Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi.
Semakin tertarik kita kepada seseorang, maka semakin besar kecenderungan
kita berkomunikasi dengan dia. Oleh karena itu, atraksi interpersonal adalah
kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Adanya
daya tarik ini membentuk rasa suka.

Karena pentingnya peranan atraksi interpersonal, kita ingin membicarakan


faktor-faktor yang menyebabkan mengapa persona stimuli menarik kita.
Sebagaimana sering kita bicarakan dalam bagian-bagian lain, disini pun
faktor personal dan situasional menentukan siapa tertarik pada siapa. Yang
menyebabkan saya tertarik kepada Anda boleh jadi sifat-sifat yang anda
miliki (misalnya, saya sedang kesepian). Sebenarnya kedua faktor ini dalam
kenyataan sering tumpang tindih, sehingga pembagian dibawah ini hanyalah
untuk memudahkan penjelasan saja.

Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi


hubungan interpersonal barangkali yang paling penting. Banyak penyebab
dari rintangan komunikasi berakibat kecil saja bila ada hubungan baik
diantara komunikan. Sebaliknya, pesan yang paling jelas, paling tegas, dan
paling cermat tidak dapat menghindari kegagalan, jika terjadi hubungan yang
jelek. Setiap kali kita melakukan komunikasi, kita buka hanya sekedar
menyampaikan isi pesan, kita juga menentukan kadar hubungan
interpersonal, bukan hanya menentukan “content” tetapi juga “relationship”.
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud konsep diri, atraksi interpersonal dan hubungan
interpersonal?
2. Bagaimana persepsi konsep diri, atraksi interpersonal dan hubungan
interpersonal dalam system komunikasi interpersonal?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Apa yang dimaksud konsep diri, atraksi interpersonal dan hubungan
interpersonal?
2. Bagaimana persepsi konsep diri, atraksi interpersonal dan hubungan
interpersonal dalam system komunikasi interpersonal?
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konsep Diri, Atraksi Interpersonal dan Hubungan


Interpersonal
A. Konsep Diri
Menurut para ahli, konsep diri dipahami sebagai pandangan dan perasaan
kita tentang diri kita sendiri. Konsep diri dapat bersifat positif dan negatif.
Konsep diri yang positif, umumnya dicirikan dengan lima hal berikut:
1. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah;
2. Merasa setara dengan orang lain;
3. Menerima pujian tanpa rasa malu;
4. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh
masyarakat;
5. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah.

Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam interaksi


sosial dengan orang lain atau dalam konteks komunikasi antarpribadi. Hal
ini terjadi karena:

1. Setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep


dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang
yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat
catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh,
sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
2. Seseorang membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan
meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi
4

dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan


membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep
diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk
menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
3. Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai
communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam
komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk
menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat
menjadi perlu.
4. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita
karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia
membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan
(persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu
konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian
selektif).

B. Atraksi Interpersonal
Kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi.
Semakin tertarik kita kepada seseorang, maka semakin besar
kecenderungan kita berkomunikasi dengan dia. Oleh karena itu, atraksi
interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik
seseorang. Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada
seseorang umumnya membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan
bagi kita.

Teori atraksi interpersonal


1. Reinforcement theory menjelaskan bahwa seseorang menyukai orang
lain adalah sebagai hasil belajar.
2. Equity theory menyatakan bahwa dalam suatu hubungan, manusia
selalu cenderung menjaga keseimbangan antara harga (cost) yang
dikeluarkan dengan ganjaran (reward) yang diperoleh.
5

3. Exchange theory menjelaskan bahwa interaksi sosial diibaratkan


sebagai transaksi dagang. Jika orang kenal pada seseorang yang
mendatangkan keuntungan ekonomis dan psikologis, akan lebih disukai
4. Gain-loss theory menyatakan bahwa orang cenderung lebih menyukai
orang-orang yang menguntungkan daripada orang-orang yang
merugikan kita

Faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal


Faktor-faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal dibagi menjadi
dua, yaitu faktor personal dan faktor situasional. Berikut ini adalah
penjelasan dari faktor-faktor tersebut, yaitu:
1. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal
a. Kesamaan karakteristik personal
Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap,
keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, dan ideologis memiliki
kecenderungan saling menyukai. Menurut teori Cognitive
consistency dari Fritz Heider dalam Jalaluddin Rakhmat (2011),
manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan
perilakunya.
Contoh: Ketika kita sedang naik kendaraan umum dan berjumpa
dengan seorang kenalan baru. Maka percakapan kita berlangsung
dan dimulai dari masalah-masalah demografis (dimana anda tinggal,
pekerjaan anda, dll) sampai masalah-masalah politik dan sebagainya.
b. Tekanan emosional (stress)
Bila seseorang sedang dalam keadaan yang mencemaskannya atau
harus memikul tekanan emosional, maka ia akan menginginkan
kehadiran orang lain. Tekanan emosional ini dibuktikan oleh Stanley
Schacter dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) dengan membuat sebuah
eksperimen. Ia mengumpulkan dua kelompok mahasiswi. Kepada
kelompok pertama dia menyatakan bahwa mereka akan menjadi
subjek eksperimen yang meneliti efek kejutan listrik yang sangat
menyakitkan.
6

