Anda di halaman 1dari 14

Vol 1, No 1, April 2017 ISSN 2580-2194

FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA KATARAK


SENILIS PADA PASIEN DI POLI MATA RSUD BANGKINANG

M.Nizar Syarif Hamidi, Ahmad Royadi


Dosen dan Alumni FIK Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia
nizar_hamidi@yahoo.com

ABSTRAK

World Hearth Organization (WHO), sedikitnya terdapat 135 juta orang yang mengalami
disabilitas penglihatan yang sangat signifikan dan terdapat lebih dari 50 juta orang buta di
seluruh dunia saat ini, dengan penyebab kebutaan terbanyak adalah katarak
(51%).Terjadinya katarak senilisberhubungan dengan diabetes melitus, riwayat keluarga
dengan katarak, pemakaian steroid yang lama, merokok, terpajan sinar ultravioet (UV).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan
terjadinya katarak senilis pada pasien di poli mata RSUD Bangkinang. Desain penelitian ini
adalah analitik deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian
ini adalah 30 orang penderita katarak di poli mata RSUD Bangkinang yang dilaksanakan 11–23
Juli 2016, dengan menggunakan teknik Accidental Sampling. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisa yang digunakan adalah univariat
dan bivariat. Hasil penelitian uji statistik menggunakan uji Chi Square pada tingkat kemaknaan
95% (p≤0,05), menunjukkan bahwayang mengalami katarak senilis sebanyak 22 orang (73,3%),
diabetes melitus 20 orang (66,7%), riwayat keluarga dengan katarak sebanyak 17 orang
(56,7%), tidak memakai obat steroid yang lama sebanyak 19 orang (63,3%), merokok sebanyak
21 orang (70,0%), terpajan sinar ultraviolet sebanyak 23 orang (76,7%). Didapatkan ada
hubungan riwayat diabetes melitus (p value 0,007), riwayat keluarga dengan katarak (p value
0,009), merokok (p value 0,03), terpajan sinar ultraviolet (matahari) (p value 0,00) dengan
kejadian katarak senilis, tidak ada hubungan pemakaian steroid lama (p value 0,67) dengan
kejadian katarak senilis. Diharapkan kepada responden untuk menggunakan pelindung mata
(kaca mata buram), menghindari merokok dan mengontrol kadar gula darah secara rutin.

Daftar Bacaan : 28 (2004 – 2015)

Kata Kunci :Riwayat Diabetes Melitus, Riwayat Keluarga dengan Katarak, Pemakaian
Steroid yang lama, Merokok, Terpajan Sinar Ultraviolet, Katarak

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 125


Vol 1, No 1, April 2017 ISSN 2580-2194

PENDAHULUAN 4% adalah gangguan penglihatan sejak


masa kanak-kanak.
A. Latar Belakang Pemerintah Republik indonesia
Mata adalah salah satu indera melalui Kementerian Kesehatan RI,
yang penting bagi manusia, melalui mata sejak tahun 2000 bersama-sama WHO
manusia menyerap informasi visual yang telah mencanangkan Visi 2020 yaitu,
digunakan untuk melaksanakan berbagai The Right to Sight. Dalam visi 2020 the
kegiatan. Namun gangguan terhadap right to sight merupakan program yang
penglihatan banyak terjadi, mulai dari diinisiasi oleh WHO dan international
gangguan ringan hingga gangguan yang agensi for the prefention of blindess
berat yang dapat mengakibatkan (LAPB) untuk mewujudkan fungsi
kebutaan. Kebutaan karena katarak atau penglihatan yang optimal di dunia.
kekeruhan lensa mata merupakan Indonesia sebagai Negara dengan angka
masalah kesehatan global yang harus kebutaan ketiga terbanyak didunia turut
segera diatasi, karena kebutaan dapat berkomitmen dalam upaya
menyebabkan berkurangnya kualitas pemberantasan kebutaan. (PERDAMI,
sumber daya manusia dan kehilangan 2013).
produktifitas serta membutuhkan biaya Indonesia sebagai Negara
yang cukup besar untuk pengobatannya. berkembang banyak mengalami masalah
Katarak dapat terjadi pada semua umur kesehatan mata. Perkiraan insiden
(Ilyas, 2014). katarak adalah 0,1% pertahun atau setiap
Katarak merupakan penyebab tahun di antara 1.000 orang terdapat
sedikitnya 50% kasus kebutaan di seorang penderita baru katarak.
seluruh dunia. Seiring dengan Penduduk Indonesia juga memiliki
peningkatan usia harapan hidup, jumlah kecenderungan menderita katarak 15
orang yang terkena semakin bertambah. tahun lebih cepat dibandingkan
Di berbagai bagian dunia yang sedang penduduk di daerah subtropis, sekitar 16
berkembang, fasilitas yang bersedia - 22% penderita katarak yang dioperasi
untuk mengobati katarak jauh dari berusia di bawah 55 tahun. Prevalensi
mencukupi, sulit untuk mengatasi kasus- katarak di Indonesia menurut hasil
kasus baru yang muncul dan benar-benar pemeriksaan petugas enumerator dalam
tidak mampu menangani kasus-kasus Riskesdas 2013 adalah sebesar 1,8%,
lama semakin menumpuk, yang dalam tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara
hitungan konservatif diperkirakan (3,7%) dan terendah di DKI Jakarta
berjumlah 10 juta diseluruh dunia. (0,9%). (Depkes RI, 2013).
World Hearth Organization Sedangkan prevalensi katarak di
(WHO, 2013), memperkirakan bahwa propinsi Riau sebesar 1,9 persen,
penyebab gangguan penglihatan prevalensi tertinggi terlihat di Indragiri
terbanyak di seluruh dunia adalah Hilir (3,1%) diikuti oleh Pelalawan
gangguan refraksi yang tidak terkoreksi, (3,0%) dan Kuantan Singingi (2,7%).
diikuti oleh katarak dan glaukoma. Prevalensi katarak terendah ditemukan di
Sedikitnya terdapat 135 juta orang yang Indragiri Hulu (0,9%) diikuti Rokan
mengalami disabilitas penglihatan yang Hulu dan Rokan Hilir (masing-masing
sangat signifikan dan terdapat lebih dari 1,1%). Sedangkan prevalensi katarak di
50 juta orang buta di seluruh dunia saat Kabupaten Kampar adalah 1,2%.
ini, dengan penyebab kebutaan (Riskesdas, 2013).
terbanyak adalah katarak (51%), diikuti
oleh glaukoma dan Age related Macular RSUD Bangkinang merupakan
Degeneration (AMD). Sebesar 21% salah satu Rumah Sakit tipe C yang ada
tidak dapat ditentukan penyebabnya dan di Kabupaten Kampar. Salah satu
pelayanannya adalah pemeriksaan dan

