Anda di halaman 1dari 35

Pelaksanaan Pekerjaan

Hotel Serela – Bandar Lampung.

A. Pendahuluan

Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk mewujudkan setiap rencana yang dibuat oleh pihak
perencana. Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang sangat penting dan membutuhkan
pengaturan serta pengawasan pekerjaan yang baik sehingga diperoleh hasil yang baik, tepat pada
waktunya, dan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya.

Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang menentukan berhasil tidaknya suatu proyek,
oleh karena itu perlu dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pekerjaan,
rencana kerja, serta tenaga pelaksana khususnya tenaga ahli yang profesional yang dapat
mengatur pekerjaan dengan baik serta dapat mengambil keputusan-keputusan mengenai
masalah-masalah yang ditemui di lapangan.

Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-masalah yang tidak terduga dan
tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja. Untuk itulah diperlukan adanya rapat koordinasi untuk
memecahkan dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Dalam rapat koordinasi dihadiri oleh :

 Konsultan proyek
 Koordinator dan para pelaksana
 Pihak pemilik (owner) jika diperlukan
 Pihak perencana / arsitek jika diperlukan

Hal-hal yang dibahas dan diselesaikan dalam rapat koordinasi meliputi :

 Kemajuan ( progress) pekerjaan di lapangan


 Masalah-masalah dan solusinya menyangkut pelaksanaan di lapangan
 Realisasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai dibandingkan dengan time schedule
yang telah direncanakan
 Masalah administrasi yang menyangkut kelengkapan dokumen kontrak
 Sasaran yang akan dicapai untuk jangka waktu ke depan

Dalam tahap pelaksanaan, semua pelaksanaan pekerjaan di lapangan mengikuti rencana yang
telah dibuat oleh pihak perencana. Antara lain gambar rencana dan segala detailnya, jenis
material, dan dokumen lainnya. Tahap selanjutnya kontraktor mengerjakan shop drawing sebagai
gambar pelaksanaan dengan ruang lingkup serta detail yang lebih sempit kemudian untuk tahap
akhir kontraktor membuat as built drawing sebagai gambar akhir sesuai dengan yang ada di
lapangan yang digunakan sebagai laporan akhir .

Dalam bab ini, pelaksanaan pekerjaan yang akan penulis uraikan adalah tentang pekerjaan yang
dilaksanakan dan dialami penulis selama kerja praktek di proyek pembangunan Apartemen The
Pakubuwono View, pelaksanaan pekerjaan antara lain :

 Pekerjaan dewatering
 Pekerjaan ground anchor
 Pekerjaan Mat Foundation
 Pekerjaan struktur beton Kolom, Balok, Plat dan Cor Wall pada Basement, lantai dasar
dan lantai 2.

B. Peralatan

Suatu proyek agar lancar dan memenuhi targer mutu dan waktu harus didukung oleh peralatan
yang memadai. Supaya dalam penyediaan alat bias berfungsi secara optimal perlu adanya
manajem peralatan yang tertib. Dalam manajemen ini diperhatikan masalah pengolahan
peralatan proyek terdiri dari penyewaan, pembelian dan masalah perawatan alat. Hal ini untuk
mengefektifkan keberadaan alat dilapangan.

Peraalatan pada proyek The Pakubuwono View Jakarta diantaranya termasuk kepemilikan oleh
kontraktor tersendiri, tapi untuk alat – alat berat kebanyakan dengan sewa karena biaya akan
lebih murah. Perelatan pada peralatan pada proyek akan diuraikan dibawah ini.

1. Alat – alat Berat

a. Backhoe

Backhoe merupakan suatu alat yang digunakan untuk pekerjaan tanah khususnya galian.
Backhoe termasuk dalam jenis kendaraan excavator , karena badannya dapat berputar 360o.
Keuntungan dari penggunaan Backhoe adalah dapat melakukan pekerjaan penggalian dengan
lebih cepat dan lebih efisien. Kinrja Backhoe biasanya di kombinasikan dengan Dump Truck
pada saat galian tanah. Pada proyek ini digunakan Backhoe dengan tipe Crawel, yang
mempunyai tenaga 100 HP dengan mengguanakan bahan bakar solar.
Gambar 4.1 Backhoe

b. Conrete Pump Truk

Merupakan alat untuk memompa beton ready mix dari mixer truck ke lokasi pengecoran.
Penggunaan concrete pump truck ini untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi waktu
pengecoran. Alat ini digunakan untuk pengecoran balok dan plat lantai.

Alat ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu alat utama berupa mesin pompa yang dilengkapi
dengan tenaga penggerak berupa mesin diesel, sejumlah pipa berdiameter 15 cm serta nenerapa
alat tambahan berupa klem penyambung pipa-pipa tersebut. Penggunaan mesin pompa kecil
masih efisien untuk ketinggian 4-5 lantai, selebihnya menggunakan tower crane. Dan untuk
pompa besar dapat menjangkau lebih dari itu, dan biasa digunakan di lantai 15 ke atas agar
efisiensi biaya berkaitan dengan harga borongan sewanya.

Gambar 4.2 Concrete Pump Truck

c. Tower Crane

Tower rane diperlukan terutama sebagai pengangkut vetikal bahan-bahan untuk pekerjaan
struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor, pengangkutan material/bekas, dan material
lainnya. Penempatan tower crane harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek
konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa terhalang.
Penggunaan tower crane tersebut juga harus memperhitungkan beban maksimal yang mampu
diangkatnya. Dalam proyek ini digunakan 3 TC dengan beban maksimal yang dapat diangkut 2
ton. Operator TC harus siap untuk mengakomodasi perintah pengangkutan dari mandor atau
pengawas di daerah jangkauannya.

Gambar 4.3.Tower Crane

d. Concrete Mixer Truck

Merupakan alat untuk memompa beton ready mix dari mixer truck ke lokasi pengecoran.
Penggunaan concrete pump truck ini untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi waktu
pengecoran. Alat ini digunakan untuk pengecoran balok dan plat lantai.

Alat ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu alat utama berupa mesin pompa yang dilengkapi
dengan tenaga penggerak berupa mesin diesel, sejumlah pipa berdiameter 15 cm serta nenerapa
alat tambahan berupa klem penyambung pipa-pipa tersebut. Penggunaan mesin pompa kecil
masih efisien untuk ketinggian 4-5 lantai, selebihnya menggunakan tower crane. Dan untuk
pompa besar dapat menjangkau lebih dari itu, dan biasa digunakan di lantai 15 ke atas agar
efisiensi biaya berkaitan dengan harga borongan sewanya.

Gambar 4.4. Concrete Mixer Truck

e. Dum Truck

Dum Truck merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk memindahkan atau membuang suatu
material hasil galian dari lokasi proyek ke lokasi proyek yang telah ditetapkan kemana material
tersebut itu dibuang / dijual. Pada saat membawa material hasil galian, bagian belakang dum
truck ditutup dengan terpal dengan tujuan agar material tidak terjatuh dijalan raya dan debunya
tidak menggangu pengguna jalan lain.

Gambar 4.5. Dum Truck


Dalam proyek ini kurang lebih dari 20 dum truck yang digunakan pada saat pekerjaan galian dan
mobilisasinya pada saat malam hari dengan tujuan agar proses pemindahan / pengiriman material
dapat lebih cepat dan lancar.

2. Alat – alat Survey

a. Theodolith

Theodolith merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as bangunan dan titik-titik as
kolom pada tiap-tiap lantai agar bangunan yang dibuat tidak miring. Alat ini dipergunakan juga
untuk menentukan elevasi tanah dan elevasi tanah galian timbunan. Cara operasionalnya adalah
dengan mengatur nuvo dan unting-unting di bawah theodolith. Kemudian menetapkan salah satu
titik sebagai acuan. Setelah itu, menembak titik-titik yang lain dengan patokan titik awal yang
ditetapkan tadi.

b. Waterpass

Waterpass adalah alat yang digunakan untuk menetukan elevasi / peil lantai, balok, lain –
lain yang membutuhkan elvasi. Alat ini sanagt berguna untuk mengecek ketebalan lantai saat
pengecoran, sehingga lantai yang dihasilkan dapat datar. Selain itu, waterpass juga dapat
digunakan untuk pengecekan bekisting pada kolom.