Sedangkan untuk kelompok kedua dia memberitahukan bahwa


mereka hanya mendapat kejutan yang ringan saja. Dari kedua
kelompok tersebut Schacter menemukan bahwa kelompok pertama
memiliki kecemasan sebesar 63%, sedangkan kelompok kedua
memiliki tingkat kecemasan 33% . dari data tersebut Schacter
menyimpulkan bahwa situasi yang membuat orang cemas akan
meningkatkan kebutuhan akan kasih sayang.
c. Harga diri yang rendah
Menurut wlster dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), bila harga diri
seseorang direndahkan, harsat afiliasi (bergabung dengan orang lain)
bertambah, dan ia makin responsif untuk menerima kasih sayang
orang lain. Orang yang rendah diri cenderung mudah mencintai
orang lain.
d. Isolasi sosial.
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mungkin tahan dengan
hidup terasing untuk beberapa waktu dan bukan untuk waktu yang
lama. Isolasi sosial merupakan pengalaman yang tidak enak.
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa tingkat isolasi sosial
sangat berpengaruh terhadap kesukaan kita pada orang lain.
2. Faktor-faktor situasional
a. Daya tarik fisik (Physical Attractiveness)
Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa daya tarik fisik sering
menjadi penyebab utama atraksi personal. Kita cenderung senang
kepada orang-orang yang berwajah tampan atau cantik. Mereka
sangat mudah memperolah perhatian dari lingkungan sekitarnya.
Jadi, tidak salah jika banyak sekali perusahaan yang menggunakan
wanita cantik dan pria tampan untuk dijadikan pegawai dalam bagian
promosi, iklan, dan bahkan Hubungan Masyarakatnya.
b. Ganjaran (Reward)
Kita akan menyukai orang yang menyukai kita dan kita akan
menyenangi orang yang memuji kita. Menurut teori pertukaran
sosial, interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang. Kita akan
7

melanjutkan transaksi bila kita mendapatkan laba yang banyak.


Menurut Thibault dan Kelley dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), bila
pergaulan kita sangat menyenangkan, sangat menguntungkan dari
segi psikologi dan ekonomis, maka kita akan saling menyenangi.
c. Familiarity
Prinsip dari familiarity dicerminkan dalam peribahasa Indonesia,
“kalau tak kenal, maka tak sayang”. Ketika kita sering berjumpa
dengan seseorang dan tidak ada hal yang pentik untuk dibicarakan
maka kita akan menyukainya. Robert B. Zajonc dalam Jalaluddin
Rakhmat (2011) memperlihatkan foto-foto wajah dalam subjek-
subjek eksperimennya. Ia menemukan makin seriang subjek melihat
wajah tertentu maka ia akan menyukainnya. Dari penelitian tersebut
kemudian melahirkan sebuah teori “more exposure” (terpaan saja).
Hipotesis itu dipakai sebagai landasan ilmiah akan pentingnya
repetisi pesan dalam mempengaruhi pendapat dan sikap.
d. Kedekatan (Proximity)
Kedekatan ini sangat erat kaitannya dengan familiarity. Orang
cenderung menyenangi mereka yang tempat tinggalnya berdekatan.
Orang yang tempatnya berdekatan akan cenderung saling menyukai.
Hal itu sering dianggap biasa. Namun, dari segi psikologi itu
merupakan hal yang luar biasa karena tempat yang kelihatannya
netral mampu mempengaruhi tatanan psikologis manusia. Hal itu
berarti, mereka dapat memanipulasikan tempat atau desain
arsitektural untuk menciptakan persahabatan dan simpati.
e. Kemampuan (competence)
Kita cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan
lebih tinggi daripada kita, atau lebih berhasil dalam kehidupannya.
Aronson dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) menemukan dalam
penelitian yang dilakukannya, bahwa orang yang paling disenangi
adalah orang yang memiliki kemampuan tinggi, tetapi menunjukkan
beberapa kelemahan. Aronson menciptakan empat kondisi
eksperimental, yaitu:
8

1. Orang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah


2. Berkemampuan tinggi tapi tidak berbuat salah
3. Orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah
4. Orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat salah

Pengaruh atraksi interpersonal pada komunikasi interpersonal


1. Penafsiran pesan dan penilaian
Sudah diketahui bahwa pendapat dan penilaian kita tentang orang lain
tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional. Kita juga
makhluk emosional. Oleh karena itu, ketika kita menyenangi seseorang,
kita juga melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif.
Sebaliknya, jika kita membencinya, kita cenderung melihat
karakteristik secara negative.
2. Efektivitas komunikasi
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan
komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila
kita berkumpul dengan kelompok yang banyak mamiliki kesamaan
dengan kita, maqka kita akan menyenangi mereka. Begitu juga
sebaliknya. Menurut Wolosin dalam Jalaluddin Rakhmat (2011),
komunikasi akan lebih efektif bila para komunikan saling menyukai.

C. Hubungan Interpersonal
Komunikasi yang efektif ditandai dengan adanay hubungan interpersonal
yang baik. Menurut Anita Taylor dalam Jalaluddin Rakhmat (2011),
komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur tetapi
hubungan interpersonal barangkali yang paling penting. Setiap melakukan
komunikasi, kita bukan hanya sekadar menyampaikan isi pesan (content),
tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal (relationship).
Berikut ini adalah contoh beberapa kalimat yang menunjukkan kadar
hubungan interpersonal yang berbeda, yaitu:
1. Rumahmu dimana?
2. Dimanakah rumah anda?
3. Bolehkah saya tahu dimana rumah anda?
9

Pandangan bahwa komunikasi mendefinisikan hubungan interpersonal


telah dikemukakan oleh Ruesch dan Bateson (1951) pada tahun 1950-an.
Gagasan ini dipopulerkan di kalangan komunikasi oleh Waulawuck,
Beavin, dan Jackson (1967). Selain itu, para psikolog juga mulai menaruh
minat yang besar pada hubungan interpersonal seperti tampak pada tulisan
Gordon W. Allport (1960), Erich Fromm (1962), Martin Buber (1975),
Carl Rogers (1951). Semua tokoh psikologi tersebut mewakili mazhab
humanistik.

Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik
hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan
dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya,
sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.

Teori hubungan interpersonal


Untuk menganalisis hubungan interpersonal, menurut Goleman dan
Hammen dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) terdapat empat buah model,
yaitu:
1. Model pertukaran sosial (social exchange model)
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi
dagang. Pada model ini, orang berhubungan dengan orang lain karena
mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibault dan
Kelley dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) menyimpulkan model ini
sebagai asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah
bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam
hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan
ditinjau dari segi ganjaran dan biaya. Terdapat empat konsep pokok
dalam model ini, yaitu:
a. Ganjaran
Ganjaran adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh
seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang,
penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai. Nilai suatu
10

ganjaran berbeda antara seseorang dengan orang lain, dan antara


waktu yang satu dengan waktu yang lain.
Contoh: Bagi orang miskin, uang lebih berharga daripada ilmu
pengetahuan. Sedangkan bagi orang kaya, mungkin penerimaan
sosial lebih berharga daripada uang.
b. Biaya
Biaya adalah akibat yang dinilai negatif, yang terjadi dalam suatu
hubungan. Biaya dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan,
dan keruntuhan harga diri. Biaya juga berubah-ubah sesuai waktu
dan orang yang terlibat.
Contoh: Bila seorang anak yang miskin berteman dengan
sekelompok anak yang kaya. Dalam bergaul, anak miskin ini sering
diejek oleh anak-anak kaya tersebut. Anak miskin tersebut mendapat
biaya berupa keruntuhan harga diri karena sering diejek oleh teman-
temannya.
c. Hasil atau laba
Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi dengan biaya. Bila seorang
individu merasa dalam sebuah hubungan tidak memperoleh hasil
atau laba sama sekali maka individu tersebut akan mencari hubungan
yang lain.
Contoh: Apabila kita memiliki sahabat yang egois. Kita tetap akan
membantunya, sekadar agar persahabatan dengan orang tersebut
tidak putus. Bila bantuan (biaya) disini ternyata lebih besar daripada
nilai persahabatan (ganjaran) yang ditermia, maka kita rugi atau
tidak mendapat laba.
d. Tingkat perbandingan
Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang
dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada
waktu sekarang. Ukuran baku ini dapat berupa pengalaman masa
lalu atau alternatif hubungan lain.
Contoh: Bila seorang gadis pernah berpacaran dengan seorang
pria yang berjalan sangat bahagia, tetapi akhirnya putus. Saat
11

berpacaran dengan pria lain, maka gadis tersebut akan mengukur


ganjaran hubungan tersebut berdasarkan pengalamannya yang dulu.
2. Model peranan (role model)
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai panggung
sandiwara. Disini setiap orang harus memainkan peranannya sesuai
dengan “naskah” yang telah dibuat oleh masyarakat. Terdapat empat
konsep pokok yang harus diperhatikan dalam model ini untuk
mengembangkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu:
a. Ekspektasi peranan (role expectation)
Ekspektasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas, dan hal yang
berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok.
Contoh: Guru diharapkan berperan sebagai pendidik yang
bermoral dan menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya.
b. Tuntutan peranan (role demands)
Tuntutan peranan adalah desakan sosial yang memaksa individu
untuk memenuhi peranan yang telah dibebankan kepadanya.
Desakan sosial dapat berwujud sanksi sosial dan dikenakan bila
individu menyimpang dari perannya.
Contoh: Guru yang melakukan kekerasan pada anak didiknya
akan mendapat sanksi dari pemerintah, yang dapat berupa
diberhentikan dari tugasnya untuk mengajar.
c. Keterampilan peranan (role skills)
Keterampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan
tertentu, kadang dsebut juga kompetensi sosial. Sering dibedakan
antara keterampilan kognitif dengan keterampilan tindakan.
Keterampilan kognitif menunjuk pada kemampuan individu untuk
mempersepsi apa yang diharapkan orang lain dari dirinya.
Sedangkan keterampilan tindakan menunjuk pada kemampuan
melaksanakan peranan sesuai dengan harapan.
Contoh: Guru memang diharapkan dapat berperan sebagai
pendidik yang bermoral dan menjadi teladan bagi anak didiknya.
Untuk itu seorang guru harus berusaha memberikan ilmunya
12

semaksimal mungkin dan menjaga perilakunya agar dapat


mewujudkan harapan tersebut.
d. Konflik peranan
Konflik peranan terjadi bila individu tidak sanggup mempertemukan
berbagai tuntutan peranan yang kontradiktif.
Contoh: Seorang ayah yang juga berperan sebagai kepala sekolah,
harus memberi hukuman pada anaknya yang berbuat kesalahan di
sekolah.
3. Model permainan
Model ini berasal dari psikiater Erie Berne(dalam Andi, 2012),
analisisnya kemudian dikenal sebagai analisis transaksional. Dalam
model ini, orang-orang berhubungan dalam bermacam-macam
permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga bagian kepribadian
manusia yaitu:
1. Orang tua (parent), adalah aspek kepribadian yang merupakan
asumsi dan perilaku yang kita terima dari orang tua kita atau orang
yang kita anggap orang tua kita.
2. Orang dewasa (adult), adalah bagian kepribadian yang mengolah
informasi secara rasional.
3. Anak (child), adalah unsur kepribadian yang diambil dari perasaan
dan penglaman kanak-kanak dan mengandung potensi intuisi,
spontanitas, kreativitas, dan kesenangan.
Contoh: Suatu hari terdapat seorang suami yang sakit dan meminta
perhatian dari istrinya (kepribadian anak). Istri tersebut merawat sang
suami seperti seorang ibu (kepribadian orang tua). Namun, bila sang
istri tidak menghiraukan dan menyuruh sang suami untuk pergi ke
dokter maka inilah kepribadian orang dewasa (kepribadian anak dibalas
dengan orang dewasa).
4. Model interaksional (interactional model)
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem.
Setiap sistem memiliki sifat struktural, integratif, dan medan. Semua
sistem, terdiri atas subsistem-subsistem yang saling bergantung dan
13

bertindak bersama sabagai satu kesatuan. Setiap hubungan interpersonal


harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan
pelaksanaan peranan, serta permainan yang dilakukan.

Tahap-tahap hubungan interpersonal


Hubungan interpersonal berlangsung melalui tiga tahap, yaitu:
1. Pembentukan hubungan
Tahap ini sering disebut dengan tahap perkenalan (acquaintance
process). Beberapa orang peneliti seperti Newcomb (1961), Berger
(1973), Zunin (1972), dan Duck (1976) (dalam Andi, 2012), telah
menemukan hal-hal yang menarik dari proses perkenalan. Fase pertama
adalah fase kontak permulaan (initial contact phase) yang ditandai oleh
usaha dari kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi
kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali identitas, sikap,
dan nilai pihak lain. Bila terdapat kesamaan, maka mulailah dilakukan
proses pengungkapan diri. Proses saling menilik ini disebut Newcomb
sebagai saling menyelidiki (reciprocal scanning). Pada tahap ini
informasi yang dicari berkisar mengenai data demografi, usia,
pekerjaan, tempat tinggal, dan sebagainya.