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 126


Vol 1, No 1, April 2017 ISSN 2580-2194

pengobatan penderita katarak, baik yang saraf, jantung dan pembuluh darah. Pada
datang sendiri maupun rujukan dari mata dapat menyebabkan edema lensa
Puskesmas. akibat sorbitol (alkohol gula). (Budiman,
Adapun data pasien berdasarkan dkk, 2013).
kunjungan rawat jalan di poli mata Riwayat keluarga dengan katarak
RSUD Bangkinang selama Januari dapat berpengaruh terhadap penerusan
sampai dengan Desember 2015 sebanyak gen kepada keturunan. Beberapa gen
5.509 kunjungan, sebagian besar adalah kristalin diekspresikan pada awal
penderita katarak senil (berumur 50 – 85 embriogenesis, dan mutasi pada gen ini
tahun), yaitu dapat menyebabkan perubahan pada
sebanyak857penderita,dengankasus lama protein yang berperan terhadap agregasi
sebanyak 416 kunjungan dan protein hingga mengakibatkan terjadinya
kasusbarusebanyak441penderita. katarak. (Budiman, 2013).
Sesuai dengan perkembangan Penggunaan jangka panjang
usia, lensa kristalin bersifat jernih selama (lebih dari 40 hari) steroid atau dosis
masa pertumbuhan hingga usia kurang tinggi steroid dapat menyebabkan dua
lebih 45 tahun, setelah itu mulai terjadi masalah mata yaitu katarak dan
progresifitas kekeruhan pada lensa glaukoma. Jenis katarak yang bisa terjadi
kristalin oleh karena kerusakan protein yaitu katarak kortikal posterior. Biasanya
dan sel lensa. Secara umum, penyebab pada penggunaan kortikosteroid dalam
katarak dapat dibagi menjadi kongenital jangka waktu yang lama bisa
dan didapat. Sebagian katarak yang menyebabkan katarak posterior sub
ditemukan adalah yang didapat, dengan kapsular. Patofisiologi terjadinya katarak
sebagian besar berhubungan dengan akibat pemberian kortikosteroid dalam
penuaan. (Budiman, 2013). jangka waktu lama belum bisa dipastikan
Katarak bisa dialami pada semua dengan jelas. Namun yang pasti jenis
umur bergantung pada faktor kortikosteroid yang bisa menyebabkan
pencetusnya. Beberapa faktor yang terjadinya katarak yaitu jenis
diduga dapat mempengaruhi kejadian glukokortikoid (hidrokortison,
penyakit katarak senilis seperti penuaan, deksametason, metilprednisolon). Ini
radang mata, trauma mata, diabetes semua berhubungan dengan metabolisme
melitus, riwayat keluarga dengan karbohidrat, lemak, dan protein, dan
katarak, pemakaian steroid lama (oral) berhubungan dengan anti inflamasi dengan
atau tertentu lainnya, pembedahan mata, cara menghambat pelepasan
merokok, terpajan banyak sinar ultra fosfolipid.Secara teori, kortikosteroid
violet (matahari). (Ilyas, 2014). menginduksi protein (miosilin) yang
Dengan mengetahui faktor-faktor berada di daerah trabekulum sehingga
yang mempangruhi penyakit katarak menyebabkan terjadinya edema di daerah
diharapkan dapat meningkatkan tersebut. Edema tersebut yang
pencegahan dalam penurunan jumlah menginduksi terjadinya glaukoma sudut
penderita penyakit katarak. terbuka. (http://mata-fkui-
Diabetes melitus merupakan rscm.org/penggunaan-kortikosteroid/).
kelainan metabolik yang ditandai dengan Terpajan banyak sinar ultra
hiperglikemia yang terkait dengan violet (matahari), dapat memberikan
sekresi insulin, defek aksi insulin atau kerusakan terbatas pada kornea hingga
keduanya. Kondisi hiperglikemia kronik kerusakan pada lensa dan retina, sifatnya
ini berhubungan dengan sekuele jangka dapat merusak epitel pada bagian-bagian
panjang yang signifikan, yaitu mata. (Ilyas, 2014).
kerusakan, disfungsi dan kegagalan pada Pekerjaan dalam hubungannya
beberapa organ, khususnya ginjal, mata, dengan paparan sinar matahari, sinar

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 127


Vol 1, No 1, April 2017 ISSN 2580-2194

ultraviolet, yang berasal dari sinar Poliklinik Mata RSUD Bangkinang


matahari (lebih dari 4 jam) akan diserap sebelumnya memiliki riwayat penyakit
oleh protein lensa terutama asam amino DM, dan telah memiliki umur Lanjut
aromatik, yaitu triptofan, fenil alanin dan Usia (Lansia), dan Ny. H salah satu
tirosin dan kemudian akan menimbulkan penderita katarak di poli mata
reaksi fotokimia sehingga terbentuk mengatakan bahwa 2 tahun dirinya telah
radikal bebas atau spesies oksigen yang memiliki riwayat penyakit DM dan
bersifat sangat reaktif. Reaksi oksidatif bekerja diluar gedung dalam arti terpapar
ini akan mengganggu struktur protein oleh sinar matahari dalam jangka waktu
pada lensa sehingga terjadi cross link yang lama.
antar dan intra protein dan menambah Berdasarkan permasalahan diatas
jumlah high molecular weight protein masih tingginya prevalensi katarak di
yang menyebabkan agregasi protein, RSUD Bangkinang dan belum
kemudian akan menimbulkan kekeruhan diketahuinya faktor-faktor yang
lensa atau yang disebut katarak. mempengaruhi kejadian katarak senilis
(Amanda, 2015). terhadap pasien yang berkunjung di poli
Merokok merupakan faktor mata RSUD Bangkinang, maka peneliti
risiko yang terkenal untuk berbagai- merasa penting untuk melakukan
macam penyakit. Sekarang, para penelitian tentang “Faktor-faktor yang
ilmuwan memiliki bukti bahwa merokok berhubungan dengan terjadinya katarak
juga dapat meningkatkan risiko katarak senilis pada pasien di poli mata RSUD
yang berkaitan dengan usia, penyebab Bangkinang”
utama kebutaan dan kehilangan B. Rumusan Masalah
penglihatan. Hasil penelitian Berdasarkan latar belakang diatas maka
menunjukkan bahwa setiap individu rumusan masalah penelitian ini
yang pernah merokok dikaitkan dengan yaitu:“Faktor-faktor apakah yang
peningkatan risiko katarak terkait usia, berhubungan dengan terjadinya katarak
dengan risiko yang lebih tinggi dari senilis pada pasien di poli mata RSUD
kejadian pada perokok. Dalam analisis Bangkinang? “.
subkelompok, mantan dan saat ini C. TujuanPenelitian
perokok menunjukkan hubungan positif 1. TujuanUmum
dengan dua subtipe: katarak nuklir, Berdasarkan rumusan masalah
ketika kekeruhan adalah di inti pusat diatas, tujuan umum pada penelitian
mata, dan katarak subskapularis, ketika ini adalah untuk mengetahuifaktor-
kekeruhan adalah di belakang kapsul faktor yang berhubungan dengan
lensa. Sedangkan analisis secara terjadinya katarak senilis pada
keseluruhan menunjukkan bahwa pasien di poli mata RSUD
semakin bertambahnya usia, merokok Bangkinang.
dapat meningkatkan risiko katarak. 2. TujuanKhusus
(http://www.news- Tujuan khusus penelitian ini adalah:
medical.net/news/20121013/). a. Mengetahui distribusi frequensi
Menurut Amanda (2015), katarak senilispada pasien di poli
seseorang yang merokok 10 batang atau mata RSUD Bangkinang.
lebih per harinya mempunyai risiko 2 b. Mengetahui distribusi frequensi
kali lebih banyak mengalami katarak. diabetes melituspada pasien
Setelah dilakukan studi katarak senilis dipoli mata RSUD
pendahuluan oleh peneliti di Poliklinik Bangkinang.
Mata RSUD Bangkinang, didapatkan c. Mengetahui distribusi frequensi
hasil wawancara bahwa Tn. S yang riwayat keluarga dengan
datang berkunjung untuk berobat ke katarak pada pasien

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 128


Vol 1, No 1, April 2017 ISSN 2580-2194

kataraksenilis di poli mata terjadinya katarak senilis pada


RSUD Bangkinang. pasien di poli mata RSUD
d. Mengetahui distribusi frequensi Bangkinang.
pemakaian steroid lama pada
pasien katarak senilis di poli D. ManfaatPenelitian
mata RSUD Bangkinang. 1. Manfaat teoritis
e. Mengetahui distribusi frequensi Hasil penelitian ini dapat bermanfaat
merokok pada pasien katarak untuk mengetahui berbagai faktor
senilis di poli mata RSUD risiko sebagai penyebab terjadinya
Bangkinang. katarak senilis pada pasien di Poli
f. Mengetahui distribusi frequensi Mata RSUD Bangkinang, serta dapat
terpajan banyak sinar ultra dijadikan sebagai dasar untuk
violet (matahari) pada pasien penelitian selanjutnya.
katarak senilis di poli mata 2. Manfaat praktis
RSUD Bangkinang. Bagi peneliti;
g. Untuk mengetahui hubungan Penelitian ini diharapkan dapat
faktordiabetes melitus terhadap menambah pengalaman dan wawasan
terjadinya katarak senilis pada peneliti serta menjadi media untuk
pasien di poli mata RSUD menerapkan ilmu khususnya faktor
Bangkinang. risiko sebagai penyebab terjadinya
h. Untuk mengetahui hubungan katarak senilis.
faktor riwayat keluarga dengan Bagi tenaga kesehatan;
katarak terhadap terjadinya Sebagai bahan masukan untuk
katarak senilis pada pasien di membuat program kesehatan, sebagai
poli mata RSUD Bangkinang. bahan penyuluhan, sebagai promosi
i. Untuk mengetahui kesehatan yang disampaikan oleh
hubunganfaktorpemakaian tenaga kesehatan kepada masyarakat
steroid lama (oral) terhadap luas mengenai berbagai faktor risiko
terjadinya katarak senilis pada katarak senilis.
pasien di poli mata RSUD Bagi masyarakat;
Bangkinang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
j. Untuk mengetahui hubungan meningkatkan kesadaran masyarakat
faktormerokok terhadap tentang penggunaan alat pelindung
terjadinya katarak senilis pada diri pada saat bekerja di luar gedung,
pasien di poli mata RSUD dan menjadi sumber pengetahuan
Bangkinang. masyarakat tentang pengaruh berbagai
k. Untuk mengetahui hubungan faktor risiko terhadap katarak senilis.
faktorterpajan banyak sinar
ultra violet (matahari)terhadap
Dimana data-data yang berkaitan dengan
variabel independen maupun dependen
METODE PENELITIAN dikumpulkan secara bersamaan untuk
A. Desain Penelitian mendapatkan informasi tentang faktor-faktor
Pada penelitian ini penulis menggunakan yang berhubungan dengan kejadian katarak
metode analitik deskriptif dengan rancangan senilis pada pasien yang berkunjung ke poli
penelitian cross sectional yaitu rencana mata RSUD Bangkinang tahun 2016 dengan
penelitian dengan melakukan pengukuran atau menggunakan pertanyaan kuesioner.
pengamatan pada saat bersamaan (sekali B. Lokasi dan Waktu Penelitian
waktu) dengan maksud untuk mengetahui 1. Lokasi penelitian
hubungan dengan varibel (Hidayat, 2007).

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 129


Vol 1, No 1, April 2017 ISSN 2580-2194

Penelitian ini dilaksanakan di Poli Mata RSUD diperoleh dari wawancara dengan
Bangkinang. Alasan tempat penelitian disini menggunakan kuesioner bentuk ceklist pada
karena RSUD Bangkinang merupakan satu- responden dan data sekunder diperoleh dari
satunya Rumah Sakit rujukan pasien mata di telaah dokumen yang berasal dari catatan
Kabupaten Kampar. medis (medical record).
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu HASIL PENELITIAN
yang dilakukan pada bulan Juli 2016. A. Analisa univariat
1. Karakteristik Responden
C. Populasi dan Sampel a) Umur
1. Populasi Tabel 4.1
Populasi ini mencakup semua pasien dengan Karakteristik responden
diagnosis medis katrak yang berkunjung ke berdasarkan Umur pasien katarak
Poli Mata RSUD Bangkinang saat penelitian di Poli Mata RSUD Bangkinang
dilakukan.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
penderita katarak yang datang berobat pada N Umur Frekuen Persentas
saat penelitian yang sesuai dengan kriteria o Responde si (n) e (%)
sampel yang telah ditetapkan. n
Jumlah sampel yang direncanakan dalam 1. 45 - 64
7 23.3
penelitian ini adalah sampel minimal sebanyak tahun
30 orang penderita katarak. 2. 65 - 84
15 50.0
a. Kriteria sampel tahun
Untuk mendapatkan jawaban yang dibutuhkan 3 85 - 95
8 26.7
tahun
maka peneliti menetapkan beberapa kriteria
Total 30 100.0
sampel, yaitu:
1) Kriteria Inklusi Dari tabel 4.1 di atas dapat
a) Pasien yang berkunjung ke poli mata dilihat bahwa sebagian besar
RSUD Bangkinang yang menderita katarak. pasien katarak yang berumur65 –
b) Usia responden > 45 tahun. 84 tahun yaitu sebanyak 15 orang
c) Data rekam medis responden lengkap (50,0%).
tentang diagnosa katarak dan diabetes melitus b) Jenis Kelamin
beserta hasil laboratorium. Tabel 4.2
Karakteristik responden
2) Kriteria Eksklusi berdasarkan Jenis Kelamin pasien
Penderita yang mengalami katarak yang tidak katarak di Poli Mata RSUD
bersedia untuk di wawancara. Bangkinang
b. Teknik Sampling
Teknik yang digunakan dalam pengambilan N Jenis Frekuen Persenta
sampel pada penelitian ini adalah Accidental o Kelamin si (n) se (%)
Sampling yaitu merupakan pengambilan 1. Laki-
19 63.3
sampel yang ditemukan pada saat penelitian laki
dilakukan sampai jumlah responden yang 2. Perempu
11 36.7
ditetapkan tercapai atau tepenuhi. an
Total 30 100
(Suryanto,,2011).
Dari tabel 4.2 di atas dapat
D. Alat Pengumpulan Data dilihat bahwa sebagian besar
ata yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien katarak berjenis kelamin
data primer dan data sekunder. Data primer

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 130


Vol 1, No 1, April 2017 ISSN 2580-2194

laki-laki yaitu sebanyak 19 orang Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa
(63,3%). sebagian besar pasien mengalami riwayat
c) Pekerjaan diabetes melitus yaitu sebanyak 20 orang
Tabel 4.3 (66,7%).
Karakteristik responden
berdasarkan Pekerjaan pasien 4. Riwayat Keluarga dengan Katarak
katarak di Poli Mata RSUD Tabel 4.6
Bangkinang Distribusi frekuensi responden berdasarkan
riwayat keluarga dengan katarak di Poli
N Pekerjaan Frekuen Persenta Mata RSUD Bangkinang
o si (n) se (%)
1. Tani 14 46.7 No Riwayat Frekuensi Persentase
2. Nelayan 8 26.7 Keluarga (n) (%)
3 PNS / Dengan
3 10.0 Katarak
Swasta
4 Wiraswas 1. Berisiko 17 56,7
5 16.7 2. Tidak 13 43,3
ta
Total 30 100.0 Berisiko
Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa Jumlah 30 100
sebagian besar pasien katarak mempunyai
pekerjaan tani yaitu sebanyak 14 orang Dari tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa
(46,7%). sebagian besar pasien memiliki riwayat
2. Kejadian Katarak Senilis keluarga dengan katarak yaitu sebanyak 17
Tabel 4.4 orang (56,7%).
Distribusi frekuensi responden berdasarkan 5. Pemakaian Steroid yang Lama
kejadian katarak senilis di Poli Mata RSUD Tabel 4.7
Bangkinang Distribusi frekuensi responden
berdasarkan pemakaian steroid yang
No Katarak Frekuensi Persentase lama di Poli Mata RSUD Bangkinang
Senilis (n) (%)
1. Menderita 22 73,3 No Pemakaian Frekuensi 36,7
2. Tidak 8 26,7 Steroid yang (n)
menderita Lama
Jumlah 30 100 1. Berisiko 11 36,7
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa 2. Tidak Berisiko 19 63,3
sebagian besar pasien menderita katarak senilis Jumlah 30 100
yaitu sebanyak 22 orang (73,3%). Sebanyak 8
(26,7%) menderita Katarak Komplikata akibat Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa
penyakit lain, operasi mata sebelumnya dan sebagian besar pasien tidak memakai obat
traumatik. steroid yang lama yaitu sebanyak 19 orang
3. Diabetes Melitus (63,3%).
Tabel 4.5 6. Merokok
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Tabel 4.8
kejadian diabetes melitus di Poli Mata Distribusi frekuensi responden
RSUD Bangkinang berdasarkan perilaku merokok di Poli
Mata RSUD Bangkinang
No Diabetes Frekuensi Persentase
Melitus (n) (%) No Merokok Frekuensi 36,7
1. Berisiko 20 66,7 (n)
2. Tidak 10 33,3 1. Berisiko 21 70,0
Berisiko 2. Tidak 9 30,0
Jumlah 30 100 Berisiko

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 131


Vol 1, No 1, April 2017 ISSN 2580-2194

Jumlah 30 100 2. Hubungan Riwayat Keluarga Katarak


dengan Kejadian Katarak Senilis di Poli Mata
Dari tabel 4.8 di atas dapat dilihat RSUD Bangkinangbahwa dari 17 responden
bahwa sebagian besar pasien merokok yaitu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
sebanyak 21 orang (70,0%). katarak, terdapat 1 responden (5,9%) yang
tidak menderita katarak senilis. Sedangkan dari
7. Terpajan Sinar Ultraviolet 13 responden yang tidak mempunyai riwayat
Tabel 4.9 keluarga dengan katarak, terdapat 6 responden
Distribusi frekuensi responden (46,2%) yang menderita katarak senilis.
berdasarkan terpajan sinar ultraviolet di Berdasarkan uji statistik diperoleh bahwa p
Poli Mata RSUD Bangkinang value = 0,009 (p ≤0,05), ini berarti ada
hubungan riwayat keluarga dengan katarak
No Terpajan sinar Frekuensi 36,7 dengan kejadian katarak senilis di Poli Mata
ultraviolet (n) RSUD Bangkinang. Berdasarkan hasil
1. Berisiko 23 76,7 penelitian juga diketahui bahwa nilai
2. Tidak Berisiko 7 23,3 Prevalent Odds Rasio = 18,6 hal ini berarti
Jumlah 30 100 responden yang menderita penyakit diabetes
melitus berpeluang 18,6 kali mengalami
Dari tabel 4.9 di atas dapat dilihat katarak senilis.
bahwa sebagian besar pasien terpajan sinar 3. Hubungan Pemakaian Steroid Lama
ultraviolet yaitu sebanyak 23 orang dengan Kejadian Katarak Senilis di Poli Mata
(76,7%). RSUD Bangkinangbahwa dari 19 responden
yang tidak menggunakan obat steroid yang
B. Analisa Bivariat lama, terdapat 13 responden (64,8%)
Analisa bivariat ini memberikan analisis menderita katarak senilis.Berdasarkan uji
fakor-fakor yang berhubungan dengan kejadian statistik diperoleh bahwa p value = 0,67 (p >
katarak senilis di poli mata RSUD 0,05), ini berarti tidak ada hubungan
Bangkinang. Analisis bivariat ini pemakaian steroid lama dengan kejadian
menggunakan uji Chi-Square sehingga dapat katarak senilis di Poli Mata RSUD
dilihat ada hubungan antara kedua variabel Bangkinang. Berdasarkan hasil penelitian juga
tersebut. Untuk hasil uji Chi-Square maka diketahui bahwa nilai Prevalent Odds Rasio =
didapatkan seperti tabel berikut ini. 2,0 hal ini berarti responden yang tidak
1. Hubungan Penyakit Diabetes Melitus menggunakan obat steroid lama berpeluang 2
dengan Kejadian Katarak Senilis di Poli Mata kali mengalami katarak senilis.
RSUD Bangkinangbahwa dari 20 responden 4. Hubungan Merokok dengan Kejadian
yang menderita penyakit diabetes melitus, Katarak Senilis di Poli Mata
terdapat 2 responden (10%) yang tidak RSUDBangkinangbahwa dari 21 responden
menderita katarak senilis. Sedangkan dari 10 yang merokok, terdapat 3 responden (14,3%)
responden yang tidak menderita penyakit yang tidak menderita katarak senilis.
diabetes melitus, terdapat 4 responden (40%) Sedangkan dari 9 responden yang tidak
yang menderita katarak senilis.Berdasarkan uji merokok, terdapat 4 responden (44,4%) yang
statistik diperoleh bahwa p value = 0,007 (p menderita katarak senilis. Berdasarkan uji
≤0,05), ini berarti ada hubungan penyakit statistik diperoleh bahwa p value = 0,03 (p
diabetes melitus dengan kejadian katarak ≤0,05), ini berarti ada hubungan merokok
senilis di Poli Mata RSUD Bangkinang. dengan kejadian katarak senilis di Poli Mata
Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui RSUD Bangkinang. Berdasarkan hasil
bahwa nilai Prevalent Odds Rasio = 13,5, hal penelitian juga diketahui bahwa nilai
ini berarti responden yang menderita penyakit Prevalent Odds Rasio = 7,5 hal ini berarti
diabetes melitus berpeluang 13,5 kali responden yang merokok berpeluang 7,5 kali
mengalami katarak senilis. mengalami katarak senilis.

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 132


Vol 1, No 1, April 2017 ISSN 2580-2194

5. Hubungan Terpajan Banyak Sinar Menurut Yugiantoro (2008) proses terjadinya


Ultraviolet dengan Kejadian Katarak Senilis di katarak pada diabetes melitus karena
Poli Mata RSUD Bangkinang bahwa dari 23 penumpukan glukosa pada mata. Dalam
responden yang terpajan banyak sinar keadaan normal, penumpukan zat-zat sisa tidak
ulraviolet, terdapat 2 responden (8,7%) tidak terjadi, bila kadar gula darah meningkat, maka
menderita katarak senilis. Sedangkan dari 7 perubahan glukosa oleh aldose reduktase
responden yang tidak terpajan banyak sinar menjadi serbitol meningkat. Selain itu
ulraviolet, terdapat 1 responden (14,3%) perubahan serbitol menjadi fruktose relatif
menderita katarak senilis. Berdasarkan uji lambat dan tidak seimbang sehingga kadar
statistik diperoleh bahwa p value = 0,000 (p ≤ serbitol dalam lensa mata meningkat, sorbitol
0,05), ini berarti ada hubungan terpajan sinar menaikkan tekanan osmose intraseluler dengan
ultraviolet yang lama dengan kejadian katarak akibat meningkatnya water uptake dan
senilis di Poli Mata RSUD Bangkinang. selanjutnya secara langsung maupun tidak
Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui langsung terbentuklah katarak. Pengaruh klinis
bahwa nilai Prevalent Odds Rasio = 63 hal ini lama mengakibatkan terjadinya katarak lebih
berarti responden yang terpajan sinar dini pada pasien dibandingkan dengan pasien
ultraviolet yang lama berpeluang 63 kali non diabetes.
mengalami katarak senilis. Menurut Budiman (2013) Diabetes melitus
PEMBAHASAN merupakan kelainan metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia yang terkait dengan
A. Hasil analisis Bivariat sekresi insulin, defek aksi insulin atau
1. Hubungan Penyakit Diabetes Melitus keduanya. Kondisi hiperglikemia kronik ini
dengan Kejadian Katarak Senilis di Poli Mata berhubungan dengan sekuele jangka panjang
RSUD Bangkinang yang signifikan, yaitu kerusakan, disfungsi dan
Setelah dilakukan uji Statistik dengan kegagalan pada beberapa organ, khususnya
menggunakan uji chi-squere, maka didapatkan ginjal, mata, saraf, jantung dan pembuluh
hasil ada hubungan penyakit diabetes melitus darah. Pada mata dapat menyebabkan edema
dengan kejadian katarak senilis di Poli Mata lensa akibat sorbitol (alkohol gula).
RSUD Bangkinang dengan p value 0,007 (≤ Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
0,05). Berdasarkan hasil penelitianjuga yang dilakukan oleh Burhan (2012) dengan
diketahui bahwa nilai Prevalent Odds Rasio = judul faktor-faktor yang berhubungan dengan
13,5, hal ini berarti responden yang menderita katarak senilis di Poliklinik Mata Budi Asih
penyakit diabetes melitus berpeluang 13,5 kali Depok, yang didapatkan bahwa ada hubungan
mengalami katarak senilis. penyakit diabetes melitus dengan terjadinya
Menurut asumsi peneliti responden yang katarak senilis dengan p value 0,003.
menderita diabetes melitus terjadi karena 2.Hubungan Riwayat Keluarga Katarak dengan
mengalami diabetes melitus yang tidak Kejadian Katarak Senilis di Poli Mata RSUD
terkontrol. Akibat peningkatan dari gula darah Bangkinang
dapat menyebabkan penumpukan zat-zat Setelah dilakukan uji Statistik dengan
metabolik gula oleh sel-sel lensa mata, tekanan menggunakan uji chi-squere, maka didapatkan
osmosis intraseluler meningkat dan hasil ada hubungan riwayat keluarga dengan
terbentuklah katarak. Sedangkan responden katarak dengan kejadian katarak senilis di Poli
yang menderita diabetes melitus tetapi tidak Mata RSUD Bangkinang dengan p value 0,009
mengalami katarak disebabkan karena selalu (≤ 0,05). Berdasarkan hasil penelitian juga
mengotrol dan mempertahankan kadar gula diketahui bahwa nilai Prevalent Odds Rasio =
darah dalam batas normal dan selalu 18,6 hal ini berarti responden yang menderita
mencheck-up kesehatan mata secara rutin, penyakit diabetes melitus berpeluang 18,6 kali
serta menderita diabetes melitus tapi baru mengalami katarak senilis.
beberapa bulan terakhir mengalami Menurut asumsi peneliti riwayat keluarga
peningkatan gula darah (hasil wawancara). dengan katarak dapat berpengaruh terhadap

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 133


Vol 1, No 1, April 2017 ISSN 2580-2194

penerusan gen kepada keturunan. Beberapa Mata RSUD Bangkinang dengan p value 0,67
gen kristalin diekspresikan pada awal (≤ 0,05). Berdasarkan hasil penelitian juga
embriogenesis, dan mutasi pada gen ini dapat diketahui bahwa nilai Prevalent Odds Rasio =
menyebabkan perubahan pada protein yang 2,0 hal ini berarti responden yang tidak
berperan terhadap agregasi protein hingga menggunakan obat steroid lama berpeluang 2
mengakibatkan terjadinya katarak. Sedangkan kali mengalami katarak senilis.
responden yang memiliki riwayat keluarga Menurut asumsi peneliti, penggunaan jangka
dengan katarak tetapi tidak menderita katarak panjang (≥ 40 hari) steroid atau dosis tinggi
karena bisa jadi responden ini secara kebetulan steroid dapat menginduksi protein (miosilin)
tidak mendapat penerusan gen katarak dan yang berada di daerah trabekulum sehingga
terhindar atau terminimalisir dari faktor-faktor menyebabkan terjadinya edema di daerah
lain yang dapat berpengaruh terhadap katarak tersebut. Edema tersebut yang menginduksi
senilis seperti kebiasaan merokok dan terpajan terjadinya glaukoma sudut terbuka.
sinar ultraviolet yang lama serta karakteristik Berdasarkan hasil penelitian tidak ada
responden (usia, jenis kelamin, pekerjaan). responden yang menggunakan obat steroid
Menurut Nengsih (2013), katarak berhubungan yang lama (> 40 hari), mereka hanya
dengan kelainan genetik,Katarak yang menggunakan obat steroid dalam jangka waktu
disebabkan karena riwayat keturunan dikaitkan 2-3 minggu. Jika responden mengalami katarak
juga dengan pengaruh lingkungan luar yang senilis, dari hasil wawancara bahwa hal ini
dapat menyebabkan perubahan genetik dalam disebabkan karena responden mempunyai
tubuh seseorang. Gen ini menyebabkan beberapa faktor lain sebagai predisposisi
perubahan pada protein yang berperan terhadap terjadinya katarak senilis seperti
terhadap agregasi protein hingga diabetes melitus, merokok dan terpajan sinar
mengakibatkan terjadinya katarak. ultraviolet serta katarak yang didapat (genetik)
Menurut Budiman, dkk (2013) riwayat serta faktor usia (65 – 85 tahun) dan pekerjaan
keluarga dengan katarak dapat berpengaruh responden sebagai petani dan nelayan.
terhadap penerusan gen kepada keturunan. Menurut FKUI (2012) Penggunaan jangka
Beberapa gen kristalin diekspresikan pada panjang (> 40 hari) steroid atau dosis tinggi
awal embriogenesis, dan mutasi pada gen ini steroid dapat menyebabkan dua masalah mata
dapat menyebabkan perubahan pada protein yaitu katarak dan glaukoma.Jenis katarak yang
yang berperan terhadap agregasi protein bisa terjadi yaitu katarak kortikal posterior.
hingga mengakibatkan terjadinya katarak Biasanya pada penggunaan kortikosteroid
senilis. dalam jangka waktu yang lama bisa
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian menyebabkan katarak posterior sub kapsular.
yang dilakukan oleh Samsudin (2013) dengan Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
judul pengaruh riwayat keturunan dengan yang dilakuka oleh Pujiyanto (2011)
terjadinya katarak senilis pada pasien yang menerangkan bahwa tingkat pendapatan
berobat pada balai kesehatan masyarakat Nusa rendah memberikan pengaruh yang bermakna,
Tenggara Barat, hasil penelitian dipeoleh p dengan nilai p = 0,03 dengan tingkat risiko 2
value 0,004 hal ini berarti ada hubungan kali lipat dibandigkan dengan subjek yang
riwayat keturunan dengan terjadinya katarak berpenghasilan tinggi. Responden yang
senilis pada pasien yang berobat pada balai mempunyai pendapatan rendah berisiko 18 kali
kesehatan masyarakat Nusa Tenggara Barat. untuk terjadi katarak dibandingkan dengan
3.Hubungan Pemakaian Steroid Lama dengan responden berpendapatan tinggi.
Kejadian Katarak Senilis di Poli Mata RSUD 4.Hubungan Merokok dengan Kejadian
Bangkinang Katarak Senilis di Poli Mata RSUD
Setelah dilakukan uji statistik dengan Bangkinang
menggunakan uji chi-squere, maka didapatkan Setelah dilakukan uji Statistik dengan
hasil tidak ada hubungan pemakaian steroid menggunakan uji chi-squere, maka didapatkan
lama dengan kejadian katarak senilis di Poli hasil ada hubungan merokok dengan kejadian

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 134


Vol 1, No 1, April 2017 ISSN 2580-2194

katarak senilis di Poli Mata RSUD Bangkinang terpajan sinar ultraviolet yang lama berpeluang
dengan p value 0,03 (≤ 0,05). Berdasarkan 63 kali mengalami katarak senilis
hasil penelitian juga diketahui bahwa nilai Menurut asumsi peneliti, dari hasil wawancara
Prevalent Odds Rasio = 7,5 hal ini berarti didapatkan sebagian besar responden adalah
responden yang merokok berpeluang 7,5 kali petani dan nelayan sehingga paparan sinar
mengalami katarak senilis. ultraviolet, yang berasal dari sinar matahari
Menurut asumsi peneliti bahwa merokok dapat (lebih dari 4 jam) akan diserap oleh protein
meningkatkan risiko terjadinya katarak. lensa terutama reaksi asam amino yang
Merokok dapat menginduksi stress oksidatif berubah menjadi molekul bersifat radikal
dan dihubungkan dengan penurunan kadar bebas yang akan menimbulkan kekeruhan
antioksidan, askorbat dan karotenoid yang lensa atau yang disebut katarak. Sedangkan
secara terus-menerus akan mempercepat orang yang terpajan sinar utraviolet tetapi tidak
kerusakan protein lensa. Sedangkan responden terkena katarak disebabkan karena usia yang
yang merokok tetapi tidak terkena katarak, dari kurang dari 50 tahun dan responden
hasil wawancara bahwa penyebabnya karena menggunakan alat pelindung mata (kaca mata
usia responden (<50 tahun) dan faktor-faktor buram/hitam) atau topi besar saat bekerja di
lainnya seperti pekerjaan responden sebagai bawah terik matahari sehingga risiko katarak
pegawai PNS/Swasta. tidak terjadi.
Menurut Asman (2011) merokok merupakan Menurut Tamhuzi (2006) Masuknya radiasi
salah satu kebiasaan yang akan memberikan sinar ultraviolet secara langsung ke dalam mata
banyak dampak negatif terhadap kesehatan, dapat dikurangi dengan menggunakan alat
asap rokok yang mengandung radikal bebas pelindung diri seperti topi saat bekerja di luar
dapat menyebabkan perubahan molekul protein gedung. Bahaya akan sinar ultaviolet ini belum
sehingga dapat menimbulkan katarak. banyak diketahui oleh responden, sehingga
Menurut Khurana (2007) merokok perlu diadakan penyuluhan atau promosi
menyebabkan penumpukan molekul kesehatan untuk menggunakan alat pelindung
berpigmen 3-hydroxikhynurinine dan diri saat berada di luar gedung.
chromophores yang menyebabkan terjadinya Berdasarkan hasil Riakesdas (2007) beberapa
penguningan warna lensa.Sianat dalam rokok pekerjaan yang cukup berisiko untuk
juga menyebabkan terjadinya karbamilasi dan terjadinya katarak di antaranya adalah petani,
denaturasi protein.(Khurana AK, 2007). buruh dan nelayan. Hal ini sejalan dengan
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian pekerjaan responden pada saat penelitian,
yang dilakukan oleh Panjaitan (2013). Pada responden kebanyakan memiliki pekerjaan
penelitian dengan menggunakan kasus-kontrol, sabagai petani, buruh, dan pedagang keliling,
di mana kasus sebanyak 54 orang dan kontrol jenis pekerjaan yang berada di luar gedung
35 orang, hasil uji multivariat (OR=2,287) dikaitkan dengan paparan sinar ultraviolet
menunjukkan hubungan merokok dapat langsung. Apabila dalam waktu yang lama
meningkatkan kejadian katarak 2 kali bekerja di luar gedung dan terpapar sinar
dibandingkan dengan yang tidak merokok. matahari, akan sangat berbahaya karena radiasi
5. Hubungan Terpajan Banyak Sinar sinar ultraviolet dari matahari akan diserap
Ultraviolet dengan Kejadian Katarak Senilis di oleh lensa, sehingga akan menyebabkan lensa
Poli Mata RSUD Bangkinang menjadi keruh.
Setelah dilakukan uji Statistik dengan Menurut Sinha, dkk (2009), pekerjaan yang
menggunakan uji chi-squere, maka didapatkan berada di luar ruangan (lapangan) tingkat
hasil ada hubungan terpajan sinar ultraviolet kematangan kataraknya terlihat meningkat.
yang lama dengan kejadian katarak senilis di Responden pada kelompok pekerja lapangan
Poli Mata RSUD Bangkinang dengan p value dengan tingkat kematangan katarak lebih
0,000 (≤ 0,05). Berdasarkan hasil penelitian tinggi (62%) dibanding dengan responden pada
juga diketahui bahwa nilai Prevalent Odds kelompok pekerja di dalam ruangan (41.9%).
Rasio = 63 hal ini berarti responden yang

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 135


Vol 1, No 1, April 2017 ISSN 2580-2194

Penelitian ini didukung dengan hasil penelitian 1.Bagi responden


Sinha, dkk (2009) yang menyebutkan ada Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur
pengaruh yang bermakna antara tingkat operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak
kematangan katarak senilis dengan pekerjaan. mengganggu, tindakan operasi tidak
Dalam penelitiannya, Sinha menyebutkan diperlukan. Kadang kala cukup dengan
bahwa, pekerjaan responden yang berada di mengganti kacamata. Hingga saat ini belum
luar gedung memiliki tingkat kematangan ada obat-obatan, makanan, atau kegiatan olah
katarak sekitar 62% dibanding dengan raga yang dapat menghindari atau
responden pada kelompok pekerja di dalam menyembuhkan seseorang dari gangguan
gedung yaitu sekitar 41.9%. katarak. Akan tetapi melindungi mata terhadap
sinar matahari yang berlebihan dapat
memperlambat terjadinya gangguan katarak.
PENUTUP Kacamata gelap atau kacamata reguler yang
dapat menghalangi sinar ultraviolet (UV)
Pada bab ini akan diuraikan simpulan sebaiknya digunakan ketika berada diruang
dan saran yang diperoleh berdasarkan terbuka pada siang hari.
penjelasan bab sebelumnya serta saran yang Khususnya di kelompok berisiko tinggi seperti
diberikan berupa masukan yang bersifat penderita merokok dan diabetes melitus,
operasional dan terkait hasil penelitian. disarankan untuk berhenti merokok atau tidak
A.Simpulan merokok serta mencari konsultasi medis jika
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada penglihatan „halo‟ yang terjadi disekitar lampu
bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik jalan di malam hari, terutama jika fenomena ini
kesimpulan pada penelitian ini yang berjudul tampak hanya dengan satu mata.
“fakor-fakor yang berhubungan dengan 2.Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
terjadinya katarak senilis di poli mata RSUD Agar membuat program penanggulangan untuk
Bangkinang, sebagai berikut: penyakit katarak seperti pemeriksaan mata
1.Terdapat hubungan bermakna antara diabetes berkala dan operasi katarak gratis Memberikan
melitus dengan kejadian katarak senilis di poli informasi berupa poster atau leaflet kepada
mata RSUD Bangkinang. masyarakat tentang penyebab, gejala dan
2.Terdapat hubungan bermakna antara riwayat tanda-tanda terjadinya katarak.
keluarga dengan katarak dengan kejadian
katarak senilis di poli mata RSUD
Bangkinang. 3.Bagi Institusi Pendidikan (STIKes Tuanku
3.Tidak terdapat hubungan bermakna antara Tambusai Riau)
menggunakan steroid yang lama dengan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
kejadian katarak senilis di poli mata RSUD data dasar bagi peneliti selanjutnya dibidang
Bangkinang. kesehatan, khususnya tentang penyakit katarak
4.Terdapat hubungan bermakna antara dan juga diharapkan dapat dipergunakan
merokok dengan kejadian katarak senilis di sebagai bahan kepustakaan.
poli mata RSUD Bangkinang. 4.Bagi peneliti selanjutnya
5.Terdapat hubungan bermakna antara terpajan Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar
sinar ultraviolet yang lama dengan kejadian dapat menambah variabel lain dalam penelitian
katarak senilis di poli mata RSUD sehingga dapat diketahui faktor lain yang
Bangkinang. menyebabkan terjadinya katarak senilis.

B.Saran

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 136


Vol 1, No 1, April 2017 ISSN 2580-2194

DAFTARPUSTAKA may increase risk of age-related


cataract. http://www.news-
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2008. Metode medical.net/news/20121013/Cigare
Penelitian Keperawatan dan Teknik tte-smok ing-may-increase-risk-of-
Analisa Data. Jakarta: Salemba age-related-cataract.aspx. Akses 7
Medika April 2016

Amanda Nazira, 2015. Dkk. Jurnal, ____________________Study Cataract


Katarak Senilis, Risiko bagi orang Surgery. http://www.news-
yang berusia lanjut. medical.net/news/20130905/study-
http://www.docfoc.com/jurnal-eptm- cataract-surgery-aspx. Akses 7 Apr
katarak. Akses 5 April 2016 2016

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu


Pendekatan Praktis. Jakarta: Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Salemba Medika Cipta

Arimbi, A. T., 2011. Faktor-faktor yang _________________________Metodologi


Berhubungan dengan Katarak Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Degeneratif di RSUD Budhi Asih. p. Rineka Cipta
Depok: Universitas Airlangga
Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan
Budiman, 2013. Teknik, Komplikasi dan Metodologi Penelitian Ilmu
Penatalaksanaan Bedah Katarak. Keperawatan Pedoman Skripsi,
Perpustakaan Nasional RI Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Budiman, Andrew, M.H.K., Novita, S., Medika
2013. Pearl and PitFalls to Improve
Cataract Surgery Skills. PERDAMI, 2013. Tjahjono D. G.,
Perpustakaan Nasional RI Panduan Manajemen Klinis
Perdami. PP Perdami. Jakarta
Ilyas S., 2014. Ilmu Penyakit Mata. 5 ed.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Putrilestari, Ardian. 2013. Artikel
Kedokteran Universitas Indonesia Katarak.https://keperawatanb.wordpr
ess.com/. Akses 5 September 2016
Klinik Mata Nusantara. Teknik Operasi
Katarak.http://www.klinikmatautama Pujiyanto, T. I., 2004. Faktor-faktor Resiko
.com. Akses 30 Maret 2016 yang Berpengaruh terhadap
Kejadian Katarak Senilis. In:
Machfoedz, Ircham. 2009. Metodologi Semarang: Universitas Diponegoro
Penelitian Bidang Kesehatan,
Keperawatan, Kebidanan, Riskesdas. 2013. Laporan Nasional Riset
Kedokteran. Yogyakarta: Penerbit Kesehatan Dasar.Situasi gangguan
Fitramaya penglihatan dan kebutaan. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan
News Medical, 2013. Cigarette smoking

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 137


Vol 1, No 1, April 2017 ISSN 2580-2194

kesehatan Departermen Kesehatan masyarakat Nusa Tenggara Barat.


Republik Indonesia Denpasar: Universitas Udayana

Riskesdas, 2013. Laporan hasil Riskesdas World Health


Prov. Riau 2013. Organization2013.Blindness: Vision
http://www.pusat2.litbang.depkes.go. 2020- the global initiative for the
id/pusat2_v1/wp- elimination of avoidable blindness.
content/uploads/2015/02/Pokok- Available at
Pokok-Hasil-Riskesdas-Prov-Riau- http://www.who.int/mediacentre/fact
.pdf. Akses 3 April 2016 sheet/fs213/en/. Akses 5 April 2016

RSCM Kirana, 2015. Penggunaan


Kortikosteroid dan Obat
Imunosupresif.http://mata-fkui-
rscm.org/panduan-pasien/edukasi-
pasien/penggunaan-kortikosteroid/.
Akses 5 April 2016

Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang.


SIMRS 2016. Data Kunjungan Poli
Mata RSUD Bangkinang

Sastroasmoro, Sudigdo, dkk. 2011. Dasar-


Dasar Metodologi Penelitian Klinis
Edisi Ke 4. Jakarta: CV. Sagung Seto

Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset


Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Sinha R et al, Etiopathogenesis of


Cataract: Journal Review. Indian
Journal of Ophtalmology Vol. 57
No.3; May- June 2009.p248-249

Suriasumantri, Jujun S. 2009. Filsafat


Ilmu: Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Penebar Swadaya

Suryanto, 2011. Metodeologi dan Aplikasi


Penelitian Keperawatan.Yogyakarta:
Nuha Medika.

Ulandari, Ni Nyoman S. T., 2014.


Pengaruh pekerjaan dan
pendidikan terhadap terjadinya
katarak di balai kesehatan mata

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 138

Anda mungkin juga menyukai