Gambar 4.7 waterpass

c. Sipatan ( Marker )

Sipatan merupakan alat yang digunakan untuk memberi tanda setelah pengukuran untuk marking
setelah dilakukan. Bahan untuk sipatan ini adalah tinta yang seing disebut tinta Cina. Tinta ini
dapat bertahan dalam waktu yang lamadan tidak mudah hilang atau luntur.

3. Alat – alat fabrikasi

a. Bar Bender

Bar bender Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan tulangan berdiameter besar,
seperti pada pembengkokan tulangan sengkang, pembengkokan pada sambungan/overlap
tulangan kolom, juga pada tulangan balok, plat, dan dinding geser. Bar bender dab bar cutter
haruslah ada dalam suatu proyek besar karena untuk memenuhi kebutuhan pembesian baik itu
precast atau pasang di tempat.

Gambar 4.9. Bar Bander

b. Bar Cutter

Baja tulangan dipesan dengan ukuran-ukuran panjang standart. Untuk keperluan tulangan yang
pendek, maka perlu dilakukan pemotongan terhadap tulangan yang ada. Untuk itu diperlukan
suatu alat pemotong tulangan, yaitu gunting tulangan yang dioperasikan secara manual dengan
menggunakan tenaga manusia.

Bar cutter merupakan alat pemotong besi tulangan sesuai ukuran yangdiinginkan. Menurut
tenaga penggeraknya, bar cutter ada 2 jenis :

1) Bar Cutter manual

Bar Cutter manual adalah alat pemotong baja beton menggunakan penggerak tenaga manusia
dengan kapasitas maksimum diameter 16 mm.

2) Bar Cutter listrik

Keuntungan dari Bar Cutter listrik dibandingkan Bar Cutter manual adalah Bar Cutter listrik
dapat memotong besi tulangan dengan diameter besar dengan mutu baja cukup tinggi disamping
dapat mempersingkat waktu pengerjaan. Kemampuannya memotong dapat dilakukan sekaligus
seperti tulangan diameter 10 mm dapat dilakukan pemotongan 6 buah sekaligus, 4 buah
tulangan diameter 16 mm, 2 buah tulangan diameter 19 mm, 1 buah tulangan diameter 25 mm

4. Alat – alat Pelaksanaan Pengecoran

a. Vibrator
Pada pengecoran beton dibutuhkan kepadatan yang utuh sehingga tidak terdapat rongga dalam
adukan beton, karena rongga tersebut dapat mengurangi mutu dan kekuatan beton. Dalam
pelaksanaan pengecoran dibutuhkan vibrator yang fungsinya untuk memadatkan adukan beton
pada saat setelah pengecoran.

Vibrator merupakan alat penggetar mekanik yang digunakan untuk menggetarkan adukan beton
yang belum mengeras agar menghilangkan rongga-rongga udara, sehingga beton menjadi lebih
padat. Cara operasionalnya dengan cara memasukkan selang penggetar ke dalam adukan beton
yang telah dituang ke dalam bekisting.

Gambar 4.11.Vibrator

Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat ini adalah :

 Ujung belalai vibrator dimasukkan dalam adukan beton dengna posisi vertikal
 Ujung vibrator diusahakan untuk tidak mengenai tulangan baja.
 Penggetaran dilakukan sekitas 10-15 detik untuk datu posisi titik.
 Penggetaran dilakukan selapis demi selapis untuk mendapatkan pemadatan yang
diinginkan.
 Ujung vibrator dicabut perlahan-lahan secara perlahan-lahan dari adukan sehingga
bekasnya dapat meutup kembali.

b. Concrete Mixer

Concrete Mixer atau yang sering disebut molen berguna untuk mencampur dan mengaduk
material beton agar lebih homogen. Adanya sirip – sirip pada bagian dalam drum,
memungkinkan teraduknya material dari adukan beton secara merata pada waktu berputar. Alat
ini digunakan khusus untuk volume pekerjaan yang relatif kecil dan non struktural seperti
pembuatan lantai kerja, pmasangan batako, plesteran dan lain – lain. Drum pengaduk
mempunyai dua macam kecepatan gerak, yaiti gerak untuk mengatur posisi drum dan gerak
untuk mencampur adukan.

c. Trowel

Trowel adalah alat yang digunakan untuk menghaluskan permukaa beton pada plat lantai yang
menggunakan floor hardener pada lapisan permukaannya. Permukaan beton yang telah ditaburi
flour hardener diratakan dengan ruskam, kemudian trowel digunakan untuk menghaluskan
permukaan tersebut.
Gambar 4.13. Trowel.

C. Material

Didalam pelaksanaan suatu proyek, diperlukan adanya pengelolaan bahan dan peralatan yang
baik untuk menunjang kelancaran pekerjaan. Penyimpangan terhadap bahan-bahan bangunan
perlu mendapat perhatian khusus mengingat adanya bahan-bahan bangunan yang sangat peka
terhadap kondisi lingkungan, seperti semen dan juga baja tulangan yang peka terhadap pengaruh
air dan udara sekitar. Pengaturan dan penyimpangan bahan-bahan dan peralatan dalam proyek
menjadi tanggung jawab bagian logistik dan gudang.

Mengingat rencana pekerjaan Proyek Pembangunan yang dibatasi oleh waktu, diusahakan
penempatan material yang tepat dan seefisien mungkin sehingga dapat mempercepat dan
mempermudah pekerjaan. Di samping itu, penempatan material yang baik dan tertata rapi akan
mendukung efektifitas kerja dan keselamatan kerja.

1. Pasir (Agregat Halus)

Pasir digunakan untuk pekerjaan non struktural seperti pekerjaan pembuatan lantai kerja,
plesteran, dan digunakan untuk campuran adukan beton yang dikerjakan di lapangan. Agregat
halus yang digunakan sebagai bahan pengisi pada proyek ini harus memenuhi beberapa syarat
berikut :

1. Butiran – butiran pasir kasar, tajam dan keras, harus bersifat kekal ( tidak hancur karena
pengaruh cuaca ).
1. Pasir terdiri dari butir – butir yang beraneka ragam.
2. Pasir tidak boleh mengandung zat organik terlalu banyak.
3. Pasir laut tidak boleh digunakan di dalam semua mutu beton, kecuali dengan
menggunakan petunjuk – petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan – bahan yang
diakui.
2. Mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.

2. Agregat Kasar
Agregat kasar berupa butir – butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak harus
memenuhi kriteria sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0 % berat, sisa di atas ayakan 4 mm harus
berkisar antara 90 % sampai 98 % berat dan selisih antara sisa – sisa kumulatif di atas dua
ayakan yang berurutan adalah maksimum 60 % dan minimum 10 % berat.

Adapun syarat – syarat dari agregat kasar adalah sebagai berikut :

 Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari
batuan – batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.
o Agregat kasar harus terdiri dari butir – butir yang keras dan tidak berpori.
o Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.
o Agregat kasar tidak boleh mengandung mengandung zat – zat yang dapat merusak
beton.

3. Semen

Semen digunakan sebagai bahan pengikat dalam pekerjaan konstruksi, antara lain digunakan
untuk pasangan batu bata dan plesteran. Dalam proyek ini digunakan Semen Gresik yang telah
disetujui oleh pengawas. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan persediaan
semen :

1. Sebelum diangkut ke lapangan untuk digunakan, semen harus dijaga agar tidak lembab.
2. Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan dan zak (kantong) asli dari
pabriknya dalam keadaan tertutup rapat.
3. Tinggi tumpukan maksimum tidak lebih dari 2 m atau maksimal 10 zak. Hal ini untuk
menghindari rusaknya semen yang berada pada tumpukan yang paling bawah akibat
beban yang berat dalam waktu yang cukup lama sebelum digunakan sebagai bahan
bangunan.
4. Karena penimbunan semen dalam waktu yang lama juga akan mempengaruhi mutu
semen, maka diperlukan adanya pengaturan penggunaan semen secara teliti. Sehingga
dalam hal ini semen lama harus dipergunakan terlebih dahulu.

4. Air

Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam
– garam, bahan – bahan organis atau bahan – bahan lain yang merusak beton dan baja tulangan.
Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum. Bilamana mungkin
menggunakan air PDAM.

Pengendalian mutu dalam suatu proyek merupakan hal yang penting, sebab akan menentukan
kualitas dari hasil pelaksanaan apakah telah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Tinjauan pengendalian dalam proyek yang harus diperhatikan adalah: pengendalian mutu bahan
dan peralatan, pengendalian tenaga kerja, pengendalian waktu, teknis, biaya serta pengendalian
kesehatan keselamatan kerja (K3).
1. 1. Pengendalian Mutu Bahan

Kualitas bahan dalam pekerjaan sangat menentukan untuk bisa mencapai ketentuan dalam
spesifikasi yang telah direncanakan, sehingga pengendalian mutu bahan sangatlah penting akan
keberhasilan pembangunan dalam suatu proyek.

Standard yang ditetapkan oleh PT Davy Sukamta selaku konsultan perencana untuk standard
mutu bahan dalam pembangunan Apartemen Pakubuwono View, menggunakan dari American
Concrete Institute (ACI), American Standard for Testing and Material (ASTM), Standard
Nasional Indonesia (SNI).

a. Agregat

Untuk agregat yang akan digunakan untuk bahan beton dari pihak plant akan dilakukan uji lab
apakah memenuhi syarat atau tidak dan dari pihak pelaksana akan meminta hasil tes tersebut.
Jika dilakukan secara kasat mata, untuk mengetahui pasir tersebut bagus dengan cara
menggenggam jika menggumpal berarti pasir tersebut tidak bagus.

2. Semen Portland

Pada semen porland butiran-butiran tidak boleh mengumpal keras, untuk penyimpanannya tidak
boleh dalam keadaan lembab untuk lebih menjaga semen tetap baik maka diberi bantalan kayu
sebagai tempat dibawahnya.

3. Besi

Merupakan material yang sangat penting dalam beton bertulang, sehingga perlu dijaga mutu dan
kualitasnya. Dalam hal ini PT Bona Widjaja Gemilang bekerja sama dengan PT Master Steel
selaku subkont besi tulangan. Untuk mengetahui mutu besi baik maka harus memenuhi syarat-
syarat sebagi berikut :

1. Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak, karat, dan tidak retak atau mengelupas.
2. Mempunyai penampang yang sama rata.
3. Ukuran disesuaikan dengan shop drawing.

Untuk tempat penyimpan sebaiknya diberi bantalan kayu dan tempat yang kering unruk
menghindari karat.
Gambar.4.16. Besi tulangan

4. Beton

Untuk pengujian mutu beton dilakukan dengan cara slump tes untuk pengujian dilapangan dan
uji kuat tekan jika hasil slump sesuai spesifikasi. Untuk pengujian Crushing Test dilakukan oleh
PT. PionirBeton Industri selaku subkont untuk beton readymix sedangkan untuk pengujiannya
sendiri dilakukan di Concrete Laboratory-Pulo Gadung Plant.

a. Uji Slump

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air beton yang berhubungan dengan mutu beton.
Dalam proyek pembangunan Apartemen Pakubuwono View untuk pondasi. Pengujian dengan
menggunakan kerucut Abrams, sebagai berikut :

1) Menyiapkan kerucut abrans dengan diameter atas 10 cm, bawah 20 cm dan tinggi 30 cm yang
diletakkan pada bidang datar namun tidak menyerap air.

2) Adukan beton yang akan diuji dimasukkan dalam tiga lapis sambil ditusuk 25 kali dengan
tongkat baja agar adukan menjadi padat.

3) Setelah kerucut dibuka, kemudian diukur pada 3 tempat kemudian diambil rata-rata

4) Setelah kerucut dibuka, kemudian diukur pada 3 tempat kemudian diambil rata-rata

5) Adukan beton yang tidak sesuai dengan nilai slump rencana akan direject.

b. Uji Kuat Tekan (Crushing Test)

Tes uji kuat tekan ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton karakteristik (kuat tekan
maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami kehancuran). Cara
pengujiannya :

1) Menyiapkan silinder berdiameter 15cm dengan tinggi 30 cm, yang telah diolesi pelumas pada
bagian dalam.

2) Kemudian adukan beton dimasukkan ke silinder dalam tiga lapis sambil ditusuk-tusuk hingga
30 kali.
3) Cetakan yang telah diberi kode itu kemudian didiamkan 24 jam dan direndam dalam air
(curing) selama 7 hari. Setelah itu barulah diuji dengan crushing test.

Gambar 4.17. Sampel Siap Uji

2. Pengendalian Mutu Peralatan

Perawatan akan peralatan merupakan hal yang penting untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
Peran mekanik akan sangat berguna untuk mencegah tertundanya pekerjaan akibat dari
kerusakan peralatan. Akan tetapi jika kerusakan sudah tidak dapat ditangani oleh para mekanik,
maka peralatan tersebut akan dikirim ke bengkel pusat.

Untuk menghindari penundaan waktu maka pelaksana harus mempunyai cadangan yang dapat
digunakan secara cepat seperti ketika pengecoran dilaksanakan, concrete pump yang digunakan
sebanyak 4 buah dengan ditambah 1 buah concrete pump dalam keadaan stanby.

3. PengendaliaN TENAGA KERJA

Tenaga kerja dalam suatu proyek merupakan hal yang mutlak. Penempatan tenaga kerja yang
sesuai dengan jumlah dan kemampuannya dapat menunjang tercapainya efisiensi dalam suatu
pekerjaan proyek, oleh karena itu diperlukan suatu pengendalian mutu tenaga kerja. Pemilihan
mandor untuk melaksanakan pekerjaan secara borongan haruslah tepat. Maka tim pelaksana
harus hati-hati dalam pemilihan mandor, sebab akan menentukan mutu sekaligus ketepatan
waktu selesai proyek.

Setiap tenaga kerja yang dibawa oleh para mandor haruslah sudah mempunyai pengalaman yang
sesuai dengan keahliannya, seperti pembesian, pembobokan, bekisting hingga pengecoran.

4. Pengendalian WAKTU

Untuk menghindari adanya keterlambatan pelaksanaan maka perlunya pengendalian waktu yang
berdasarkan pada time schedule pekerjaan. Keterlambatan pekerjaan pada suatu proyek akan
berpengaruh pada cost. Maka untuk mempermudah pelaksaan dilapangan, manager sebaiknya
membuat schedule yang lebih sederhana akan tetapi tetap mengacu pada time schedule yang
dikeluarkan oleh engineering sebab tidak semua paham akan pembacaan master schedule. Agar
dapat berlangsung tepat waktu, maka time schedule digunakan sebagai kontrol untuk mengatur
tingkat prestasi pekerjaan dengan lamanya pelaksanaannya. Sehingga pekerjaan apa yang harus
dikerjakan lebih dahulu dan kapan harus dimulai dapat terjadwal dengan baik, sehingga
kemungkinan keterlambatan dapat diperkecil.

Manfaat dari time schedule antara lain :

 Sebagai pedoman kerja bagi pelaksana terutama menyangkut batasan waktu dan
pelaksanaan tiap pekerjaan yang dilaksanakan.
 Sebagai koordinasi bagi pimpinan proyek terhadap semua pelaksanaan pekerjaan.
 Sebagai tolak ukur kemajuan pekerjaan di setiap harinya, sehingga progress report setiap
waktu dapat dilihat.
 Sebagai evaluasi tahap akhir dari setiap pelaksanaan pekerjaan.

Setiap item pekerjaan pada time schedule mempunyai prosentase bobot sendiri-sendiri
sedangkan Time schedule menyatakan pembagian waktu terperinci untuk setiap jenis pekerjaan,
mulai dari permulaan sampai akhir pekerjaan sehingga kumulatif prosentase bobot pekerjaan ini
akan membentuk kurve S. Untuk kurva S terdiri dari kurva S rencana dan kurva S realisasi.
Fungsi kurva S adalah :

 Menentukan waktu penyelesaian tiap bagian pekerjaan proyek.


 Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek.
 Mengetahui progress pekerjaan yang dihasilkan dilapangan dengan perencanaan,
sehingga dapat menjadi bahan evaluasi.

5. Pengendalian TEKNIS PEKERJAAN

Pada pelaksanaana dilapangan biasanya akan mengalami problem pada item pekerjaaan tertentu.
Pengendalian Teknis Pekerjaan menunjukkan tahap untuk pengawasan dan kontrol terhadap
kualitas pekerjaan. Hal ini memerlukan suatu menajemen kualitas agar hasil pekerjaan dapat
tercapai mutu sesuai rencana proyek. Jika permasalahan yang dihadapi memerlukan perhitungan
teknis maka pihak engineering akan membuat metode repair yang kemudian akan diajukan
terlebih dahulu kepada konsultan perencana . Namun apabila problem yang dihadapi tidak
memerlukan perhitungan teknis seperti melendutnya bekisting, biasanya dari pihak pelaksana
dan dibantu oleh konsultan pengawas akan segera mencari pemecahannya.Dalam pengendalian
mutu ini peran QC (Quality Control) akan sangat berperan, QC akan mendampingi supervisor
dalam pelaksanaan dilapangan.

Untuk pengendalian teknis memerlukan analisis permasalahan yang timbul dilapangan sesuai
yang diamati, begitu juga langkah yang akan diambil sebagai penyelesaian dari problem yang
ada. Adapaun beberapa problem yang terjadi dapat dijelaskan berikut ini.

a Permasalahan : Bekisting mat foundation melendut ke dalam


Penyebab : Adanya tekanan ke dalam dari tanah urug
Pemecahan : -Urugan diurug kembali
-Bekisting didorong dari dalam
kemudian ditahan, jika perlu
bekisting dibongkar kembali
-Untuk tulangannya ditarik menggunakan
chain block.

Gambar 4.18. Penggunaan Chain Block

b Permasalahan : Tulangan Pancang < 1 m


Penyebab : Pengangkatan bobok pancang yang salah
Pemecahan : Penambahan tulangan dengan metode
Chemset

Gambar 4.19.Pengeboran

Gambar 4.22.Pemberian Tulangan

c Permasalahan : Layer atas pembesian turun


Penyebab : Kurang tingginya tulangan cakar ayam
Pemecahan : Tulangan mat foundation layer atas ditarik
dengan bantuan Tower Crane
d Permasalahan : Tulangan kolom bergeser
Penyebab : Tekanan dari beton saat pengecoran
Pemecahan : Perhitungan dilakukan oleh pihak engineering
(Lihat Lampiran)
1. Dengan penambahan dimensi kolom
2.Tulangan di bagian tertentu di bending.

6. PROGRESS REPORT

Pengendalian hasil pekerjaan di lapangan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dan


permasalahan di proyek melalui laporan kemajuan dan koordinasi proyek. Laporan kemajuan
proyek dikerjakan secara berkala untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dari proyek itu.

a. Laporan Harian

Laporan harian dibuat setiap hari secara tertulis oleh pihak pelaksana proyek dalam melakukan
tugasnya dan dalam mempertanggungjawabkan terhadap apa yang telah dilaksanakan serta untuk
mengetahui hasil kemajuan pekerjaannya apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Laporan ini
dibuat untuk memberikan informasi bagi pengendali proyek dan pemberi tugas melalui direksi
tentang perkembangan proyek. Dengan adanya laporan harian ini, maka segala kegiatan proyek
yang dilakukan tiap hari dapat dipantau.

Laporan harian berisikan data – data antara lain :

1) Waktu dan jam kerja

2) Pekerjaan yang telah dilaksanakan maupun yang belum

3) Keadaan cuaca

4) Bahan – bahan yang masuk ke lapangan

5) Peralatan yang tersedia di lapangan

6) Jumlah tenaga kerja di lapangan

7) Hal – hal yang terjadi di lapangan

b. Laporan Mingguan

Laporan mingguan bertujuan untuk memperolah gambaran kemajuan pekerjaan yang telah
dicapai dalam satu minggu yang bersangkutan, disusun berdasarkan laporan harian selama satu
minggu tersebut. Laporan mingguan berisikan antara lain :
1) Jenis pekerjaan yang telah diselesaikan.

2) Volume dan prosentase pekerjaan dalam satu minggu itu.

3) Catatan – catatan lain yang diperlukan.

Prosentase pekerjaan yang telah dicapai sampai dengan minggu tersebut dapat diketahui dengan
memperhitungkan semua laporan mingguan yang telah dibuat, ditambah dengan bobot prestasi
pekerjaan yang telah diselesaikan pada minggu itu. Dari prosentase pekerjaan yang telah dicapai
pada minggu ini kemudian dibandingkan dengan prosentase pekerjaan yang telah dicapai pada
minggu yang bersangkutan, maka akan diketahui prosentase keterlambatan atau kemajuan yang
telah diperoleh. Laporan mingguan tidak dapat dipisahkan dengan time schedule pelaksanaan
pekerjaan yang telah disusun oleh pihak Kontraktor Utama dengan persetujuan Project Manager.

c. Laporan Bulanan

Laporan bulanan pada prinsipnya sama dengan laporan mingguan, yaitu untuk memberikan
gambaran tentang kemajuan proyek. Untuk tujuan itu dibuatlah rekapitulasi laporan mingguan
maupun laporan harian dengan dilengkapi foto – foto pelaksanaan pekerjaan selama bulan yang
bersangkutan. Laporan bulanan dilaporkan kepada Pemilik Proyek (Owner).

d. Rapat Koordinasi Bulanan

Rapat koordinasi bulanan diadakan dengan dihadiri oleh panitia pembangunan, Owner,
Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Kontraktor Utama. Dalam rapat ini dibahas hal –
hal yang berhubungan dengan pelaksanaan serta masalah – masalah teknis yang timbul di lokasi
proyek dan perkembangan proyek yang sedang berjalan serta koordinasi masing – masing unsur
proyek yang terlibat langsung.

7. Pengendalian BIAYA

Perlunya pengendalian biaya adalah untuk dapat mengetahui jumlah biaya dengan realisasi
pekerjaan. Fungsi dari pengendalian biaya agar dari Rencana Anggaran Biaya (RAB) tidak
membengkak dalam pelaksanaannya. Jikapun adanya pembengkakan maka perlunya evaluasi
biaya.

Salah satu penyebab terjadinya pembengkakan biaya adalah adanya kesalahan dalam
pelaksanaan dilapangan sehingga membutuhkan perbaikan yang tentu saja menambah biaya dari
segi biaya material maupun tenaga kerja, maka untuk menghindari adanya pembengkakan biaya
yaitu dengan cara melakukan pelaksanaan dilapangan dengan baik dan hati-hati.

Pengendalian biaya ini biasanya dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya yang telah
dikeluarkan. Setiap dilakukan pembelian material, bagian logistic mencatat jumlah material yang
dibeli dan besarnya biaya yang dikeluarkan. Sedangkan pengendalian biaya tenaga kerja
dilakukan dengan memeriksa daftar presensi pekerja selam satu minggu dan besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk membayar gaji pekerja. Besar total biaya ini yang akan selalu dikontrol dan
dievaluasi sebagai pengendalian biaya. Selain itu, total biaya yang telah dikeluarkan ini juga
dapat digunakan untuk menyusun kurva-S realisasi dan untuk mengestimasi prosentase pekerjaan
proyek yang telah dicapai.

8. Pengendalian K3

Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja sangat diperlukan untuk melindungi para pekerja dari
segala kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Perlindungan tenaga kerja dalam suatu proyek
dimaksudkan agar tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dalam melakukan pekerjaannya.
Target K3 sendiri adalah ‘zero accident’ selama pelakasanaan di lapangan sehingga perlunya
penyusunan:

a. Safety Plan

Identifikasi bahaya kerja, dan penanggulangannya, rencana penempatan alat-alat pengamanan


seperti pagar pengaman, jarring pada tangga dan tepi bangunan, railing serta rambu-rambu K3
serta rencana penempatan alat-alat kebakaran (tabung pemadam api), dan lain-lain.

b. Security Plan

Prosedur keluar masuk bahan proyek, prosedur penerimaan tamu, identifikasi daerah rawan di
wilayah sekitar proyek, dan prosedur komunikasi di proyek.

c. House Keeping

lokasi penempatan dan jumlah toilet pekerja, tempat sementara penimbunan material bekas,
pengaturan kantor, jalan sementara, gudang, barak pekerja dan lain-lain.

Pada proyek pembangunan Apartemen The Pakubuwono View ini, hal – hal tentang
kesejahteraan dan keselamatan kerja sudah diperhatikan, yaitu dengan adanya alat – alat,
perlengkapan, dan fasilitas yang berhubungan dengan masalah kesejahteraan dan keselamatan
kerja. Meskipun masih terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukun oleh pekerja meski telah
diberi rambu peringatan.

E. Pembahasan Pelaksanaan

1. DEWATERING

a. Pendahuluan

Pada pembangunan gedung bertingkat yang tingginya lebih dari lima lantai biasanya sering
dibuat basement dengan alasan untuk menambah ruangan atau sering juga digunakan sebagai
lahan parkir. Untuk melaksanakan basement, maka penggalian tidak dapat dihindarkan dan
bilamana permukaan air tanah lebih tinggi dari rencana lantai basement, maka pemompaan harus
dilakukan sebagai upaya untuk pengeringan lahan agar memungkinkan pelaksanaan konstruksi.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
menggunakan metode pengatusan dengan pemompaan, di mana sistem pemompaan tersebut
dilakukan dengan dewatering sistem sumur titik ( well point system ).

Dewatering merupakan suatu pekerjaan yang diperlukan untuk mengeringkan lahan galian di
bawah muka air tanah dan untuk mengatasi gaya uplift selama masa konstruksi basement.
Pekerjaan dewatering mutlak diperlukan sampai bangunan selesai atau berat konstruksi
bangunan dapat mengimbangi gaya uplift. Selain itu, dewatering juga diperlukan untuk
menanggulangi bila terjadi genangan pada konstruksi basement atau pondasi, baik akibat air
hujan ataupun rembesan air tanah. Dewatering dioperasikan selama 24 jam selama pekerjaan
basement.

Pada proyek Apartemen The Pakubuwono View Tower B & C ini digunakan enam sumur
dewatering, dua sumur piezometer, dan empat sumur recharging. Masing – masing sumur
tersebut dibor sampai pada kedalaman minus 20 meter dengan diameter sumur 8” dan diameter
casing PVC 6” untuk sumur dewatering; diameter sumur 4” dan diameter casing 2,5” untuk
sumur piezometer; dan diameter sumur 8” dan diameter casing 6” untuk sumur recharging.
Penentuan banyaknya jumlah sumur yang digunakan mengacu dari :

 Data spesifikasi teknis rencana bangunan, luas galian, dan kedalaman galian
 Data penelitian tanah dan pumpimg test
 Pertimbangan kondisi lahan di sekitar proyek
 Pengalaman sejenis yang telah dilakukan

Gambar 4.24. Sumur Dewatering

Gambar 4.25. Sumur Piezometer

b. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan dan pekerjaan persiapan dewatering system well point dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Penentuan Titik Dewatering

Semua titik dewatering dibuat berada di dalam area galian, di mana titik – titik tersebut
ditentukan oleh pemberi tugas dengan dibantu team surveyor agar letak sumur dewatering tidak
berada pada posisi pondasi atau pile cap.

2) Penentuan Titik Piezometer

Titik piezometer dipasang pada sisi rencana bangunan proyek.

3) Pembuatan Pit dan Saluran

Pembuatan pit dan saluran dilakukan di dalam pelaksanaan galian. Dalam hal ini, melihat kondisi
lapangan pada prinsipnya saluran dan pit berguna untuk melokalisir air agar tidak menggenang
sehingga tidak mengganggu kontraktor galian dalam bekerja atau pekerjaan lantai kerja. Saluran
dibuat disepanjang tepi galian di dalam area galian oleh kontraktor galian. Kemudian setiap jarak
± 40 meter dibuatkan pit dan standby pompa permukaan.

4) Sistem Saluran Pembuangan

Sistem saluran pembuangan dibuang sebagian ke sumur recharging dan air pemompaan
piezometer akan diendapkan di bak penampungan air.

5) Monitoring

Monitoring dilakukan selama 24 jam setiap pagi dan sore, dan dicatat ketinggian air tanahnya.
Monitoring dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ketinggian air tanah, sehingga dapat
diketahui apakah terjadi penurunan tanah atau tidak. Selain itu, staff dewatering juga mengikuti
aktifitas pekerjaan galian untuk memindahkan jalur listrik dan jalur pemipaan / selang yang
dapat rusak atau mengganggu kegiatan operasional galian, dan membantu sepenuhnya pekerjaan
galian agar tidak terhenti oleh gangguan air tanah.

Gambar 4.28. Form Monitoring


c. Metode Teknis

1) Data Teknis

Data – data teknis pekerjaan dewatering proyek Apartemen The Pakubuwuno View Tower B & C
adalah sebagai berikut:

 Jumlah sumur dewatering : 6 titik


 Kedalaman : minus 20 meter
 Elevasi Screen : – 12 meter s.d. – 18 meter
 Diameter sumur dewatering : 8 inchi
 Diameter casing PVC : 6 inchi
 Filter / saringan : G level
 Kapasitas pompa : ± 300 liter / menit
 Jarak antara sumur dewatering : 40 meter

Dengan menurunkan permukaan air di dalam sumur sampai kedalaman minus 14 meter dengan
sistem pemompaan tersebut di atas akan dapat mengeringkan lahan galian. Apabila di dalam
pelaksanaan masih ada genangan air tanah, maka digunakan sistem dewatering dengan pit pada
beberapa lokasi dengan dibuatkan parit – parit yang berfungsi sebagai subdrain yang
mengalirkan air ke parit – parit tertentu. Parit – parit ini diisi dengan batu kerikil dan pada saat
pengecoran ditutup dengan plastic agar dapat dibuatkan lantai kerja.

2). Konstruksi Sumur Dewatering

Pekerjaan ini dilakukan dengan tahap – tahap sebagai berikut :

a) Penentuan titik dewatering dan elevasi oleh tim surveyor

b) Pengeboran dengan alat mesin bor dengan sistem wash boring sampai pada
kedalaman minus 20 meter dengan diameter 8 inchi

c) Pemasangan casing PVC dengan diameter 6 inchi

d) Pengisian grevell antara casing dengan dinding bor yang berfungsi sebagai filter

e) Instalasi pompa submersible beserta perlengkapan elektroda pipa galvanis dan kabel listrik

f) Instalasi listrik dari PLN ke panel induk dan panel otomatis pompa

g) Instalasi plumbing ( selang dan pemipaan ) dan pemompaan dewatering siap difungsikan
Gambar 4.29. Konstruksi Sumur Dewatering

3) Konstruksi Sumur Piezometer

Tahapan pekerjaan pembuatan sumur piezometer atau sumur pengamatan sama halnya dengan
sumur dewatering, hanya perbedaannya pada diameter boring dan casing. Sumur piezometer ini
memiliki diameter boring 4 inchi dengan diameter casing 2,5 inchi. Adapun fungsi sumur
piezometer ini untuk memantau penurunan permukaan air tanah akibat pemompaan dewatering.

Gambar 4.30. Konstruksi Sumur Piezometer

4) Penutupan Sumur Dewatering


Penghentian sumur dewatering dilaksanakan setelah beban uplift akibat air tanah telah seimbang
dengan berat konstruksi. Oleh karena itu, penggunaan sumur dewatering tidak digunakan
kembali. Pada saat sumur dewatering tidak digunakan kembali, maka lubang sumur tersebut
harus segera ditutup. Adapun konstruksi penutupan sumur sebagai berikut :

Gambar 4.31. Konstruksi Penutupan Sumur

2. PEKERJAAN GROUND ANCHOR

a. Pendahuluan

Ground Anchor adalah bangunan yang berfungsi sebagai penahan tanah agar tidak mengalami
longsor atau sliding akibat adanya beban yang bekerja di sekitar tanah tersebut. Pada proyek
Apartemen The Pakubuwono View Tower B & C ini diperlukan ground anchor dan dipasang
pada sisi – sisi galian karena letaknya berbatasan langsung dengan gedung – gedung yang telah
ada sebelumnya ( Gedung Simprug Mobil Showroom pada sisi utara dan SMA 29 Jakarta pada
sisi selatan ). Dengan adanya ground Anchor tersebut diharapkan tanah tidak mengalami longsor
akibat beban yang berasal dari gedung – gedung sekitar dan tidak terjadi penurunan tanah pada
gedung – gedung di sekitar proyek tersebut. Jumlah ground anchor pada proyek ini ada 41 titik
dan terbagi menjadi 2, yaitu 24 titk di sisi Utara Tower C ( Simprug Mobil Showroom ) dan 17
titik di sisi Selatan Tower B ( SMA 29 Jakarta ). Pekerjaan ground anchor ini memakan waktu
selama 9 hari mulai tanggal 16 Juli 2008 sampai dengan tanggal 24 Juli 2004, di mana setiap
harinya rata – rata dapat diselesaikan 4 titik / alat.

Gambar 4.32. Ground Anchor

b. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan ground anchor dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Penentuan Elevasi dan Marking

Proses ini dilakukan untuk menentukan ground anchor dan posisi capping beam pada posisi yang
sesuai dengan gambar shop drawing.

2) Pengecoran Capping Beam

Pengecoran capping beam dilakukan setelah didapat elevasi, marking, dan pemasangan
bekisting. Capping beam dibuat tiap jarak 4,2 Meter dengan dimensi 40 x 40 cm. Mutu Beton
yang digunakan K – 375.

3) Pekerjaan Persiapan

Persiapan yang dilakukan adalah menyediakan alat – alat yang digunakan untuk proses drilling,
grouting, maupun stressing.

4) Pekerjaan Drilling Tanah

Jenis pengeboran yang digunakan pada proyek ini adalah rotary drilling, di mana mesin bor
tersebut duduk di atas tanah / platform. Kotoran atau Lumpur hasil pengeboran dari lubang bor
dengan menyemprotkan air ke dalam lubang bor. Diameter pengeboran 20 cm sampai kedalaman
30 meter dengan kemiringan sudut 45°.

5) Instalasi Tendon Anchor

Strand yang digunakan adalah 7 – wire strand berdiameter 12,7 mm. perakitan tendon
dilakukan di proyek. Tendon dimasukkan ke dalam lubang dengan cara manual. Sebelum
instalasi tendon dilakukan, air bertekanan disemprotkan ke dalam lubang untuk mengeluarkan
lumpur sisa pengeboran.

6) Grouting Tendon Anchor

Pekerjaan grouting dilakukan setelah pengeboran selesai dan dilakukan pada hari yang sama atau
dalam kurun waktu paling lambat satu hari setelah pengeboran selesai. Komposisi material
grouting yang digunakan adalah 1 zak portland cement ( 1 zak = 50 kg ) + 20 liter air + 225
gram grout additive ( cebex 100 ), dengan water cement ratio 0,45.

7) Stressing Tendon Anchor

Alat yang digunakan untuk penarikan tendon anchor adalah satu unit hydraulic pump dan satu
unit Jack Freyssinet, yang sesuai dengan tipe tendon anchor dan gaya yang bekerja pada tendon
tersebut. Operasional penarikan tendon anchor di proyek dicatat dalam suatu lampiran stressing
record yang mencatat pressure gaya pada Hydrolick Jack dan panjang elongasi yang terjadi pada
strand. Mutu grouting minimal saat stressing adalah 30 MPa. Stressing yang dilakukan untuk
setiap ground anchor adalah dua cycle ( 125 % dari gaya yang bekerja ) dan satu lock off (
110 % dari gaya yang bekerja ).

Gambar.4.33. Proses Stresing

c. Pelepasan Kepala Anchor

Setelah semua pekerjaan di atas selesai, maka ground anchor sudah berfungsi seperti yang
direncanakan. Fungsi ground anchor dapat ditiadakan apabila bangunan sudah berdiri dan
diapraghma wall sudah terhubung dengan struktur. Biasanya head anchor akan dilepas /
direalase pada saat ground anchor tidak difungsikan lagi, tapi terkadang owner tidak
menginginkan head anchor untuk dilepas. Jadi, pekerjaan realease anchor tergantung pihak
owner.

3. MATFOUNDATION TOWER B

a. Pendahuluan

Mat Foundation adalah pondasi dangkal yang memiliki luasan / bentuk menyerupai maras.
Pekerjaan mat foundation tower B ini merupkan pekerjaan mass concrete karena pondasi akan
dicor memiliki volume 2616 m³. Mass Concrete adalah pengecoran satu area dengan volume
yang sangat besar dan dilakukan secara terus – menerus. Mass Concrete merupakan salah satu
alternatif pengecoran dengan volume yang sangat besar atau kecil secara terus – menerus untuk
mengecor sejumlah volume beton yang dipengaruhi oleh faktor teknik dan ekonomi.

Pertimbangan utama dalam melaksanakan penngecoran secara besar – besaran adalah kontrol
terhadap panas yang dihasilkan dari proses hidrasi akibat Massa beton yang besar yang dapat
mengakibat retak dan akibat dari waktu pengecoran yang lama dapat menimbulkan cold joint.
Akibat kenaikan temperatur dalam beton tersebut dan juga suhu keseluruhan kontruksi ketika
beton menjadi dingin secara berangsur – berangsur, dapat menimbulkan terjadinya retak.
Perubahan suhu maksimum ( Thermal shock ) yang dapat menyebabkan retak ( Thermal
Cracking ) adalah 40º C antara temperature beton dengan lingkungan dan adanya perbedaan
temperature beton lebih dari 20º C.
Sebagai upaya untuk mengantisipasi hal tersebut diatas adalah dengan menghitung faktor –
faktor sebagai berikut :

 Kemampuan produsen ready mixed menyediakan volume beton dalam jumlah besar dan
dalam waktu yang cepat, dengan memperhitungakan durasi pelaksanaan dan kesiapan
sumberdaya.
 Karakter beton yang dipergunakan, dengan memperhitungkan kandungan semen, jenis
agregat dan kemungkinan pemakaian bahan campuran ( admixture ) dan lain – lain.
 Pengendalian temperatur, dengan melakukan perawatan beton (Curing) secara efektif
disesuaikan dengan keadaan cuaca sekitarnya pada saat pengecoran, selain itu perlu
pengadaan tulangan distribusi yang memadai untuk mengontol retak awal.

b. Dasar Teori

1) Definisi Mass Concrete

Berdasarkan ACI 207 : Mass Concrete adalah segala volume beton dengan dimensi yang cukup
besar sehingga perlu pengendalian thermal terhadap panas yang ditimbulkan oleh proses hydrasi
semen

2) Retak Thermal

Terjadinya retak thermal karena bagian beton dipermukaan yang mendingin lebih cepat oleh
pelepasan panas di udara mengalami kontraksi dan menjadi kekangan terhadap pengembangan
volume beton bagian dalam yang panas. Perbedaan suhu beton antara lapisan bawah, tengah dan
atas ≤ 200 C

Sebagai upaya untuk mengatasi retak thermal tersebut, dalam mass concrete perlu
memperhitungkan faktor-faktor berikut :

a) Kontinyuitas supply yaitu kemampuan produsen readymix menyediakan beton dalam jumlah
yang besar dan dalam waktu yang cepat dengan memperhiungkan durasi pelaksanaan dan
kesiapan sumber daya.

Beberapa hal yang mempengaruhi kontinyuitas pengiriman :

1. Persiapan alat, personel dan infrastruktur proyek (jalan akses, lahan parkir dan maneuver
truck mixer serta area cuci truck mixer).
2. Kapasitas batching plan. Kapasitas batching plan harus ≥ 1 kapasitas bongkar proyek.
3. Cycle time dari batching plan ke lokasi proyek. Cycle time terdiri dari :

Waktu loading beton

1. Waktu perjalanan berangkat ke lokasi proyek


2. Waktu parker, manuver dan tunggu di proyek
3. Waktu bongkar (COR)
4. Waktu cuci truck mixer di proyek
5. Waktu perjalanan pulang dari proyek menuju batching plan
6. Jumlah kebutuhan minimal truck mixer.

a) Karakter beton yang dipergunakan dengan memperhitungkan, kandungan semen,


kandungan fly ash jenis agregat dan kemungkinan pemakaian bahan campuran (admixture), dll.

b) Penggunaan jenis semen tertentu dapat mempengaruhi karakteristik beton untuk mass
concrete, karena itu hanya semen yang cukup sesuai harus digunakan untuk mendapatkan
kekuatan yang dikehendaki. Maka dalam hal ini diusulkan untuk digunakan semen type I dengan
fly ash dengan prosentase sesuai persyaratan dan kebutuhan. Dalam hal ini penggunaan fly ash
adalah maksimal 25 % dari jumlah material cementitiuos.

c) Mix Design menggunakan spesifikasi sebagai berikut (sesuai spesifikasi teknis dan ACI
21.1.1) :

1. Mutu beton adalah fc. 27,5 Mpa.


2. Prosentase fly ash 23 %
3. Suhu on site ≤ 300 C.
4. Water Cement Ratio = 0.45
5. Slump 14 ± 2 (12 – 16) cm.
6. Initial setting time 7 jam.

c. Metode Pelakasanaan

Metode pelaksanaan Mat Foundation tower B dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. 1. Galian Tanah Area Mat Foundation

Galian tanah area mat foundation dilaksanakan sesuai shop drawing dengan kedalaman 250 cm
dari elevasi lantai dasar basement – 3, akan tetapi pada dasar mat foundation ditambah 5 cm
untuk lantai kerja dan pada galian samping masing – masing diberi penambahan 15 cm yang
digunakan untuk bekisting dari pasangan batako, galian pada area ini dilakukan dengan bantuan
backhoe, sedangkan untuk area yang sulit dijangkau backhoe dilakukan dengan tenaga manusia.
Gambar 4.34. Galian dengan menggunakan backhoe

2. Bobok dan Pemotongan Kepala Bored Pile

Setelah proses pengggalian selesai, maka akan bampak kepala – kepala bore pile yang sudah
tertanam sebelumnya ( pekerjaan bored pile dikerjakan oleh kontraktor lain ). Kemudian kepala
pancang yang tampak tersebut akan dipotong hingga ketinggian besi tulangan minimal satu
meter dari dasar. Sebelum proses pemancangan dilakukan, terlebih dahulu kepala – kepala
pancang dilakukan, terlebih dahulu kepala – kepala pancang tersebut di bobok agar besi
tulangannya dapat terpisah dari beton. Proses pemotangan pancang ini dilakukan dengan bantuan
tower crane dengan tujuan mempermudah pengangkatan dari area mat foundation, selain itu juga
mempermudah waktu pelaksanaannya.

(a)

Gambar 4.35. (a) Bobok Pancang (b) Pemotongan Pancang dengan TC

3. Penyemprotan Anti Rayap

Penyemprotan anti rayap dilakukan sebelum lantai kerja dibuat. Daerah – daerah yang
disemprotkan antara lain seluruh lapisan bawah dan dinding samping mat foundation.
Penyemprotan anti rayap ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan penghalang kimia atara
kontruksi bangunan dan tanah, sehinga melindungi bangunan dari serangan rayap. Material yang
digunakan adalah STEDFAST 15 EC dengan komposisi satu liter stedfast 15 EC dicampur
dengan 50 liter air. Aplikasi untuk 1m memputuhkan lima liter campuran. Pada waktu
penyemprotan anti rayap ini kondisi tanah harus kering / tidak ada genangan air.
Gambar.4.36 Stedfast penyemprot Anti rayap

4. Pekerjaan Lantai Kerja

Pekerjaan lantai kerja dilaksanakan setelah seluruh lapisan bawah mat foundation diratakan dan
disemprotkan dengan anti rayap. Pekerjaan lantai kerja dilaksanakan selambat – lambatnya satu
hari setelah penyemprotan anti rayap. Pekerjaan lantai kerja dibuat dengan ketebalan 50 mm.
material beton yang digunkan adalah material beton ready mix B-0. Mutu beton B-0 adalah K-
125. Penentuan ketebalan lantai kerja diketahui dengan menggunkan alat elevasi level dengan
bantuan tim Surveyor.

Gambar.4.37. Pengecoran lantai kerja

5. Pekerjaan Bekisting

Pekerjaan Bekisting dikerjakan pada sisi mat foundation dari material batako setinggi dua meter
dan stop cor stinggi 500 mm untuk posisi starter bar bagian pembesian slab basement – 3.
Pemasangan batako untuk dinding bekisting mat foundation ini dikerjakan dalam dua tahap yaitu
tahap pertama dinding batako dipasang setinggi 1200 mm, dan tahap kedua dinding batako
dipasang lagi setinggi 800 mm dari tinggi tahap pertama. Hal ini dilakukan untuk meghindari
rubuhnya dinding dari longsoran tanah diatasnya. Dalam pemasangan batako ini, seluruh
permukaannya harus dipasang secara rapat dan rata atau tidak beloh berongga.
Gambar.4.38. Pemasangan Batako

Gambar 4.39 . Isometri

6. Pekerjaan Pembesian

Pembesian dilaksanakan setelah seluruh area mat foundation dibersihakan dari kotoran atau
bekas – bekas material yang berserakan dengan menggunakan air compressor. Mutu besi
tulangan yang digunakan adalah U50 ( fy = 5000 kg/ cm ) dan pengikat atar besi digunakan
kawat bendrat.

Pemasangan pembesian terdiri dari beberapa pekerjaan anara lain :

a . Pembesian Layer Bawah

Pembesian layer bawah terdiri dari tulangan menerus pada arah x dan ditambah tulangan extra
pada arah x dan y. penggunaan tulangan extra berfunsi sebagai perkuatan didaerah tertentu yang
mempunyai bahan lebih besar dari daerah lain, seperti didaerah corewall yang berguna untuk
Manahan beban angina ataupun beban akibat gempa bumi. Penyusunan tulangan tersebut disusun
dalam empat lapis . lapis pertama terdiri atas tulangan menerus arah x dan besi D32 – 200 mm;
lapis kedua terdiri dari tulangan menerus arah y dengan besi D32 – 200 mm ditambah tulangan
sebagian selain tulangan ekstra arah x dengan besi D22, D29, dan D32 tiap jarak 400 mm; lapis
keempat terdiri atas tulangan ekstra arah y dengan besi D22, D29, dan D32 tiap jarak 400 mm

Gambar 4.40. Pembesian layer bawah

1. b. Pemasangan Kaki ayam

Untuk menghubungkan antara layer atas dengan layer bawah diperlukan kaki ayam. Kaki ayam
sendiri menggunakan besi D25 dengan tinggi ± 2 meter, dimana bagian bawah dari kaki ayam
tersebut diikatkan pada pembesian layer bawah menggunakan kawat bendrat. Kaki ayam
dipasang setiap jarak 2 meter untuk arah y dan 2,4 untuk arah x.

Gambar 4.41. Pemasangan Kaki ayam

c. Pembesian Layer Atas

Pembesian layer atas pada umumnya sama dengan layer bawah, perbedaanya hanya pada
penyusunan lapis pembesian. Penyusunan lapis pembesian pada layer atas berkebalikan dengan
layer bawah.
Gambar 4.42. Pembesian Layer atas

d. Pembesian Overstek kolom bawah dan Core wall

Pembesian Overstek tulangan kolom bawah dan corewall dikerjakan dengan mutu besi U ( fy =
5000kg / cm² ). Sebelum dilakukan pembesian, makan perlu diberi marking agar tidak terjadi
kesalahan letak pemasangan, surveor akan mencari as tiap kolom dengan nalat theodolith dengan
mengacu pada Bench Mark (BM) yangtelah ditentukan. Tinggi penulangan stek kolom adalah
48,5 m dan tinggi penulangan stek carewall 4,5 m, semuanya itu diukur dari TOC mat
foundation.

Yang sangat perlu diperlihatkan dalam pelaksanaan pembesian dilapangan adalah

 Posisi pembesian yang seharusnya dikerjakan


 Jumlah Besi
 Tipe Besi

Hal tersebut untuk menghindari adanya kesalahan pemasangan yang berakibat pembongkaran
ulang sehingga dapat mengganggu schedule kerja.

Gambar 4.43. Pembesian didaerah corewall

7. Separing ME
Sparing ME merupakan pemasangan pipa / plumbing yang dilakukan oleh pihak ME yang
berfungsi untuk saluran air. Pemasangan sparing ME pada area mat foundation menggunakan
CIP dia 2”, 3”, 4” berjarak (50-70) cm di bawah TOC mat foundation. Pada pekerjaan sparing
ME sangat diwajibkan teliti dan tepat karena apabila ada kesalahan setelah pengecoran selesai
maka akan sangat sukar untuk membongkar ulang karena adanya pembesian Mat Foudation.

Gambar 4.44. Pemasangan Pipa

8. Pemasangan ThermoCouple

Monitoring temperature beton dalam pengecoran mat foundation adalah sesuatu hal yang sangat
penting. Terjadinya perbedaan temperature yang sangat besar akan menimbulkan efek keretakan
pada beton yang akan berakibat fatal. Alat yang dipakai untuk memonitor perbedaan temperature
tersebut adalah Thermocouple. Thermocouple dipakai selain untuk memonitor suhu/perbedaan
temperature pada tiap bagian, juga digunakan untuk mengukur perbedaan suhu maximum yang
terjadi setelah pengecoran selesai, thermocouple menggunakan 3 layer dan 4 titik, sehingga
jumlah thermocouple 12 buah. Pengukuran thermocouple dilakukan tiap dua jam untuk 24 jam
pertama, dan setiap 3 jam untuk 24 jam berikutnya.

Gambar 445. Thermocouple

9. Pemasangan Kawat Loket / Penahan Longsoran Beton


Berdasarkan pembagian area pengecoran dan setting time beton maka pengecoran mat
foundation dibagi dalam beberapa zone, setiap pembagian zone dipasang kawat loket/mesh (20 x
20) mm yang berfungsi untuk menahan supaya beton tidak longsor, diamana longsoran beton
tersebut dapat mengakibatkan Could joint pada daerah beton tertentu saat pengecoran dengan
valume besar secara terus menerus.

Dengan adanya jumlah beton dengan skala besar maka diperlukan adanya perkuatan pada kaat
loket. Untuk perkuatan horizontal menggunakan besi D13, sedangkan untuk perkuatan vertikal
menggunakan besi D-22.

Gambar 4.46. Pemasangan loket kawat

10. Inspeksi Dan Survey

Dialakukan setelah pengecoran dimulai yang bertujuan mengetahui apakah pembesian yang
terpasang sesuai dengan gambar kerja, kegiatan ini akan dilakukan oleh pihak pelaksana dengan
pihak manajemen kontruksi. Daftar pembesian / checklist akan dibawa saat inspeksi dilakukan
dilapangan, check list untuk pembesian meliputi :

1. Shop drawing sudah di approval


2. Diameter, jenis jumlah dan jarak besi sesuia shop drawing
3. Overlaping sambungan sesuai dengan gambar
4. Beton decking terpasang dengan jumlah dan diameter yang telah ditentukan ( 4 Buah /
m²)
5. Kaki ayam terpasang,diameter besi dan jarak sesuai dengan persyaratan
6. Ikatan besi ( ikatan silang ) dengan bendrat cukup kuat ( tidak bergetar saat diketok )
7. Besi bersih dari karat, oli, beton kering dan tanah
8. Jarak bersiih pembesian minimal 45 mm
9. Bending / bengkok besi sudah sesuai persyaratan yaitu 5D
10. Elavasi tulangan / pembesisan sudah benar dan kuat

Ispeksi merupakan hal yang sangat penting, diharapkan ketika pengecoran telah selesai
dilakukan tidak akan ada masalah untuk pekerjaan berikutnya dan juga menghindari adanya
kecurangan yang dilakukan oleh pihak kontraktor.
11. Pemasangan Stop Cor

Dilakukan pada proses pengecoran dimulai, terdiridari plywood 18 kayu 50/70 dan list kayu 40 x
40 sebagai tempat waterstop. Berfungsi agar tidak ada kebocoran antara pertemuan beton lama
dan beton baru bertemu.

Gambar 4.48. Waterstop

12. Pemasangan Tenda

Pada saat pengecoran diperlukan adanya ansipasi oeh pihak pelaksana apabila terjadi hujan yang
dapat mengganggu pengecoran dan dapat merusak mutu beton, maka pemasangan tenda sebagai
alternatif tindakan yang dilakukan dan berfungsi juga menghindar panas sinar matahari secara
langsung. Untuk rangka tenda sebagai alternative tindakan yang dilakukan dan berfungsi juga
menghindari panas sinar matahari secara langsung. Untuk rangka tenda menggunakan pipa besi
ф1 – 1,5. Pipa rangka dimasukan pada tulangan besi yang telah dilas pada kaki ayam. Untuk
ketinggian terpal pada tepi tenda diberi perkuatan berupa ikatan dirangka atas tenda kepasak.

(a)
(b)

Gambar 4.50. (a) Rangka tenda

13. Pekerjaan Waterproofing

Beberapa jam sebelum dilakukan pengecoran, dinding bekisting dan lantai kerja dari mat
foundation dilapisi dengan waterproofing. Untuk lantai dengan cara kristalisasi atau ditabur,
sedangkan untuk dinding dengan cara disemprot. Fungsi dari pelaksanaan waterproofing ini
adalah agar membuat bikisting menjadi kedap air sehingga air dari dalam tidak merembes keluar
dan begitu juga sebaliknya, air dari luar tidak bisa masuk kedalam

Pada pelaksanaannya untuk penyemprotan waterproofing dinding bekisting menggunakan dua


aplikasi. Pada aplikasi pertama dilakukan penaburan Formdexplus 1,5 kg/m2, pelaksanaan 15
menit sebelum cor. Sedangkan pada aplikasi kedua dilakukan penyemprotan dilakukan
penyemprotan pada dinding bekisting dalam, aplikasi ini terdiri dari lapisan dari dua lapisan
yaitu lapisan pertama dengan komposisi 0,5 kg / m, dan lapisan kedua 1 kg / m. aplikasi kedua
dilaksanakan 3 jam sebelum cor.

Anda mungkin juga menyukai