Menurut Charles R. Berger dalam Jalaluddin Rakhmat (2011),


informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh
kategori yaitu:
1. Informasi demografis
2. Sikap dan pendapat (tentang orang atau objek)
3. Rencana yang akan datang
4. Kepribadian
5. Perilaku pada masa lalu
6. Orang lain
Tidak selalu informasi yang kita peroleh didapat dari komunikasi
verbal. Kita juga membentuk kesan dari petunjuk proksemik, kinesik,
paralinguistic, dan artifaktual. Menurut Willian Brooks dan Philip
14

Emmert dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), kesan pertama sangat


menentukan, karena itu hal-hal yang pertama kelihatan sangat
menentukan kesan pertama.
2. Peneguhan hubungan
Hubungan interpersonal tidak bersifat statis, tetapi selalu berubah.
Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal,
perubahan memerlukan adanya tindakan-tindakan tertentu untuk
mengembalikan keseimbangan. Terdapat empat faktor yang sangat
penting dalam memelihara keseimbangan, yaitu:
a. Keakraban
Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang.
Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua belah pihak
sepakat tentang keakraban yang diperlukan.
b. Kontrol
Kontrol disini mencakup kesepakatan tentang siapa yang akan
mengontrol siapa, dan bilamana. Konflik terjadi pada umumnya bila
masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau
mengalah.
c. Ketepatan respons
Ketepatan respons artinya respons A harus diikuti respons B yang
sesuai. Respons ini bukan saja berkenaan dengan pesan verbal, tapi
juga pesan nonverbal. Dalam konteks ini respons dibagi dalam dua
kelompok yaitu:
1) Konfirmasi, yaitu respons yang dapat memperteguh hubungan
interpersonal. Berikut ini adalah beberapa respons yang termasuk
konfirmasi:
a. Pengakuan langsung, adalah menerima pernyataan dan
memberikan respons dengan segera.
Contoh: “Saya setuju. Anda benar .“
b. Perasaan positif, adalah mengungkapkan perasaan yang positif
terhadap apa yang sudah lawan bicara katakana.
Contoh: “Terima kasih atas pujianmu.”
15

c. Respons meminta keterangan, adalah meminta menerangkan


isi sebuah pesan.
Contoh: “Ceritakan lebih banyak tentang itu.”
d. Respons setuju, adalah memperteguh apa yang telah dikatakan.
Contoh: “Saya setuju, ini memang keputusan terbaik untuk
mereka saat ini.”
e. Respons suportif, adalah mengungkapkan pengertian,
dukungan, atau kalimat yang memperkuat.
Contoh: “Saya mengerti apa yang kamu rasakan.”
2) Diskonfirmasi, yaitu respons yang justru merusak hubungan
interpersonal. Berikut ini adalah beberapa respons yang termasuk
diskonfirmasi:
a. Respons sekilas, adalah memberikan respons pada suatu
pernyataan, tetapi dengan segera mengalihkan pembicaraan.
Contoh: “Apakah konsernya bagus?” “Lumayan. Besok ke
kampus jam berapa?”
b. Respons impersonal, adalah memberikan komentar dengan
menggunakan kata ganti orang ketiga.
Contoh: “Orang memang sering marah diperlakukan seperti
itu.”
c. Respons kosong, adalah respons yang tidak menghiraukan
sama sekali baik memeberikan sambutan verbal maupun
nonverbal.
d. Respons yang tidak relevan, adalah seperti respons sekilas,
yang berusaha mengalihkan pembicaraan tanpa
menghubungkan dengan pembicaraan yang ada.
Contoh: “Lagu ini enak didengar,” “Aku heran mengapa jam
segini Maya belum pulang juga. Menurut kamu kemana dia
kira-kira?”
e. Respons interupsi, adalah memotong suatu pembicaraan yang
sedang terjadi.
16

Contoh: “Maaf, bisakah kamu menjelaskan kembali maksud


dari pembicaraanmu!”
f. Respons rancu, adalah respons yang berupa kalimat-kalimat
yang kacau, rancu, atau tidak lengkap.
g. Respons kontradiktif, adalah menyampaikan pesan verbal yang
bertentangan dengan pesan nonverbal.
Contoh: Mengatakan dengan bibir mencibir dan intonasi
suara merendahkan, “Memang, bagus sekali pendapatmu.”
d. Keserasian suasana emosional
Keserasian suasana emosional sangat penting saat berlangsungnya
komunikasi. Ketika terjadi dua orang berinteraksi dengan suasana
emosional yang berbeda, maka interaksi tersebut dapat berjalan tidak
stabil.
3. Pemutusan hubungan
Pemutusan hubungan dapat saja terjadi, dan juga dapat menimbulkan
terjadinya konflik. R.D. Nye dalam Jalaluddin Rakhmat (2011)
menyebutkan terdapat lima sumber konflik, yaitu:
1. Kompetisi, yaitu adanya salah satu pihak yang bersaha memperoleh
sesuatu dengan mengorbankan orang lain.
2. Dominasi, yaitu adanya salah satu pihak yang berusaha
mengendalikan pihak lain sehingga orang itu merasa hak-haknya
dilanggar.
3. Kegagalan, yaitu masing-masing pihak berusaha menyalahkan yang
lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
4. Provokasi, yaitu adanya salah satu pihak yang terus-menerus berbuat
sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan pihak lain.
5. Perbedaan nilai, yaitu kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai
yang mereka anut.
17

Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam


komunikasi interpersonal
Terdapat tiga faktor yang dapat menumbuhkan hubungan interpersonal
dalam komunikasi interpersonal, yaitu:
1. Percaya (trust)
Dari semua faktor, faktor percaya adalah yang paling penting. Menurut
Giffin dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), percaya didefinisikan sebagai
mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki,
yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko.
Definisi tersebut menyebutkan adanya tiga unsur percaya, yaitu:
1. Ada situasi yang menimbulkan risiko
2. Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti
menyadari bahwa akibat-akibatnya bergantung pada perilaku orang
lain
3. Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik
baginya

Manfaat menaruh rasa percaya pada orang lain adalah meningkatkan


komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi,
memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas
peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Selain itu, hilangnya
kepercayaan pada orang lain akan menghambat perkembangan
hubungan interpersonal yang akrab. Di samping faktor-faktor personal,
terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan sikap percaya
seperti karakteristik dan maksud dari orang lain, adanya hubungan
kekuasaan, sifat dan kualitas komunikasi, serta adanya sikap jujur dari
setiap komunikan. Selain itu, terdapat juga tiga hal utama yang dapat
menumbuhkan sikap percaya dan mengembangkan komunikasi yang
didasarkan pada sikap saling percaya, yaitu:
1. Menerima, adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa
menilai dan berusaha mengendalikan. Menurut Anita Taylor dalam
Jalaluddin Rakhmat (2011), menerima adalah sikap yang melihat
18

orang lain sebagai menusia, sebagai individu yang patut dihargai.


Menerima tidaklah berarti menyetujui semua perilaku orang lain atau
rela menanggung akibat-akibat perilakunya.
2. Empati, adalah sikap yang dianggap sebagai memahami orang lain
yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita. Dalam empati, kita
tidak menempatkan diri kita pada posisi orang lain, tetapi kita ikut
secara emosional dan intelektual dalam pengalaman orang lain.
Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang
menimpa orang lain.
3. Kejujuran, dapat diartikna sebagai sikap apa adanya. Menerima dan
empati mungkin saja dipersepsi salah oleh orang lain. Sikap
menerima kita dapat ditanggapi sebagai sikap tak acuh, dingin, dan
tidak bersahabat. Sedangkan sikap empati kita dapat ditanggapi
sebagai pura-pura. Supaya ditanggapi sebenarnya, maka kita harus
jujur dalam mengungkapkan diri kita terhadap orang lain. Kejujuran
menyebabkan perilaku kita dapat diduga, sehingga mendorong orang
lain untuk percaya pada kita.

2. Sikap suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi. Orang yang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak
jujur, dan tidak empatis. Komunikasi defensif dapat terjadi karena
faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah,
pengalaman defensif, dsb) dan faktor situasional (perilaku komunikasi
orang lain). Jack R. Gibb dalam Jalaluddin Rakhmat (2011)
menyebutkan ada enam perilaku yang menimbulkan perilaku suportif.
Secara singkat perilaku yang menimbulkan iklim defensive dan suportif
terdapat pada daftar berikut:
19

Tabel 1 Perilaku yang menimbulkan iklim defensif dan suportif


Iklim Defensif Iklim Suportif
Evaluasi Deskripsi
Kontrol Orientasi masalah
Strategi Spontanitas
Netralitas Empati
Superioritas Persamaan
Kepastian Provisionalisme

Berikut ini adalah penjelasan dari daftar diatas, yaitu:


a. Evaluasi dan deskripsi
Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain (memuji atau
mengecam). Sedangkan deskripsi artinya penyampaian perasaan dan
persepsi tanpa menilai.
b. Kontrol dan orientasi masalah
Perilaku kontrol artinya berusaha untuk mengubah orang lain,
mengendalikan perilakunya, mengubah sikap, pendapat, dan
tindakannya. Sedangkan orientasi masalah sebaliknya adalah
mengkomunikasikan keninginan untuk bekerja sama mencari
pemecahan masalah.
c. Strategi dan spontanitas
Strategi adalah penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk
memperngaruhi orang lain. Sedangkan spontanitas artinya sikap
jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam.
d. Netralitas dan empati
Netralitas berarti sikap impersonal yang memperlakukan orang lain
tidak sebagai persona, melainkan sebagai objek. Sedangkan empati
adalah lawan dari netralitas.
20

e. Superioritas dan persamaan


Superioritas artinya sikap menunjukkan lebih tunggi atau lebih baik
daripada orang lain. Sedangkan persamaan adalah sikap
memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis.
f. Kepastian dan provisionalisme
Kepastian dekat dengan sikap superioritas. Orang yang memiliki
kepastian cenderung bersikap dogmatis, ingin menang sendiri, dan
melihat pendapatnya sebagai kebenaran yang mutlak. Sedangkan
provisionalisme adalah sebaliknya, yaitu kesediaan untuk meninjau
kembali pendapat kita, untuk mengakui bahwa pendapat manusia
adalah tempat kesalahan.

3. Sikap terbuka
Sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan nkomunikasi
interpersonal yang efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah
dogmatisme. Menurut Brooks dan Emmert dalam Jalaluddin Rakhmat
(2011), terdapat beberapa karakteristik sikap terbuka dan dogmatis,
yaitu:
Tabel 2 Karakteristik sikap terbuka dan dogmatis
No Sikap Terbuka Sikap Tertutup
(dogmatis)
1. Menilai pesan secara objektif Menilai pesan berdasarkan
dengan menggunakan data dan motif-motif pribadi
keajegan logika
2. Membedakan dengan mudah, Berpikir simplisitis,
melihat nuansa, dsb artinya berpikir kitam-
putih (tanpa nuansa)
3. Berorientasi pada isi Bersandar lebih banyak
pada sumber pesan
daripada isi pesan
4. Mencari informasi dari berbagai Mencari informasi tentang
sumber kepercayaan orang lain
21

dari sumbernya sendiri,


bukan dari sumber
kepercayaan orang lain
5. Lebih bersifat provisional dan Secara kaku
bersedia mengubah kepercayaannya mempertahankan dan
memegang teguh sistem
kepercayaannya
6. Mencari pengertian pesan yang Menolak, mengabaikan,
tidak sesuai dengan rangkaian mendistorsi pesan yang
kepercayaannya tidak konsisten dengan
sistem kepercayananya

2.2 Persepsi Interpersonal, Konsep Diri, Atraksi Interpersonal dan


Hubungan Interpersonal
A. Pengaruh Persepsi Interpersonal
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-
hubungan yang diperolah dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Dengan kata lain persepsi ialah memberikan makna
pada stimuli inderawi (sensory stimuli).Interpersonal, yaitu komunikasi
antara individu, factor personal dan situasional mempengaruhi seseorang
dalam komunikasi (Cahyono, 2013).
1. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi perilaku manusia
Perspektif yang berpusat pada personal mempertanyakan factor-faktor
internal, apakah baik berupa sikap, instink, motif, kepribadian, system
kognitif kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar
adalah factor biologis dan factor sosiopsikologis.
a. Factor biologis
Manusia adalah makhluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan
yang lain. Ia lapar jika tidak makan selama dua puluh jam, kucing
pun demikian. Ia memerlukan lawan jenis untuk kegiatan
reproduktifnya begitu pula kerbau.
22

Ia melarikan diri kalau melihat musuh yang menakutkan begitu pula


monyet. Factor biologis terlibat dlam seluruh kegiatan manusia,
bahkan berpadu dengan factor sosiopsikologis. Bahwa warna
warisan biologis manusia menentukan perilakunya, dapat di awali
struktur DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis
yang diterima dari kedua orang tuanya. Begitu besarnya pengaruh
warisan biologis ini yang memandang segala kegiatan manusia,
termasuk agama, kebudayaan, moral, berasal dari struktur
biologinya. Aliran ini menyebut dirinya sebagai aliran sosiobiologis
(Cahyono, 2013).

Factor-faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang


lazim di sebut sebagai motif biologis. Yang paling penting dari
motof-motif biologis antara lain, aialh kebutuhan akan makanan-
minuman dan istirahat (visceral motives), kebutuhan seksual dan
kebutuhan memelihara kelangsungan hidup dengan menghindari dari
sakit dan bahaya. Ada beberapa peneliti yang menunjukkan
pengaruh biologis terhadap perilaku manusia, yaitu mereka yang
lapar akan mudah tersinggung, sukar bergaul dan tidak bisa
konsentrasi, kekurangan tidur juga telah dibuktikan meningkatkan
sifat mudah tersinggung dna mengganggu cara berfikir, serta
menurunkan kemampuan melakukan tugas-tugas yang kompleks
atau memecahkan persoalan.

Kebutuhan akan rasa aman, menghindari rasa sakit, dapat


menghambat kebutuhan-kebutuhan yang lain. Kebutuhan seksual
mewarnai sains, teknologi, seni, memperteguh kemesraan dan
memelihara lembaga perkawinan, memperkuat.
23

b. Factor sosiopsikologis
Dapat dikalsifikasikannya ke dalam tiga komponen.
1. Komponen Afektif merupakan aspek emosional dari faktor
sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan
pembicaraan sebelumnya.
2. Komponen Kognitif aspek intelektual yang berkaitan dengan
apa yang diketahui manusia.
3. Komponen Konatif aspek volisional, yang berhubungan
dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.
c. Motif sosiogenesis
Motif sosiogenesis disebut juga dengan motif sekunder sebagai
lawan motif primer (motif biologis). Berbagai klasifikasi motif
sosiogenesis, menurut para ahli, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. W.I Thomas dan Florian Znanieckci :
1. Keinginan memperoleh pengalaman baru
2. Keinginan untuk mendapatkan respons
3. Keinginan akan pengakuan
4. Keinginan akan rasa aman
2. David McClelland :
1. Kebutuhann berprestasi (need for achievement)
2. Kebutuhan akan kasih sayang (need for affiliation)
3. Kebutuhan berkuasa (neef for power)
3.Abraham Maslow :
1. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)
2. Kebutuhan akan keterikatan dan cinta (belongingness and
love needs)
3. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs)
4. Kebutuhan untuk pemenuhan diri (self-actualization)

4.Melvin H.Marx :
1. Motif ingin tahu (curiosity)
2. Motif kompetensi (competence)
3. Motif prestasi (achievement)
24

2.Faktor-faktor situasional yang mempengaruhi perilaku manusia


a. Faktor Ekologis
Kaum Determinisme lingkungan sering menyatakan bahwa keadaan
Alam mempengaruhi Gaya hidup dan perilaku.Seperti Lingkungan
pantai yang gemuruh oleh ombak berbeda pengaruhnya dengan
lingkungan hutan yang sunyi (factor geografis) dan Negeri dengan
empat musim berbeda pengaruhnya terhadap penduduk dengan Negeri
yang hanya memiliki dua musim.
b.Faktor desain dan Arsitektural
Dewasa ini telah tumbuh perhatian di kalangan para arsitek pada
pengaruh lingkungan yang dibuat manusia terhadap perilaku
penghuninya. Seperti halnya Desain sebuah kendaraaan Mobil atau
pesawat terbang dapat mempengaruhi perilaku penumpangnya.
Penumpang bus yang didesain mewah cenderung tertib , dibanding
penumpang metromini yang pengap sehingga mempengaruhi
ketertiban di dalam bus (cendrung tidak tertib)
c.Faktor temporal(waktu)
Para peneliti telah banyak mengungkap tentang pengaruh waktu
terhadap bioritma manusia.misalnya perilaku mahasiswa di dalam
kelas pagi hari berbeda dengan di kelas siang hari, berbeda pula
dengan kelas malam hari.sehingga waktu mempengaruhi kualitas
pesan dan penterjamahan pesan dalam komunikasi.
d. Suasana perilaku
Selama bertahun-tahun, Roger Baker dan Rekan-rekannya meneliti
lingkungan terhadap individual. Lingkungan di baginya ke dalam
beberapa satuan yang terpisah, yang di sebut suasana perilaku. Pada
setiap suasana perilaku terhadap pola-pola hubungan yang mengatur
orang-orang di dalamnya.
Misalnya Didalam suatu kampanye di lapangan terbuka, komunikator
akan menyusun dan menyampaikan pesan dengan cara yang berbeda
daripada ketika berbicara di hadapan kelompok kecil di ruang rapat
partai.
25

e. Faktor teknologi
Dewasa ini Seringkali orang-orang membicarakan tentang pengaruh
teknologi terhadap perilaku manusia. Aflin tovler melukiskan tiga
golongan peradaban manusia yang terjadi oleh sebab akibat perubahan
teknologi. Lingkungan teknologis yang meliputi system energi,
system produksi, dan system distribusi, membentuk serangkaian
prilaku sosial yang sesuai dengannya , bersamaan dengan itu
tumbuhlah pola-pola penyebaran informasi yang mempengaruhi
suasana kejiwaan setiap anggota masyarakat.
f. Faktor social
Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi manusia
1.Struktur organisasi
Seorang guru, meski sudah lanjut usia, betapapun bersikap hormat
kepada kepala KanWil Depdikbud, meski yang kepala itu usianya
jauh lebih muda
2.System peranan
Seorang aktifis angkatan 66 yang banyak jasanya dalam
menghancurkan pemberontakan G30S PKI ketika sedang mengurus
surat keterangan bebas G 30 S, terpaksa harus bersikap hormat
terhadap polisi yang mewawancarainya sehubungan dengan peristiwa
G 30 S padahal sang polisi yang masih belia tidak pernah mengalami
peristiwa itu.
3. Struktur kelompok
Seorang anak betapapun tinggih kedudukan sosialnya tetap harus
hormat terhadap ayah kandungnya yang masih petani kecil karena
dalam struktur kelompok sosial yang berlaku ayah memiliki
kedudukan yang lebih tinggi.
26

4. Karakteristik populasi
Usia kecerdasan jenis kelamin mempengaruhi tingkah laku
seseorang. Perilaku anak muda di tengah-tengah orang tua pasti
berbeda di bandingkan jika ia berada di tengah-tengah temannya
yang seusia.

3. Pengaruh Faktor-faktor Personal pada Persepsi Interpersonal


Persepsi interpersonal besar pengaruhnya bukan saja pada komunikasi
interpersonal, tetapi juga pada hubungan interpersonal. Karena
itu,keceramatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk
meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal kita. Beberapa cirri-
ciri khusus penanggap yang ceramat adalah :
1. Pengalaman
Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak
selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga
melalui rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi. Inilah yang
menyebabkan seorang ibu segera melihat hal yang tidak beres pada
wajah anaknya atau pada petunjuk kinesik lainnya. Ibu lebih
berpengalaman mempersepsi anaknya daripada bapak. Ini juga
sebabnya mengapa kita lebih sukar berdusta di depan orang yang
paling dekat dengan kita.
2. Motivasi
Proses konstruktif yang banyak mewarnai persepsi interpersonal juga
sangat banyak melibatkan unsur-unsur motivasi.
3. Kepribadian
Dalam psikoanalisis dikenal proyeksi, sebagai salah satu cara
pertahanan ego. Proyeksi adalah mengeksternalisasikan pengalaman
subjektif secara tidak sadar. Orang melempar perasaan bersalahnya
pada orang lain. Maling teriak maling adalah contoh tipikal dari
proyeksi. Pada persepsi interpersonal, orang mengenakan pada orang
lain sifat-sifat yang ada pada dirinya, yang tidak disenanginya.
Sudah jelas, orang yang banyak melakukan proyeksi akan tidak
27

cermat menanggapi persona stimuli, bahkan mengaburkan gambaran


sebenarnya. Sebaliknya, orang yang menerima dirinya apa adanya,
orang yang tidak dibebani perasaan bersalah, cenderung menafsirkan
orang lain lebih cermat. Begitu pula orang yang tenang, mudah
bergaul dan ramah cenderung memberikan penilaian posoitif pada
orang lain. Ini disebut leniency effect (Deddy Mulyana, 2005).
Bila petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal membantu kita
melakukan persepsi yang cermat, beberapa factor personal ternyata
mempersulitnya. Persepsi interpersonal menjadi lebih sulit lagi,
karena persona stimuli bukanlah benda mati yang tidak sadar.
Menusia secara sadar berusaha menampilkan dirinya kepada orang
lain sebaik mungkin.

4. Pengaruh Faktor-faktor situasional pada Persepsi Interpersonal


1. Deskripsi Verbal
Deskripsi verbal lebih mengarahkan pada penilaian. Penilaian dilihat
dari segi sifat yang di perankan oleh tokoh dalam film “Breaking
Dawn” yaitu : Anna memiliki sifat cerdas, rajin, kritis, serta ramah.
Namun di sisi lain, ia juga sangat menerima kritikan yang orang
sampaikan kepadanya, Sementara Dwan Wake memiliki gangguan
jiwa, namun mempunyai kekuatan indera keenam.
2. Petunjuk Proksemik
Proksemik adalah studi tentang penggunaan jarak dalam
penyampaian pesan. Anna dan Dwan Wake, membina hubungan
dalam berkomunikasi sangat akrab padahal sebenarnya mereka
memiliki jarak, yaitu antara Pasien dengan Dokter, Namun, Anna
membuatnya seolah-olah tidak ada jarak.
3. Petunjuk Kinesik
Petunjuk Kinesik paling sukar untuk di kendalikan secara sadar oleh
orang yang menjadi Stimuli. Pertama kali Anna berbicara dengan
Dwan Wake, yang ia rasakan adalah perasaan gugup karena belum
terbiasa berbicara dengan orang yang sakit jiwa seperti Dwan Wake.
28

4. Petunjuk Wajah
Petunjuk wajah dapat menimbulkan persepsi yang bisa diandalkan.
Anna merasa ketakutan pada saat berkomunikasi dengan Dwan
Wake, karena pada saat itu, mimik wajah Dwan Wake tampak
mencerminkan kemarahan yang lama terpendam.
5. Petunjuk Paralinguistik
Yang dimaksud dengan Paralinguistik ialah, cara bagaimana orang
mengucapkan lambang-lambang Verbal. Hal ini meliputi, tinggi
rendahnya suara, tempo bicara, gaya verbal (dialek), dan interaksi
(perilaku ketika melakukan komunikasi atau obrolan )

B. Konsep diri dalam komunikasi interpersonal


Konsep ini merupakan factor yang sangat menentukan dalam komunikasi
interpersonal, karena setiap orang bertingka laku sedapat mungkin sesuai
dengan konsep dirinya “Hubungan konsep diri dengan prilaku mungkin
dapat di simpulkan dengan ucapan para pengajur berfikiran positif: “you
dont’t think what you are,you are what you think.”
Komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep yang
dimiiki oleh individu masing-masing (positif atau negatif). Sebagai
peminat komunikasi, kita mampu mengetahui tanda-tanda konsep diri
yang positif dan negative. Menurut William D. Brooks dan Philip emmert
ada empat yang memiliki konsep diri dalam komunikasi interpersonal
yang negative yaitu :

Pertama, ia peka tehadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan dengan kritik
yang di terimanya, dan mudah marah atau naik pitam. Bagi orang
ini,koreksi sering kali di presepsi sebangai usaha untuk menjatuhkan harga
dirinya. Dalam komunikasi orang yang memiliki konsep diri negatif
cendrung menghindari dialog yang terbuaka, dan bersikeras
mempertahankan pendapatnya dengan berbagai justifikasi atau logika yang
keliru
29

Kedua, orang yang memiliki konsep diri negatif, responsif sekali terhadap
pujian. Walupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak
dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu meneripa pujian. Buat
orang yang seperti ini, segala macam embel-embel yang menunjang harga
dirinya menjadi pusat perhatiannya

Ketiga, orang yang memiliki konsep diri negatif, senang terhadap pujian,
bersifat hiperkritis terhadap orang lain. Ia selalu mengeluh, memcela, atau
meremehkan apapn dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup
mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain.

Keempat, orang yang memiliki konsep diri negatif,cendrung merasa tidak


disenangi orang lain. Ia merasa tidak di perhatikan,karna itu lah mereka
beraksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan
kehangatan dan keakraban persahabatan. Ia tidak akan pernah
mempersalahkan dirinya,tetapi menganggap dirinya sebangai korban dan
sistem sosial yang tidak beres.

Kelima, orang yang memiliki konsep diri negatif, bersikap pesimis


terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganannya untuk
bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia mengaggap tidak
akan berahaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.

Yang selanjutnya konsep diri yang bersifat positif yaitu memiliki beberapa
ciri :
a. Ia selalu yakin akan kemampuannya mengatasi masalah
b. Ia merasa setara dengan orang lain
c. Ia menerima pujian tanpa rasa malu
d. Ia menyadari bahwa setiap orang mempuyai berbagai perasaan
keinginan dan perilaku yang tidak disetujui oleh masyarakat
e. Ia mampu memperbaiki dirinya
30

D.E.Hamachek menyebutkan sebelas karakteristik orang yang mempunyai


konsep diri positif
1. Ia menyakini betul-betul nilai-nilai dan prindip-prinsip tertentu
bersedia mempertahankannya,walaupun menghadapi pendapat
kelompok yang kuat. Tetapi dia juga merasa dirinya cukup tangguh
untuk mengubah prinsip-prinsip itu bia pengalaman dan bukti-bukti
baru menunjukkan ia salah.
2. Ia mampu bertindak berdasarka penilaian yang baik tanpa merasa
bersalah yang yang berlebih-lebihan, atau menyesali tindakannya
jika orang lain tidak menyetujui tindakannya.
3. Ia tidak banyak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk apa
yang akan terjadi besok, apa yang terjadi di waktu yang lalu, dan apa
yang terjadi di waktu sekarang.
4. Ia memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi
persoalan, bahkan waktu ia mengalami kegagalan atau kemunduran.
5. Ia merasa sama dengan orang lain, sebangai manusia tidak tinggi
atau rendah,walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan
tertentu,latar belakang keluarga atau sikap orang lain terhadapnya.
6. Ia sanggup menerima dirinya sebangai orang yang penting dan
bernilai bagi orang lain,paling tidak bagi orang-orang yang ia pilih
sebangai sahabatnya.
7. Ia dapat menerima pujian tanpa berpura-pura renda hati,dan merima
penghargaan tanpa merasa bersalah.
8. Ia cendrung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya.
9. Ia sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan
berbangai dorongan dan keinginan, dari perasaan marah hingga
cinta,dari peraan sedih ingga bahagia, dari kekcewwaan yang
mendalam sampai kepuasan yang mendalam pula.
10. Ia mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbangai kegiaan
yang meliputi pekerjaan,permainan,ungkapan diri yang
kreatif,persahabatan hingga sekedar mengisi waktu.
31

11. Ia peka kepada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang
telah di terima, dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa
bersenang-ssenang dengan pengorbanan orang lain (Sarlito W.
Sarwono.2009).
32

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi.
Semakin tertarik kita kepada seseorang, maka semakin besar kecenderungan
kita berkomunikasi dengan dia. Oleh karena itu, atraksi interpersonal adalah
kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Adanya
daya tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada seseorang umumnya
membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita. Adapun dua
faktor-faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal yaitu, faktor personal
dan situasional. Selain faktor diatas juga ada faktor yang mempengaruhi
atraksi interpersonal dalam komunikasi interpersonal yaitu, penafsiran pesan
dan penilaian, serta efektivitas komunikasi.

Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi


hubungan interpersonal barangkali yang paling penting. Banyak penyebab
dari rintangan komunikasi berakibat kecil saja bila ada hubungan baik
diantara komunikan. Sebaliknya, pesan yang paling jelas, paling tegas, dan
paling cermat tidak dapat menghindari kegagalan, jika terjadi hubungan yang
jelek. Setiap kali kita melakukan komunikasi, kita buka hanya sekedar
menyampaikan isi pesan, kita juga menentukan kadar hubungan
interpersonal, bukan hanya menentukan “content” tetapi juga “relationship”.
Agar komunikasi interpersonal yang kita lakukan melahirkan hubungan
interpersonal yang efektif, dogmatisme harus digantikan dengan sikap terbuka.
33

Bersama-sama dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka


mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai dan yang paling
penting saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal.

3.2 Saran
Sebaiknya, konsep diri serta hal-hal yang mempengaruhinya disebutkan
kelemahan dan kelebihan dari masing-masing tersebut. Sebaiknya dalam
atraksi interpersonal, dikenalkan pula teori-teori yang dapat menghindari diri
kita dan orang lain yang kita sukai dari hal-hal yang dapat memberikan
penilaian negatif terhadap diri kita dan orang lain apabila suatu saat terdapat
konflik atau masalah antarkeduanya.
34

DAFTAR PUSTAKA

Andi. 2012 diakses di https://andis8.wordpress.com/2012/04/27/atraksi-interpersonal-


dan-hubungan-interpersonal-psikologi-komunikasi/ pada tanggal 21 Maret 2018.
Jam 14.00.

Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.


Sarlito W. Sarwono.2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai