.Mengajurkan pada ibu klien untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan.
Misalnya:memberi makan, menyusui,
membersihkan dot/ alat makan.
Hasil :ibu mengerti dan mau
melaksanakannya.

4
1.Menjelaskan kepada ibu tentang proses
penyakit dan pengobatan serta pemberian infus
untuk anaknya.
Hasil : ibu klien mengerti dan memahaminya.
2.Memberi motivasi pada ibu klien untuk proses
penyembuhan anaknya.
3.Membina hubungan saling percaya antar
keluarga dan perawat
Hasil : keluarga klien mengerti.

Jumat 1 16.00 1. Timbang BB klien secara teratur / sesuai


13 Januari jadwal.
2017 Hasil: BB klien 7,5 kg.
2. Observasi TTV, catat perubahan TD,
takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan
kelembaban membran mukosa.
Hasil: N ; 130 x/mnt, P; 40 x/mnt, S; 37 ºC.
Turgor kulit membaik, membran
mukosa tampak kering.
3. Pantau input dan out put cairan, catat / ukur
diare dan kehilangan cairan melalui oral.
Hasil: Klien minum air putih ½ gelas sehari
dan infus RL. Klien BAB > 4 x/hr.
4. Penuhi kebutuhan cairan individu dengan
menentukan jadwal pemberian.
Hasil: Klien minum ASI ditambah air putih
dengan waktu yang tidak tentu.
Terpasang infus RL dengan
kecepatan 30 tetes / menit.
5. Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan
masukan oral bila mampu.
Hasil: Klien minum rata-rata 1 gelas air
putih/hr ditambah ASI.
6. Penatalaksanaan pemberian obat sesuai
instruksi
Hasil: Klien diberi obat.

2 1. Mengkaji tingkat kemampuan makan klien


Hasil: siang bubur porsi tidak di
habiskan tiap makan

2.Menganjurkan pada ibu klien untuk menyusui


bayi setiap jam,memberi makan bubur sedikit
tapi sering dan dalam keadaan hangat.

3
1.Mengobservasi adanya tanda – tanda irritasi
pada daerah bokong / anus.
Hasil : tampak kemerahan disekitar anus dan
genitalia berkurang
2.Mengajurkan pada ibu klien untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan. Misalnya: memberi makan,
menyusui, membersihkan dot/ alat makan.
Hasil :ibu mengerti dan mau
melaksanakannya
Sabtu 1 16.00 1. Observasi TTV, catat perubahan TD,
14 Januari takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan
2017 kelembaban membran mukosa.
Hasil: N ; 130 x/mnt, P; 36 x/mnt, S; 36 ºC.
Turgor kulit baik, membran mukosa
tampak lembab.
2. Pantau input dan out put cairan, catat / ukur
diare dan kehilangan cairan melalui oral.
Hasil: Klien minum air putih 1gelas sehari
dan infus RL. Klien BAB 1 x/hr.
3. Penuhi kebutuhan cairan individu dengan
menentukan jadwal pemberian.
Hasil: Klien minum ASI ditambah air putih
dengan waktu yang tidak tentu.
Terpasang infus RL dengan
kecepatan 30 tetes / menit.
4. Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan
masukan oral bila mampu.
Hasil: Klien minum rata-rata 1 gelas air
putih/hr ditambah ASI.

2 1. Mengkaji tingkat kemampuan makan klien


Hasil: siang bubur porsi dihabiskan tiap
makan

2.Menganjurkan pada ibu klien untuk menyusui


bayi setiap jam,memberi makan bubur sedikit
tapi sering dan dalam keadaan hangat.

1.Mengobservasi adanya tanda – tanda irritasi


3
pada daerah bokong / anus.
Hasil : Tidak nampak kemerahan disekitar anus
dan genitalia
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : An. “G”


No. Med. Rec : 18-77-45
Ruangan : P. Anak RS Elim Rantepao

Hari/tgl NDx Jam Evaluasi


Kamis 1 16.00 S : Ibu klien mengatakan anaknya BAB > 7
12 Januari kali sehari disertai muntah.
2017 O: Klien nampak pucat, mata cekung, turgor
kulit jelek. Keadaan umum klien tampak
lemah
A: Gangguan keseimbangan caian dan
elektolit belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1 s/d 8

2 S : Ibu mengatakan anaknya sudah makan ¼


porsi dan minum ASI sudah sering
( banyak )
O : -Klien sudah mau makan ¼ porsi di
habiskan
-BB turun dari 9 Kg menjadi 7,5 Kg
A : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi1,2,3,dan 4
1. kaji pola makan klien
2.beri makan & minum ASI sedikit tapi
sering dalam keadaan hangat.
3.timbang BB tiap hari
4.anjurkan pada ibu dengan memberi
makanan dengan rasa bervariasi.

3 S: Ibu klien mengatakan anus anaknya masih


kemerahan.
O : Anus masih tampak merah; BAB 7 x
A : Gangguan integritas kulit belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2, dan 3
1.kaji tingkat kerusakkan prioritas kulit
2.anjurkan kepada ibu klien bila
anaknya BAB segera dibersihkan dan
keringkan dan diberi talk.
3.anjurkan kepada ibu klien untuk
memelihara personal hygene
4.anjurkan kepada ibu klien untuk
mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.

4 S : Ibu mengatakan sudah tidak cemas


O : ekspresi wajah ibu tidak cemas dan
khawatir
A : kecemasan teratasi
P : pertahankan intervensi
Jumat 1 16.30 S : Ibu klien mengatakan anaknya BAB 4
13 Januari kali sehari.
2017 O : turgor kulit mulai membaik. Keadaan
umum klien masih lemah
A : Gangguan Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit sebagian teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi TTV, turgor kulit dan
kelembaban membran mukosa.
2. Pantau input dan out put cairan, catat /
ukur diare dan kehilangan cairan melalui
oral.
3. Penuhi kebutuhan cairan individu
dengan menentukan jadwal pemberian.
5. Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan
masukan oral bila mampu.
8. Penatalaksanaan pemberian obat sesuai
instruksi.

2 S : Ibu mengatakan anaknya sudah makan ½


porsi dan minum ASI sudah sering
( banyak )
O : Klien sudah mau makan 1/2 porsi di
habiskan
A : Nutrisi kurang dari kebutuhan sebagian
teratasi
P : lanjutkan intervensi1,2,3,dan 4
1.kaji pola makan klien
2.beri makan & minum ASI sedikit tapi
sering dalam keadaan hangat.
3.timbang BB tiap hari

3 S: Ibu klien mengatakan anus anaknya masih


kemerahan.
O : Tampak kemerahan pada anus dan
genitalia berkurang
A : Gangguan integritas kulit sebagian teratasi
P : Lanjutkan intrvensi 1,2, dan 3
1.kaji tingkat kerusakan prioritas kulit.
2.anjurkan kepada ibu klien untuk
mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.

S : Ibu klien mengatakan anaknya BAB 1 kali


Sabtu 1 16.00 sehari dengan konsistensi lembek.
14 Januari O : Klien nampak, mata tidak cekung, turgor
2017 kulit baik, keadaan umum baik, BAB
dengan konsistensi lembek.
A : -
P : -

S : Ibu mengatakan anaknya sudah makan


2 dan minum ASI sudah sering ( banyak )
O : Klien sudah mau makan , porsi di
habiskan
A:-
P: -

S: Ibu klien mengatakan tidak ada kemerahan


3 disekitar anus dan genitalia.
O: Tidak nampak kemerahan disekitar anus
dan genitalia
A:-
P:-

Anda mungkin juga menyukai