Anda di halaman 1dari 13

IMPLEMENTATION OF MULTICULTURAL EDUCATION

INEDUCATIONALPERSPECTIVE FOR CROSS CULTURAL


PSYCHOLOGYSTUDY IN INDONESIA

AJAR DIRGANTORO
ajardirgantoro@gmail.com
STKIP PGRI TULUNGAGUNG

ABSTRACT
As a country with a cultural background, ethnicity, language and religion are very
diverse, Indonesia require strategic approaches and instruments that can be used as
a national movement to realize the unity, the unity and integrity of the nation to become
a sovereign nation and dignity. One instrument approach is through multicultural
education. Multicultural education is a progressive approach for transforming
education that holistically criticize and expose weaknesses, failures and
discrimination in education. Multicultural education as an instrument of social
engineering in order to encourage schools can play a role in instilling awareness in
multicultural communities and develop an attitude of tolerance weeks to realize the
need and ability to cooperate with all the differences that exist. The practice of
multicultural education in Indonesia can be flexible, not necessarily in the form of
separate subjects or monolithic. Implementation of multicultural education is based
on five dimensions:1) the integration of content; 2) the process of formulating
knowledge; 3) reduce prejudice; 4) similar pedagogy, and 5) school culture and
structure that empowers schools. Cross cultural assessment to implement
multicultural education in Indonesia in the perspective of education in the future. The
introduction of the group as an individual's identity will facilitate the treatment of
cross cultural research. If a person has individual cultural orientation in line with the
cultural orientation of other individuals where to stay, there will be consistency
between the element behavior, feelings, and cognitive of social behavior

Keyword: Implementation, Multicultural Education, Educational


Perspective, Cross-Cultural Psychology.

LATAR BELAKANG hadap terjadinya perubahan dalam


Pengaruh globalisasi dalam dunia semua segi kehidupan, termasuk per-
pendidikan dengan segala implikasinya bedaan, ragam, dan pluralisme budaya.
seperti kemajuan di bidang komunikasi Dalam latar pendidikan di indonesia
dan teknologi telah mempersempit penyikapan terhadap perbedaan,
ruang dan jarak antar manusia.Saat ini, ragam, dan pluralisme budaya ini
kita sedang menghadapi gelombang menjadi kian penting, setidaknya
perubahan besar dalam sistem ke- dengan beberapa alasan, antara lain: 1)
hidupan bermasyarakat, berbangsa, dan dalam lingkungan masyarakat terdapat
bernegara.Era globalisasi menuntut adanya keragaman elemen-elemen
adanya penyikapan secara terbuka ter- sosial; 2)dalam lingkungan masyarakat

96
Anjar Dirgantoro. Implementation of Multicultural Education... 97

terjadi hubungan yang menimbulkan pada suatu masyarakat kemudian


konsekuensi ke-majemukan kultural; dipelajari dan diperbandingkan
dan 3) melalui pendidikan, diharapkan terhadap masyarakat lainnya.Budaya
dapat ditumbuh-kembangkan merupakan produk masyarakat yang
pencapaian ranah kognitif, afektif dan muncul dari interaksi antar individu di
psikomotorik yang diarahkan pada dalam masyarakat.Interaksi antar
pencapaian integrasi nasional. individu dalam kelompok etnik diatur
Dalam dunia pendidikan kita oleh sistem sosial yang luas dan
terjadi pembauran antar peserta didik tergantung pada sifat budaya masing-
yang berbeda latar belakang, dan ragam masing kelompok etnik yang saling
budaya, sehingga melahirkan melengkapi sehingga terwujud suatu
masyarakat multikultural.Masyarakat ikatan yang positif diantara mereka.
multikultural dimaknai sebagai Kondisi sifat budaya yang saling
masyarakat yang di-dalamnya melengkapi tersebut kemudian akan
berkembang banyak ragam memunculkan suatu hubungan yang
kebudayaan (Waston, 2000).Perbedaan saling ketergantungan. Dalam kondisi
atau ke-bhineka-an (perbedaan, ke- saling ketergantungan ini, batas etnik
ragaman, dan pluralisme) budaya kemudian diatur oleh kelompok etnik
haruslah dipandang sebagai suatu yang yang bersang-kutan.Apabila nilai-nilai
lumrah, sehingga secara bijak yang berhubungan dengan identitas
mengakui atas identitas kelompok- etnik tidak begitu sesuai dengan
kelompok dan penerimaan perbedaan kegiatannya, maka tatanan sosial yang
kebudayaan yang berkembang di terbentuk juga menjadi
lingkungan masyarakat sebagai suatu terbatas.Psikologi lintas budaya
rakhmat, diperlukan kesadaran dan mencoba mempelajari bagaimana
pemahaman (map of the world) bahwa faktor budaya dan etnis mempengaruhi
setiap masyarakat mempunyai pe-rilaku manusia.
pengalaman, kebudayaan, keinginan, Pendidikan merupakan bagian
cita-cita, harapan yang berbeda.Setiap dari kegiatan kehidupan bermasyarakat
masyarakat memiliki identitas diri yang dan berbangsa. Oleh sebab itu kegiatan
terbangun melalui suatu pertalian yang pendidikan merupakan perwujudan
rumit dan unik dari ras, etnik, lapisan dari cita-cita bangsa. Dengan demikian
sosial, bahasa, agama, gender, kegiatan pendidikan nasional perlu
kemampuan dan keterampilan, dan diorganisasikan dan dikelola
pengaruh-pengaruh budaya lainnya. sedemikian rupa supaya pendidikan
Dalam memahami dunia pen- nasional sebagai suatu organisasi dapat
didikan, diperlukan pendidikan yang menjadi sarana untuk mewujudkan
ber-orientasi pada pemahaman lintas cita-cita nasional.
budaya (cross-cultural Dari paparan tentang tujuan,
education).Budaya telah menjadi prinsip penyelenggaraan maupun
perluasan topik ilmu psikologi sebagai fungsi pendidikan sebagai mana
mekanisme berpikir dan ber-tindak tertuang dalam Undang-Undang
98  Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016

Sisdiknas No.20Tahun 2003 RT, antar suku sampai keinginan untuk


sebenarnya sudah memberi gambaran memisah-kan diri dari NKRI sampai
ruang gerak yang re-presentative untuk saat ini masih sering mewarnai media
terselenggaranya pendidikan nasional nasional baik cetak maupun elektronik.
yang sesuai dengan latar belakang Gelombang demokrasi menuntut
budaya dan kebhinekaan bangsa pengakuan perbedaan dalam tubuh
Indonesia. Akan tetapi ke-beradaan bangsa Indonesia yang majemuk. Oleh
suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari sebab itu untuk membangun rasa
dependensi bangsa lain. John Naisbit persatuan dan kesatuan serta rasa
dan Alvin Tofler memberi gambaran nasionalisme sekaligus menjawab be-
bahwa dunia saat ini terasa semakin berapa problematika kemajemukan
sempit. Dunia merupakan suatu seperti yang digambarkan di atas di-
kampung besar (global village). Di era butuhkan langkah sistematis yang
globalisasi dewasa ini kita tidak dapat dapat dijadikan sebagai sebuah gerakan
melepaskan diri dari kehidupan global. nasional.
Gelombang demokrasi semakin Pendidikan multikultural dapat
terbuka yang dampaknya bukan saja dirumuskan sebagai wujud kesadaran
membawa nilai-nilai positif dalam tentang keanekaragaman kultural, hak-
pengertian peng-hormatan terhadap hak asasi manusia serta pengurangan
hak-hak asasi manusia (HAM) dan atau penghapusan jenis prasangka atau
eksistensi kelompok masyarakat, tetapi prejudice untuk suatu kehidupan
juga mengandung bahaya perpecahan
masyarakat yang adil dan maju.
suatu negara. Samuel P. Huntington
Pendidikan multikultural juga dapat di-
dalam The Clash of Civilization
jadikan instrumen strategis untuk
meramalkan akan terjadinya benturan
mengembangkan kesadaran atas ke-
antarperadaban. Benturan itu bisa di-
banggaan seseorang terhadap bangsa-
sebabkan oleh faktor: politik, sosial,
nya.
budaya, ekonomi, ras, bahkan agama
Melalui pendidikan multikultural
(Mahfud, 2006 : viii).
kita dapat memberi seluruh siswatanpa
Melihat fenomena tersebut,
memandang status sosio-ekonomi;
kegiat-an pendidikan di Indonesia
gender; orientasi seksual; atau latar
dituntut untuk memiliki kepekaan
belakang etnis, ras atau budaya dan
menghadapi arus perputaran
kesempatan yang setara untuk belajar
globalisasi. Pola doktri-nasi mono-
di sekolah. Pendidikan multikultural
kulturalisme yang dipaksakan selama
juga didasarkan pada kenyataan bahwa
orde baru perlu dievaluasi, karena telah
siswa tidak belajar dalam kekosong-
berimplikasi negatif bagi rekons-truksi
an, budaya mereka memengaruhi
kebudayaan Indonesia yang multi-
mereka untuk belajar dengan cara
kultural. Di lain pihak masih sering kita
tertentu (Parkay dan Stanford, 2011:
jumpai adanya fenomena perpecahan di
35).
tengah masyarakat, baik berupa
kerusuh-an/tawuran antar pelajar, antar
Anjar Dirgantoro. Implementation of Multicultural Education... 99

PENDIDIKAN MULTI menciptakan lingkungan


KULTURAL pendidikan yang setara untuk
1. Pendidikan Multikultural seluruh siswa, pendidikan
Pendidikan multikultural multikultural memiliki prinsip-
adalah merupa-kan suatu gerakan prinsip sebagai berikut:
pembaharuan dan proses untuk Prinsip pertama:
menciptakan lingkungan pendidikan multikultural adalah
pendidikan yang setara untuk gerakan politik yang bertujuan
seluruh siswa. Sebagai sebuah menjamin keadilan sosial bagi
gerakan pem-baharuan, seluruh warga masyarakat tanpa
istilah pendidikan multi- memandang latar belakang yang
kultural masih dipandang asing ada.Prinsip kedua: pendidikan
bagi masyarakat umum, bahkan multikultural mengandung dua
penafsiran terhadap definisi dimensi: pembelajaran
maupun pengertian pendidikan (kelas) dan kelembagaan
multicultural juga masih (sekolah) dan antara ke-duanya
diperdebatkan di kalangan pakar tidak bisa dipisahkan, tetapi
pendidikan.Seperti pendapat justru harus ditangani lewat
Andersen dan Cusher (1994) reformasi yang komprehensif.
sebagaimana dikutip Mahfud Prinsip ketiga: pendidikan
(2008), bahwa pendidikan multikultural menekankan
multikultural diartikan sebagai reformasi pendidikan yang
pendidik-an mengenai komprehensif dapat dicapai
keragaman hanya lewat analisis kritis atas
kebudayaan.Sedangkan sistem kekuasaan dan privileges
Hernandez (1989), meng-artikan untuk dapat dilakukan reformasi
pendidikan multikultural sebagai komprehensif dalam
perspektif yang mengakui pendidikan.Prinsip keempat:
realitas sosial, politik, dan berdasarkan analisis kritis ini,
ekonomi yang dialami oleh maka tujuan pendidikan
masing-masing individu dalam multikultural adalah
pertemu-an manusia yang menyediakan bagi setiap siswa
kompleks dan beragam secara jaminan memperoleh
kultur, dan merefleksikan kesempatan guna mencapai
penting-nya budaya, ras, prestasi maksimal sesuai dengan
seksualitas dan gender, etnisitas, kemampuan yang dimiliki.
agama, status sosial, ekonomi, Prinsip kelima :pendidikan
dan pengecualian-pengecualian multikultural adalah pendidikan
dalam proses pendidikan. yang baik untuk seluruh siswa,
Sebagai suatu gerakan tanpa memandang latar
pembaharu-an dan proses untuk belakangnya.
100  Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016

Konsep multikulturakisme sangat majemuk atau pluralis.


me-nekankan pentingnya Kemajemukan sudah menjadi ciri
memandang dunia dari bingkai khas bangsa Indonesia.
referensi budaya yang berbeda, Kemajemukan ini dapat dilihat
dan mengenali serta meng-hargai dari dua perspektif, yaitu:
kekayaan ragam budaya di dalam perspektif horizontal dan dan
Negara dan di dalam komunitas vertikal.Dalam perspektif
global. Multikulturalisme horizontal, kemajemukan bangsa
menegaskan perlunya mencipta kita dapat dilihat dari perbedaan
kan sekolah di mana berbagai agama, etnis, bahasa daerah,
perbedaan yang berkaitan dengan geografis, dan budayanya.
ras, etnis, gender, orientasi Sedangkan dalam perspektif
seksual, keter-batasan, dan kelas vertikal, kemajemukan bangsa
sosial diakui dan seluruh siswa Indonesia dapat dilihat dari
dipandang sebagai sumber yang perbedaan tingkat pen-didikan,
berharga untuk memperkaya ekonomi, dan tingkat sosial
proses belajar mengajar. budayanya.Fenomena
Proses belajar mengajar kemajemukan ini bagaikan pisau
atau proses pembelajaran bermata dua, satu sisi memberi
merupakan suatu proses yang dampak positif, yaitu kita
rumit dan kompleks, karena tidak memiliki kekayaan khasanah
semua faktor yang terlibat bisa
budaya yang beragam, akan
dikendalikan oleh guru. Dalam
tetapi sisi lain juga dapat
analisis-nya, Maurianne Adams
menimbulkan dampak negatif,
and Barbara J. Love (2006).
karena terkadang justru
Menyebutkan bahwa ada empat
keragaman ini dapat memicu
faktor yang terdapat dalam
konflik antar kelompok
proses pembelajaran, yaitu: 1)
masyarakat yang pada gilirannya
Faktor bawaan siswa; 2) faktor
dapat menimbulkan instabilitas
bawaan guru; 3) faktor pedagogi;
baik secara keamanan, sosial,
dan 4) faktor isi kurikulum.
politik maupun ekonomi.
Pendidikan multikultural
Dalam menghadapi
merupakan suatu proses
pluralisme budaya tersebut,
transformasi yang tentunya
diperlukan paradigma baru yang
membutuhkan waktu panjang
untuk mencapai maksud dan lebih toleran dan elegan untuk
tujuannya. mencegah dan memecahkan
masalah benturan-benturan
2. ParadigmaPendidikan Multi- budaya tersebut, yaitu paradigma
kultural pendidikan multi-kultural. Hal
Bangsa Indonesia adalah ini penting untuk meng-arahkan
bangsa yang masyarakatnya anak didik dalam mensikapi
Anjar Dirgantoro. Implementation of Multicultural Education... 101

realitas masyarakat yang menyediakan pengetahuan,


beragam, sehingga mereka akan ketrampilan, dan karakter untuk
memiliki sikap apresiatif membantu siswa dari berbagai
terhadap keragaman per-bedaan latar belakang, sekolah bersama
tersebut. Bukti nyata tentang keluarga dan komunitas dapat
maraknya kerusuhan dan konflik menciptakan lingkungan yang
yang berlatar belakang suku, mendukung multi- budaya.
adat, ras, dan agama
menunjukkan bahwa pendidikan URGENSI PENDIDIKAN MULTI-
kita telah gagal dalam KULTURAL DI INDONESIA
menciptakan kesadaran akan Menurut Gibson (1997), bahwa
pentingnya multikultural- masa depan bangsa memiliki kriteria
isme.Menurut James A. Banks khusus yang ditandai oleh hiper
(2002: 14), pendidikan kompetisi, suksesi revolusi teknologi
multikultural adalah cara serta dislokasi dan konflik sosial,
memandang realitas dan cara menghasilkan keadaan yang non-linier
berpikir, dan bukan hanya konten dan sangat tidak dapat diperkirakan
tentang be-ragam kelompok dari keadaan masa lampau dan masa
etnis, ras, dan budaya. Secara kini. Masa depan hanya dapat dihadapi
spesifik, Banks menyatakan dengan kreativitas, meskipun posisi
bahwa pendidikan multikultural keadaan sekarang memiliki peranan
dapat dikonsep-sikan atas lima penting untuk memicu kreativitas.
dimensi, yaitu: 1) Integrasi Lebih lanjut dijelaskan bahwa
konten; 2) Proses penyusunan perubahan keadaan yang non-linier ini
peng-etahuan; 3) Mengurangi tidak akan dapat diantisipasi dengan
prasangka; 4) Pedagogi cara berpikir linier. Pemikiran linier
kesetaraan; dan 5) Budaya dan rasional yang sekarang kita
sekolah dan struktur kembangkan tidak lagi fungsional
sekolah yang mem-berdayakan. untuk meng-akomodasi perubahan
Untuk itu, guru yang keadaan yang akan terjadi. Keadaan ini
memberikan pendidikan mestinya dapat mendorong kita untuk
multikultural harus memiliki memiliki disain pendidikan masa depan
keyakinan bahwa; perbedaan yang me-mungkinkan peserta didik
budaya memiliki kekuatan dan dapat meng-aktualisasikan dirinya.
nilai, sekolah harus menjadi Sebagai bangsa dengan beragam
teladan untuk ekspresi hak-hak kultur memiliki resistensi yang tinggi
manusia dan penghargaan untuk terhadap muncunya konflik sebagai
perbedaan budaya dan kelompok, konsekuensi dinamika kohesivitas
keadilan dan kesetaraan sosial sosial masyarakat. Akar munculnya
harus menjadi kepentingan utama konflik dalam masyarakat multikultur
dalam kuri-kulum, sekolah dapat disebab-kan oleh:1) adanya perebutan
102  Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016

sumber daya, alat-alat produksi, dan budayanya, sebab pertemuan antar


kesempatan ekonomi (acces to budaya di era globalisasi ini bisa jadi
economic resources and to means of dapat menjadi ancaman serius bagi
production); 2) perluasan batas-batas anak didik kita. Dalam kaitan ini siswa
sosial budaya (social and cultural perlu diberi penyadaran akan
borderline expansion); dan 3) benturan pengetahuan yang beragam, sehingga
kepentingan politik, idiologi, dan mereka memiliki kompetensi yang luas
agama (conflict of political, ideology, akan pengetahuan global, termasuk
and religious interest). aspek kebudayaan.
Dari paparan tersebut meng-
indikasikan bahwa pendidikan multi- PRAKTEK PENDIDIKAN MULTI-
kultural menjadi sesuatu yang sangat KULTURAL DI INDONESIA
penting dan mendesak untuk di Sampai saat ini pendidikan
implementasikan dalam pendidikan di multikultural memang masih sebatas
Indonesia. Karena pendidikan multi- wacana. Praktek pendidikan
kultural dapat berfungsi sebagai sarana multikultural di Indonesia nampaknya
alternatif pemecahan konflik. Melalui tidak dapat dilaksanakan seratus persen
pembelajaran yang berbasis ideal seperti di Amerika Serikat,
multikultur, siswa diharapkan tidak walaupun ditinjau dari keragaman
tercerabut dari akar budayanya, dan budaya memang banyak kemiripan.
rupanya diakui atau tidak pendidikan Hal itu disebabkan oleh perjalanan
multikultural sangat relevan panjang histori penyeleng-garaan
dipraktekan di alam demokrasi seperti pendidikan yang banyak
saat ini. dilatarbelakangi oleh primordialisme.
Spektrum kultur masyarakat Misalnya pendirian lembaga
Indonesia yang amat beragam memang pendidikan berdasar latar belakang
merupakan tantangan tersendiri bagi agama, daerah, perorangan maupun
dunia pendidikan untuk mengolah kelompok.Oleh karenanya praktek
bagaimana ragam perbedaan tersebut pendidikan multi-kultural di Indonesia
justru dapat dijadikan asset, bukan dapat dilaksanakan secara fleksibel
sumber perpecahan. Di era globalisasi dengan mengutamakan prinsip-prinsip
ini pendidikan multikultural memiliki dasar multikultural. Apa-pun dan
tugas ganda, yaitu selain menyatukan bagaimanapun bentuk dan model
bangsa sendiri yang terdiri dari pendidikan multikultural, mestinya
berbagai macam budaya tersebut, juga tidak dapat lepas dari tujuan umum
harus menyiapkan bangsa Indonesia pendidikan multikultural, yaitu: 1) Me-
untuk siap menghadapi arus budaya ngembangkan pemahaman yang
luar yang masuk ke negeri ini. mendasar tentang proses menciptakan
Pendidikan multikultural juga sistem dan menyediakan pelayan
dapat dimanfaatkan untuk membina pendidikan yang setara; dan (2) Meng-
siswa agar tidak tercerabut dari akar hubungkan kurikulum dengan karakter
Anjar Dirgantoro. Implementation of Multicultural Education... 103

guru, pedagogi, iklim kelas, budaya memiliki kebutuhan perkembangan


sekolah dan konteks lingkungan yang ber-beda-beda, termasuk
sekolah guna membangun suatu visi kebutuhan personal dan sosial;2)
“lingkungan sekolah yang setara”. kebutuhan vokasi dan karier, 3)
Prinsip fleksibilitas pendidikan kebutuhan psikologi dan
multikultural juga disarankan oleh Gay perkembangan moral spiritual.
(2002) dikatakan bahwa amat keliru Pada level masyarakat, yang
kalau melaksanakan pendidikan multi- perlu dipenuhi kebutuhannya adalah
kultural harus dalam bentuk mata men-cakup:
pelajaran yang terpisah atau monolitik. 1) kebutuhan akademik;2) ke-butuhan
Sebaliknya, dia mengusulkan agar psikologis;3) kebutuhan keber-samaan;
pendidikan multikultural diperlakukan dan 4) kebutuhan rasa aman.
sebagai pendekatan untuk memajukan Pendidikan harus dapat memenuhi
pendidikan secara utuh dan kebutuhan tersebut. Sekolah harus
menyeluruh. Pendidikan multikultural dapat dijadikan tempat yang aman,
juga dapat diberlakukan sebagai alat memiliki suasana kekerabatan dan juga
bantu untuk menjadikan warga terdapat semangat saling dukung
masyarakat lebih memiliki toleran, mendukung. Berkaitan dengan itu,
bersifat inklusif, dan memiliki jiwa maka prosses pembelajaran diarahkan
kesetaraan dalam hidup bermasyarakat, pada pe-ngembangan individu secara
serta senantiasa ber-pendirian suatu utuh yang mencakup intelektual, sosial,
masyarakat secara keseluruhan akan dan moral spiritual. Tekanan dan
lebih baik, manakala siapa saja warga dorongan siswa untuk bekerja keras
masyarakat memberikan kontribusi tidak hanya bersifat ekstrinsik, bahkan
sesuai dengan kemampuan dan lebih dari itu harus ditekankan pada
kesempatan yang dimiliki bagi penggunaan instrinsik motivation.
masyarakat sebagai keutuhan. Dari perspektif hasil
Sekolah harus dipandang sebagai pembelajaran, pendidikan
suatu masyarakat, masyarakat kecil; multikultural memiliki tiga sasaran
artinya, apa yang ada di masyarakat yang dikembangkan pada diri setiap
harus ada pula di sekolah. Perspektif siswa: Pertama, pengembangan
sekolah sebagai suatu masyarakat kecil identitas kultural yakni merupakan
ini memiliki implikasi bahwa siswa kompetensi yang dimiliki siswa untuk
dipandang sebagai suatu individu yang mengidentifikasi dirinya dengan suatu
memiliki karakteristik yang terwujud etnis tertentu. Kompetensi ini
dalam bakat dan minat serta aspirasi mencakup pengetahuan, pemahaman
yang menjadi hak siswa.Pada level dan kesadar-an akan kelompok etnis
sekolah, dengan adanya berbagai dan menimbul-kan kebanggaan serta
perbedaan yang dimiliki masing- percaya diri sebagai warga kelompok
masing individu, maka sekolah harus etnis tertentu.Kedua, hubungan
mem-perhatikan: 1) setiap siswa interpersonal. Yakni, kompetensi untuk
104  Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016

melakukan hubungan dengan terus bergerak, membentuk kompetensi


kelompok etnis lain, dengan senatiasa kultural.Pendidikan multikultural juga
mendasarkan pada persamaan dan sangat relevan dengan pendidikan
kesetaraan, serta menjauhi sifat demokrasi di masyarakat plural seperti
syakwasangka dan Indonesia, yang menekankan pada
stereotip.Ketiga,memberdayakan diri pemahaman akan multi etnis, multi ras,
sendiri. Yakni suatu kemampuan untuk dan multikultur yang memerlukan
mengembangkan secara terus menerus konstruksi baru atas keadilan,
apa yang dimiliki berkaitan dengan kesetaraan dan masyarakat yang
kehidupan multi-kultural.Secara detail, demoktratis.
kompetensi kultural mencakup
berbagai hal sebagi berikut: 1) PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA
Kompetensi invidu untuk menerima, Psikologi lintas budaya adalah
menghormati dan mem-bangun cabang psikologi yang melihat
kerjasama dengan siapapun juga yang bagaimana faktor-faktor budaya mem-
memiliki perbedaan-perbedaan dari pengaruhi perilaku manusia.Asosiasi
dirinya; 2) Kompetensi kultural me- Internasional Lintas Budaya Psikologi
rupakan hasil dari kesadaran atas (IACCP) yang didirikan pada tahun
pengetahuan dan “bias kultural” yang 1972, terus tumbuh dan berkembang
dimilikinya atau sebagai faktor yang hingga saat ini, yang dapat dilihat dari
mempengaruhi perbedaan kultur; dan penelitian mengenai perilaku ditinjau
3) Proses pengembangan kompetensi dari aspek psikologi lintas budaya.Pada
kultural memerlukan pengembangan awal perkembangannya, ilmu psikologi
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tidak menaruh perhatian terhadap
perilaku yang budaya. Baru sesudah tahun 50-an
memungkinkan seseorang budaya mem-peroleh perhatian.
memahami dan berinteraksi secara Namun baru pada tahun 70-an ke atas
efisien dengan orang yang memiliki budaya benar-benar memperoleh
perbedaan kultur. perhatian. Pada saat ini diyakini bahwa
Berkaitan dengan kompetensi budaya memainkan peranan penting
kultural dan bagaimana kompetensi dalam aspek psikologis manusia.Oleh
tersebut dibentuk, Papadopoulos & Lee karena itu pengembangan ilmu
(2003) mengajukan model psikologi yang mengabaikan faktor
pengembang-an kompetensi kultural budaya dipertanyakan
sebagai berikut: Kompetensi kultural kebermaknaannya, menegaskan bahwa
dibentuk oleh berbagai faktor: psikologi sosial hanya dapat bermakna
penguasaan pengetahu-an, critical apabila dilakukan lintas budaya.Hal
thingking, daya kritis, ke-mampuan tersebut juga berlaku bagi cabang-
mengembangkan sesuatu, dan cabang ilmu psikologi lainnya.
kemampuan praktis. Keempat faktor Psikologi lintas budaya adalah
tersebut tidak statis melainkan dinamis kajian mengenai persamaan dan
Anjar Dirgantoro. Implementation of Multicultural Education... 105

perbedaan dalam fungsi individu secara mengedepankan persoalan perubahan


psikologis, dalam berbagai budaya dan budaya dan hubungannya dengan
kelompok etnik, mengenai hubungan- perilaku individual.
hubungan di antara ubahan psikologis
dan sosio-budaya, ekologis, dan KONSEP LINTAS BUDAYA
biologis, serta mengenai perubahan-
perubahan yang berlang-sung dalam Ada beberapa istilah yang ber-
ubahan-ubahan tersebut. Menurut kaitan dengan konsep lintas budaya,
Berry, Poortinga, Segall, Dasen (1999) yaitu cross cultural
psikologi lintas budaya adalah kajian understanding, cross cultural
mengenai perilaku manusia dan communications, cross cultural
penyebarannya, sekaligus awareness, cross cultural
memperhitungkan cara perilaku itu knowledge, cross cultural sensitivity,
dibentuk dan dipengaruhi oleh dan cross cultural competence.Dengan
kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. pengertian antara lain: 1)Cross
Definisi ini mengarahkan perhatian Cultural Understanding, pengetahuan
pada dua hal pokok yaitu keragaman lintas budaya sangat penting bagi dasar
perilaku manusia di dunia dan kaitan pemahaman lintas budaya. Tanpa hal
antara perilaku terjadi.Riset lintas ini apresiasi lintas budaya tidak akan
budaya dalam psikologi adalah terjadi. Ia merujuk kepada pengenalan
perbandingan sistematik dan eksplisit tingkat permukaan dengan
antara variabel psikologis di bawah karakteristik budaya, nilai,
kondisi-kondisi perbedaan budaya kepercayaan, dan perilaku; 2) Cross
dengan maksud mengkhususkan Cultural Awareness, berkembang dari
anteseden-anteseden dan proses-proses pengetahuan lintas budaya, pembelajar
kemunculan perbedaan perilaku. Selain memahami dan mengapresiasi secara
fokus umum ini, setiap definisi secara internal suatu budaya. Ini mungkin
khusus lebih menitikberatkan ciri akan disertai dengan perubahan pada
tertentu dan tentang Psikologi Lintas perilaku dan sikap pembelajar, seperti
Budaya sengaja menonjolkannya agar fleksibilitas dan keterbukaan yang
benar-benar mempertimbangkannya, lebih besar; 3) Cross Cultural
yaitu: 1) gagasan yang ditonjolkan Sensitivity, merupakan hasil yang wajar
ialah cara mengenali hubungan sebab- dari kesadaran, dan merujuk kepada
akibat antara budaya dan perilaku; 2) kemampuan untuk membaca situasi,
terpusat peluang rampat konteks, dan perilaku yang secara
(generalizability) dari pengetahuan budaya berakar dan dapat bereaksi
psikologi yang dianut; 3) lebih menitik kepadanya dengan tepat; 5) Cross
beratkan pengenalan berbagai jenis Cultural Competence, kompetensi
pengalaman budaya, yang mungkin merupakan tahap final dari pemahaman
menjadi faktor pemacu keragaman lintas budaya, dan menunjukkan
perilaku manusia; dan 4) kemampuan pelaku untuk mengerjakan
106  Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016

lintas budaya secara efektif; dan 6) Pengkajian psikologi lintas


Cross cultural understanding, budaya untuk mengimplementasikan
pemahaman lintas budaya merujuk pendidikan multikultural di Indonesia
kepada ke-mampuan dasar orang dalam dalam pers-pektif pendidikan masih
mengenal, menafsirkan, dan bereaksi kurang.Negara indonesia memiliki
dengan benar terhadap kejadian atau keanekaragaman budaya yang sangat
situasi yang dapat menimbulkan menarik. Budaya tersebut harus kita
kesalahfahaman disebabkan perbedaan perkenalkan sedini mungkin sehingga
budaya. mereka dapat mengetahui dan
mencintai budaya negaranya sendiri.
KESIMPULAN Para pendidik dituntut untuk
Dari berbagai uraian diatas, ada melakukan eksplorasi dan inovasi
beberapa hal terkait pentingnya pe- dalam memperkenalkan budaya, se-
mahaman lintas budaya, antara lain hingga tertarik dan tidak merasa bosan
adalah: 1) Memahami konsep-konsep dengan budaya di Negara kita. Dengan
budaya agar kita mampu meng- keanekaragaman tersebut, akan
apresiasikan budaya sendiri dan budaya diajarkan untuk dapat bersosialisasi
lain untuk mengetahui tujuan budaya dan saling menghargai antar budaya
itu sendiri; 2) Memahami konsep dan yang berbeda-beda.
istilah kultural agar kita mampu meng- Dalam pendidikan terjadi pem-
apresiasikan budaya dan budaya negara bauran yang berbeda latar belakang,
lain; dan 3) Untuk mengikis arogansi dan ragam budaya, sehingga
budaya, yaitu menganggap budaya melahirkan masyarakat multikultural.
sendiri paling luhur dan berpandangan Dari sini akan akan mempunyai ciri
negatif terhadap budaya. khas masing-masing sesuai dengan
Pengkajian lintas budaya untuk kultur pada keluarganya. Perbedaan
mengimplementasikan pendidikan tersebut akan memberikan penjelasan
multi-kultural di Indonesia dalam bahwa setia manusia memang punya
perspektif pendidikan di masa budaya masing-masing, tidak bisa
mendatang. Pe-ngenalan kelompok menyamaratakan antara satu dengan
sebagai identitas individu akan yang lainnya.
memudahkan perlakuan penelitian Dengan pengetahuan
lintas budaya. Apabila seseorang multikultural yang dimiliki mereka
mempunyai orientasi budaya akan menjadi manusia yang berbudaya,
individual yang selaras dengan mencintai, menghargai, dan
orientasi budaya individu lainnya membanggakan ke-budayaan sendiri.
tempat dimana tinggal, maka akan Sikap berbudaya yang diterapkan
terjadi konsistensi antara elemen perlahan akan menjadikan kebiasaan
perilaku, perasaan, dan kognitif dari dalam hidupnya untuk merasa bahwa
perilaku sosialnya. budaya bagian dari hidupnya.
Anjar Dirgantoro. Implementation of Multicultural Education... 107

Dari paparan di atas, dapat ditarik yang lebih toleran dan elegan untuk
beberapa kesimpulan bahwa: 1) Pen- men-cegah dan memecahkan masalah
didikan multikultural di Indonesia benturan-benturan budaya tersebut,
masih menjadi wacana baru yang perlu yaitu perlunya dilaksanakan
direspon untuk menjaga keutuhan pendidikan multikultural; 4) Oleh
bangsa yang kaya akan multi kultur; 2) karenanya praktek pendidikan
Pendidikan multikultural merupakan multikultural di Indonesia dapat
wujud kesadaran tentang keaneka- dilaksanakan secara fleksibel dengan
ragaman kultural, hak-hak asasi mengutamakan prinsip-prinsip dasar
manusia serta pengurangan atau multikultural; dan 5) Pendidikan
penghapusan jenis prasangka atau multikultural juga sangat relevan
prejudice untuk suatu kehidupan dengan pendidikan demokrasi di
masyarakat yang adil dan maju. masyarakat plural seperti Indonesia,
Pendidikan multikultural juga dapat yang menekankan pada pemahaman
dijadikan instrumen strategis untuk akan multi etnis, multi ras, dan
mengembangkan kesadaran atas ke- multikultur yang memerlukan
banggaan seseorang terhadap bangsa- konstruksi baru atas keadilan,
nya; 3) Dalam menghadapi pluralisme kesetaraan dan masyarakat yang
budaya, diperlukan paradigma baru demokratis.

DAFTAR PUSTAKA
Aronson, E., Blaney, N., Stephan, C., Sikes, J., & Snapp, M. 1978. Thejigsaw
classroom.Beverly Hills, CA: Sage Publications, Inc.

Banks, James A. (ed.). 1989. Multicultural Education: Issues and Perspectives.


Boston-London: Allyn and Bacon Press.

Banks, James A. 1993. Teaching strategies for ethnic studies. Boston: Allyn and
Bacon Inc.

Banks, James A. 2002. Anintroduction to Multicultural Education, Boston-London:


Allyn and Bacon Press.

Banks, James A. 2007. Educating citizens in multicultural society. Second edition.


New York: Teachers College Columbia University.

Berry, J.W., Poortinga, Y.H., Segall, M.H., Dasen, P.R. 1999. Psikologilintas budaya:
Riset dan aplikasi. Jakarta: Gramedia PustakaUtama.

Depdiknas RI dan IRD. 2003. Kurikulum: Kurikulum Berbasis Multikultural-isme.


Majalah Inovasi Edisi IV.
108  Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016

Djohar. 2003. Pendidikan Strategik, Alternatif untuk Pendidikan Masa Depan,


Yogyakarta : LESFI.

Dwairy, M. 2002. Foundations of psychosocial dynamic personality theory of


collective people.Clinical Psychology Review, 22, 343-360. European Journal
of Social Science, 8 (2), 232-245.

Hernandez, Hilda. 1989. Multicultural Education: A teacher Guide to linking Context,


Process, and Content, New Jersy & Ohio: Prentice Hall.

Hofstede, G., & Hofstede, G. J. 2005.Cultures and Organizations: thesoftware of the


mind. New York: McGraw-Hill.

M. Ainul Yaqin. 2005. Pendidikan multikultural: crosscultural under-standing untuk


demokrasi dan keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.

Mahfud, Choirul. 2008. Pendidikan Multikultural, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Matsumoto, D and Juang, L. 2004. Culture and Psychology, 3th Edition, Wadsworth
Thomson.

Slavin, R.E. 2009. Educational Psychology: Theory and Practice. Pearson: 9thed New
Jersey.

Stockdale, S.L. & Williams, R.L. 2004. Cooperative learning groups at the college
level: Differential effects on high, average, and low exam performers. Journal
of behavioral educational, 13 (1), 21-30.

Susana, T. 2009. Pengaruh orientasi budaya individual, jenis kelamin,dan orientasi


budaya masyarakat terhadap gejala somatisasi dan depresi murni.Disertasi
tidak diterbitkan. Yogyakarta: FakultasPsikologi UGM.

Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan, kebudayaan dan masyarakat madani Indonesia.


Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Triandis, H. C. 1999. Cross-cultural psychology.Asian Journal of SocialPsychology,


2, 127-143.

Zamroni, 2011. Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural.


Yogyakarta: Gavin Kalam Utama.
Zamroni. (2010a). The implementation of multicultural education. A reader.
Yogyakarta: Graduate Program The State University of Yogyakarta.

Zamroni. (2010b). A conception frame-work of multicultural teachers education.A


reader.Yogya-karta: Graduate Program The State University of Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai