Dosen Dan Alumni FIK Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia
Dosen Dan Alumni FIK Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia
ABSTRAK
World Hearth Organization (WHO), sedikitnya terdapat 135 juta orang yang mengalami
disabilitas penglihatan yang sangat signifikan dan terdapat lebih dari 50 juta orang buta di
seluruh dunia saat ini, dengan penyebab kebutaan terbanyak adalah katarak
(51%).Terjadinya katarak senilisberhubungan dengan diabetes melitus, riwayat keluarga
dengan katarak, pemakaian steroid yang lama, merokok, terpajan sinar ultravioet (UV).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan
terjadinya katarak senilis pada pasien di poli mata RSUD Bangkinang. Desain penelitian ini
adalah analitik deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian
ini adalah 30 orang penderita katarak di poli mata RSUD Bangkinang yang dilaksanakan 11–23
Juli 2016, dengan menggunakan teknik Accidental Sampling. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisa yang digunakan adalah univariat
dan bivariat. Hasil penelitian uji statistik menggunakan uji Chi Square pada tingkat kemaknaan
95% (p≤0,05), menunjukkan bahwayang mengalami katarak senilis sebanyak 22 orang (73,3%),
diabetes melitus 20 orang (66,7%), riwayat keluarga dengan katarak sebanyak 17 orang
(56,7%), tidak memakai obat steroid yang lama sebanyak 19 orang (63,3%), merokok sebanyak
21 orang (70,0%), terpajan sinar ultraviolet sebanyak 23 orang (76,7%). Didapatkan ada
hubungan riwayat diabetes melitus (p value 0,007), riwayat keluarga dengan katarak (p value
0,009), merokok (p value 0,03), terpajan sinar ultraviolet (matahari) (p value 0,00) dengan
kejadian katarak senilis, tidak ada hubungan pemakaian steroid lama (p value 0,67) dengan
kejadian katarak senilis. Diharapkan kepada responden untuk menggunakan pelindung mata
(kaca mata buram), menghindari merokok dan mengontrol kadar gula darah secara rutin.
Kata Kunci :Riwayat Diabetes Melitus, Riwayat Keluarga dengan Katarak, Pemakaian
Steroid yang lama, Merokok, Terpajan Sinar Ultraviolet, Katarak
pengobatan penderita katarak, baik yang saraf, jantung dan pembuluh darah. Pada
datang sendiri maupun rujukan dari mata dapat menyebabkan edema lensa
Puskesmas. akibat sorbitol (alkohol gula). (Budiman,
Adapun data pasien berdasarkan dkk, 2013).
kunjungan rawat jalan di poli mata Riwayat keluarga dengan katarak
RSUD Bangkinang selama Januari dapat berpengaruh terhadap penerusan
sampai dengan Desember 2015 sebanyak gen kepada keturunan. Beberapa gen
5.509 kunjungan, sebagian besar adalah kristalin diekspresikan pada awal
penderita katarak senil (berumur 50 – 85 embriogenesis, dan mutasi pada gen ini
tahun), yaitu dapat menyebabkan perubahan pada
sebanyak857penderita,dengankasus lama protein yang berperan terhadap agregasi
sebanyak 416 kunjungan dan protein hingga mengakibatkan terjadinya
kasusbarusebanyak441penderita. katarak. (Budiman, 2013).
Sesuai dengan perkembangan Penggunaan jangka panjang
usia, lensa kristalin bersifat jernih selama (lebih dari 40 hari) steroid atau dosis
masa pertumbuhan hingga usia kurang tinggi steroid dapat menyebabkan dua
lebih 45 tahun, setelah itu mulai terjadi masalah mata yaitu katarak dan
progresifitas kekeruhan pada lensa glaukoma. Jenis katarak yang bisa terjadi
kristalin oleh karena kerusakan protein yaitu katarak kortikal posterior. Biasanya
dan sel lensa. Secara umum, penyebab pada penggunaan kortikosteroid dalam
katarak dapat dibagi menjadi kongenital jangka waktu yang lama bisa
dan didapat. Sebagian katarak yang menyebabkan katarak posterior sub
ditemukan adalah yang didapat, dengan kapsular. Patofisiologi terjadinya katarak
sebagian besar berhubungan dengan akibat pemberian kortikosteroid dalam
penuaan. (Budiman, 2013). jangka waktu lama belum bisa dipastikan
Katarak bisa dialami pada semua dengan jelas. Namun yang pasti jenis
umur bergantung pada faktor kortikosteroid yang bisa menyebabkan
pencetusnya. Beberapa faktor yang terjadinya katarak yaitu jenis
diduga dapat mempengaruhi kejadian glukokortikoid (hidrokortison,
penyakit katarak senilis seperti penuaan, deksametason, metilprednisolon). Ini
radang mata, trauma mata, diabetes semua berhubungan dengan metabolisme
melitus, riwayat keluarga dengan karbohidrat, lemak, dan protein, dan
katarak, pemakaian steroid lama (oral) berhubungan dengan anti inflamasi dengan
atau tertentu lainnya, pembedahan mata, cara menghambat pelepasan
merokok, terpajan banyak sinar ultra fosfolipid.Secara teori, kortikosteroid
violet (matahari). (Ilyas, 2014). menginduksi protein (miosilin) yang
Dengan mengetahui faktor-faktor berada di daerah trabekulum sehingga
yang mempangruhi penyakit katarak menyebabkan terjadinya edema di daerah
diharapkan dapat meningkatkan tersebut. Edema tersebut yang
pencegahan dalam penurunan jumlah menginduksi terjadinya glaukoma sudut
penderita penyakit katarak. terbuka. (http://mata-fkui-
Diabetes melitus merupakan rscm.org/penggunaan-kortikosteroid/).
kelainan metabolik yang ditandai dengan Terpajan banyak sinar ultra
hiperglikemia yang terkait dengan violet (matahari), dapat memberikan
sekresi insulin, defek aksi insulin atau kerusakan terbatas pada kornea hingga
keduanya. Kondisi hiperglikemia kronik kerusakan pada lensa dan retina, sifatnya
ini berhubungan dengan sekuele jangka dapat merusak epitel pada bagian-bagian
panjang yang signifikan, yaitu mata. (Ilyas, 2014).
kerusakan, disfungsi dan kegagalan pada Pekerjaan dalam hubungannya
beberapa organ, khususnya ginjal, mata, dengan paparan sinar matahari, sinar
Penelitian ini dilaksanakan di Poli Mata RSUD diperoleh dari wawancara dengan
Bangkinang. Alasan tempat penelitian disini menggunakan kuesioner bentuk ceklist pada
karena RSUD Bangkinang merupakan satu- responden dan data sekunder diperoleh dari
satunya Rumah Sakit rujukan pasien mata di telaah dokumen yang berasal dari catatan
Kabupaten Kampar. medis (medical record).
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu HASIL PENELITIAN
yang dilakukan pada bulan Juli 2016. A. Analisa univariat
1. Karakteristik Responden
C. Populasi dan Sampel a) Umur
1. Populasi Tabel 4.1
Populasi ini mencakup semua pasien dengan Karakteristik responden
diagnosis medis katrak yang berkunjung ke berdasarkan Umur pasien katarak
Poli Mata RSUD Bangkinang saat penelitian di Poli Mata RSUD Bangkinang
dilakukan.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
penderita katarak yang datang berobat pada N Umur Frekuen Persentas
saat penelitian yang sesuai dengan kriteria o Responde si (n) e (%)
sampel yang telah ditetapkan. n
Jumlah sampel yang direncanakan dalam 1. 45 - 64
7 23.3
penelitian ini adalah sampel minimal sebanyak tahun
30 orang penderita katarak. 2. 65 - 84
15 50.0
a. Kriteria sampel tahun
Untuk mendapatkan jawaban yang dibutuhkan 3 85 - 95
8 26.7
tahun
maka peneliti menetapkan beberapa kriteria
Total 30 100.0
sampel, yaitu:
1) Kriteria Inklusi Dari tabel 4.1 di atas dapat
a) Pasien yang berkunjung ke poli mata dilihat bahwa sebagian besar
RSUD Bangkinang yang menderita katarak. pasien katarak yang berumur65 –
b) Usia responden > 45 tahun. 84 tahun yaitu sebanyak 15 orang
c) Data rekam medis responden lengkap (50,0%).
tentang diagnosa katarak dan diabetes melitus b) Jenis Kelamin
beserta hasil laboratorium. Tabel 4.2
Karakteristik responden
2) Kriteria Eksklusi berdasarkan Jenis Kelamin pasien
Penderita yang mengalami katarak yang tidak katarak di Poli Mata RSUD
bersedia untuk di wawancara. Bangkinang
b. Teknik Sampling
Teknik yang digunakan dalam pengambilan N Jenis Frekuen Persenta
sampel pada penelitian ini adalah Accidental o Kelamin si (n) se (%)
Sampling yaitu merupakan pengambilan 1. Laki-
19 63.3
sampel yang ditemukan pada saat penelitian laki
dilakukan sampai jumlah responden yang 2. Perempu
11 36.7
ditetapkan tercapai atau tepenuhi. an
Total 30 100
(Suryanto,,2011).
Dari tabel 4.2 di atas dapat
D. Alat Pengumpulan Data dilihat bahwa sebagian besar
ata yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien katarak berjenis kelamin
data primer dan data sekunder. Data primer
laki-laki yaitu sebanyak 19 orang Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa
(63,3%). sebagian besar pasien mengalami riwayat
c) Pekerjaan diabetes melitus yaitu sebanyak 20 orang
Tabel 4.3 (66,7%).
Karakteristik responden
berdasarkan Pekerjaan pasien 4. Riwayat Keluarga dengan Katarak
katarak di Poli Mata RSUD Tabel 4.6
Bangkinang Distribusi frekuensi responden berdasarkan
riwayat keluarga dengan katarak di Poli
N Pekerjaan Frekuen Persenta Mata RSUD Bangkinang
o si (n) se (%)
1. Tani 14 46.7 No Riwayat Frekuensi Persentase
2. Nelayan 8 26.7 Keluarga (n) (%)
3 PNS / Dengan
3 10.0 Katarak
Swasta
4 Wiraswas 1. Berisiko 17 56,7
5 16.7 2. Tidak 13 43,3
ta
Total 30 100.0 Berisiko
Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa Jumlah 30 100
sebagian besar pasien katarak mempunyai
pekerjaan tani yaitu sebanyak 14 orang Dari tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa
(46,7%). sebagian besar pasien memiliki riwayat
2. Kejadian Katarak Senilis keluarga dengan katarak yaitu sebanyak 17
Tabel 4.4 orang (56,7%).
Distribusi frekuensi responden berdasarkan 5. Pemakaian Steroid yang Lama
kejadian katarak senilis di Poli Mata RSUD Tabel 4.7
Bangkinang Distribusi frekuensi responden
berdasarkan pemakaian steroid yang
No Katarak Frekuensi Persentase lama di Poli Mata RSUD Bangkinang
Senilis (n) (%)
1. Menderita 22 73,3 No Pemakaian Frekuensi 36,7
2. Tidak 8 26,7 Steroid yang (n)
menderita Lama
Jumlah 30 100 1. Berisiko 11 36,7
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa 2. Tidak Berisiko 19 63,3
sebagian besar pasien menderita katarak senilis Jumlah 30 100
yaitu sebanyak 22 orang (73,3%). Sebanyak 8
(26,7%) menderita Katarak Komplikata akibat Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa
penyakit lain, operasi mata sebelumnya dan sebagian besar pasien tidak memakai obat
traumatik. steroid yang lama yaitu sebanyak 19 orang
3. Diabetes Melitus (63,3%).
Tabel 4.5 6. Merokok
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Tabel 4.8
kejadian diabetes melitus di Poli Mata Distribusi frekuensi responden
RSUD Bangkinang berdasarkan perilaku merokok di Poli
Mata RSUD Bangkinang
No Diabetes Frekuensi Persentase
Melitus (n) (%) No Merokok Frekuensi 36,7
1. Berisiko 20 66,7 (n)
2. Tidak 10 33,3 1. Berisiko 21 70,0
Berisiko 2. Tidak 9 30,0
Jumlah 30 100 Berisiko
penerusan gen kepada keturunan. Beberapa Mata RSUD Bangkinang dengan p value 0,67
gen kristalin diekspresikan pada awal (≤ 0,05). Berdasarkan hasil penelitian juga
embriogenesis, dan mutasi pada gen ini dapat diketahui bahwa nilai Prevalent Odds Rasio =
menyebabkan perubahan pada protein yang 2,0 hal ini berarti responden yang tidak
berperan terhadap agregasi protein hingga menggunakan obat steroid lama berpeluang 2
mengakibatkan terjadinya katarak. Sedangkan kali mengalami katarak senilis.
responden yang memiliki riwayat keluarga Menurut asumsi peneliti, penggunaan jangka
dengan katarak tetapi tidak menderita katarak panjang (≥ 40 hari) steroid atau dosis tinggi
karena bisa jadi responden ini secara kebetulan steroid dapat menginduksi protein (miosilin)
tidak mendapat penerusan gen katarak dan yang berada di daerah trabekulum sehingga
terhindar atau terminimalisir dari faktor-faktor menyebabkan terjadinya edema di daerah
lain yang dapat berpengaruh terhadap katarak tersebut. Edema tersebut yang menginduksi
senilis seperti kebiasaan merokok dan terpajan terjadinya glaukoma sudut terbuka.
sinar ultraviolet yang lama serta karakteristik Berdasarkan hasil penelitian tidak ada
responden (usia, jenis kelamin, pekerjaan). responden yang menggunakan obat steroid
Menurut Nengsih (2013), katarak berhubungan yang lama (> 40 hari), mereka hanya
dengan kelainan genetik,Katarak yang menggunakan obat steroid dalam jangka waktu
disebabkan karena riwayat keturunan dikaitkan 2-3 minggu. Jika responden mengalami katarak
juga dengan pengaruh lingkungan luar yang senilis, dari hasil wawancara bahwa hal ini
dapat menyebabkan perubahan genetik dalam disebabkan karena responden mempunyai
tubuh seseorang. Gen ini menyebabkan beberapa faktor lain sebagai predisposisi
perubahan pada protein yang berperan terhadap terjadinya katarak senilis seperti
terhadap agregasi protein hingga diabetes melitus, merokok dan terpajan sinar
mengakibatkan terjadinya katarak. ultraviolet serta katarak yang didapat (genetik)
Menurut Budiman, dkk (2013) riwayat serta faktor usia (65 – 85 tahun) dan pekerjaan
keluarga dengan katarak dapat berpengaruh responden sebagai petani dan nelayan.
terhadap penerusan gen kepada keturunan. Menurut FKUI (2012) Penggunaan jangka
Beberapa gen kristalin diekspresikan pada panjang (> 40 hari) steroid atau dosis tinggi
awal embriogenesis, dan mutasi pada gen ini steroid dapat menyebabkan dua masalah mata
dapat menyebabkan perubahan pada protein yaitu katarak dan glaukoma.Jenis katarak yang
yang berperan terhadap agregasi protein bisa terjadi yaitu katarak kortikal posterior.
hingga mengakibatkan terjadinya katarak Biasanya pada penggunaan kortikosteroid
senilis. dalam jangka waktu yang lama bisa
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian menyebabkan katarak posterior sub kapsular.
yang dilakukan oleh Samsudin (2013) dengan Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
judul pengaruh riwayat keturunan dengan yang dilakuka oleh Pujiyanto (2011)
terjadinya katarak senilis pada pasien yang menerangkan bahwa tingkat pendapatan
berobat pada balai kesehatan masyarakat Nusa rendah memberikan pengaruh yang bermakna,
Tenggara Barat, hasil penelitian dipeoleh p dengan nilai p = 0,03 dengan tingkat risiko 2
value 0,004 hal ini berarti ada hubungan kali lipat dibandigkan dengan subjek yang
riwayat keturunan dengan terjadinya katarak berpenghasilan tinggi. Responden yang
senilis pada pasien yang berobat pada balai mempunyai pendapatan rendah berisiko 18 kali
kesehatan masyarakat Nusa Tenggara Barat. untuk terjadi katarak dibandingkan dengan
3.Hubungan Pemakaian Steroid Lama dengan responden berpendapatan tinggi.
Kejadian Katarak Senilis di Poli Mata RSUD 4.Hubungan Merokok dengan Kejadian
Bangkinang Katarak Senilis di Poli Mata RSUD
Setelah dilakukan uji statistik dengan Bangkinang
menggunakan uji chi-squere, maka didapatkan Setelah dilakukan uji Statistik dengan
hasil tidak ada hubungan pemakaian steroid menggunakan uji chi-squere, maka didapatkan
lama dengan kejadian katarak senilis di Poli hasil ada hubungan merokok dengan kejadian
katarak senilis di Poli Mata RSUD Bangkinang terpajan sinar ultraviolet yang lama berpeluang
dengan p value 0,03 (≤ 0,05). Berdasarkan 63 kali mengalami katarak senilis
hasil penelitian juga diketahui bahwa nilai Menurut asumsi peneliti, dari hasil wawancara
Prevalent Odds Rasio = 7,5 hal ini berarti didapatkan sebagian besar responden adalah
responden yang merokok berpeluang 7,5 kali petani dan nelayan sehingga paparan sinar
mengalami katarak senilis. ultraviolet, yang berasal dari sinar matahari
Menurut asumsi peneliti bahwa merokok dapat (lebih dari 4 jam) akan diserap oleh protein
meningkatkan risiko terjadinya katarak. lensa terutama reaksi asam amino yang
Merokok dapat menginduksi stress oksidatif berubah menjadi molekul bersifat radikal
dan dihubungkan dengan penurunan kadar bebas yang akan menimbulkan kekeruhan
antioksidan, askorbat dan karotenoid yang lensa atau yang disebut katarak. Sedangkan
secara terus-menerus akan mempercepat orang yang terpajan sinar utraviolet tetapi tidak
kerusakan protein lensa. Sedangkan responden terkena katarak disebabkan karena usia yang
yang merokok tetapi tidak terkena katarak, dari kurang dari 50 tahun dan responden
hasil wawancara bahwa penyebabnya karena menggunakan alat pelindung mata (kaca mata
usia responden (<50 tahun) dan faktor-faktor buram/hitam) atau topi besar saat bekerja di
lainnya seperti pekerjaan responden sebagai bawah terik matahari sehingga risiko katarak
pegawai PNS/Swasta. tidak terjadi.
Menurut Asman (2011) merokok merupakan Menurut Tamhuzi (2006) Masuknya radiasi
salah satu kebiasaan yang akan memberikan sinar ultraviolet secara langsung ke dalam mata
banyak dampak negatif terhadap kesehatan, dapat dikurangi dengan menggunakan alat
asap rokok yang mengandung radikal bebas pelindung diri seperti topi saat bekerja di luar
dapat menyebabkan perubahan molekul protein gedung. Bahaya akan sinar ultaviolet ini belum
sehingga dapat menimbulkan katarak. banyak diketahui oleh responden, sehingga
Menurut Khurana (2007) merokok perlu diadakan penyuluhan atau promosi
menyebabkan penumpukan molekul kesehatan untuk menggunakan alat pelindung
berpigmen 3-hydroxikhynurinine dan diri saat berada di luar gedung.
chromophores yang menyebabkan terjadinya Berdasarkan hasil Riakesdas (2007) beberapa
penguningan warna lensa.Sianat dalam rokok pekerjaan yang cukup berisiko untuk
juga menyebabkan terjadinya karbamilasi dan terjadinya katarak di antaranya adalah petani,
denaturasi protein.(Khurana AK, 2007). buruh dan nelayan. Hal ini sejalan dengan
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian pekerjaan responden pada saat penelitian,
yang dilakukan oleh Panjaitan (2013). Pada responden kebanyakan memiliki pekerjaan
penelitian dengan menggunakan kasus-kontrol, sabagai petani, buruh, dan pedagang keliling,
di mana kasus sebanyak 54 orang dan kontrol jenis pekerjaan yang berada di luar gedung
35 orang, hasil uji multivariat (OR=2,287) dikaitkan dengan paparan sinar ultraviolet
menunjukkan hubungan merokok dapat langsung. Apabila dalam waktu yang lama
meningkatkan kejadian katarak 2 kali bekerja di luar gedung dan terpapar sinar
dibandingkan dengan yang tidak merokok. matahari, akan sangat berbahaya karena radiasi
5. Hubungan Terpajan Banyak Sinar sinar ultraviolet dari matahari akan diserap
Ultraviolet dengan Kejadian Katarak Senilis di oleh lensa, sehingga akan menyebabkan lensa
Poli Mata RSUD Bangkinang menjadi keruh.
Setelah dilakukan uji Statistik dengan Menurut Sinha, dkk (2009), pekerjaan yang
menggunakan uji chi-squere, maka didapatkan berada di luar ruangan (lapangan) tingkat
hasil ada hubungan terpajan sinar ultraviolet kematangan kataraknya terlihat meningkat.
yang lama dengan kejadian katarak senilis di Responden pada kelompok pekerja lapangan
Poli Mata RSUD Bangkinang dengan p value dengan tingkat kematangan katarak lebih
0,000 (≤ 0,05). Berdasarkan hasil penelitian tinggi (62%) dibanding dengan responden pada
juga diketahui bahwa nilai Prevalent Odds kelompok pekerja di dalam ruangan (41.9%).
Rasio = 63 hal ini berarti responden yang
B.Saran